NovelToon NovelToon

Tuan Muda Dan Wanita Ternoda

Episode 1-Si Gadis Pengemis

Di bawah guyuran hujan yang deras, dirinya terkulai sembari menangis. Tangannya tampak sibuk meraih tali tas yang terlempar, saat sepeda motor seseorang membuatnya tersungkur di atas jalan beraspal. Luka gores yang berada di lutut tak lebih sakit dari hancurnya jiwa akibat nasib buruk.

Sonya Dewi. Gadis itu keluar dari neraka beberapa saat lalu, diiringi suara guntur yang terdengar bertalu-talu. Seolah langit turut berduka atas apa yang menimpa dirinya, kehilangan mahkota karena dipaksa memuaskan hasrat biadab seorang pria yang tak lain adalah ayah tirinya.

Sonya berharap bisa berdiri, setidaknya untuk bergegas pergi dan bunuh diri. Ia merasa hidupnya sudah tak berarti. Lebih baik tewas, daripada bernapas dengan noda yang telah membekas. Namun apa daya, tampaknya Tuhan tak merestui rencananya. Kaki Sonya terkilir, enggan diajak bangkit, berjalan pun tentu saja akan sangat sulit.

Gadis itu lantas meringkuk bersandar pada pembatas jalan yang basah oleh air hujan. Ia melipat lutut dan merebahkan kepala. Menangis dalam kepiluan yang tiada tara. Sonya berharap rasa dingin semacam dikubur dalam butiran es itu membuatnya lekas kehilangan nyawa, dengan begitu ia akan mati tanpa melukai dirinya.

Sebuah mobil tiba-tiba berhenti tepat di depan Sonya. Pria tinggi turun dari sana. Menganggap Sonya sebagai pengemis tanpa tempat tinggal, pria itu menyerahkan uang lima puluh ribu karena iba. Sebuah payung juga diberikan agar Sonya tak kehujanan.

“Pindah saja. Mengemis di tempat seperti ini hanya akan melukai dirimu sendiri. Kau hanya akan mendapat mati. Kami tak akan iba, tapi justru menjadi repot. Kamu bisa pergi mencari sesuap nasi, dan tempat berteduh sementara. Pergilah,” ucap pria itu sarkastik.

Tangisan Sonya langsung berhenti. Gadis itu membuka mata yang sempat terpejam. Paras ayu yang sudah basah kuyup terlihat dengan jelas, terlebih ketika sorot lampu jatuh tepat di wajahnya itu.

Sang pria terkejut, takjub, dan tidak menyangka. Bagaimana bisa seorang pengemis begitu cantik jelita? Pakaiannya sobek-sobek, tetapi jika dicermati lagi, kulitnya sangat putih dan bersih. Memar saja yang menghiasi tengkuk dan leher wanita itu.

“Kamu bukan pengemis?” tanya pria itu sungkan. “Kamu siapa? Anak SMA yang sedang kabur ya?”

Tiba-tiba saja, Sonya meraih lengan si pria yang masih sibuk memayunginya. Matanya yang berkaca-kaca menatap pria itu. “Apa Tuan bisa membunuhku? A-apa Tuan bisa membuatku mati?” ucapnya bertanya hal-hal yang tidak wajar.

Si pria langsung terkejut. “Apa yang kamu katakan? Gila, membunuh? Tentu tidak bisa!”

“Kalau begitu Tuan harus pergi, pergi dari sini!” Sonya berteriak melengking dan sampai menusuk dada pria itu. “Pergiiiii!” teriaknya lagi histeris.

“Woe! Kamu apakan gadis itu?!” Tiba-tiba seorang pria pengendara sepeda motor berteriak sembari menghentikan laju kendaraannya.

Seorang penumpang pun turut menimpali, “Kamu jangan macam-macam pada anak gadis orang!”

Detik itu juga, pria tampan tersebut langsung menelan saliva. Ia yang bergerak hendak menenangkan sang gadis pengemis, yakni Sonya menjadi batal. Dan kedua pria pengendera sepeda motor mulai menghampirinya.

