NovelToon NovelToon

My Bad Bro / Sis

#Early

"jangan pernah menemui Reva!" Athala berteriak tepat di depan Rava, sekarang Reva sedang berada di dalam ruang operasi dia jatuh dari pohon dan kepalanya terbentur sangat keras,

"Atta, kau jangan teriak-teriak, kita sedang di rumah sakit" Azkar mencoba menenangkan Athala,

"Mom, Dad, maafin Rava" Rava menangis, dia merasa sangat bersalah sekarang,

"bagus jika kau sadar, kalau kau nggak ngajakin Reva naik pohon, dia nggak bakalan ada di rumah sakit kayak gini dan lagi sekarang dia ada di ruang operasi!" Athala tambah memarahi Rava,

"ma..af, ma....af, Rava salah tapi jangan larang Rava buat ketemu Reva, Rava juga mau minta maaf langsung ke Reva" Rava menangis dan memegang tangan Athala memohon padannya,

"kau ini anak laki-laki tapi cengeng banget!" cela Athala,

"Atta kau sudah sangat keterlaluan!" Azkar meninggikan suaranya,

"diam kau, kau memarahiku hanya karena aku memarahi anak ini, sekarang aku hanya punya satu anak yaitu Reva, jika kau mau bawa Rain terserah!" Athala meninggikan suaranya di depan Azkar,

"oke! aku akan bawa Rava dan Rain denganku dan jangan pernah temui dua anak ini!" Azkar menatap ke kursi tunggu, seorang anak laki-laki berambut hitam yang umurnya baru empat tahun tertidur di sana,

"Rava kita pulang saja!" Azkar menggendong Rain yang tertidur dan menarik Rava untuk pulang, Athala hanya menatap mereka dingin dan datar,

"aku benar-benar tidak peduli mereka" bisik Athala.

_____________________________________________________________

"Azkar kau benar-benar meninggalkan Athala?" tanya Riko,

"haaah, sejak awal kami memang tidak bersama, kamu jangan mengada-ada!" balas Azkar jengkel,

"terus dimana Rava sekarang?" Edward menatap Azkar,

"dikamar nggak mau keluar, makan pun...." Azkar berfikir sejenak,

"ada apa?" Indra penasaran,

"dia belum makan!" Azkar langsung berlari menuju ke kamar Rava,

"dia itu meski jadi ayah dari tiga anak masih bodoh ya?" Indra menggelengkan kepalanya,

Azkar berdiri di depan kamar Rava, dia hanya diam dan tak melakukan apapun sampai Edward lewat,

"ada apa?"

"eh?" Azkar menatap Edward dan menjadi salah tingkah,

"kenapa?"

"bisa tolong bukakan pintunya, tanganku sedang penuh" Azkar tersenyum,

"dasar bodoh" Edward meraih gagang pintu dan mencoba membukanya, tapi pintunya seperti di kunci dari dalam,

"sepertinya kuncinya di kunci deh" Edward menatap Azkar yang menatapnya aneh, seakan bilang dia juga bodoh,

"kenapa natap kayak gitu, panggil Riko sana! suruh dobrak!" perintah Edward,

"oke, pegang ini dulu!" Azkar menyerahkan napannya dan berjalan menuju ke ruang tengah memanggil Riko,

Sekarang empat pria yang sudah menjadi ayah ini berkumpul di depan pintu kamar Rava, terlihat seperti orang bodoh,

"Ava, keluar! ayah masakin enak nih, keburu dingin lho!" teriak Azkar dari depan pintu,

"kayaknya nggak ada respon!" ucap Edward,

"masak dia mat...AW!" Indra mendapat tiga pukulan di kepalanya,

"kamu itu sukanya ngomong ngawur, rasain!" bentak Riko,

"kalian minggir gih!" Riko mengambil ancang-ancang dan mendobrak pintu kamar Rava, tapi sebelum itu pintunya terbuka dan Riko terjatuh di depan kaki kecil Rava,

"kalian berisik banget!" Rava menatap dingin mereka,

"Dad antar makanan buat kamu, makan ya?" Azkar tersenyum lembut,

"nggak nafsu makan!" jawab Rava datar, dia lalu menatap sekeliling,

"rumahnya sepi, adik mana?" tanya Rava,

"adik yang mana?" tanya Azkar bingung,

"adikku, saudaraku satu-satunya Rain, dimana?" tanya Rava lagi dengan muka serius,

'saudaraku satu-satunya?' batin keempat pria itu.

