NovelToon NovelToon

CINTA LOKASI (CINLOK)

SELINGKUH

"Mbak...pulang kuliah jam berapa?"

Pesan WA dari Sita, adik kos Renata. Heran. Tumben-tumbenan gadis itu mengirim pesan seperti itu.

"Sore. Jam 5? Kenapa?" Balas Renata.

Satu detik

Dua detik

Tiga detik

Pesan Renata hanya di-read- doang. Ia pun hanya mendengus kesal. Menunggu balasan chat yang tak kunjung dibalas, sama halnya menunggu jerawat di hidung meletus, pengen pites.

"Kenapa si nih anak?" gumam Renata. Entahlah..perasaannya tiba-tiba merisaukan Sita. Ia pun mencoba telpon gadis itu, namun tak kunjung dijawab.

Hufh.

"Lo kenapa, Ta?" tanya Wira yang sejak tadi mengamati raut keheranan Renata dengan mengotak Atik ponsel pintarnya.

"Hmm... gak pa-pa, Wir." Ucapnya asal. Namun, ia memilih berselancar pada grup LORONG 13

Me: Kisut ( nama panggilan Sita)...balas wa gue!!!

Elea: Kisut tadi dijemput Rawon (panggilan pacar Sita yang bernama Bagas Irawan) mbak.

Me: Aneh, tadi wa gue tanya pulang jam berapa gitu.

Neva: Gue juga di-wa guys

Ilma: Kok gue enggakkk guys

Me: Anak kecil gak boleh ikutan @Ilma_lorong 13

Ilma: Anak kecil apaan, 36D punya kelezzz

Neva: Ya elah, guwe yang 38 aja diam ajee, Neng

Me: gesreekkkkkk

Elea: Gesrek (2)

Neva: Sapa woy???

"Ssst....Wir, cewek Lo!" cicit Ceca sembari menunjuk dengan dagu ke arah Maya. Teguran Ceca membuat Renata yang sejak tadi konsen dengan HP mengalihkan pandangan ke arah cewek cantik yang sedang bergelayut manja dengan cowok di ujung koridor gedung.

Seorang Wira hanya menoleh tanpa berkomentar dan melanjutkan tugas kelompoknya.

"Kok Lo B aja, Wir?" tanya Renata dengan tatapan menyelidik, "Lo putus?" lanjutnya.

"Ckk....bisa diam gak sih kalian, kerjain tugas aja dah, ngapain si bahas cewek lucknat itu." Tukasnya kesal.

Renata dan Ceca hanya saling pandang, cukup heran dengan jawaban Wira. Setahu Mereka, Maya adalah pacar terindah Wira. Wajar si sebutan itu untuk Maya, gadis syantiiikkkkk naudzubillah, kaya, cuma rada' oon, upppsss. piss.

"Gimana ..gimana...lucknat?" goda Ceca sengaja memancing kekesalan sahabat cowoknya itu. Sedangkan Renata hanya menahan tawa melihat raut Wira yang sudah terlanjur badmood.

"Kalian mau nyelesain tugas sekarang, atau gue tinggal pulang." Ancamnya.

"Heleh, Wir. biasanya juga tugas kelompok kita yang kerjain, Lo mah tinggal titip nama, sekarang sok sok an nyelesain tugas." Celetuk Renata, sengaja memancing emosi Wira.

Puk.... pukulan kecil dari Wira mendarat cantik di kepala Renata. "Diem."

Sontak saja Renata dan Ceca ngakak, sepertinya hubungan Wira- Maya sudah kandas. Entah apa penyebabnya. Mereka berdua hanya tinggal menunggu tanggal main 'sesi curhat' ala Wira.

Yup, Renata, Wira, Ceca, Ola dan Irfan, serta Bian adalah sahabat sejak menjadi mahasiswa baru. Keenam mahasiswa ini satu kelas dan sering satu kelompok tugas juga. Mereka bisa dibilang satu server, sama-sama sengklek dan mulutnya tak berfilter.

"Ya elah, Wir. Cewek Lo...lengket banget sama Tyo." Ceca si kompor. Wira masih diam, tangannya cukup asyik menggoreskan pena di kertas folio.

"Sumpeh...sumpeh....Tyo....gak nyangka gue bisa hot gitu." Timpal Renata.

"Halah....kata Lo hot....gak percaya gue, palingan gandengan doang, di depan umum juga, mana berani grep*-grep*," sangkal Wira tak juga melihat Maya-Tyo.

"Kok Lo yakin banget?" Renata mulai kepo.

Wira mendongak, menatap tajam ke arah Renata, sudut bibir terangkat sedikit cenderung sinis. " Gue bahkan pernah pakai----"

"Astaghfirullah, anak Jaka gue". Potong Renata sambil memukul lengan Wira dengan gulungan kertas.

"Apaan si, Ta. Sakit tau!"

"Jangan bilang Lo udah berhubungan suami-istri sama dia?" tebak Renata geram.

"Ya lo, udah tahu Renata itu ustadzah, malah ngumbar aib," sambung Ceca.

"Eh kalian tuh ya yang omes, orang gue mau bilang gue pernah pakai bibirnya doang."