Mereka memaki kasar, dan main hakim sendiri meski masih sebatas ucapan kotor. Si pria tampan langsung bingung. Penjelasannya tak didengarkan, tidak, tetapi ia memang tak diberi kesempatan untuk berbicara. Dan Sonya yang masih didera traumatik, tidak berdaya. Ia terus menangis dan rencana untuk mati tetap tersemat di pikirannya.

“Namaku Kenzo Abraham, aku adalah putra dari—”

Ketika si pria yang ternyata bernama Kenzo Abraham tersebut hendak memberi tahu akan siapa jati dirinya, sang pengemudi motor justru memotong.

“Kami tidak peduli Tuan ini anaknya siapa. Bahkan jika anaknya presiden sekali pun. Perlakuan tidak manusiawi Tuan pada gadis belia benar-benar hina dan masuk dalam ranah kejahatan!” ucap pria berparas agak tua itu.

“Benar!” tambah si penumpang. “Kalau tidak mau tanggung jawab, kami akan melaporkan hal ini pada pihak kepolisian.

Kenzo mendesah lelah, ia sampai melemparkan payung hitam. Lantas, kedua telapak tangannya langsung menangkup wajahnya sendiri yang basah karena air hujan.

Tak lama kemudian, Kenzo berjalan menghampiri Sonya. Ia menatap Sonya, ingin menggertak, tetapi kedua pria paruh baya itu terus mengawasinya. Alhasil, Kenzo tidak dapat berbuat apa-apa.

Kenzo menghela napas sedalam mungkin, kemudian berkata, “Saya adalah suami dari gadis ini. Dia saya nikahi, meski masih muda. Dia kabur dari rumah!”

Sonya membelalakkan mata seketika itu juga. Benak dan hatinya yang selama ini tercengkeram ketakutan berubah menjadi keheranan. Perlahan ia mengangkat kepalanya dan menatap Kenzo dengan nanar. Apa yang dikatakan oleh pria itu? Pikirnya. Sonya ingin berdiri dan lantas mempertanyakan, tetapi kakinya yang terkilir tak dapat diajak bangkit.

Lalu, kedua pengendara sepeda motor itu menjadi tertegun. Mereka berdua langsung mengarahkan tatapan mata ke arah Sonya.

“Apa Tuan ini benar, Nona?” tanya si pengemudi.

Sonya menggeragap. Ia bingung dan otaknya langsung bleng! Bibirnya terkatup rapat, apalagi saat rasa dingin dan gemetar menerpa dirinya secara tiba-tiba.

Si pria penumpang menghela napas. “Karena Nona ini tak bisa menjawab, kami belum bisa percaya secara sepenuhnya.”

Kenzo menelan saliva. Ia kesal dan tak habis pikir. Padahal, ia membuang harga dirinya dengan mengakui bahwa si gadis pengemis adalah istrinya, tetapi kedua orang itu masih tak percaya. Terlebih ditambahi diamnya Sonya yang tak memberikan penjelasan apa pun.

“Nona ini seperti korban pelecehan,” celetuk sang penumpang sepeda motor lagi. Matanya beralih menatap Kenzo. “Kamu harus ikut kami ke kantor polisi!”

”Sudah kukatakan dia istriku! Astaga ....” Kenzo menggertak pada Sonya. “Katakan, akui saja dan ....” Ia menelan saliva. “Dan pulang bersamaku. Tolong jangan menyulitkanku yang tidak salah apa pun, apalagi jika sampai masuk ke kantor polisi.”

Sonya tak punya pilihan. Meski kehancuran sudah terjadi pada dirinya, menjebak seseorang tak berdosa tetap membuatnya merasa sangat bersalah. Akhirnya, Sonya mengulurkan tangan dan meminta Kenzo membantunya berdiri.

Ada rasa jijik yang hadir di hati Kenzo. Bagaimana bisa Kenzo yang hendak membantu kecil seorang gadis pengemis harus memeluk tubuhnya? Mengapa Kenzo terjebak dalam kesalahpahaman dua pria paruh baya yang tak dikenal? Mengapa pula ia harus bersedia membawa gadis asing ke dalam mobil, serta rumahnya?

