2007
"Beniinngggg..." Panggil Ira dari gerbang sekolah.
"Apaan dah luh, Ra. Teriak-teriak kayak di hutan." Jawab Bening dengan mencibikkan bibirnya dan Ira yang bergelayut manja di lengan Bening.
"Iihh !! Rese, luh !! Imut dikit kek gitu jadi cewek." Ujar Ira dengan mencibikkan bibirnya.
"Lagian elu. Pagi-pagi udah heboh banget. Ada apaan deh?" Tanya Bening dengan penasaran dan berjalan ke tangga menuju kelasnya.
Kelas 2 IPA 2
"Lo tau Elena kan? Anak kelas 2 IPA 1." Ucap Ira dengan semangat.
"Elena? Yang mana ya, Ra?" Tanya Bening sambil mengernyitkan kedua alisnya sembari mengingat Elena siapa.
"Masa lo gak tau sih, Ning? Itu yang super duper cantik jelita. Yang taunya make up doang. Anak Pak Pejabat Negara." Ujar Ira dengan menjelaskan dengan jelas siapa Elena itu.
"Gak tau gue. Yaudah, pokoknya itu dia. Emang kenapa dia?" Tanya Bening yang ingin segera menyudahi percakapannya dengan Ira. Karena Bening sebenarnya juga tidak begitu mengenal siapa Elena.
"Lo tau?? Doi nembak Laut !!! OMG !! Oh My God !!" Hebohnya Ira yang mengguncang-guncang tubuh mungil Bening.
"Emang kalau Elena nembak Laut kenapa?" Tanya kembali Bening.
"Iihh... nih bocah, gak paham banget deh. Itu si Elena nembak Laut, tapi di tolak sama Laut. Katanya Laut udah punya cewek. Kan parah tuh anak." Jelas Ira P x L \= Panjang Kali Lebar 😂
"Ya kan hati gak ada yang tau, Ra..." Jawab Bening asal.
"Duh ilee... ngomongi hati. Masih pagi juga." Sahut Amel dengan candanya dari bangku sebelah Ira dan Bening.
"Eh, Mel. Lo tau kan kalo si Elena di tolak sama Laut?" Tanya Ira kembali kepada Amel dan Rita.
"Iya, tuh. Sekolah heboh banget." Jawab Amel.
"Lo tau, Ta?" Tanya Bening kepada Rita yang super kuper.
"Hehe... tau..." Jawabnya sambil menunjukkan cengiran kuda.
"Tuh, Ning, Rita aja yang kuper begitu doi tau berita Elena sama Laut. Ya kali lo gak tau." Ujar Ira.
"Gue mana ngerti soal gosip macem gitu, Ra." Ucap Bening sambil menaruh kepalanya pada lengannya. Ngantuk masih pagi.
"Si Bening kan emang gitu, Ra. Doi mah cuek bener sama pengetahuan macem gosip ala kita. Hahaha..." Ucap Amel dengan tawa riangnya di sahut dengan tawa Ira dan Rita.
"Tapi ngomong-ngomong, si Laut ceweknya siapa ya? Perasaan gak keliatan doi deketnya sama siapa." Tanya Amel kepada Rita dan Ira.
"Si Ratu dance apa?" Tanya Amel kembali.
"Siapa? Mawar?" Tanya Rita lagi.
"Mawar?? Ya kali si Laut doyan." Jawab Ira.
"Doyan... di kata anak orang makan mendoan kali. Hahaha..." Jawab Amel dengan riang sekali.
Hingga sukses membuat Bening yang ingin melanjutkan tidurnya terbangun dari sandaran lengannya.
"Lo pada yak, dari tadi ghibahin orang mulu. Udah pada ngerjain PR MTK?" Tanya Bening sambil menyandarkan punggungnya di bangku.
"Emang MTK ada PR ya?" Tanya Ira.
"Eh, iya. Ada cumi !!" Jawab Amel dengan lantang sembari menepuk keningnya.
"Yang aljabar itu bukan?" Tanya Rita kepada Bening meyakinkan.
"Iya. Yg ada 20 soal." Jawab Bening dengan santainya.
"Astagaa !! Gue belum sama sekaliii... aahh... Beninggg... nyontek." Ucap Ira sambil menyerbu tas gendongnya untuk mengeluarkan peralatan tempur nyonteknya.
"Luh mamam dah tuh gosip. Enak aja nyontek. Bayar. Wlee..." Jawab Bening dengan menjulurkan lidahnya kepada Ira dan teman-temannya.
"Yak elah Ning... bentar doang... Nanti kalo Pak Samsul masuk, gue belum kelar, metong gue." Ucap Ira dengan wajah memohonnya kepada Bening.
Saat Ira sibuk menyalin tugas MTK, Bening keluar kelas untuk pergi ke toilet.
Di lorong kelas 2 IPA 1 sampai 2 IPA 3, penuh dengan tongkrongan anak laki-laki. Ini kalau sudah begini, bikin Bening paling males lewat.
"Jiaahh... itu laki kenapa pada bederet semua. Malah kebelet lagi. Gak ada jalan lagi. Bodo amat dah, lewat aja deh." Ucap Bening dalam hati.
Akhirnya Bening melewati deretan laki-laki itu juga. Mau tidak mau, suka tidak suka. Karena sudah kebelet pipis.
"Permisii..." Ucap Bening kepada deretan anak laki-laki di lorong depan kelas IPA.
"Eh, ada Bening. Halloo... Bening..." Sapa Rendra salah seorang anak laki-laki dari kelas 2 IPA 3 yang terkenal karena ke-playboyannya.
Bening hanya menjawab dengan seulas senyum manisnya di bumbui dua lesung pipi yang sukses membuat para anak laki-laki terpesona dengannya.
Intermezzo:
Anak perempuan bernama Diandra Bening Anantari itu tidak bisa dipungkiri lagi kecantikannya. Hanya saja tertutupi dengan karakternya dia yang agak tomboi.
Sapaan kesehariannya adalah Bening. Hampir satu sekolah SMAN 99 Jakarta itu tau Bening siapa. Karena Bening cukup eksis di sekolah dalam bidangnya.
Ia adalah salah satu ketua ekskul Mading (Majalah Dinding) atau Majas (Majalah Sekolah) yang sering menerbitkan beberapa puisi dan cerpen (cerita pendek) siswa/i di SMAN 99 Jakarta.
Bening sempat dilirik oleh Ketua OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah) dan Ketua MPK (Majelis Perwakilan Kelas) untuk menjadi salah satu kandidat di OSIS dan MPK.
Namun, Bening belum ada ketertarikan untuk masuk ke dalam organisasi sekolah. Ia lebih tertarik untuk mengikuti ekskul Mading.
Karena di Mading, ia bisa mengembangkan bakat berpuisi dan menulis cerpennya. Sesekali Bening mengikuti lomba puisi atau lomba menulis cerpen.
Bening bukan termasuk anak perempuan yang jika ke sekolah bawaannya cermin dan alat make up. Justru, Bening paling tidak suka make up.
Mungkin itu salah satu daya tari seorang Bening. Ia anak yang mudah beradaptasi di mana saja dan dengan siapa saja.
Makanya banyak sekali teman-temannya. Dari mulai kelas 1 sampai dengan kelas 3 SMA. Dari IPA sampai IPS temannya cukup banyak.
Tapi kepopulerannya tidak membuat Bening menjadi anak yang sok cantik atau sok-sok an macam anak perempuan seusianya.
Bening lebih senang cinta damai tapi bukan anak yang lemah. Jika ditindas, dia akan menggigit. Semboyannya Bening "Lo asik, gue asik. Lo usik gue, gue bantai." 😂
Horor ya... pakai ada pembantaian segala. Yah... itulah Bening. Anak yang sangat menyenangkan dan mampu meluluhkan hati siapapun.
Meskipun terlihat tegar dan kuat di luarnya, tapi sebenarnya, Bening termasuk anak perempuan yang takutan.
Takut gelap, takut petir, takut kecoa, sama takur laper. Hahaha... 🤣
Bening suka sekali makan. Matanya akan sangat berbinar jika melihat makanan kesukaannya. Cokelat dan es krim. 😅
Bening itu sosok perempuan yang cerdas. Terlihat dari jajaran piala di rumahnya. Prestasi di bidang akademik maupun non akademik. Juara umum tidak pernah luput dari namanya.