"Buat?" Renata menyelidik. Tatapan tak suka terus terpampang, bisa-bisanya 'anak jaka'nya berbuat tak senonoh.

Wira mencondongkan wajahnya pada Renata, hembusan nafas hangatnya sangat terasa di wajah Renata, gadis itu memundurkan kepala dan mengernyit bingung. "Kenapa?"

"*****." Bisik Wira, sontak Renata kembali memukul puncak kepala Wira. Sumpah demi apapun, Renata tak terima Wira sudah sejauh itu saat pacaran. Memang si kata Wira dan Ceca ciuman adalah hal biasa dilakukan oleh pasangan muda, tapi bagi Renata itu tidak baik sodara, zina.

"Incip doang gak pa-pa kali, Ta!" Bela Ceca.

Renata semakin melongo, kali ini Ceca setuju dengan kelakuan Wira, hellooooowwwwwwww, sejauh itukah kalian pacaran. Gampang banget si kasih bibir ke orang yang belum tentu berjodoh. Benar-benar gila.

"Makanya, Ta. Sekali-kali lo terima kek, tembakan cowok-cowok. Biar gladi resik dulu sebelum Lo kawin." Balas Wira santai.

Renata hanya menggelengkan kepala, tidak habis pikir kenapa kedua sahabat somplaknya ini punya pengalaman begitu saat pacaran. Astaghfirullah hal adzim, batin Renata menjerit.

"Ck...untuk kawin gak perlu lah gladi resik, lagian Lo, Ca. Lo gak nyesel kasih suami lo nanti bekas orang?"

Jleb....Nyai... pertanyaan Renata sukses menusuk jantung Ceca.

"Ya paling Ceca dapat suami yang hobi nyosor juga." Celetuk Wira.

"Iya juga, dan mungkin Lo!" Kilah Renata kesal.

"Yah kok, Wira si Ta. Ngedoain suami gue tuh Bang CEO kek, yang cakep, kaya, perhatian, sabar dan tanggung jawab."

"Eh, Nyai. Jodoh itu cerminan diri Lo. Kalau Lo baik ya jodoh Lo baik juga." Sesi ceramah ala Renata mode on.

"Masa' si, Ta?" kali ini Wira yang ingin menyangkal pernyataan Renata. Dia tidak setuju akan hal itu, karena setiap orang bisa berubah setiap saat. Tidak bisa dijudge sedini mungkin. "Tapi benar juga sih, makanya gue putus ama si dia."

"Kenapa?" tanya Renata dan Ceca kompak.

"Cie....kalian kepo ya, gak penting. Dah ah, tinggal dua nomor, gue cabut dulu. Selesain tuh tugas. bye...."

Renata dan Ceca mendengus kesal, si Wira !!main pamit aja tanpa penjelasan. Penasaran tau.

****

"Ehem....udah mulai go public rupanya."

Sindiran Wira untuk pasangan yang lagi kasmaran di parkiran motor. Alih-alih tak peduli dengan ocehan Renata dan Ceca sedari tadi, ternyata sakit hati cukup mendominasi ketika berhadapan langsung dengan mantan, ia kesal dan ingin melampiaskan saja.

"Belum move on, Bung!" balas Tyo.

"Belum bro, putus juga baru kemarin." Sahut Wira tak kalah pedas, bertopeng seperti cowok yang sangat menderita karena diputus pacar di saat lagi sayang-sayangnya. Sakit ih.

Tapi sebenarnya Wira juga tak ambil pusing, toh dia masih punya harga diri sebagai laki-laki, tak perlu lah mengemis cinta perempuan yang ahli mendua. Kayak gak ada cewek lain aja, begitu pandangan Wira.

"Lo, May. Jaga diri baik-baik, karena pacar Lo biangnya pemakai habis itu buang."

Entahlah apa maksud pesan Wira yang tak lama ngeloyor pergi dengan motor ninj* nya, meninggalkan pasangan yang mengumpatnya kesal. Sialaaaaannnn.

 *******

"Gak mampir dulu, Ca?" tanya Renata.

"Gak usah malah ghibah lagi gue kalau sama Lo." Celetuk Ceca dan disambut kekehan Renata.

Tepat pukul 5 sore, Renata sengaja diantar Ceca pulang ke kos usai menyelesaikan tugas kelompok. Sepanjang perjalanan ke kos Renata, keduanya mengobrol cukup lama, apalagi topiknya tentang Wira dan Maya. Alhasil Ceca menolak untuk mampir ke kos Renata. Takut nginep dan berujung ghibah sepanjang malam.

"Oke deh, hati-hati. Makasih." Ucap Renata saat Ceca sudah menyalakan mesin motornya. Setelah motor Ceca tak terlihat, buru-buru Renata naik ke lorong kamarnya. Mengecek kamar Sita terlebih dahulu, karena perasaan aneh terus mengarah pada Sita.

"Kisut mana?" tanya Renata ketika pintu kamar Kisut dibuka. Hanya ada Elea yang berkutat pada laptop. Kamar itu memang kamar Elea dan Kisut, sedangkan kamar Renata dan Neva berada di depan kamar Kisut-Elea.

"Belum pulang, mbak. Lagi kencan kali sama Rawon!" Balas Elea.