“Maafkan kami, Pak, telah membuat keributan,” ucap Kenzo sembari merengkuh tubuh Sonya yang lemah dan menggigil.

Sang pengendara menghela napas. “Lain kali kalau ada masalah jangan lari ke jalan, Nona. Ada Tuhan di atas sana. Mana pakaiannya compang-camping begitu, kami akan salah kira Nona baru mendapatkan sesuatu yang berbahaya,” ucapnya memberikan nasehat.

“Tolong dijaga baik-baik istrinya, Tuan,” timpal si penumpang.

Sayangnya kedua pengendara itu tak lekas pergi, sehingga Kenzo tidak bisa membiarkan Sonya lagi. Alhasil, dengan disertai tatapan mengawasi dari kedua pria paruh baya itu, Kenzo membantu Sonya untuk masuk ke dalam mobilnya. Kemudian, dirinya melesak ke kabin pengemudi dan segera melaju.

***

Episode 2-Kenzo yang Kesal

Kenzo masih tidak mengerti mengapa dirinya begitu baik hati pada gadis asing berpakaian koyak, yang ia anggap sebagai pengemis beberapa saat lalu. Di dalam apartemen pribadinya, gadis itu tampak meringkuk di dekat pintu sembari menenggelamkan kepala dalam tundukan. Entah apa yang sebenarnya terjadi, tetapi Kenzo mulai menyusun sebuah praduga. Gadis itu adalah korban pelecehan. Mungkin!

Sesaat setelah menghela napas, Kenzo bergegas mengambil langkah. Ia berjalan menuju keberadaan gadis itu dengan agak ragu. Di salah satu lengannya, tersampir setelan baju bersih miliknya. Mungkin gadis itu bersedia memakainya agar tak lagi kedinginan. Akan fatal jadinya, jika ada sesuatu yang buruk terjadi pada gadis itu, apalagi saat berada di apartemen Kenzo.

"Hei, Nona!" ucap Kenzo agak keras. "Tak bisakah kamu bangkit dan mengganti pakaian? Aku sudah susah payah membawamu kemari bukan untuk melihatmu meringkuk di samping pintu rumahku."

Gadis itu, melainkan seorang Sonya Dewi yang malang, masih saja terdiam. Meski sebenarnya, Sonya mendengar ucapan Kenzo, ia tetap enggan untuk menatap pria yang membantunya tersebut.

"Apa kamu tuli?!" Kenzo muak sekaligus kesal, suaranya kian meninggi juga menggelegar dan menyeramkan. "Hei, Nona!"

Sonya menarik napas sedalam mungkin. Merasa tidak enak, ia lantas mengangkat kepalanya. Di tatapnya seorang Kenzo yang sudah memasang wajah menyeramkan. Namun paras pria itu tetap tak membuat hati Sonya Gentar. Bagaimana tidak, semangat hidupnya sudah redup. Tubuhnya sudah sangat kotor. Mati adalah jalan terbaik, begitu pikirnya. Ia bahkan tidak peduli jika Kenzo akan memakainya setelah tubuhnya digunakan oleh sang ayah tiri.

"Tuan, saya hanya ingin mati. Tapi mengapa Anda justru membantu saya? Seorang gadis yang sudah koyak ini. Kenapa tidak membiarkan saya berada di jalan itu saja?" ucap Sonya lirih. Bibirnya bergetar sehingga suaranya terdengar gemetar. "Apa Anda juga menginginkan diri saya?"

"Apa?" Dahi Kenzo berkerut. Heran dan tidak habis pikir mulai melingkupi hatinya. Namun, praduga yang beberapa saat lalu ia pikirkan sepertinya 90% benar. Gadis itu adalah korban kejahatan dari pria biadab dan entah siapa.

"Saya akan menyerahkan diri saya, jika Tuan memang menginginkannya. Sebagai tanda terima kasih, sebelum kematian merenggut nyawa saya." Sonya menundukkan kepala.