"kamu kan punya saudara satu lagi namanya Reva" Indra memastikan,

"siapa Reva, kalian ini mabuk ya, aku dari dulu sampai sekarang cuma punya satu saudara laki-laki" Rava menatap sebal Indra,

"iya kan Dad, aku cuma punya saudara satu" Azkar hanya diam, tidak bisa berkata-kata,

"sebaiknya bawa dia ke rumah sakit dan tes psikologi nya!" bisik Edward pada Azkar,

"oke, kalau begitu kami pergi dulu!" Azkar langsung mengendong Rava pergi menuju rumah sakit.

Rumah Sakit,

"gimana anak saya dok?" tanya Azkar,

"dia mengalami depresi berat sehingga dia menjadi seperti itu, jadi sebaiknya jangan memaksakan kehendaknya, kali nggak bisa-bisa malah jadi tambah parah" jelas dokter itu,

"oh, baik dok" Azkar keluar dari ruangan dokter dan menghampiri Rava yang menunggunya,

"Dad, apa aku sakit? kenapa tadi di periksa dokter?" tanya Rava dengan wajah polos,

"kamu nggak pa-pa kok, Dad hanya terlalu khawatir"

Selamat Membaca 📖

Cerita selanjutnya dari novel ' Si Gadis Dingin '

Semoga pembaca suka😁😀😁😄😃

#Meet Again

Lima tahu dari masalah itu, sekarang Rava sudah menginjak kelas X SMA Kebangsaan Negri, dia sekelas dengan Reyhan tentunya,

"Oi, Rava!" Reyhan berteriak sambil melambaikan tangannya pada Rava, dia tersenyum dengan sangat lebar,

"dari dulu sampai sekarang kita bareng terus ya?" Reyhan merangkul pundak Rava,

"jangan bikin ulah deh, lihat situasi dong!" Rava menutup wajahnya karena malu, semua orang menatap mereka, bagaimana tidak, Rava yang memiliki pesona cool dan terkesan badboy sedang Reyhan yang memiliki wajah cute and sweet,

"wah, kakak-kakak kenapa, terpesona dengan kami kan?" Reyhan memasang muka imutnya dan Rava memasang muka cool nya,

"manii.......iiiisnya!" teriak cewek-cewek di sekitar mereka,

"yang satunya guateng abis!" tambah cewek-cewek lainnya,

Dari kejauhan dua cowok memperhatikan Rava dan Reyhan, mereka tersenyum misterius,

"kerjain bagus juga kan?"

"jangan aneh-aneh deh!" cowok satunya tersenyum miring, dan menarik temannya pergi,

_____________________________________________________________

"hey, ngapain kita kesini?" tanya Rava pada Reyhan,

"kita diundang di dalam surat ini ke sini!" Reyhan berbicara dengan tampang sok seriusnya,

"kamu beneran ikuti perintah yang ada di surat? kamu itu bodoh atau apa?" Rava sedikit meninggikan suaranya,

"kan aku suka yang beginian, kamu pasti tau kalau aku ingin menjadi tentara seperti ayah!"

"nggak usah bodoh deh, kalau mau jadi tentara seharusnya kamu masuk ke sekolah khusus militer kan?"