"El, perasaan gue ke Kisut kok gak enak ya, sejak Rawon datang."

Yah... Sita dan Bagas memang LDR-an. Mereka sangat jarang bertemu, jadwal libur semester mereka kadang tak sama, oleh sebab itu, kalau ada libur panjang Bagas akan menjenguk Sita, begitu juga sebaliknya.

"Gak ada apa-apa kali, Mbak. Rawon udah tobat kayaknya."

"Yah semoga. Apalagi mantannya juga kuliah di kota ini, kan?"

"Hem...." jawab Elea.

Bagas, Elea, dan Sita adalah teman SMA. Bagas terkenal playboy, berapa banyak cewek yang udah dilist sebagai mantannya. Awalnya Sita ogah pacaran sama Bagas, tapi saat kenaikan kelas 12, Sita luluh juga, dan menerima cintanya Bagas, hingga kuliah semester 4 ini.

Kata Elea, sejak pacaran dengan Sita, Bagas sudah banyak perubahan, terutama dalam hal kesetiaan. Meski LDR, Bagas tidak terlihat mendua apalagi men-tiga, kekkekekke.

Satu jam... Maghrib sudah berlalu hingga pukul 8 malam Sita tak kunjung pulang ke kos. Berkali-kali tim lorong 13 mengirim WA tapi hanya centang satu. Semakin risau dong.

"Gue tidur dulu, ya. Besok ada presentasi!" pamit Neva, kemudian keluar dari kamar Elea.

"Gue juga deh, ngantuk banget. Kalau ada apa-apa ketok pintu aja ya, El."

"Iya, mbak." Jawab Elea pasrah, dia bakal menunggu Sita sekalian lembur tugas. Sedangkan Ilma hari ini nginep di kos temannya, garap tugas begitu alasannya.

Hingga pukul 23.45... ketukan di kamar Neva-Renata terdengar nyaring.

"Sut!" panggil Renata yang membuka pintu kamar, mendapati Kisut yang sudah berdiri di depan kamar, dengan mata sembab dan masih terdengar isakan tangisnya.

"Mbaaaaaaakkkk."

"Eh kenapa nih anak?" Renata bingung, Sita langsung menghamburkan pelukan erat, "Sini masuk." Ajak Renata.

"Pulang jam berapa kamu?" giliran Neva yang bertanya, gadis itu terpaksa membuka mata lebar-lebar dengan rambut ala singa saat Sita sudah duduk manis di karpet.

"Mbak, Rawon." Rengeknya dengan lelehan air mata yang terus membasahi pipi.

"Rawon kenapa?" tanya Renata, meski mata sudah setengah Watt, dia berusaha mendengarkan curhatan Sita.

"Dia selingkuh sama Londo (sebutan untuk mantan Bagas)"

"Apa?" pekik Renata dan Neva bareng. Terlalu kaget dengan berita yang dibawa Sita tengah malam. "Kok bisa?" Renata berseloroh.

Bagas dan Londo, yang nama aslinya Windy, pernah berpacaran saat mereka SMP, berkali-kali putus sambung hingga SMA. Semenjak Sita dan Bagas pacaran, kisah mereka sudah tidak terdengar lagi, karena itulah teman-teman Sita menganggap Bagas sudah tobat, tidak playboy lagi.

Tapi kali ini, Sita cukup curiga. Dari kedatangan Bagas, saat kencan pun nama kontak 'Rudi' terus menghubungi Bagas. Curiga dong. Itu teman cowok tapi intens sekali komunikasi. Saat mereka kencan di salah satu cafe dan Bagas ke toilet, Sita membuka ponsel Bagas. Membuka roomchat Bagas dan 'Rudi'.

kamu jadi ke kos?

besok aku gak ada kuliah, jalan yuk.

kamu lagi sama Sita ya, kok gak balas wa-ku?

"Terus keputusan Lo?"

"Aku ngajak putus, Mbak. Tapi dia gak mau, dia tuh bilangnya aku pacar terakhirnya dan setelah dia lulus dan kerja, dia bakal melamar aku. Tapi aku gak mau, mbak!" tangisan Sita semakin menjadi, matanya semakin sembab. Renata dan Neva pun tak tega, keduanya memberikan pelukan hangat untuk Sita.

Bahunya naik turun, sesak dadanya merasakan pengkhianatan ini. Bahkan kedua orang tua mereka sangat dekat, tapi Bagas begitu mudahnya bermain api dengan sang mantan. Entah sejak kapan hubungan terlarang itu dilakukan.

"Lo yang cantiknya kayak gini aja diselingkuhin, Sut. Apalagi gue yang punya modal pas-pasan." Renata melontarkan candaan, berharap Kisut menyudahi tangisannya.

"Mbak Renaaaaataaaaa, aku tuh lagi sedih tau."

"Halah, palingan habis ini kamu juga dapat cowok lagi, Sut. Canteeeekkk gilaaaa."

"Mbak Nevaaaaaa." Rengeknya manja. Renata dan Neva hanya terkekeh, berhasil menjahili Kisut agar tertawa lagi.