Hingga membuat laki-laki manapun akan berpikir berulang kali untuk mendekati Bening. 😁
Close Intermezzo
Setelah melewati deretan anak laki-laki di lorong depan kelas. Bening akhirnya sampai pada toilet di ujung lorong kelas 3.
"Yah... keluar dari kandang macan, masuk kandang singa. Hhuft..." Ucap Bening dalam hati.
Karena berhubung toilet di lantai 2 sedang di renovasi, mau tidak mau anak-anak kelas 2 harus berbagi toilet dengan anak-anak kelas 3.
Di sini, mungkin kumpulan anak laki-lakinya gak seiseng anak kelas 2. Tapi tetep aja, yang namanya ngelewatin deretan cowok pasti risih.
"Maaf Kak, permisi..." Ujar Bening dengan sopan dan hanya di anggukan oleh si para Kakak Kelasnya.
Bening bisa menarik nafas lega karena kakak kelasnya tidak menanggapinya. Bening mulai berurusan dengan perut pribadinya.
Setelah selesai kegiatan pribadi di toilet, Bening kembali ke kelasnya. Melewati si para kakak kelas lagi. Tapi, kali ini lorong tersebut kosong. Mungkin karena sudah bel masuk, pikir Bening.
Ketika ia naik ke lantai 2, Bening yakin bahwa lorong tersebut juga pasti sudah kosong karena sudah bel masuk sekolah.
Masuklah Bening ke dalam kelas, duduklah Bening di tempat duduknya. Ira yang sudah menyalin tugas MTK dari Bening tersenyum sumringah sekali.
Pak Samsul mulai mengabsen muridnya satu persatu. Sampai di absen Dwija Laut Brahmana, Pak Samsul memanggil hingga 3x tidak ada jawaban.
"Laut ke mana? Bolos lagi dia?" Tanya Pak Samsul dengan lantangnya.
"Farish, ke mana Laut?" Tanya Pak Samsul kepada Farish sang ketua kelas.
"Saya gak tau, Pak." Jawab Farish dengan tenang.
"Kamu kan ketua kelas. Masa gak tau temanmu ke mana?!" Ucap Pak Samsul yang sudah mulai emosi.
"Dito !" Panggil Pak Samsul yang tau betul bahwa Farish, Dito dan Laut itu satu genks.
"Kamu tau, di mana Laut?" Tanya Pak Samsul kembali.
"Farish aja gak tau, Pak. Apalagi saya..." Jawab Dito dengan santainya.
"Kalian ini ! Jangan saling melindungi teman, ya !! Jika itu sebuah perbuatan yang tidak baik, ingatkan teman kalian ! Jika diingatkan masih belum bisa berbuat baik, tinggalkan !!" Terang Pak Samsul panjang lebar.
Saat Pak Samsul asik berceloteh dengan muridnya, Bening mencoba mengecek ponsel Nokia 2300 nya. Ada sebuah pesan yang tertera namanya "Si Kodok".
Isi pesannya :
"Lek, gua gak masuk. Males. Ngantuk. Mau tidur." Siapa lagi kalau bukan Laut.
Intermezzo :
Dwija Laut Brahmana yang biasa dipanggil Laut adalah seorang anak laki-laki yang berparas rupawan. Berbadan tegap, berbisep-bisep.
Kecerdasannya yang di luar batas kemampuan anak-anak seusianya membuatnya menjadi laki-laki menyebalkan tapi di gilai banyak wanita di sekolah SMAN 99 Jakarta.
Bahkan beberapa majalah sempat menawarinya untuk menjadi seorang model di sebuah majalah remaja. Namun, Laut menolaknya.
Orang ganteng mah bebas... 😂
Ia berteman dengan Bening bukan hanya sehari, dua hari. Tapi sejak SMP mereka sudah saling mengenal. Bahkan cukup dekat.
Laut lahir dari keluarga yang bergelimang harta. Terlihat dari bentuk rumah yang luar biasa megah seperti istana seorang Pangeran.
Namun, realita kehidupannya tidak seperti itu. Kedua orangtua Laut sangat sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing.
Hingga tidak pernah tau apa keinginan sesungguhnya dari anak semata wayangnya.
Sejak saat itu, Laut menjadi anak yang pembangkang. Jarang di rumah, sering kebut-kebutan motor di jalanan. Karena kesibukkan kedua orangtuanya.
Laut anak tunggal. Apapun keinginannya pasti semua di turuti oleh sang Mama dan Papanya. Hanya saja, bukan harta yang Laut mau. Tapi kelembutan kasih sayang.
Laut bukan seorang yang pandai mengekspresikan cinta dengan kata. Dia cukup kaku dan dingin. Ia hanya bersikap lembut kepada satu orang perempuan terdekatnya, Bening.
Bening tau sekali keadaan keluarga Laut dan karakter Laut seperti apa. Laut bukan seorang laki-laki yang suka dengan perempuan yang heboh.
Ia suka dengan kesederhanaan. Sayangnya, Laut dan Bening belum menyadari akan hal itu.
Intermezzo close
"Nih anak, pe'a banget. Gak masuk gegara ngantuk terus males. Ampun deh.." Ucap Bening dalam hatinya.
Setelah pelajaran MTK, mereka istirahat karena bel sudah berbunyi. Bening langsung menelepon Laut.
Nada sambungnya hanya terdengar tut... tut... tut...
Tidak ada jawaban. Pikir Bening, nanti saja ia akan menelepon lagi.
Di Kantin Sekolah
"Mang, somay satu porsi ya." Ucap Ira kepada si Abang tukang somay.
"Dua Mang." Sahut Bening dari belakang menyusul Ira.
"Katanya lo mau makan bakso tadi." Ujar Ira yang sembari duduk di pojok kantin.
"Iya. Tapi ngeliat lo beli somay, gue pengen. Hehehe..." Ucap Bening dengan cengiran kudanya.
"Huu... dasar. Ikut-ikutan aja." Jawab Ira dengan mencibikkan bibirnya.
"Eh, iya, Ning. Itu yang ngeliput anak-anak basket gimana? Jadi?" Tanya Ira yang sambil menyesap es teh manisnya.
"Harusnya sih jadi. Tapi kan belum izin sama anak-anak basket. Mau apa enggak di interview buat majalah sekolah." Terang Bening yang meminum air mineral dari botol minumnya.
Bening sedang mengurangi minuman dingin karena sedang radang tenggorokan. Badannya agak demam hari itu.
"Tanya Farish aja kali yak? Kan doi anak basket juga." Jawab Ira sambil menerima sepiring somay dari si Mamang.
"Makasih, Mang..." Jawab Bening menerima sepiring somay juga.
"Oh, ya bener. Ke Dito aja kali ya nanyanya. Anak-anak Paskibra juga mau gue interview niatnya." Ujar Bening sambil memasukkan sesendok somay ke mulutnya.
Entah kenapa hari itu ia merasa semua makanan rasanya pahit. Mungkin karena ia sedang tidak enak badan.
"Tanya sama Putra aja. Doi kan ketua Paskibnya. Kelas kita mah komplit, Ning. Hahaha..." Ucap Ira dengan tawa riangnya.
"Hahaha... iya, ya. Ketua ekskul di kelas kita semua rata-rata. Ketua ekskul basket Dito, ketua ekskul Paskib Putra, ketua ekskul KIR (Karya Ilmiah Remaja) Tyo, ketua ekskul Rohis (Rohani Islam) Amar, ketua ekskul PA (Pecinta Alam) Gian, lah... banyak ya, Ra. Baru sadar gue. Hahaha..." Terang Bening dengan tawanya.
"Iya. Baru tau lo? Ke mana aja deh? Hahaha... sama satu lagi. Ketua ekskul Mading Bening. Hahaha..." Jawab Ira dengan candaanya.
"Hahaha... iya deh, gue baru engeh. Di kelas kita mah dari yang berandal banget macem Laut sampe alim sejati macem Amar, ada. Lengkap bener dah kelas kita. Colorful." Ujar Bening dengan tawa gelinya.
"Yaudah, Ra. Ntar pas jam pulang sekolah, kita ngobrol bentar deh sama Dito. Kita ngomongin waktu yang enak buat interview anak basket kapan." Jelas Bening kepada Ira.
"Okay. Siap, 'Ndan ! Laksanakan !! Hahaha..." Jawab Ira dengan memberikan hormat serta senyum sumringahnya kepada Bening.