"Hahaha. Bodoh!" Alih-alih merasa senang lantaran mendapatkan tubuh seorang wanita secara gratisan, Kenzo justru tergelak lalu mengatakan satu butir kata penghinaan. "Kamu pikir aku doyan wanita ternoda sepertimu? Tentu saja tidak, Nona! Jangan gila! Bahkan meski dirimu masih sangat suci, kamu belum tentu masuk sebagai kriteria gadis idamanku. Yang benar saja!"

Terkejut, Sonya sampai membelalakkan matanya. Ucapan Kenzo memang cukup menusuk, tetapi pemikiran pria itu berhasil membuatnya malu. Ya, sebuah rasa yang tiba-tiba muncul di saat nyaris menyerah tentang hidup. Seperti setitik cahaya yang tiba-tiba datang dan memiliki tujuan untuk menghapus keputus-asaannya.

Sonya menyesal karena sudah bersikap begitu tidak tahu malu. Menganggap dirinya sok cantik, padahal dapat dilihat secara gamblang bahwa fisiknya sudah rusak. Banyak bekas merah dari aksi sang ayah tiri. Namun, bisa-bisanya ia justru menawarkan diri pada pria sekaya Kenzo Abraham. Tidak masuk akal, bukan? Bahkan jika Kenzo memang tipikal pria suka jajan, pasti Kenzo akan lebih memilih wanita malam yang tertanda VIP sekaligus mahal, bukan wanita ternoda bekas seperti Sonya.

"Kalau begitu ...." Dengan sisa tenaga, Sonya berusaha untuk bangkit meski kakinya yang terkilir masih terasa super sakit. Namun dengan berpegangan pada handle pintu, akhirnya ia tetap berhasil berdiri, walaupun tidak terlalu tegak.

Detik berikutnya, Sonya menatap Kenzo, kemudian kembali berkata, "Saya ingin pamit saja, Tuan. Lupakan apa yang telah saya katakan barusan. Saya minta maaf, karena membuat Tuan disalahpahami oleh orang lain, sampai rela membawa saya ke tempat mewah ini."

Kenzo mendengkus. Sebenarnya, separuh hatinya merasa senang saat Sonya memiliki pemikiran untuk pergi. Namun sebagian hati yang lain, merasa iba pada gadis itu.

"Kamu bisa tinggal di sini malam ini. Jangan pergi, apalagi sampai bunuh diri. Jasadmu akan merepotkan banyak orang nantinya. Kalau kamu memang benar, adalah seorang korban dari pelecehan, seharusnya kamu hidup dan balas dendam. Bukan kabur dari kenyataan, menghindari dunia lalu ingin bertemu Tuhan. Memangnya bekalmu untuk ke akhirat sudah sangat cukup?" ucap Kenzo, yang cenderung menceramahi gadis itu.

Mata Sonya mengerjap. Sesaat setelah menelan saliva ia berkata, "Tuhan saja jahat pada saya, kenapa saya harus takut jika bekal ke akhirat masih sangat kurang? Mau di dunia atau di neraka, rasanya pasti akan sama saja. Hidup dengan balutan nestapa, tubuh yang sudah koyak, lalu tanpa harga diri, bukankah sama halnya seperti di neraka?"

Kenzo menghela napas. "Kamu tahu?"

"Tentu saja tidak, Tuan."

"Aku juga seorang penjahat. Aku pernah membunuh seseorang, aku juga sempat ingin bunuh diri karena perasaan bersalah terus membuatku frustrasi. Tapi, lihat sekarang, penjahat ini justru hidup di bawah atap dan rumah yang mewah. Sementara korban dari kejahatanku, sudah mati. Apa kamu benar-benar akan membiarkan penjahat itu hidup foya-foya sepertiku? Bukankah lebih baik, dirimu tetap hidup dan membuat penjahat itu menderita? Agar dia tidak bahagia sepertiku sekarang, Nona," ungkap Kenzo.