"Kayak Ayah gue, sampai sekarang juga belum tobat, masih mencari istri baru entah yang ke berapa. Sebagai anak, gue sedih lah, ibu gue diperlakukan kayak gitu. Tapi mau gimana lagi, gue gak berharap ayah waras, karena kewarasan ayah gue nanti saat menghadap kiblat dan gak bangun lagi." jelas Neva.

"Astaghfirullah, Va. Durhaka Lo jadi anak." Renata tak terima.

"Emang gitu, selingkuh tuh penyakit, sekali melakukan maka akan terus dilakukan. Gue dukung Lo buat putus ama si Rawon itu. Jangan pernah mengemis buat balikan, Lo sebagai cewek harus punya harga mati."

"Harga diri, Va!" ralat Renata gemas.

TUDUHAN

"Lo yang namanya Renata?" tanya Maya, kekasih Wira, eh statusnya masih kekasih atau sudah mantan ya, entahlah.

"Iya, Lo Maya kan, pacarnya si Wira?" balas Renata santai.

Gadis dihadapannya itu hanya tersenyum sinis, lalu duduk di depan Renata dengan sorot mata tajam. "Lo ada hubungan apa dengan Wira?"

"Hubungan apa? teman kelas maksud Lo?"

"Gak usah sok polos deh."

"Lah mbaknya datang-datang main tuduh aja, gue juga punya hubungan sama si Wira." Mode julid seorang Ola on, bahaya.

"Situ gak usah sok jadi pembela pelakor ya. Jadi tolong gak usah ikut campur."

Ola dan Renata saling pandang, pelakor???? "Siapa?"

"Lo!" jawab Maya ketus.

"Maksudnya? Gue dan Wira pacaran gitu?"

"Ya elah, Mbak Maya yang syantiiikkkkk kata orang, bukan kata gue ya. Gue bilang ya, si Wira tuh gak hanya pacar si Renata doang, dia juga pacar gue, pacar Ceca. Mau apa Lo?"

"Kok Lo jadi kompor meleduk si La!" bisik Renata.

"Maksudnya?" Maya gak paham dengan ucapan Ola, jadi Wira punya pacar 3 sekaligus???

"Si Wira tuh cowok panggilan buat kita. Ingat ya, gue, Ola. Renata dan Ceca, pacar si Wira. Jadi Lo tuh yang pelakor. Main gebet cowok kita aja, ya kan, Ta."

"Dan kita harusnya yang marah sama Lo!" kelakar Renata, pura-pura marah.

Maya kincep, niat hati ingin melabrak gadis berlesung Pipit itu, justru dia yang kena omel. "Gue gak nyangka si Wira bisa punya cewek 3 sekaligus." Ucapnya sembari menunduk malu, kelihatan oon kan??? kekekkekekk. Masa' iya punya pacar tiga sekaligus dan ketiga ceweknya malah terlihat akur, mustahil Jubaedaaaahhh. "Maaf." Lanjutnya dan pergi meninggalkan dua gadisnya si Wira.

Bhhahhawhahaaa....Renata dan Ola ngakak parah, raut Maya tampak sedih, malu, dan kecewa sangat terlihat. Mungkin dia pikir, dirinya pacar Wira keempat. Ah pantas saja, dia gampang banget mutusin gue, begitu kata hati Maya.

CALON ORANG SUKSES

Renata: Wira sableng, Lo mau gue tampol sepatu apa bata?

Ola: mampus Lo, Wir. Nyai Renata ngamuuukkk.

Ceca: Whyyyyyyy. Kalian di mana? Pak Surya gak hadir neh, cuma nitipin tugas ke asistennya.

Renata: Alhamdulillah

Ola: Alhamdulillah (2)

Wira: Kalian di mana? gue dan Ceca mau samperin nih

Ola: kantin, nemenin Nyai sarapan.

Bian: Ta, gue pesenin dong, nasi rames daging balado, gue mau ke kelasnya Kia dulu.

Renata: males, bukan pacar, bukan sodara. main suruh suruh aja, Lo.

Obrolan unfaedah berakhir. Niat hati ingin maki-maki si Wira, malah disuruh order makanan. Gak elit banget.

Bian: kalian gak lihat, posko KKN? Udah launching di mading jurusan.

Renata: Nitip lihatin gue, Bi.

Ola: Gue juga dong, Bi.

Bian: Sori, gue bukan pacar kalian, gue bukan sodara, jadi lihat sen-di-ri.

Ola: balas dendam

Renata: Balas dendam (2)

Wira: Ta, kita seposko

Renata: Yah musibah dong!

Ola: banget, sebulan Ta, tiap hari ketemu si Wira.

Wira: Eh tolong ya, muka gue ganteng, anak sultan punya. Gak mungkin jadi musibah.

Dorrrrr

Ceca biang kerok, gak ikut nimbrung di grup Wa langsung aja nyamperin Ola dan Renata di kantin bersama Wira. Bikin kaget pula.

Kedatangan Wira disambut sinis oleh Renata, pasalnya beberapa menit yang lalu, Maya hampir saja melabraknya. Entahlah apa yang membuat Maya bertindak seperti itu.

"Maya Lo kasih wejangan apa? Lo tahu dia anggap gue pelakor coba."

Wira si sableng hanya cekikikan, sengaja memancing emosi Renata. "Set dah malah ngikik, bikin esmona aja Lo!"