Tak terasa bel istirahat selesai. Semua murid kembali ke kelasnya masing-masing. Namun, saat perjalanan menuju kelas, ada seorang anak laki-laki menghampiri Bening dan memberikan secarik surat.
"Bening, Ini buat kamu." Ujar seorang anak laki-laki bertubuh tinggi kurus dengan tampang wajah, yah... lumayan dah. 😄
Bening hanya menjawab dengan senyumannya dan senggolan siku dari Ira.
"Ejieeh... secret admirer lagi?? Hahaha..." Ledek Ira kepada Bening. Bening hanya mencibikkan bibirnya.
"Apaan isinya deh?" Tanya Ira dengan antusias.
"Udah ntar aja. Ayok ah, masuk kelas." Jawab Bening sambil melipat surat dan menyimpannya di saku kemejanya.
Asli ya, namanya mata pelajaran jam 12:00 siang itu bikin ngantuk. Ini nih yang di alami sama Bening dan Ira. Ngantuk parah, apalagi sekarang mata pelajaran Sejarah.
Waduuhh... makin di nina bobokan mereka. 🤣
Akhirnya setelah perjuangan kengantukan yang luar biasa tersebut bunyilah bel pulang. Paling semangat nih anak-anak SMA kalau dengar bel pulang seperti mendapat durian runtuh 😂. Senangnyaa...
Kelas 2 IPA 2
"Dito !" Panggil Bening.
"Ape?!" Jawab Dito yang sudah berdiri di ambang pintu kelas ingin segera pulang.
"To, ngobrol bentar dong gue. Boleh?" Tanya Bening kepada Dito.
"Ngobrol apaan sih?" Tanya Dito.
"Sini bentar..." Ajak Bening kepada Dito untuk duduk di bangku.
"Apaan, Ning?" Tanya Dito.
"To, gue mau interview kegiatan anak basket untuk turnamen nanti. Boleh?" Tanya Bening.
"Ohh... boleh. Buat apaan sih?"
"Buat Mading sama Majas."
"Oohh... buat Mading. Boleh."
"Bisanya kapan anak basket gue interview?" Tanya Bening kepada Dito.
"Sore ini juga bisa. Mumpung kita ngumpul semua buat latihan turnamen basket. Lo mau ikutan?" Tanya Dito kepada Bening.
"Mau, mau, mau" Sahut Ira dari meja dan bangku duduknya.
"Yee... nyaut aja luh, cumi." Ujar Dito kepada Ira.
"Yee... kenapa sih. Kan gue juga salah satu pengelola Mading. Masa gak boleh..." Jawab Ira dengan mencibikkan bibirnya.
Dito yang gemas dengan tingkah laku Ira, langsung saja mencubit pipi gembul Ira. Membuat yang empunya berteriak kesakitan.
"Iiihh !!! Ditooo !!! Sakit tauuk !!" Ucap Ira sambil cemberut.
Membuat Dito semakin gemas dengannya dan mengacak-acak rambut Ira.
"Ditooo !!!" Ucap Ira yang semakin lantang.
"Ntar dateng aja ke GOR Basket, Ning. Kita ada di sana kok." Jawab Dito sambil ngeloyor pergi setelah mencubit habis pipi Ira dan mengacak-acak rambutnya. Sukses membuat Ira semakin kesal.
"Okay !" Jawab Bening sambil mengacungkan ibu jarinya.
"Dito tuh ya, nyebelin banget. Seneng banget nyubitin pipi gue. Iiisshh !!" Ucap Ira sambil mencibikkan bibirnya.
"Suka kali sama lo." Ledek Bening kepada Ira.
"Yaampun... seorang Dito suka sama Shafira?? Enggak mungkin !! Gue juga ogah sama dia. Playboy begitu !!"
Ujarnya sambil mengambil tas dan membawa beberapa gulung karton untuk di bawa ke ruang Mading.
Bening hanya tersenyum dan menggeleng-gelengkan kepalanya. Heran betul dia dengan sahabat karibnya ini. Begitu menggemaskan. Pantas Dito sering meledeknya. Pikir Bening.
*****
Jangan sangkal rindu
Karena ia datang
Di waktu yang tak tepat
Yang benar
Cukup di nikmati
Merindukan seseorang
2007
Boleh dikatakan SMAN 99 Jakarta itu adalah salah satu sekolah SMA Negeri percontohan bagi sekolah-sekolah SMA Negeri di Jakarta.
SMAN 99 Jakarta mempunyai beberapa fasilitas untuk mendukung hobi para siswa/i nya. Seperti GOR Basket ini salah satunya.
Tempat olahraga yang paling banyak diminati oleh penikmat olahraga basket dan para pecinta laki-laki tamvaan. Hahaha...
Gimana enggak, ini ekskul basket populer banget di masanya. Ibarat kerajaan, angkatan pemain basket tahun ini itu anggotanya ganteng-ganteng parah.
Team cheerleadersnya juga cantik, bohai, semampai. Siapapun laki-lakinya ingin punya pacar team cheerleaders dan siapapun perempuannya ingin punya pacar seperti pemain basketnya.
Bening, Ira, Amel dan Rita ke GOR Basket sore itu untuk meliput kegiatan latihan untuk persiapan turnamen basket antar sekolah tingkat SMA se-Jakarta.
Boleh dibilang, team basket SMAN 99 Jakart itu cukup di takuti oleh team Basket sekolah lain. Sesuai dengan namanya Eagle Wise.
Tajam namun bijak. Itu semboyan mereka. Gak paham maksudnya. Tapi ya itu mungkin sebagai penyemangat mereka.
Bening cukup terkejut karena GOR Basket sore itu sangat riuh ramai. Ira pun juga heran, kenapa bisa seramai ini? Pikirnya.
Amel yang bahkan sering datang ke GOR Basket tersebut meski hanya sebagai seorang supporter, ia pun cukup terkejut dengan banyaknya orang yang harir hari itu.
"Ning, ini latihan buat turnamen kan ya?" Tanya Rita yang begitu bingung dengan situasi ramai ini.
"Iya. Bener kok. Tadi Dito kirim pesan ke gue bilangnya cuma latihan turnamen. Gue juga bingung kenapabisa rame banget ya?" Jelas Bening sambil menggaruk-garuk kepalanya.
"Ada apaan ya?" Tanya Amel yang juga bingung dengan situasi tersebut.
"Oh, MG !! Oh My God !!!" Ucap Ira histeris karena melihat Niko.
Intermezzo Niko
Niko Andreas Brown adalah laki-laki kelahiran, Amerika Serikat. Ayahnya berasal dari Negara Paman Sam dan Ibunya asli Jawa Tengah.
Perawakan Niko yang tegap dan tinggi besar membuat wanita manapun bertekuk lutut dengannya. Banyak wanita yang menggilainya.
Laki-laki keturunan Amerika-Jawa tersebut sukses di Negeri Paman Sam setelah masuk ke dalam team Nasional Basket Indonesia.
Kepiawaiannya dalam bermain basket sangatlah di acungi jempol. Ia menyabet banyak piala dalam ke-eksissannya di dunia olahraga Basket.
Niko adalah salah satu alumni SMAN 99 Jakarta yang mampu mengharumkan nama sekolah SMAN 99 Jakarta.
Setelah lulus dari SMAN 99 Jakarta, Niko melanjutkan kuliah atau sekolah khusus basket di Amerika yang kemudian kembali ke Indonesia untuk bergabung dalam team Basket Nasional Indonesia.
Close Intermezzo
"Apaan sih luh, Ra ?! Teriak-teriak gitu deh." Ujar Amel.
"Guys, coba tolong itu dilihat. Siapa cowok yang ada dibaris paling depan lapangan. Oh My God !!" Terang Ira kepada Bening, Amel dan Rita.
"Hah??!! Niko??!!" Teriak Amel yang sangat terkejut karena melihat sang Idola berada di depan matanya.
"Niko? Niko siapa deh?" Tanya Bening.
"Yee... nih anak. Memecah mood gue aja." Sahut Amel dengan malasnya.
"Niko itu kaka kelas kita. Dia sukses jadi team basket nasional Indonesia, Beniinngg..." Jelas Ira kepada Bening.
"Oohh... yang anak keturunan orang Amerika itu ya?" Tanya Bening kepada Ira dan Amel.
"Yup. Anda betul, Nona !" Jawab Ira dengan senyum lebarnya.