Sonya tercenung. Matanya pun menatap lebih lebar pada wajah Kenzo sekarang. Pancaran mata Kenzo jauh lebih sendu, yang sepertinya menyimpan banyak penyesalan dan kesedihan. Secara kasat mata, pria itu tampak tampan menawan, gagah, serta terhormat. Lantas, bagaimana mungkin sosok Kenzo yang se-demikian sempurna ternyata adalah mantan penjahat?

Tidak mungkin, pikir Sonya. Ia pikir Kenzo hanya ingin membuatnya tak berencana untuk melanjutkan niat bunuh diri. Begitu awal pemikiran gadis itu. Namun ketika menyadari bahwa Kenzo adalah orang lain yang 'terpaksa' membawanya pulang, Sonya menjadi tidak begitu yakin dengan pemikirannya sendiri.

Mungkin Kenzo benar-benar memiliki masa lalu yang kelam. Oleh sebab itu, ia sampai rela membantu Sonya yang sudah ternoda. Lagi pula, untuk ukuran pria biasa yang memiliki kehidupan normal, sepertinya akan lebih memilih cari aman. Namun Kenzo tidak begitu, dirinya justru menyelamatkan Sonya, bahkan sampai membawa gadis itu ke rumahnya. Kenzo yang seharusnya bisa menurunkan Sonya di mana saja, malah rela memberikan tumpangan tidur.

"Apa Tuan benar-benar seorang penjahat? Dan membantu saya, selain karena iba dan terpaksa, tetapi juga demi membayar rasa bersalah Anda?" tanya Sonya memberanikan diri.

"Entah," jawab Kenzo singkat dan terlihat tidak berselera membahas hal tersebut.

Sonya menelan saliva, kemudian menunduk lagi. "Seharusnya Anda bisa menurunkan saya di pinggir jalan yang sepi, membiarkan saya kehujanan, sekaligus mati. Lagi pula, sekalipun tetap ingin hidup, saya tidak tahu mau ke mana. Saya memang masih muda, tapi saya adalah orang yang super manja. Saya tidak memiliki tempat tujuan dan pekerjaan. Tanpa bunuh diri, saya pasti akan mati kelaparan."

"Anak muda zaman sekarang mudah sekali menyerah, sebelum mencoba ya," ucap Kenzo sarkastik.

"Ya benar. Tapi hanya saya saja, di luar sana banyak pemuda yang memiliki ambisi besar."

"Kenapa tidak mencoba hidup seperti mereka?"

"Karena saya sudah tidak memiliki semangat hidup, untuk apa mencoba hidup seperti mereka jika akhirnya saya memilih mati karena tidak kuat dengan aib ini?"

Kenzo berdecap, sekaligus geram karena gadis super pesimis tersebut. "Diamlah! Dan pindahlah ke sofa, tidur di sana. Esok pagi silakan pergi. Aku malas berbicara dengan gadis bodoh sepertimu. Buang-buang waktu."

Tak lama kemudian, Kenzo memutuskan untuk berlalu. Ia sudah tidak peduli lagi jika gadis itu masih tidak mau menuruti ucapannya. Lagi pula, gadis itu hanya orang asing yang tidak penting. Bantuan Kenzo sudah sangat cukup, bukan? Sudah tidak ada gunanya menceramahi seseorang yang enggan menerima kenyataan dan sudah berada dalam keadaan kehilangan semangat hidup.

***

Episode 3-Sebuah Pertimbangan

Bayangan tentang kejadian buruk tadi sore, benar-benar membuat mata Sonya enggan untuk terpejam. Ingatan itu terlintas bagaikan sajian layar lebar yang tampak jelas tergambar di langit-langit ruang tamu apartemen milik Kenzo Abraham. Membuat Sonya menjadi kerap serba salah. Pasalnya, ketika ia memutuskan untuk memejamkan matanya dengan maksud mengabaikan gambaran itu, bayangan buruk tersebut justru berpindah dan berputar-putar di kepalanya.

Keadaan semakin tidak karuan, ketika beberapa bagian tubuh Sonya kembali didera rasa nyeri yang luar biasa. Air matanya pun meluruh dengan deras menodai kedua pipinya yang lembut dan putih. Nyatanya rasa sakit tidak hanya menjalar pada fisik, tetapi juga hati. Dalam situasi sekacau itu, seharusnya Sonya sudah mati sejak beberapa jam yang lalu. Namun apa yang terjadi sekarang? Dirinya justru berada di dalam apartemrn mewah milik seorang pria asing.