"Emosi, Ta. Ya elah anak perawan gue!" protes Ceca.

"Apaan ya, gue cuma bilang gue gak nyesel putus ama dia, karena cewek incaran gue lebih baik daripada dia. Saat dia tanya siapa, yah gue jawab aja Renata."

"Kenapa harus gue si? dulu sama Esih gue juga yg jadi alasan kalian putus, sekarang terulang lagi, mau Lo apaan?"

"Lo suka beneran sama Renata?" tebak Ola penasaran.

"Ck....gue memang berharap Renata istri gue nantinya, apa itu salah!"

"Enak aja, gue polos, Wir. Masa' gue dapat yang berpengalaman sih?" Renata tak terima. "Ya udah tembak gue sekarang, biar gue tolak."

Ola dan Ceca sudah ngakak duluan. Gadis cantik yang katanya paling pinter di antara berlima malah mancing jiwa playboy si Wira.

"Renata sayang, mau kah kamu nikah sama aku?"

Wira si anak konglomerat batu bara menuruti permintaan Nyai Renata, berasa oon gak sih mereka berdua. Mana ada acara penembakan yang absurd gitu.

"Mon maap ya Bang Wira, Anda saya tolak, karena ada hati yang saya jaga."

" Halah...lagu lama Lo, Ta. Calon imam Lo mungkin juga lagi dijagain orang." Sambar Wira. Pemuda itu sudah hapal alasan Renata.

Berkali-kali Renata ditembak cowok, termasuk si Wira saat menjadi mahasiswa baru dulu. Tapi dia selalu menolak dengan alasan seperti itu. Memang Renata gak mau pacaran. Cita-citanya cukup sederhana, diajak ta'aruf lalu menikah. Itu saja.

Gadis itu tak mau ambil pusing dengan kejombloannya sekarang, ia menikmati masa-masa remajanya dengan banyak teman, jalan-jalan tanpa harus minta izin, tak perlu mencari perhatian 'sudah makan' dari orang lain, karena itu semua gak penting. Belum lagi sakit hati yang tercipta, idiiihhh males banget. Sakit hati karena putus cinta gak ditanggung BPJS sodaraaaa!!!!!

"Kalau Lo gak membuka hati buat cowok, ntar jadi perawan tua loh!" Wira mengajak negosiasi agar diterima.

"Kalau gak ada yang ngelamar gue, gue bakal cari Lo lah, Wir. Bang Wira....lamar aku dong!"

Sengklek kan.

"Ya Allah Tuhan, Wira si anak konglomerat batu bara dijadikan cadangan, sakit hatiku." Seloroh Wira, pura-pura sedih.

"Nah sekarang buat kalian berdua." Renata menajamkan tatapan pada Ola dan Ceca. "Kalian kalau gak ada yang ngelamar, bakal nyari sapa?"

"Bian lah." Jawab Ola dan Ceca kompak.

"Enak dong si Bian, punya bini langsung dua. Set dah poligami dini tuh anak." Kelakar Wira.

Keempat mahasiswa tua itu tertawa ngakak, pandangan pengunjung kantin teralihkan pada mereka. Sudah semester 6 malah gesrek semua.

*********

POSKO KKN 6

Wira dan Renata masuk grup WA KKN itu (kuliah kerja nyata) di salah satu pedesaan di Bandung. Mereka memang sengaja mengambil mata kuliah KKN di semester pendek ini, agar saat semester 7 nanti tinggal magang di perusahaan sambil mengerjakan skripsi.

"Kita cuma naik mobil berdua, Wir?" tanya Renata. Keduanya akan mengecek lokasi KKN sekaligus mencari rumah kontrakan untuk mahasiswa putra dan putri. Minggu depan sudah mulai KKN. Segala macam perlengkapan KKN harus terpenuhi terutama tempat tinggal, harus fix untuk satu bulan ke depan.

Ada 15 mahasiswa putra dan 15 mahasiswa putri dalam kelompok Posko KKN 6 ini, berasal dari berbagai jurusan. Namun yang mendominasi jurusan teknik.

"Sementara, Ta. Ntar di depan kampus juga ada beberapa anak yang ikut, sesuai kesepakatan di grup tadi malam." Terang Wira.

"Gue duduk belakang aja kalau gitu."

"Eh tolong ya, gue bukan sopir Lo, Renata Adzkiya."

"Cih...hapal banget nama gue. "

"Nama calon istri kudu dihapal lah."

"Wiraaaaaaaaaaaaaaaa."

Perjalanan 10 menit dari kos Renata menuju gedung rektorat. Sudah banyak yang berkumpul anggota KKN posko 6. Rencananya ada 8 orang yang meninjau lokasi, termasuk Wira dan Renata.

"Loh Maya kelompok kita juga, Wir?" sontak saja Renata kaget, melihat Maya yang sudah melambai ke arah mobil Wira. "Hapal banget kayaknya ama mobil Lo!"

Wira hanya meringis canggung. Tak mau menanggapi lebih jauh. Sebisa mungkin di lokasi nanti ia menghindari Maya, takut berantem.

"Eh!" seru Maya kaget saat membuka pintu mobil Wira. Ada Renata yang duduk di samping pengemudi.