"Ohh... doi. Kok heboh banget ya?" Tanya Bening kembali.
"Ya, heboh dong, Diandra Bening Anantariii..." Sahut Amel dengan agak kesal-kesal gemas kepada Bening.
"Pasti heboh lah, Ning. Secara tuh cowok ganteng maksimal. Tinggi, putih, senyumnya itu lho... haduh... luluh lantah hatiku..." Ucap Rita sambil menenggak air mineral di botolnya.
Belum sempat Bening bertanya lagi kepada ketiga temannya. Ia sudah di kagetkan dengan teriakan para penonton yang histeris.
"Wuuaaahhh... mimpi apa gue semalam??" Teriak para penonton di baris tempat duduk belakang.
Ternyata yang mereka lihat adalah Dito (Ketua Basket), Farish, Wayan, Kevin dan pastinya Laut.
5 cowok keceh, keren, tamvann, membuat para wanita berteriak histeris.
"Oh, Lord... nikmat Tuhan mana lagi yang engkau dustakan, kawan." Ujar Amel dengan binar matanya.
"Itu lambang ketampanan para pria... oh..." Ucap Ira sambil menangkupkan kedua tangannya di dada dan tersenyum lebar sekali.
"Untung gue masuk ekskul mading. Kalau masuk team cheerleaders bisa pingsan gue setiap hari di suguhin cowok-cowok keceh gini." Ujar Rita dengan menopang dagunya dengan kedua tangannya.
"Hhuft... makin gak fokus deh nih." Ucap Bening sambil memeriksa kamera digitalnya.
Banyak sekali penonton pada hari itu. Nama pemain basket pun satu persatu disebutkan oleh mereka. Dito, Farish, Wayan, Kevin dan Laut hanya melempar senyum kepada penonton tapi sambutan para penonton wanitanya, ckckck... bikin rusak telinga.
Beda halnya dengan Laut. Ia stay cool dan seperti biasanya. Saat melihat ke barisan penonton, Laut banya mencari satu perempuan. Bening.
Dan... Gotcha !! Laut melihat Bening di kerumanan orang-orang. Bening sedang sibuk dengan kamera dan buku catatannya.
"Eh, eh, eh, ada Laut ada Niko. Lo pilih siapa?" Tanya salah seorang siswi perempuan yang membawa banner bertuliskan "I ❤️ Eagle Wise".
Bening hanya menjadi pendengar mereka saja.
"Gue lebih suka Kak Niko. Ramah, sopan, kalem, ganteng banget deh pokoknya." Jawab siswi A.
"Kalo gue lebih suka, Kak Laut. Tampang-tampang bad boy gitu. Suka gue. Hahaha..." Ujar siswi B.
Bening tau betul, dari percakapan mereka, para siswi tersebut adik kelasnya. Tapi Bening hanya mendengarkan celoteh mereka. Tak pernah Bening tanggapi.
"Cuy, ayolah turun. Kita interview mereka." Ajak Bening kepada Ira, Amel dan Rita.
"Ayok, ayok, ayok." Jawab Ira dengan semangat.
"Gue aja, gue aja, yang interview." Jawab Amel antusias sekali.
"Yang fotoin gue aja." Sahut Rita dengan khas cengiran kudanya.
"Yaudah, terserah lo pada deh. Yuk, turun." Ajak Bening kepada ketiganya temannya untuk dari kursi penonton.
Saat menuruni tangga penonton, Bening merasakan pening di kepalanya. Ia tau bahwa tubuhnya memang demam sejak semalam. Namun, baru terasa pusingnya tadi pagi ketika ia berada di bus saat berangkat sekolah.
"Eh, eh, Ning. Lo kenapa?" Tanya Rita yang berdiri tepat di belakang Bening dan memegang lengan Bening untuk menopangnya supaya tidak jatuh.
"Ning, lo kenapa?" Tanya Ira dengan wajah cemasnya.
"Lo sakit, Ning?" Tanya Amel lagi.
"Ya Tuhan... Ning lo demam? Ini panas banget gilaak !!" Ujar Amel yang menempelkan punggung tangannya di kening Bening.
"Agak pusing aja gue. Meriang juga. Udah dari malem sebenarnya. Tapi gue baru ngerasanya tadi pagi." Jelas Bening kepada teman-temannya.
"Yaampun... Bening... kenapa gak cerita sih. Kan tau gitu, lo langsung pulang aja. Gak usah ikutan ngeliput." Ucap Ira yang merangkul tubuh Bening.
"Seloo... gak apa kok gue." Jawab Bening yang sambil duduk di bangku pinggir lapangan basket.
"Mau selo dari mana. Orang badan lo panas gini." Ucap Rita yang juga cemas dengan Bening.
"Lo pulang duluan aja gak apa, Ning." Ujar Amel sambil mengelus punggung Bening.
"Kan liputannya belum jadi, cumi. Ya kali gue balik." Jawab Bening dengan seulas senyumnya.
"Udah, gak usah khawatirin soal liputan. Serahin sama kita, ya." Jelas Ira meyakinkan Bening.
"Gue gak apa-apa, kawan... masih kuat gue." Ucap Bening meyakinkan ketiga temannya.
"Yaudah, gini aja deh, biar damai, gimana kalau kita tetep ngeliput tapi Bening biar di sini aja nungguin kita. Gimana?" Tanya Rita kepada Amel, Ira dan Bening.
"Yaudah, gitu juga gak apa." Jawab Ira dengan wajah sedihnya karena sahabatnya sedang sakit.
Setelah memastikan bahwa Bening cukup baik-baik saja saat mereka tinggal untuk interview sang pemain basket.
Setelah Ira, Amel dan Rita menginterview para pemain basket. Laut menghampiri Ira.
"Ra, Bening mana?" Tanya Laut kepada Ira yang sedang sibuk mengecek foto pemain bask basket.
"Bening nunggu di bawah, Ut." Jawab Ira.
"Kok nunggu di bawah? Kenapa?" Tanya Laut penasaran.
"Iya, Bening lagi demam. Mukanya pucet banget tadi. gue suruh duduk tunggu di bawah aja." Terang Amel.
Laut yang mendapat keterangan dari Amel dan Ira tentang kondisi Bening, langsung meluncur ke tempat Bening duduk.
"Kayak gitu masih bilang gak ada rasa?" Tanya Rita kepada Amel dan Ira.
"Dasar keras kepala. Dua-duanya sama aja." Sahut Amel.
"Begonya kebangetan sih mereka." Ujar Ira yang mendapat tawa riang dari Amel dan Rita.
Laut berlari secepat kilat dan sampai di tempat Bening duduk. Bening duduk di belakang GOR Basket dekat taman belakang sekolah.
"Hei..." Sapa Laut kepada Bening yang sedang duduk di bangku taman dengan lemas.
"Hai..." Jawab Bening dengan lemas.
"Kok di sini?" Tanya Laut yang duduk berjongkok di hadapan Bening.
"Iya. Istirahat bentar." Jawab Bening dengan seulas senyum.
"Kata Ira, lo sakit." Ujar Laut sembari mengecek suhu tubuh Bening dengan punggung tangannya.
"Agak demam aja. Sama pusing dikit. Hehehe..." Ucap Bening dengan seulas senyumnya.
"Kok lo udah keluar? Ira, Amel, sama Rita mana? Jadi interview kalian kan?" Tanya Bening bertubi-tubi.
"Yang mana duluan nih yang perlu gue jawab." Ucap Laut sambil duduk di bangku berdampingan dengan Bening.
"Hehehe... ya maap. Jawab semuanya dong." Ujar Bening.
"Gue keluar duluan karena gue panik."
"Panik? Kenapa?"
"Karena lo sakit."
"Ohh... makasih ya... udah peduli. Hehehe..."
"Iihh... pede bener lo." Jawab Laut dengan ketus.
"Hahaha... iya, iya. Terus Amel, Ira, sama Rita gimana?"
"Ada. Mereka udah interview team basket. Udah dapet foto-fotonya juga. Tinggal kalian susun, terus terbitin buat Mading." Terang Laut kepada Bening.
"Ohh... syukur deh. Semoga bisa cepet terbit Majasnya udah banyak banget yang nanyain." Ucap Bening.
Tak lama kemudian, Bening mendapat pesan dari Ira yang menerangkan bahwa Ira, Amel dan Rita kembali pulang duluan.