"ya terserah, suka-suka aku kan?" Rava malah bertengkar dengan Reyhan padahal mereka dalam masalah besar,

"kalian sudah puas bertengkarnya?" seorang cowok keluar dari balik tembok dan menggunakan topeng,

"hey, apa ini sedang ada acara pakai topeng, kita kok nggak dapet?" Reyhan meminta topeng dengan polosnya, Cowok itu seakan merasa di remehkan,

"lo nggak usah kebanyakan bercanda, gue lagi serius sekarang!" bentak cowok itu,

"udahan aja Jun, ngapain kamu serius banget gitu?" seorang cowok lagi keluar dari balik tembok dan Reyhan serta Rava tau siapa itu,

"kak Os!" teriak mereka bersamaan,

"berarti yang pakai topeng ini..." Rava tersenyum horor dan menghampiri cowok bertopeng itu,

"Jun!" Rava membuka topengnya dan melemparnya ke sembarang arah,

"lama tidak berjumpa anak nakal?" Arjun tersenyum,

"sudah kubilang jangan panggil aku kayak gitu!" Rava memasang tampang sebal,

"kapan pulangnya, masak tiba-tiba sudah ada aja?" Elios menghampiri mereka,

"oh, dua hari yang lalu, Dad langsung daftarin aku sekolah disini, nggak taunya kalian juga ada di sini" Rava tersenyum senang,

"kalau Rey..."

"nggak usah bilang, kami sudah tau!" Arjun dan Elios menghentikan Reyhan sebelum banyak bicara,

"kalian benar-benar membosankan, coba kalau ada Re.." Elios langsing membungkam mulut Reyhan,

"siapa yang mau di bilang Rey?" Rava penasaran,

"bukan siapa-siapa, kalian seharusnya masuk kelas kan?" Arjun mengalihkan topik pembicaraan,

"betul juga, aku belum tau dimana kelasku!" Rava panik,

"kelas berapa?" tanya Reyhan antusias,

"X IPA 2"

"good! kita sekelas" Reyhan melonjak kegirangan, dia lalu mengajak Rava menuju kelas mereka,

"apa dia nggak berlebihan?" Indra menatap heran Reyhan,

"kira sudah mengenalnya sejak kecil, kamu seharusnya wajar kan?" Elios tersenyum,

"kayaknya kalau kita berempat berjalan bersama, sekolah ini bakalan ada kejadian pingsan berjamaah deh?" Arjun meninggalkan jalan belakang sekolah bersama dengan Elios,

"kenapa kamu bahas ini?"

"kamu pasti tau, kamu sendiri Ketua OSIS yang killer tapi punya pesona yang memikat, aku sendiri di juluki 'Si Tampan Jun'....."

"pede banget!" Elios menatap Arjun jijik,

"hey! dengerin aku!"

"iya-iya cepetan!"

"terus kamu pasti tau kan tadi, semua bilang Rava itu badboy and cool, sedang Reyhan nya cute and sweet" jelas Arjun,

"begitu?" Elios menatap Arjun sehingga dia tidak melihat ada cewek uang berlari kencang dan tidak sengaja menabraknya,

"aww!" cewek itu mengaduh kesakitan,

"kau baik-baik saja?" tanya Elios sambil menolongnya berdiri,

"aku baik-baik aja kok, kalian ini jalan lihat-lihat dong!" bentak cewek itu,

"hey yang salah itu kamu!" Arjun langsung membela Elios,

"kamu juga udah telat seharusnya, nama dan kelas berapa kamu?" tanya Elios tegas,

"punya hak apa kamu!"

"aku ketua OSIS disini!" cewek itu langsung salah tingkah,

"eh, maaf kak, namaku Reva Freude kelas X IPA 2" cewek itu langsung memperkenalkan dirinya dan pergi, sedang Arjun dan Elios masih terdiam,

"kamu dengar tadi?" tanya Arjun,

"namanya Reva Freude dan juga yang lebih gawat dia sekelas dengan Rava, bagaimana ini?" Elios menatap Arjun,

"ini yang namanya takdir, tidak bisa dihindari"

Happy Reading 📖

Don't forget to like 👍 and comment 👄

+favorite ❤

#Famous

"liat itu empat tuan muda"

"kok gitu julukannya?"

