NovelToon NovelToon

Ketulusan Cinta Freya

Malam Pertama

"SAH!"

Setelah mendengar satu kata itu terucap hatiku serasa sangat bahagia, ya saat ini aku telah sah menjadi seorang istri. Istri seorang pengusaha muda bernama, Andra Stevano.

Cinta pertamaku!

Inilah hari yang aku tunggu-tunggu, di saat kata itu terucap dan aku sah menjadi istrinya. Di mana aku melepas masa gadisku dan hidup bahagia bersama dirinya yang berstatus suamiku.

Aku mengambil tangannya lalu mengecup punggung tangan suamiku, hatiku terasa menghangat saat dia mengecup tepat di keningku. Aku tak kuasa menahan kedutan di bibirku, senyumku mengembang.

Ku tatap lama wajah lelaki tampan di depanku, lelaki yang baru saja menjadikanku sebagai seorang istri. Dia menatap hangat padaku, dia tersenyum. Senyum manis yang selalu membuatku jatuh cinta kepadanya.

"Istriku," ucapnya yang membuat wajahku bersemu.

.

Acara baru saja selesai, tamu undangan pun sudah pada pulang, tersisa saudara dekatku dan saudara dekat suamiku. Kita semua memutuskan untuk menginap di hotel ini.

"Sayang..." Andra memelukku dari belakang, membuatku merinding karena hembusan nafasnya yang menerpa leherku.

"I-iya mas," balasku. Ah kenapa suaraku menjadi terbata gini, dan kenapa aku jadi malu-malu seperti ini. Astaga aku yakin wajahku sudah semerah tomat saat ini.

Dia membalikkan tubuhku menghadap kearahnya memeluk erat pinggangku matanya menatap teduh ke arahku, tersenyum manis. Ah senyuman itu yang selalu membuatku jatuh cinta padanya.

Tanganku melingkar erat di lehernya, ku tatap wajah tampannya, ku tatap mata indah itu. Aku sangat bahagia saat ini, menikah dengan orang yang aku cintai. Bukankah sangat membahagiakan?

"Kamu cape nggak?" Pertanyaan itu, apakah itu sebuah kode. Apa yang kalian pikirkan tentang pertanyaan itu? jujur saja aku merupakan wanita yang memiliki tingkat kepekaan yang tinggi. Mungkin jika tebakanku benar jika suamiku menginginkan  haknya. Tapi ah memikirkannya membuatku malu.

"Enggak mas, kenapa?" Kalau sudah tahu kenapa bertanya? biasalah basa-basi, ya nggak sih masa aku yang mulai. Iya kalau tebakanku benar jika salah?

"Enggak papa, kamu mandi dulu. Terus gantian aku." Andra mengusap kepalaku lalu berjalan menjauh ke arah balkon. Aku melihatnya mengambil rokok dari sakunya.

Kalian tahu apa yang tengah terjadi padaku? tentu saja aku malu, pikirkan ku terlalu jauh dan memalukan.

Aku duduk di meja rias, mulai melepas beberapa aksesoris yang menempel di kepalaku. Semua telah terlepas, tinggal satu yang belum. Gaun pengantin, gaun ini sangat panjang membuatku susah untuk melepasnya.

Tanganku yang pendek ini mulai meraba ke belakang mencari resleting gaun ini, tubuhku sudah sangat gerah. Berjam-jam memakai pakaian besar ini.

Aku berdecak kesal saat tanganku yang pendek ini tak sampai untuk membuka resleting gaun ini. Ku lihat suamiku yang tengah menatap ke arahku. Menatap saja tanpa membantuku? Huh sungguh menyebalkan, aku mencebikkan bibirku kesal. Menatap suamiku yang dengan santainya menghisap rokok dengan tatapan melihat kecarahku yang tengah kesusahan membuka gaun besar ini.

"Mas ih, bantuin ngapa!" Akhirnya suara kekesalan itu keluar, aku menatap kesal ke arahnya sedangkan dia malah tertawa mengejek ke arahku.

"Kenapa gak nyampe, kamu sih punya tangan pendek bener!" ucapnya.

"Nyebelin ih!" Aku memukul dada suamiku saat dia yang malah menertawakan aku yang tengah kesal ini.

"Kamu sendiri juga gak mau minta tolong ke aku?" Aku terdiam mendengar ucapannya, aku membalikkan tubuhku menatap pantulan diriku pada cermin menatap pantulan suamiku yang masih tertawa itu.

"Udah gak usah ngambek entar makin jelek tuh, bibirnya gak usah di maju-majuin kayak bebek tuh malahan."

"Mas ..." Rengekku kesal.

"Iya istriku kenapa?" Dia memelukku dari belakang, menjatuhkan kepalanya pada bahuku.

Istriku, ah entah kenapa aku selalu malu setiap dia memanggilku dengan sebutan itu. Istri? rasanya aku masih tidak percaya jika aku telah sah menjadi istri seorang Andra Stevano.

"Kenapa sayang, kok diem. Suami tanya itu di jawab!" ucapnya kembali ia menatap diriku dari pantulan cermin.

"Bantuin ngelepas gaun ini, berat tau. Gerah juga!" ucapku, aku membalikkan tubuhku ke arahnya. Rasa maluku telah hilang, eh enggak bukan gitu aku sedang dalam mode manja. Pacaran selama dua tahun dengannya membuatku sudah tidak malu-malu lagi.