"Yah, jahat banget. Masa gue di tinggalin." Ujar Bening yang terdengar oleh Laut.
"Kenapa?"
"Masa Ira, Amel sama Rita pulang duluan. Wah... gak bagus tuh mereka. Gue nungguin di sini. Mereka malah balik duluan." Jelas Bening dengan kesal.
"Yaudah, ntar lo bareng gue aja." Jawab Laut enteng sambil menyandarkan kepalanya di bangku dan memejamkan matanya.
"Sekarang gue yang tanya." Ujar Bening.
"Ke gue?" Tanya kembali Laut.
"Ya iya ke elu. Ya, kali ke Mamang somay." Jawaban Bening sukses membuat Laut tertawa terkekeh.
"Lo tadi gak masuk kenapa deh?" Tanya Bening kepada Laut.
"Kan tadi gue udah SMS lo. Gue ngantuk, capek, males. Jadi gue gak masuk." Terang Laut dengan entengnya.
"Eh, kodok jelek. Lo sekolah itu pake duit. Bukan pake daon. Enak bener, ngantuk gak sekolah. Males gak sekolah. Pangeran mah bebas..." Ucap Bening membuat Laut bangun dari sandarannya di bangku taman.
"Gue gini aja gak ada yang ngerti." Jawab Laut dengan ketus.
"Gak akan ada yang ngerti kalau lo gak ngomong sama mereka. Mama sama Papa lo pasti ngerti kok." Ujar Bening dengan suara lembutnya.
"Gak mungkin !!" Jawab Laut emosi dan berdiri meninggalkan Bening sendiri di taman.
Kalau sudah emosi gini, Bening pilih diam. Karena kalau di lanjutkan, Laut akan semakin menggila emosinya.
Bening beranjak dari duduknya dan mulai berjalan gontai ke halte bus. Namun...
"Naik."
"Gue naik bis aja, gak apa."
"Gue bilang, naik."
Bening tidak bisa berkutik kalau sudah permintaan Laut. Ia menuruti saja apa yang di minta Laut.
Namun, saat di pertengahan jalan, mulai terasa rintik hujan. Laut memarkirkan motor CBR nya di salah satu halte bus.
"Wah... hujannya deres banget." Ucap Bening.
Laut melepas jaketnya dan memakaikannya kepada Bening.
"Eh, gak usah. Baju lo juga basah itu." Ujar Bening.
"Baju gue basah gak tembus pandang." Jawabnya datar sambil memberikan jaket warna hitamnya kepada Bening.
Bening baru menyadari bahwa baju seragam itu kalau kena air akan terlihat pakaian dalam yang dipakai seperti apa.
Langsung saja Bening menutup rapat tubuh mungilnya dengan jaket Laut yang ukurannya mampu menutupi seluruh tubuh Bening. Saking besarnya.
"Maaf." Ucap Laut yang duduk berdampingan dengan Bening di halte bus.
"Untuk?"
"Untuk lo."
"Karena?"
"Karena gue udah bicara kasar sama lo." Jawab Laut dengan tatapan sendunya kepada Bening.
Membuat Bening jadi salah tingkah sendiri. Membuat jantung Bening berdegup kencang.
"Di maafin gak ya?" Jawab Bening yang mengalihkan pandangan Laut kepadanya dengan candaanya.
"Maafin aja."
"Kenapa gitu harus di maafin?"
"Karena lo gak akan bisa marah sama gue."
"Kata siapa..."
"Kata gue barusan."
"Dih, pede bener."
"Pede lah, orang ganteng." Jawabnya yang langsung menuai tawa lebar dari Bening.
"Kodok, sumpah ya. Lo tuh ngaco banget deh." Jawab Bening yang masih tertawa geli mendengar candaannya Laut.
"Di maafin kan?"
"Iya, iya. Di maafin."
"Karena ganteng ya?" Pertanyaan Laut lagi-lagi membuat Bening tertawa geli.
"Hahaha... lo mabok apa sih? Narsis begini?"
"Mabok cinta." Jawaban Laut semakin membuat Bening tertawa riang dan geli.
"Yaampun... Laut... mabok oncom gue rasa. Lo narsis banget sumpah. Ahahaha..."
"Maaf..."
"Kok minta maaf lagi?"
"Gak apa."
"Di maafin kok. Udah, ah. Kok jadi melow gini. Hahaha... dasar Laut."
"Yang paling dalam."
"Hahahaha... malah di sambungin."
Hujan kala sore itu membuat keduanya semakin akrab. Tak ada ikatan yang pasti. Tapi kenangannya tidak akan terlupakan.
"Hujannya kayaknya berhentinya lama ya?" Tanya Bening kepada Laut.
"Mungkin mau Tuhan supaya kita lebih lama berdua." Jawaban Laut membuat rona merah di pipi Bening.
Laut menangkap sinyal rona merah pipi tersebut. Membuat gemas ingin mencubit pipi Bening. Namun, tak bisa.
"Pengen sesuatu..." Ujar Laut.
"Pengen apa?" Tanya Bening yang duduk di samping Laut.
"Pengen cepet-cepet dewasa."
"Kenapa?"
"Pengen cepet-cepet bisa cari uang sendiri."
"Kenapa memangnya?"
"Pengen aja."
"Iya, pengen apa..."
"Pengen nikahin lo, Lek."
Sontak membuat Bening cukup terkejut dengan omongan Laut. Tapi Bening mencoba mengalihkan dengan candaanya.
"Nikah? Lo pipis aja masih belok. Udah ngomongin nikah." Ujar Bening yang membuat Laut tertawa teepingkal-pingkal.
"Wkwkwk... emang lo pernah liat gitu pipis gue belok?" Tanya Laut masih dengan tawanya.
"Gak pengen juga."
Jawaban Bening sukses membuat Laut semakin tertawa geli sekali. Tak terasa hujan pun mulai reda.
"Ut, pulang yuk... hujannya udah reda tuh." Ajak Bening kepada Laut.
"Ke apotek dulu, bentar ya."
"Okay. Haattchim...!!"
"Yah, makin parah ya demamnya?"
"Enggak kok. Ayookkk..." Ucap Bening dengan manja sambil memegang kemeja seragam Laut.
"Iya, iya, ini jalan."
"Pegangan yang kenceng." Ucap Laut yang sambil memakai helm.
"Udah." Ujar Bening yang memegang bagian samping saku jaket Laut.
"Yakin mau gitu aja pegangannya?" Ledek Laut kepads Bening.
"Iyaa... ini udah pegangan." Jawab Bening dengan memegang saku jaket Laut erat.
"Pegangan tuh gini." Jawab Laut sambil menarik kedua tangan Bening dan melingkarkannya di pinggang Laut untuk memeluknya dari belakang.
Rona merah pipi Bening tidak bisa terhindarkan. Itu pun terlihat di spion motor Laut. Membuat Laut jadi salah tingkah sendiri.
***
Hujan itu hanya air yang datang
Tapi membawa kenangan yang menghujam
2007
"Iraaaa..." Panggil Rita dari ambang pintu kelas.
"Ta, ini kelas keleus, bukan hutan." Jawab Ira sambil mencibikkan bibirnya.
"Lo kenapa deh pagi-pagi udah teriak-teriak gitu?" Tanya Amel sambil mengunyah roti susu cokelatnya.
"He...boh, he...boh, heboh !!" Ucap Rita dengan nafas yang tersengal-sengal.
"Heboh apaan?" Tanya Ira kembali yang bingung dengan Rita.
"Di lapangan basket. Si Elena, nembak Laut lagi. Pake banner yang segede alaihim." Ucap Rita dengan heboh dan mata berbinarnya.
"What??!! Seriously?" Tanya Ira dengan keterkejutannya.
"Waduh, Bening gimana?" Tanya Amel kembali kepada Ira dan Rita.
"Bening gak masuk hari ini. Sakit katanya." Sahut Farish sang ketua kelas.
"Bening udah ngabarin lo, Rish?" Tanya Ira.
"Bukan ngabarin gue. Tapi doi ngirim surat izin sakit ke sekolah." Jawab Farish.
"Lo taunya dari mana?" Tanya Amel kepada Farish.
"Dari Bu Rini. Tadi gue ke ruangannya Bu Rini ngambil absen." Jelas Farish kepada Ira, Amel dan Rita.
"Ohh... gitu. Tapi dari kemaren Bening emang badannya udah gak enak. Demam doi." Terang Ira kepada Farish.