"soalnya aku dengar, itu kak Elios yang jadi Ketos itu dia anak tertua keluarga Freude yang terkenal dan terkaya nomor dua, terus yang disampingnya kak Arjun yang tampan itu, dia juga ahli waris keluarga Kusuma, terus itu Rava, katanya anak keluarga terkaya nomor satu keluarga Martin dan yang terakhir Reyhan anak dari Jendral Mario" jelas temannya panjang, lebar kali tinggi,

"masak mereka sehebat itu?" Reva muncul di tengah-tengah kerumunan cewek-cewek itu,

"tentu saja, lo anak baru ya, siapa namanya, gue Nana" kata cewek itu sambil tersenyum manis,

"nama gue Reva, kelas X IPA 2" jawabnya singkat,

"ayo duduk bareng sini" ajak temannya yang lain,

"makasih" Reva tersenyum,

"Reyhan itu imut banget ya?" Nana memandangi Reyhan terus-terusan,

"liatnya juga nggak usah kayak gitu, apa istimewanya mereka?" Reva langsung berdiri dan mengejar empat cowok itu,

"hey kalian, apa sih istimewanya kalian?!" teriak Reva, empat cowok itu langsung menoleh,

"apa kau punya masalah dengan Rey? Rey nggak suka ada yang teriak-teriak" Reyhan bersembunyi di belakang Arjun,

"kamu cewek tapi tingkahnya kayak gini, nggak tau sopan santun!" Rava langsung menghina Reva,

"jaga omongan lo, cowok omongannya judes, sok-sokan, jelek juga!" sekilas Rava memandang Reva seperti melihat dirinya waktu kecil pernah meneriakinya juga,

"kau itu sebenarnya siapa?" Rava mulai memegangi kepalanya, Elios menyadarinya dan memberi isyarat pada Arjun,

"Av, nggak usah urusin cewek ini, pergi aja ya, keliatannya kamu sedang tidak sehat!" Arjun mengajak Rava pergi dan Rava menurut saja,

"Hey! kalian mau kabur kemana!" teriak Reva,

"lo nggak usah muncul di depan Rava lagi, kalau nggak lo berurusan dengan gue!" Reyhan meninggikan suaranya dan menatap horor Reva, sehingga dia ketakutan,

"Rey, udah, ayo pergi" Elios mengajak Reyhan pergi meninggalkan Reva sendirian di lorong,

"imut dari mananya, jelas-jelas tadi tampangnya kayak preman gitu!" Reva terduduk di kursi yang sudah di sediakan.

_____________________________________________________________

Rava duduk di tempatnya, dia berfikir sepertinya cewek itu tidak terlihat asing untuknya,

"Jun, apa kau kenal cewek itu tadi?" Rava bertanya pada Arjun,

"nggak lah, aku cuka ketemu dia di lorong dengan Elios, sepertinya dia terlambat tadi" jawab Arjun,

"tapi kayaknya aku kenal dia, entah dimana aku pernah bertemu dengannya?" Rava bertanya pada dirinya sendiri,

"AVA!" Reyhan berteriak dan langsung memeluk Rava,

"apaan sih?" Rava menatap Reyhan jengah,

"aku udah urus cewek tadi, puji aku, puji aku!" Reyhan berkata dengan bersemangat, Rava hanya menatapnya bingung lalu tersenyum,

"kau hebat sekali"

"waaaaaah!" Reyhan terlihat sangat senang dengan pujian Rava,

"anak itu benar-benar terobsesi dengan Rava" Arjun geleng-geleng kepala melihat tingkah Reyhan,

"Jun, jangan-jangan kau cemburu?" Reyhan menatap Arjun sambil senyam-senyum,

"Rey kau jangan mengada-ada, pikiranmu benar-benar seperti anak umur 5 tahun" Arjun berkata dengan ketus,

"Jun kau benar-benar kejam" Reyhan memasang tampang sok sedihnya,

"kalian sudahlah, bukannya kau benci hal yang kekanakan Jun?" Jun memasang tampang kesal mendengar omongan Elios,

"sebentar lagi masuk, kalian buruan balik ke kelas kalian sendiri!" kata Rava dingin,

"kamu usir kami?" tanya Arjun, Rava berdiri,

"kalau iya kenapa? mau ngelawan?" Rava menatap tajam Arjun,

"baiklah aku pergi dulu!" Arjun mengajak Elios pergi segera menuju ke kelasnya.

Happy Reading 📖

Don't forget to like 👍 and comment 👄

+favorite ❤

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!