"Lo duduk belakang aja, May! sahut Wira to the point, terkesan sinis.

"Gak masalah, Renata lebih berhak dekat sama Lo."

"Yuhu." Balas Wira santai, sempat-sempatnya mengerling ke arah Renata. Sedangkan Renata yang cari aman hanya melengos sebal.

Di bangku belakang ada Maya, Rendy, Kikan dan Saiful. Sedangkan Jea yang menjadi ketua kelompok KKN berangkat bareng Iwan langsung menuju TKP.

Di dalam mobil Renata sesekali menengok ke belakang, sekedar kenalan dan ngobrol basa basi, hanya Maya yang tak menyahuti, seperti ada dendam kesumat dengan Renata. Dan sikap apatis Maya menjadi boomerang bagi dirinya sendiri.

"Maya kayaknya gak nyaman ya di mobil ini. Kok dari tadi diam?" tanya Kikan, mahasiswa jurusan matematika ini cukup peka dengan kondisi awkward Maya.

"Gak biasa, maklumlah semobil bareng mantan berasa panas saja."

Renata melirik ke arah spion melihat ekspresi teman lain, semua kompak mengerutkan kening. " Gak usah bawa urusan pribadi di KKN ini, May. Malah bikin gak nyaman yang lain." Begitulah si Wira sok bijak.

"Urusan pribadi? gak salah ngomong neh, bukannya Lo yang satu lokasi KKN dengan pacar baru, kelihatan banget pencitraannya. Sok bijaksana."

"Ya elah, May. Gue maksud Lo pacar baru si Wira??? Asal Lo tau ya, gue bukan pacar baru ya....pacar lama, lebih lama daripada Lo lah. Lo yang baru hitungan Minggu aja sok banget jadi pacar, gue yang hampir 4 tahun aja gak sewot kalau Wira jalan sama cewek lain." Kali ini Renata berkoar. Dirinya sudah jengah dengan sikap Maya yang kekanak-kanakan, ingat umur woy habis ini sudah sarjana, gak bisa profesional banget.

"Wah, si Wira laku keras nih direbutin dua cewek?" Saiful mulai nimbrung.

"Biasalah, pesona sultan." Balas Wira angkuh.

Renata kembali melengos, sahabat somplaknya ini begitu santai menghadapi Maya yang menahan amarah. Wajah gadis itu sudah memerah.

Dan setelah omongan pedasnya, Wira tetap melanjutkan obrolan dan candaan dengan penghuni mobil, kecuali Maya. Mau ikut ngobrol silahkan, diam lebih baik.

Perjalanan kurang lebih tiga jam, akhirnya mobil Wira sampai di pemukiman warga. Suasananya cukup asri, sepanjang jalan tadi hamparan sawah menemani perjalan yang cukup jauh, melelahkan, serta menguras emosi bagi Maya, kekekkeke.

Jea, sang mahasiswa abadi, mahasiswa semester 10, paling tua di antara anggota kelompok KKN ini sudah duduk di rumah pak RT, ia mengabarkan posisinya di grup WA.

Renata yang turun belakangan, karena mau ber-selfie ria, dengan background pemandangan sawah terkejut dengan kehadiran Maya.

"Puas kamu dibelain Wira!" emosi gadis jurusan tata busana itu tampak jelas, seperti ingin menerkam Renata hidup-hidup.

"Maaf ya May, gue gak mau suasana KKN jadi horror gara-gara sikap Lo. Gak usah sok menderita deh, Lo putus dengan Wira juga karena sikap Lo sendiri, kan! Asal Lo tahu, gue dan Wira udah lama sahabatan, sebelum kenal Lo tentunya. Jadi please, hilangkan tuduhan Lo yang menganggap gue sebagai pelakor ataupun pacar baru Wira, karena dalam kamus hidup gue, rebutan cowok itu gak pen-ting!" Terang Renata. Sebisa mungkin ia menekan emosinya, tak mau di hari pertama menginjakkan kaki di tempat orang sudah berbuat rusuh.

"Munafik." Begitu Maya membalas ucapan Renata. "Gue yakin dalam hati Lo, Lo seneng melihat gue putus sama Wira, gak usah pura-pura sok suci deh, kita sama-sama perempuan, harusnya Lo ngejauhin Wira dong semenjak kita pacaran, bukan nemplok aja kemanapun Wira pergi. Kedok sahabatan buat menutupi niat menjadi pelakor."

Sumpah demi apapun, Renata kesal setengah mati mengahadapi gadis ini. Ingin meladeni omongan pedes si Maya, apalah daya Wira melambaikan tangan agar dia bergabung dengan yang lain. Rasanya mulut Renata gatal untuk membalik omongan si biang selingkuh ini. "Asal Lo tau, May. Jadi cewek harusnya punya harga diri, jangan merendahkan diri Lo dengan berselingkuh, terus Lo ngemis cinta padahal Lo sendiri yang salah. Anggota kelompok KKN kita ada 15 cowok, silahkan audisi untuk menggantikan si Wira. PERMISI."

"Brengseeeekkkk." Batin Maya.