"Yaudah, biarin deh doi istirahat." Jawab Farish sambil berlalu meninggalkan para ciwik-ciwik itu.
"Gak Farish, gak Dito, atau Laut, cuek banget. Super duper cuek. Kasian tuh yang jadi ceweknya." Ujar Amel.
"Apa hubungannya Mel, punya pacar sama cuek??" Tanya Rita.
"Ya kalo punya pacar yang cuek, bikin sakit hati sendiri." Terang Amel.
"Salah sendiri, nyari pacar yang cuek. Nyari pacar tuh kayak gue dong. Suju (Super Junior) Oppa. Hahaha..." Ucap Ira yang mengundang tawa Rita dan Amel.
"Lo kalo ngimpi, gue bangunin dulu sini. Hahaha..." Ujar Rita yang mengundang tawa Ira dan Amel.
"Eh, ngomong-ngomong, sepi yak, gak ada Bening." Ucap Amel.
"Iya deh. Biasanya doi paling semangat kalo udah hari Jumat. Hahaha..." Ujar Rita.
"Iya, tuh anak emang aneh banget. Kalo hari Jumat, doi happy banget. Katanya seneng mau terbitin Mading sama Majas." Terang Ira.
"Cinta mati tuh kayaknya Bening sama dunia sastra. Hehehe..." Ujar Rita.
"Dari dulu sih. Dari SD, SMP bahkan sampai sekarang, Bening emang suka banget macem puisi sama cerpen." Jelas Ira yang berteman dengan Bening sejak orok. Hahaha...
"Iya, lo temenan sama Bening udah lama banget ya, Ra." Ucap Amel.
"Lumayan. Dari SD sampai sekarang berarti sudah 10 tahunan." Jawab Ira.
"Wuiidihh... udah bisa kredit motor dua tuh, Ra. Hahaha..." Sahut Rita yang mengundang tawa Amel dan Ira.
"Bisa aja luh ratu cumi. Hahaha..." Jawab Ira.
"Kayak lo enggak aja. Ikan cuek. Hahaha..." Ujar Rita.
"Samanya lo berdua. Ikan lohan. Hahaha..." Sahut Amel.
"Udah ah, ketawa terus dari tadi. Ntar nangis lagi kita. Hahaha..." Ujar Ira.
"Eh, ngomong-ngomong, pulang sekolah nanti ke rumah Bening yuk. Jenguk doi. Sepi gak ada Bening." Ucap Rita.
"Ayok. SMS Bening dulu kali ya." Ujar Ira.
"Iya, iya. Coba lo SMS, Ra. Ntar kalo udah bales, kabarin." Ucap Amel.
Ira langsung mengirim pesan sibgkat kepada Bening. Yang isi pesannya menanyakan keadaan Bening dan izin ingin berkunjung ke rumah Bening.
Tak menunggu lama, pesan singkat dari Ira pun di balas oleh Bening. Ia mengizinkan Ira, Amel dan Rita untuk berkunjung ke rumah Bening.
Mungkin ini yang disukai Bening ketika hari Jumat. Harinya menjelang libur sabtu & minggu serta hari yang pendek.
Karena sekolah hanya sampai jam 11:00 siang. Setelahnya murid-murid bisa melakukan kegiatan ekskul di sekolah.
Jam menunjukkan pukul 11:15 siang. Jam pelajaran sudah selesai. Para lelaki yang muslim melaksanakan sholat Jumat berjamaah di masjid.
Sedangkan para perempuannya sedang asyik membaca buku di perpustakaan. Ada yang asyik berlatih paduan suara dan modern dance atau juga tari saman.
Namun, untuk Ira, Amel dan Rita mereka sedang disibukkan dengan deadline Mading dan Majas. Ira sibuk mengedit dan memilah-memilah foto. Amel dan Rita sibuk dengan hiasan untuk di mading dan majalah sekolah.
Kesibukan mereka bertambah karena Bening tidak masuk di hari tersebut. Sebenarnya team mading itu bukan termasuk anak-anak yang eksis di sekolah.
Tapi, cukup banyak yang mengenal mereka. Dari kelas 1 SMA sampai dengan kelas 3 SMA. Hampir rata-rata dari mereka sering sekali untuk menitipkan sebuah surat atau pesan singkat melalui memo untuk anak mading.
Tujuan mereka bermacam-macam. Ada yang menitipkan surat cinta ajakan pacaran, ada yang menitipkan surat putus kepada pacar karena gak berani ngomong langsung atau ada juga yang sekedar titip salam.
Pada zamannya, titip salam atau lebih dikenal dengan istilah TiSam (Titip Salam) sangat digemari oleh anak-anak SMA Negeri 99 Jakarta.
Namun, tisam di mading sekolah mempunyai aturan ketat. Seperti bicara yang sopan atau tidak memaki dan menyindir pihak lain. Daripada tisam, lebih baik bicara langsung.
Peraturan tersebut sudah tertera jelas di mading sekolah dan semua murid SMA Negeri 99 Jakarta harus mentaatinya.
Jika ada yang melanggar, mereka akan kena sanksi dari pihak mading dan sekolah. Peraturan tersebut juga sudah di setujui oleh Wakasek dan Kepsek SMA Negeri 99 Jakarta.
***
GOR BASKET
"Yan, si Laut kemana deh? Bentar lagi mau latihan ini." Tanya Dito sang ketua basket.
"Gak tau gue. Tadi gue SMS belum jawab. Gak ada pulsa kali." Jawab Wayan sambil memakai sepatu basketnya.
"Lagi bimbang kali doi. Hahaha..." Ujar Farish dengan tawanya.
"Hah?? Bimbang?? Kenapa emang??" Tanya Kevin sambil mengerutkan kedua alisnya.
"Iya, si Laut kan di suruh pindah sekolah keluar Negeri sama Papanya." Terang Farish kepada teman-temannya.
"Lo tau dari mana coy?" Tanya Dito.
"Dari Laut sendiri. Makanya dari kemaren kan doi bolos kelas terus." Jelas Farish.
"Lha, si Laut mah gak disuruh sekolah keluar Negeri juga bolos mulu dia. Hahaha..." Ucap Wayan dengan tawa riangnya.
"Hahaha... si kampret. Iya bener. Iya juga ya... Hahaha..." Tawa Kevin geli sekali.
"Yang bikin Laut bimbang apa deh? Doi mah bakalan terjamin semua. Kenapa harus bimbang coba?" Tanya Dito.
"Ya bimbang dong, To... kan ninggalin wadon di sini." Ujar Farish dengan bahasa khas Betawinya.
"Hah?? Wadon?? Apaan dah itu??" Tanya Kevin bingung.
"Itu sejenis manusia yang sering bikin pusing laki buat main tebak-tebakan." Sahut Wayan yang mengundang tawa teman-temannya.
"Ahahaha... bodoamat, Yan." Jawab Farish.
"Wadon tuh perempuan artinya, Vin. Itu bahasa Betawi. Bahasanya orang Jakarte. Hahaha..." Terang Dito kepada Kevin.
"Oohh... baru ngerti gue. Lucu ya, wadon. Hahaha..." Ucap Kevin dengan tertawa geli.
"Lha, dia senang betul. Hahaha... cina dasar." Ujar Dito kepada Kevin.
"Waahh... main ras. Gak asik nih." Jawab Kevin dengan candanya.
"Hahaha... sorry, sorry, bro... peace." Ujar Dito yang menunjukka jari telunjuk dan jari tengahnya yang menandakan salam damai darinya.
"Eh, ngomongin wadon. Wadonnya Laut emang siapa deh?" Tanya Dito kepada teman-temannya.
"Si Elena bukan?" Tanya Kevin.
"Bukan. Elena mah cuma kesetan buat Laut. Hahaha..." Jawab Wayan.
"Apa si Ratu? Saingannya Elena?" Tanya Wayan.
"Bukan cumiii..." Sahut Kevin.
"Oh, gue tau ! Si... siapa deh namanya. Yang kemarin ngeliput basket." Ujar Kevin.
"Yang ngeliput basket mah banyak, Vin. Yang mana?" Tanya Farish.
"Ira?" Tanya Farish kepada Kevin.
"Bukan. Ira kan yang kemarin rambutnya di kepang-kepang kan? Imut tuh dia. Hahaha..." Ujar Kevin dengan candanya.