Ucapan-ucapan Kenzo pun turut terngiang di telinga Sonya, yang kerap kali membuat gadis itu mengurungkan niat untuk melarikan diri. Kata-kata Kenzo sukses menggerus keputus-asaannya, meski hanya separuh dari jumlah yang sudah sangat besar.

Benar, lambat-laun Sonya menganggap ucapan Kenzo adalah sesuatu yang perlu ia pertimbangkan. Jika mati tanpa membalas dendam, ayah tiri jahat itu pasti akan hidup bahagia dalam balutan harta dan kekayaan milik ibunya. Ia harus membuat Gani menderita, baru setelahnya ia akan mengakhiri hidupnya sendiri. Begitulah pemikiran Sonya saat ini, meski banyak pesimis mengenai hari-hari berikutnya setelah keluar dari kediaman pria tampan yang ia ketahui namanya adalah Kenzo Abraham.

Sonya tidak tahu hendak ke mana. Sepeser uang pun ia tidak punya. Hanya balutan pakaian rusak yang ia miliki sekarang. Baju dan celana besar milik Kenzo pasti akan ia kembalikan di esok hari, sementara dirinya pun harus pergi dari apartemen itu.

"Apa yang harus aku lakukan dalam situasi serba tidak punya? Sementara pulang ke rumah, hanya akan membuatku kembali dikuasai oleh pria tua yang gila itu. Aku tidak mau menyerahkan tubuhku pada penjahat itu," gumam Sonya sembari membangunkan dirinya, lalu meredam tangisannya serta menyeka bulir-bulir bening yang masih tersisa di pipi. Punggungnya bersandar pada badan sofa, sementara kepalanya tenggelam dalam tundukan.

Gadis malang itu, tidak bisa berpikir. Sebagai anak dari orang kaya dari lahir, ia memiliki sifat super manja dan tidak pernah sekalipun bekerja. Di rumah sang bunda, ia adalah seorang tuan putri yang hidupnya serba dilayani. Sampai suatu ketika, muncul pria hidung belang yang tiba-tiba meminang ibunya.

Sonya tidak pernah menyukai ayah tirinya itu. Ia tidak setuju jika mendiang ayahnya digantikan oleh orang lain. Namun ibunya yang seorang sosialita kelas atas sekaligus pengusaha kosmetik terkemuka memiliki ego super tinggi. Pendapat dari Sonya tidak pernah didengar oleh wanita paruh baya yang bernama Delima tersebut.

Yang mana, Delima justru menganggap putrinya tidak tahu terima kasih dan begitu kurang ajar karena memberikan wejangan padanya. Delima masih menganggap putrinya itu hanya bocah manja yang bisanya hanya merengek. Namun meski begitu, Delima tidak pernah sekalipun membiarkan Sonya kelaparan atau kekurangan barang apa pun. Segala jenis materi diberikan secara cuma-cuma pada Sonya, sementara perhatian dan kasih sayang justru terbilang kurang.

Sifat Delima yang se-demikian acuh, membuat Sonya akhirnya memilih kabur daripada melaporkan aksi sang ayah tiri pada ibunya tersebut. Sonya tahu ucapannya hanya akan dianggap sebagai angin lalu. Terlebih, ketika ayah tirinya yang bernama Gani tersebut adalah sosok yang licik dan manipulatif. Gani bisa mempengaruhi hati Delima semudah membalikkan telapak tangannya. Dan Sonya akan kalah jika melawan Gani, lalu jika dirinya tetap nekad, maka sudah pasti tubuhnya akan dipakai lagi.

Sebagai korban pelecehan, tentu saja Sonya memiliki ketakutan yang luar biasa besar. Namun karena keinginannya untuk mati sempat sangat besar, membuat dirinya langsung pasrah pada keadaan, bahkan ia sudah tak lagi takut pada Kenzo Abraham. Ia justru menawarkan dirinya pada pria itu sebagai tanda terima kasih, tetapi nyatanya Kenzo bukanlah pria sembarangan yang asal memakai tubuh wanita, apalagi Sonya sudah benar-benar ternoda.