"

PDKT

Sambutan dari pak RT cukup menyenangkan, beliau sangat ramah dan antusias menyambut kehadiran mahasiswa KKN. Beliau berharap desa ini bisa maju, terutama dalam bidang pendidikan.

Banyak warganya yang usia sekolah tidak menempuh jenjang pendidikan yang layak. Salah satu alasannya karena sekolahannya jauh, paling cepet dengan melewati sungai besar yang arusnya deras sekali. Oleh sebab itu, diharapkan dengan adanya KKN setidaknya anak-anak sekitar mampu membaca, menulis dan menghitung. Syukur-syukur diajari penggunaan internet.

"Saya selaku

perwakilan teman-teman mengucapkan terimakasih atas dukungan yang pak RT berikan. Semoga program kami berjalan dengan lancar." Seloroh Jea, mahasiswa jurusan arsitektur ini sepertinya cakap untuk bernegosiasi. Tapi kenapa jalannya memilih menjadi maba (mahasiswa basi) sampai semester 10 coba. ckckckck. Heran.

"Sama-sama nak Jea, silahkan dinikmati!" kembali pak RT mempersilahkan kita menikmati kudapan yang tertata rapi di meja, meskipun Saiful sejak tadi sudah mencomot kacang rebus.

"Setelah ini saya antarkan ke rumah kontrakannya." Lanjut pak RT.

Yah rumah kontrakan ini yang penting. Selama sebulan, mahasiswa KKN akan melakukan program 'merdeka belajar' di Desa X. Memang fokus utama di bidang pendidikan, tapi ada program penunjang terkait pertanian.

Desa X memiliki karakteristik hasil panen yang bagus, berada di dataran tinggi sehingga hasil pertanian terutama sayur sangat diminati oleh tengkulak dari luar kota, namun dibeli dengan harga murah. Oleh sebab itu, mahasiswa jurusan pertanian akan terlibat langsung dalam ide pengolahan hasil panen.

"Mari." Ajak pak RT, kami pun mengekori Pak RT menuju dua rumah kontrakan untuk kami, selama perjalanan Jea dan Iwan terlibat obrolan serius dengan pak RT terkait kebiasaan warga desa. Kata beliau, desa ini baru didatangi mahasiswa KKN, mereka pun bertekad memberikan kesan yang menarik di desa ini.

"Cewek Lo, Wir. Gak bisa lihat pesona laki cakep" bisik Renata yang berjalan di samping Wira, tepat di belakang Jea.

Yap, Maya sengaja berjalan di samping Jea, berusah menarik perhatian maba itu. Iwan yang tadinya berjalan di samping Jea, dipaksa mundur. Memalukan.

"Mantan, Ta!" ralat Wira spontan.

"Emang pesona Maya di kampus high banget ya?" kali ini Iwan yang berkomentar. "Kok gue gak pernah dengar tentang dia."

"Terkenal di jurusan tata busana doang," jelas Wira.

"Lo kenal, Wir?" lanjut Iwan.

"Mantannya si Wira." Sebut Renata cengengesan. Memancing kejutekan Wira. Sedangkan si Wira, anak sultan hanya melirik Renata tajam.

Mungkin obrolan ketiganya lumayan keras, apalagi mereka berjalan tepat di belakang Maya-Jea, alhasil Maya menoleh dan menghunus tatapan tajam pada ketiganya, terutama Renata.

"Santai aja kali." Seloroh Renata.

*****

Dua rumah yang berhadapan sudah dibayar lunas, lebih tepatnya Jea yang membayar dua rumah itu. Katanya si gratis, anak sultan juga sepertinya. Lumayan mengurangi biaya pengeluaran untuk mahasiswa lain.

"Buat cewek yang itu saja, gimana?" Cipul, panggilan Saiful, memberi usulan. Renata, Maya, Kikan hanya mengangguk. Terlebih rumah yang bercat biru muda itu lebih luas, dibandingkan rumah kontrakan yang satunya. Mungkin Cipul cukup peka dengan aktivitas cewek yang super rempong, bisa dibayangkan si perlengkapan apa saja yang nanti dibawa ketika tinggal sebulan di Desa yang jauh dari kota.

"Kenapa gak jadi satu saja sih, cowok-cewek!"

Sontak semua menoleh ke sumber suara, Maya. Apa sih yang ada dalam pikiran tuh cewek, enteng banget ngomong kayak gitu. Ups...jangan-jangan

"ck..ck... mantan Lo, Wir. Lugu dan beg* beda tipis."

"Bisa diem gak sih Lo, Ta!" protes anak sultan batu bara sembari menonyor kening gadis cerewet yang sialnya dinobatkan jadi calon istri idamannya kelak. Ngarepppp.

Sebenarnya Wira cukup jengkel dengan Renata yang terus membuka jati diri si Maya, kupret 0itu. Sudah berapa teman yang tahu kalau mereka pernah menjadi sepasang kekasih, yah meski hanya hitungan minggu sih. Alhasil, saat Maya bertingkah, tak hanya Renata yang berkoar 'Mantan Lo Wir ...mantan Lo....mantan lo.

Ya Allah Tuhan ini KKN belum dimulai kenapa semua bikin rese', batin Wira menjerit. Kalau dia gak punya malu, mungkin dia sudah kosel-kosel di tanah sambil nangis dan memohon kepada semuanya untuk stop mengoloknya dengan kata mantan Lo. Panas kuping guysss!