"Salah fokusss, Christian Kevin Sanjaya. Hahaha..." Ucap Farish dengan tawa candanya.
"Yang mana sih? Amel? Rita?" Tanya Dito.
"Bukaann... yang rambutnya sepunggung. Panjang nanggung rambutnya. Siapa sih, namanya gue lupa. Yang anak mading." Terang Kevin yang masih gemas dengan daya ingatnya.
"Semua juga anak mading, Keviinnn..." Ucap Wayan gemas kepada Kevin.
"Eh, iya, ya. Hahaha... cantik kok anaknya. Baik. Ramah. Tapi gue gak suka kok sama dia. Wakakak..." Ujar Kevin dengan tawa riangnya.
"Bodoamat, Vin. Yang nanya lo suka sama dia tuh siapa???" Ujar Farish yang menonjok kecil perut Kevin.
"Anak mading siapa lagi deh selain Ira." Sahut Dito yang masih berpikir keras mengingat kembali teman-teman madingnya.
"Oohh... iya. Bening. Bening namanya. Bening ya, Vin?" Tanya Farish kepada Kevin yang sedang berganti baju basket.
"Iya, iya, bener, bener tuh. Si Bening. Nah, iya itu dia maksud gue." Jawab Kevin dengan segera.
"Bening mah emang cantik. Sesuai sama namanya. Bening. Hahaha..." Ucap Wayan.
"Lo kenal emang, Yan?" Tanya Dito.
"Kenal dong. Kan gue waktu lomba science satu team sama doi." Jelas Wayan kepada Dito.
"Oh, iya bener. Emang si Laut sikapnya agak beda kalo sama Bening." Ujar Dito kemudian.
"Bedanya?" Tanya Kevin yang sedang memakai handbandnya di pergelangan tangan.
"Lebih apa ya? Lebih perhatian kayaknya. Padahal kan lo tau sendiri, Laut anaknya cuek banget. Ada orang mati di depannya juga dia cueknya bukan main. Hahaha..." Jelas Dito.
"Mereka pacaran?" Tanya Wayan.
"Awalnya gue pikir gitu." Sahut Farish.
"Ternyata?" Tanya Kevin.
"Ternyata gak pacaran." Jawab Farish.
"Lo tau dari mana, Rish?" Tanya Dito.
"Si Bening yang bilang. Kalo mereka gak pacaran. Laut juga pas gue tanya, dia bilang gak pacaran." Jelas Farish.
"Tapi saling suka?" Tanya Wayan lagi.
"Kayaknya sih gitu." Jawab Farish.
"Macem HTS'an kali mereka." Ujar Kevin.
"HTS'an apaan, Vin?" Tanya Wayan.
"Wah... gak gaul luh, Yan. Hahaha..." Ledek Kevin.
"Siaul. Orang gue nanya juga." Jawab Wayan mencibik.
"HTS itu Hubungan Tanpa Status, Yan." Terang Dito.
"Nah, itu." Sahut Kevin sambil menunjukkan jari telunjuknya kepada Dito.
"Hubungan tanpa status? Temen rasa pacar gitu? Hahaha..." Ujar Wayan.
"Mungkin, atau rasa yang tertinggal. Wakakakak..." Sahut Farish dengan tawa riangnya yang mengundang gelak tawa teman-temannya.
"Eh, tapi Bening tuh diem-diem banyak yang suka tau." Ujar Wayan.
"Lo tau dari mana emang?" Tanya Dito.
"Lah... temen sekelas gue aja yang naksir Bening udah 3 orang. Laki semua." Jelas Wayan. Penjelasannya mengundang kegemasan teman-temannya.
"Ya, iyalah laki, Wayaann... ya kali perempuan." Jawab Dito gemas.
"Di kelas gue juga ada kok. Kelas 2 IPA 3 tuh ada 2 orang cowok naksir Bening. Kalo gak salah." Sahut Kevin.
"Iya, Bening tuh diem-diem pesonanya membius para lelaki. Hahaha..." Jawab Farish.
"Bahas luh Rish... dokter kali pake bius. Hahaha..." Sahut Dito.
***
Di Ruang Mading
"Ta, lo udah tempel karton buat tisam?" Tanya Amel kepada Rita yang sedang menggunting huruf untuk dijadikan judul tisam.
"Belum. Ini baru mau gue tempelin judulnya." Jawab Rita.
"Lo bikin judul apa buat tisam?" Tanya Amel.
"Tisam Kangen" Jawab Rita santai.
"Hah?? Kangen??" Tanya Amel dan Ira bersamaan.
"Kenapa deh?" Tanya Rita tanpa rasa bersalah.
"Ta, ya kali kangen bahasanya. Coba cari kosakata yang bagus gitu." Ujar Amel.
"Apaan ya? Kasih ide dong." Ucap Rita.
"Emm... rindu aja. Kangennya di ganti rindu." Ujar Ira.
"Boleh, boleh tuh." Jawab Amel.
"Okay. Gue ganti Tisam Rindu ya." Jawab Rita meyakinkan kedua temannya kembali.
"Sip. Bikin, tempel." Jawab Ira mantap.
"Ini kita jadi jenguk Bening gak?" Tanya Amel.
"Jadiin lah... beson libur ini. Gak apa kali maleman dikit kita pulang. Hehehe..." Ujar Ira dengan cengiran kudanya.
"Kalau gitu mending pulang dulu deh. Gak enak nih badan lengket gini." Ucap Rita.
"Yah, ntar kalo udah pulang kan males lagi gue keluar rumah. Hahaha..." Sahut Amel.
"Tapi ada benernya juga si Rita. Badan gue juga apek banget ini baunya. Hahaha..." Ujar Ira.
"Jadi gimana nih? Kita pulang dulu? Terus ketemuan di mana?" Tanya Amel kembali.
"Langsung ketemuan di rumah Bening aja gimana?" Tanya Ira.
"Iya, setuju. Biar gak tunggu-tungguan. Jadi lebih cepet. Ntar SMS aja kalo udah di sana." Jelas Rita.
"Okay. Sip." Jawab Amel.
"Yaudah, kita cepetan selesein Mading deh. Biar bisa cepet-cepet pulangnya." Ujar Ira yang di barengi dengan anggukan Rita dan Amel tanda setuju.
Tidak lama kemudian, ada 2 orang perempuan mengetuk ruang Mading.
Tok tok tok
"Iyaa... silahkan masuk." Jawab Ira, Amel dan Rita.
"Permisi, Kak..." Sapa kedua adik kelas tersebut.
"Iya... ada yang bisa dibantu?" Tanya Rita sopan.
"Iya, Kak." Jawab Yuri si adik kelas 1-3. Cantik. Mata agak sipit. Rambut panjang kuncir kuda.
"Maaf, ini dengan siapa ya?" Tanya Ira.
"Saya Yuri, Kak dan ini teman saya." Terang Yuri kepada Ira, Amel dan Rita.
"Mia." Jawab Mia dengan senyum ramahnya.
"Yuri dan Mia. Ada yang bisa dibantu?" Tanya Amel lagi.
"Iya, Kak. Kami ingin titip salam tapi melalui puisi. Apakah boleh?" Tanya Mia.
"Tisam melalui puisi? Maksudnya salam yang disampaikan tersirat melalui puisi gitu ya?" Tanya Rita.
"Iya, Kak. Apakah bisa?" Tanya Yuri.
"Bisa aja dan boleh. Tapi, kita juga masih seleksi beberapa puisi. Jadi kita gak bisa janji puisi kalian bisa langsung di pampang. Gimana?" Jelas Ira.
"Iya, Kak gak apa. Yang penting boleh dan diizinkan." Jawab Yuri.
"Boleh kok. Tapi kita baca dulu boleh? Puisinya maksudnya." Tanya Amel.
"Boleh, boleh Kak." Jawab Mia sambil menyerahkan puisinya.
Ira, Amel dan Rita membaca secara bersama dan bergantian.
"Kalau boleh tau, puisi ini ditujukan untuk siapa ya?" Tanya Ira.
"Tapi kalau mau dirahasiakan gak apa juga." Sahut Amel kemudian.
"Emm... puisi yang saya buat, saya tujukan ke Kak Kevin, Kak Ira, Kak Amel dan Kak Rita." Jawab Yuri malu-malu.
"Kevin mana ya?" Tanya Ira.
"Kevin yang pemain basket inti sekolah kita?" Tanya Amel.