"Aku harus mulai dari mana untuk hidupku ke depan, sampai aku bisa membalaskan dendamku? Dan berapa lama, aku menunggu kesempatan itu tiba? Aku sudah tidak tahan hidup di dunia ini, tidak tahan dengan setiap siksaan yang terus muncul di benakku. Aku cuma ingin mati, tapi aku tidak bisa melakukannya sebelum Gani hancur ...," gumam Sonya lagi, yang kali ini bertanya-tanya.

Sonya menelan saliva setelahnya, sementara salah satu jemarinya masih mencengkeram dada sekuat mungkin. Seandainya, ia kabur dari dulu, pasti ia sudah memiliki banyak tabungan atau bekal untuk hidup sendiri. Namun kejadian tadi sore jauh dari perkiraannya, ia langsung diterkam begitu saja. Tubuhnya seolah dibuat koyak, dan ... tak diragukan lagi tanda daranya sudah tiada.

Sonya Dewi. Seorang gadis malang yang kini telah menjadi wanita ternoda. Masa depannya sudah hancur, karena kepergiannya sekarang membuatnya tak bisa lagi mendatangi kampus. Jika ia tetap mengikuti mata pelajaran di kuliahnya, Delima bisa menemukannya di tempat itu dan memaksanya untuk pulang. Kejadian naas kedua akan terulang, bahkan bisa saja berulang-ulang.

Saat tidak dapat lagi menahan gejolak perih yang menghunjam hati, Sonya kembali menangis. Namun sebisa mungkin ia menahan suara isakannya agar tidak sampai mengganggu tidur sang tuan rumah.

Namun rencana Sonya tampaknya gagal, karena Kenzo justru tengah mengamatinya di ambang pintu kamar. Pria itu tampak menghela napas dan sejujurnya segumpal perasaan iba masih bernaung di hatinya. Kenzo tahu bagaimana perihnya hidup Sonya sekarang, tetapi tidak terlalu memahami bagaimana sulitnya gadis itu untuk bertahan.

Kenzo adalah pria misterius yang memiliki masa lalu kelam. Pria yang dingin dan cenderung menghindari permasalahan orang lain. Namun di malam tanggung tadi, sepertinya Tuhan sedang berbaik hati untuk menghangatkan hatinya, yang langsung membuatnya berinisiatif membantu seorang pengemis kehujanan. Takdir kedua yang tidak terduga, membawanya terlibat dalam masalah sang gadis pengemis.

Kenzo mendesah pelan, sembari mengusap wajahnya dengan kasar. "Apa yang tengah aku lakukan? Membawa pengemis, bukan, tapi korban pelecehan ke rumahku? Memberinya tumpangan tempat tidur, memberinya makan, hingga meminjamkan pakaian? Ah ... sepertinya aku sudah benar-benar gila," keluhnya tidak habis pikir dengan dirinya sendiri.

Namun meski mengeluh, Kenzo mengaku kali ini dirinya seperti dihadapkan dengan kejadian naas yang sudah lama berlalu. Sebuah tragedi yang membuat dirinya terbelenggu rasa bersalah dan traumatik hingga saat ini. Kenzo sampai berpikir jika kedatangan Sonya memang sudah diatur se-demikian rupa oleh Sang Maha Kuasa untuk dirinya; Tuhan memintanya untuk membayar kesalahannya di masa lalu dengan membantu gadis itu.

"Haruskah aku membantunya lagi setelah malam ini berlalu? Gadis yang mengaku manja itu, memangnya bisa hidup sendiri tanpa uang sepeser pun di luar sana?" gumam Kenzo mulai mempertimbangkan.

Rasa simpati Kenzo perlahan datang, membuat sang pemilik raga langsung berpikir panjang untuk keputusannya mengusir Sonya ketika malam sudah habis karena kedatangan sang mentari.

***

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!