"Kita singgah di kolam pancing dekat perbatasan, makan siang guys... gue traktir!" titah Jea sebelum berpisah.

Mobil Wira pun mengekori si anak sultan yang belum jelas itu, dari tadi gak banyak omong-omong, tiba-tiba bayar kontrakan dua rumah sekaligus, sekarang malah mentraktir makan siang di kolam pancing yang menyediakan fasilitas memasak langsung. beuhhhh...sultan apa tuh. Si Wira aja anak sultan batu bara gak seroyal itu, apa emang dia pelit yaaa, kekekeke.

Sesampai kolam pancing, kita para cewek memilih duduk syantik di gazebo pinggir kolam. Renata dan Kikan sepakat memilih gazebo yang paling besar, cukup lah menampung 8 orang. Sedangkan si Maya melancarkan aksinya mendekati si anak sultan Jea.

"Maya tuh beneran mantannya si Wira, Ta?" Kikan mulai penasaran.

"He.em" jawab Renata sembari mengangguk. Ia sibuk bermain ponsel. Berselancar di grup Wa CALON ORANG SUKSES

Renata: send photo. ( Foto Maya yang duduk manis di sebelah Jea)

Renata: Kelakuan si kucing garaoooooonggg

Ola: Alamaaakkkk masih idup tuh cewek

Echa: Apa kabar anak Jaka kita? nangis di pojokan, Ta?

Renata: send photo. ( Wira yang duduk manis bareng Iwan dan Cipul)

Renata: anak Jaka kita ganti haluan guys.

Wira: 🤛🤛🤛🤛 buat Lo, Ta! Ikhlas gueeee

Bian: Gue putus ama Lo Wir!!!😂😂😂😂

Wira: Njiiiir....sengklek Lo, Yan!

"Eh, Ta! Sini Lo!"

Entah sejak kapan, Wira sudah mendekati gazebo tempat Renata ngadem.

"Lo tuh ya, bisa gak si sehari aja jangan jadi kompor." Omel Wira, kembali menonyor kening sahabat sengkleknya. "Gue risih tau gak, dari tadi denger montan mantan." lanjutnya sembari berkacak pinggang.

"Gatel mulut gue kalau gak ngeledek in Lo!" balas Renata sewot.

"Jangan gitu, Ta! Ntar Wira yang jadi suami Lo gimana? benci jadi cinta, hayoooo!!! celoteh Kikan.

"Aamiiin." Wira mengaminkan sembari tersenyum lebar, rentetan giginya menampakan senyum Pepsoden. "Emang, Renata calon istri gue." Lanjutnya dengan memiting leher Renata. Tak dihiraukan gadis cerewet yang meronta untuk dilepaskan.

"Ketie Lo bau Wir." Protes Renata.

"Gak pa-pa, buat DP sebelum Lo cium bau tubuh gue."

"Najiiiiiiisssss!"

"Eh Kak Jea, setuju gak kalau di tempat KKN kita terjadi cinlok?" sindir Maya, mengalihkan perhatian Wira, Renata, dan Kikan. Kali ini Jea, Maya, dan Iwan mendekat ke gazebo. Sedangkan Cipul dan Rendy lagi berurusan sama tukang bakar ikan.

"Suka-suka mereka lah!" singkat, padat, dan jelas sekaligus skak mat. Niatnya menyindir eh jadi dirinya yang keki. Sian deh lo, May!!

"Ya tapi bikin mata panas!"

"Yang waras ngalah, cuekin ajeeeeee!" entahlah pernyataan Renata itu ditujukan kepada siapa. Tapi yang jelas, semakin membuat Maya kesal setengah mati. Terlebih tangan Renata yang sedari tadi memukul lengan Wira berganti menjadi gelayutan di pinggang Wira.

"Eh, sengklek. Gue bisa baper!" bisik Wira di telinga Renata.

"Gak asikkkk Lo!" seru Renata kembali melayangkan pukulan dan membuat anak sultan batu bara meringis.

"Ayoooooo makaaaannn!" seru Cipul yang tiba-tiba datang, diikuti waiters dengan membawa olahan ikan hasil tangkapan mereka.

Meja panjang sudah terhidang nasi, ikan bakar, tahu tempe, aneka sambal dan lalapan. Tak lupa es jeruk dan kerupuk menambah kenikmatan hakiki makan siang itu.

"Pindah, Ta!"

"Idihhh ngapain! Noh masih kosong!"

" Lo mau embat kak Jea juga?" tanya Maya setengah berbisik. Spontan Renata menoleh, posisinya memang bikin Maya mewek.

Gimana gak mewek, Renata makan di sebelah Jea, gak sengaja juga. Asal duduk aja, eh ada mata yang protes. "Makan tuh cowok!" kesal juga Renata, ia pun pindah tepat, memilih lesehan dekat Wira.

"Nah gitu dong, jangan ganggu orang lagi PDKT."

"Tyo apa kabar??"

Hanya tiga kata yang dilontarkan Renata sebelum pindah dan membuat Maya mematung.

SIALAAAAANNNN

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!