"Iya, Kak. Benar. Kak Kevin yang pemain basket." Jawab Yuri dengan wajah bersemu merah.
"Oohh... Kevin yang itu. Iya, iya, tau gue." Jawab Ira yang telah mengingat Kevin itu siapa.
"Kalau Yuri ke Kevin. Kalau Mia ke siapa?" Tanya Rita.
"Apanya yang ke siapa?" Tanya Amel kembali.
"Tisamnya maksudnya." Jelas Rita.
"Ke Kak Dito Kak Rita." Jawab Mia malu-malu.
"Waah... anak basket laku keras ya, Buuk... Hahaha..." Ujar Amel dengan candanya yang mengundang tawa teman-temannya.
"Okay, nanti kita coba masukin di lembar tisam ya. Tapi kita usahain dulu. Mudah-mudahan ada tempat. Hehehe..." Jawab Ira dengan senyum sumringahnya.
"Makasih ya Kak. Makasih banyak Kak Ira, Kak Amel dan Kak Rita." Ucap Yuri dan Mia.
"Iya, sama-sama." Jawab Ira, Amel dan Rita.
"Oh, iya, Kak. Mau tanya boleh?" Tanya Yuri yang sudah siap keluar ruang mading tapi balik badan lagi.
"Boleh. Silahkan. Mau tanya apa?" Tanya Ira.
"Kak Laut itu sekelas sama Kakak-kakak kan ya?" Tanya Mia.
"Iya. Laut sekelas sama kita. Kenapa memangnya?" Tanya Ira kembali.
"Kak Laut udah punya pacar ya, Kak?" Tanya Yuri.
"Setau gue sih belum ya..." Jawab Amel.
"Emang kenapa deh nanyain Laut?" Tanya Ira.
"Tisam buat Kak Laut dari Sandra temanku, ya Kak." Jawab Mia dengan cengiran kudanya.
"Ohh... okay. Nanti disampein kalau ketemu." Jawab Ira.
"Kalau gitu, kami permisi Kak. Terima kasih, kakak-kakak cantik..." Ucap Yuri dan Mia.
"Kembali kasih Yuri dan Mia..." Jawab Ira, Amel dan Rita.
Setelah Yuri dan Mia kembali ke kelasnya. Ira, Amel dan Rita kembali ke tugasnya masing-masing.
"Sandra tuh yang mana deh?" Tanya Rita.
"Sandra tuh anak tari saman bukan?" Tanya Amel.
"Iya. Sandra adeknya Sari." Jawab Ira.
"Sari kelas 2 IPS 1?" Tanya Amel.
"Iya. Yang montok itu lho..." Ucap Ira hmyang mengundang gelak tawa Amel dan Rita.
"Harus banget ya di kasih keterangan montoknya?" Tanya Amel yang masih tertawa geli.
"Hahaha... enggak gitu. Tapi Sari kan emang famous dengan body montoknya. Apalagi kalau dia lagi ng'dance. Wuuiihh... cowok-cowok baris paling depan. Hahaha...." Jelas Ira kepada Amel dan Rita.
Rita hanya mendengarkan Ira dan Amel bergosip ria. Ia hanya tertawa kecil mendengar celotehan kedua temannya itu.
Tok tok tok
"Iya, silahkan masuk." Jawab Amel.
"Woy !!" Sapa Laut kepads mereka.
"Jiiaah... gue pikir siapa." Jawab Amel.
"Wuiidih... tamu jauh." Ledek Ira.
"Eehh... ada pangeran kodok. Hahaha..." Ujar Rita yang mengundang tawa Laut.
"Ada apaan cuy?" Tanya Ira.
"Bening mana?" Tanya Laut.
"Lha, Bening kan gak masuk. Masa lo gak tau." Jawab Rita.
"Hah?? Gak masuk? Kenapa?" Tanya Laut kembali.
"Sakit, bro... demam katanya." Sahut Amel.
"Tapi kok gue SMS gak dibales ya?" Tanya Laut.
"Dia mah kan emang gitu. Gatel tangannya kalo megang hp. Hahaha..." Jawab Ira asal.
"Garuk." Jawab Laut.
"Mau dong digarukin..." Jawab Amel bercanda manja.
"Pake pacul garuknya." Jawab Laut kembali. No expression.
"Dih alah... laki sih gak ada romantis-romantisnya." Ucap Amel.
"Gue balik." Ujar Laut.
"Idih, kesini gitu doang." Jawab Ira.
"Eh, iya. Laut !!" Panggil Rita.
"Apaan !" Jawab Laut ketus.
"Dapet tisam." Ucap Rita.
"Hah? Tisam?" Tanya Laut bingung.
"Iyaaa... titip salam, Lauutt..." Jawab Ira.
"Oh." Sesingkat itu Laut menjawab.
"Dapet salam luh. Dari Sandra kelas 1-3." Ujar Rita.
"Oh." Laut menjawab sambil berlalu pergi.
"Heett... tuh anak yak. Ora jelas bener." Sahut Amel.
"Gue mah bingung sama Laut sama Bening. Udah tau sama-sama saling peduli. Tapi kenapa gak pada sadar sama perasaan masing-masing ya?" Tanya Rita.
"Mereka tuh sadar betul perasaan mereka, Ta." Terang Ira.
"Tapi kenapa gak jadian aja gitu?" Tanya Rita.
"Banyak fakto buat mereka jadi HTS'an." Jawab Ira.
"Hubungan Tanpa Status maksudnya?" Tanya Amel meyakinkan kembali.
"Iya. Dari SMP lho Laut sama Bening begini. Tarik-ulur gitu." Jelas Ira.
"Tapi Laut peduli banget sama Bening ya. Keliatan sayang banget gitu ke Bening." Ujar Rita.
"Ya sayanglah... namanya cinta." Sahut Amel.
"Kita suruh mereka jadian aja. Hahaha..." Ucap Rita dengan tertawa riang.
"Kalau bisa mah udah dari dulu kali mereka pacaran, Ta." Sahut Ira.
"Hhuuft... yasudahlah." Jawab Rita pasrah.
Tok tok tok
"Iya... silahkan masuk." Jawab Rita sambil membukakan pintu ruang mading.
"Hai." Sapa Tyo si Kakak Kelas. 3 IPA 1.
"Hai juga." Jawab Rita.
"Ada yang bisa dibantu?" Tanya Ira.
"Ada." Jawab Tyo.
"Apa?" Tanya Ira kembali.
"Saya mau cari tau secret admirer saya siapa." Terang Tyo kepada Ira, Amel dan Rita.
"Melalui tisam?" Tanya Rita kemudian.
"Iya." Jawab Tyo.
"Gue harus gimana?" Tanyanya kembali.
"Kak Tyo tinggal tulis di kertas warna bentuk persegi itu. Warnanya bebas, apa aja terserah kakak." Jelas Amel yang menunjukkan kertas memo warna-warni kepada Tyo.
"Gue tulis sekarang, nanti tolong di tempel ya." Ujarnya.
"Okay." Jawab Rita.
"Emang secret admirer nya ganggu banget ya, Kak?" Tanya Ira.
"Sebenarnya gak ganggu. Tapi gue risih aja. Setiap pagi pasti ada aja di meja gue. Kue lah, cokelat lah, bunga, softdrink, macem-macem deh pokoknya. Kan agak risih ya... karena itu di kelas. Males aja dengerin cuitan-cuitan temen-temen." Terang Tyo kepada Ira, Amel dan Rita.
"Ooh... gitu... ternyata punya secret admirer itu juga gak enak ya..." Jawab Amel.
"Yah... gitu deh. Hahaha..." Jawab Tyo.
Tak lama berselang, Tyo pamit undur diri setelah menyerahkan tisamnya yang ditujukan kepada secret admirer nya.
"Perasaan hari ini kok banyak ya yang tisamnya langsung ke kita. Biasanya kalo tisam kan tinggal tulis di kertas, terus tempel sendiri. Ini kenapa pada dateng ke ruang mading, deh." Ujar Rita.
"Iya, ya. Hiasan gue jadi ketunda-tunda. Hehehe..." Jawab Amel.
"Biarin deh. Biar mading kita minggu ini rame." Jawab Ira.
"Iya, bener." Jawab Amel dan Rita.
Kegiatan terbit mading hari ini pun berjalan lancae meski terbitnya agak telat. Karena ada beberapa tamu yang datang langsung ke ruang mading.
***
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!