Jika tadi beda, jika sekarang enggak. Biasalah awalnya malu-malu akhirnya malu-maluin. Wkwk

Tanganku melingkar di leher jenjangnya, bibirku tersenyum ke arahnya. Tanganku mengusap jakunnya. Entahlah malam ini dia nampak sangat tampan dan menggoda.

Ya Tuhan ku mohon hentikan pikiran kotorku ini, kenapa aku menjadi seperti ini. Ah kelakuan ini sangat memalukan.

Aku memalingkan wajahku malu, ku lepas lingkaran tanganku pada lehernya saatku akan menjauh darinya ia tak melepaskan pelukan itu justru ia malah semakin merapatkannya.

"Mau kemana sayang?" ucapnya, suaranya nampak serak.

"Mau mandi mas."

"Emang bisa?" Aku mengangkat alisku tak mengerti.

"Emang bisa? lha emang kenapa?" beoku.

"Gaun kamu sayang."

Ya aku melupakan satu hal itu, gaunku belum terlepas, aku menatap cengengesan ke arahnya.

"Hehe lupa," ucapku.

"Kebiasaan!" Andra mendorong dahiku pelan, membuat kepalaku terdorong ke belakang.

"Mas ih ..."

Andra memelukku dari belakang menumpukan kepalanya pada bahuku, ia menatap wajahku dari pantulan cermin. Tangannya meraba resleting gaunku, entah mengapa aku merasa geli.

Srekk

Wajahku merona saat resleting itu telah terbuka nampak jelas punggungku yang terekspos itu.

Tatapan Andra terus tertuju pada wajahku, hanya tangannya saja yang bergerak di tubuhku.

Hampir saja gaun itu terlepas ke bawah jika saja aku tidak menahannya, ku tutup area dadaku agar gaun itu tidak terlepas dari tubuhku.

Terlihat Andra suamiku menatap geli ke arahku saat melihat wajah panik ku, aku meringis malu.

"Kenapa sayang?" ucapnya tepat di telingaku bulu kudukku meremang saat hembusan nafasnya mengenai tengkukku.

"E-enggak, a-aku mandi dulu," ucapku terbata.

Suamiku semakin tertawa saat melihat ucapan terbata ku, ah malunya kenapa aku jadi seperti ini. Inikah yang di namakan kegugupan seorang pengantin di malam pertama?

"Entar dulu." Andra mengendus leherku, tangannya pun sudah tak terkondisikan. Mulai meraba-raba di area yang membuatku geli.

"Mas ..." Ku hentikan tangan itu saat dia mulai meraba area dadaku. Aku sampai tidak sadar jika gaunku telah terlepas dan hanya menyisakan pakaian dalam ku.

"Sayang ..." Rengeknya. Ku lihat wajahnya, dan matanya yang sudah bernafsu dia juga seperti menahan sesuatu.

Aku jadi tidak tega, sudah seharusnya ini terjadi. Sudah menjadi haknya sebagai suamiku akankah aku harus memberikan mahkotaku sekarang? pada suamiku? pada orang yang aku cintai?

Bodoh tentu saja jawabannya iya, dia suamiku sudah sepantasnya dia mendapatkan itu, lagian ini malam pertama kami sebagai suami istri bukankah di malam pertama orang melakukan hal itu.

Akhirnya aku menggangguk saat melihat tatapan mendamba dari suamiku, aku jadi tidak tega. Lagian ini sudah kewajibanku sebagai istri untuk memberikan hak batin pada suami.

Dia tersenyum menatapku di balikkannya tubuhku ke arahnya, dia mencium dahiku sangat lama, netra cokelat itu menatap ke arahku.

"Apa kau yakin sudah siap sayang?" tanyanya kembali, aku hanya menunduk malu kenapa dia pakai tanya segala. Aku kan mau jadinya!!

Hanya anggukan yang aku berikan padanya sampai dia mulai mencium bibirku dengan rakus, i-itu adalah ciuman pertamaku. Aku yang tidak pernah berciuman pun kewalahan dengan ciuman dia yang nampak sangat lihai. Seperti sudah berpengalaman, tapi mungkinkah dia sudah pernah berciuman dengan wanita lain?

Jika iya, membayangkannya saja sudah membuatku sesak. Dia mulai mendorongku ke arah ranjang bertabur bunga itu, tubuh kekarnya menindih tubuh mungilku.

Aku meneguk salivaku kasar saat melihat tubuhnya yang, arghh ia sungguh membuatku gila!

Pikiranku sudah traveling ke mana-mana!

"Are you ready baby?!"

Ledekan Keluarga

Freya terbangun saat merasa berat menimpa perutnya, ia menoleh saat ternyata hal berat itu ialah tangan suaminya sendiri, Andra Stevano.

Freya tersenyum saat mengingat kejadian semalam, malam yang panjang untuk mereka berdua. Malam yang berkesan baginya.

Malam di mana ia memberikan mahkotanya pada orang yang ia cintai, pada suaminya, pada lelaki yang akan menjadi ayah dari anak-anaknya.

"Cepet hadir sayang," ucap Freya mengusap perut datarnya. Ya dia sangat ingin segera memiliki anak.

Tatapannya beralih pada sosok laki-laki yang ada di sampingnya, ia mengusap pipi laki-laki yang tengah terpejam itu.

Cup

Ciuman pertama ia daratkan pada pipi suaminya, tapi dia masih tetap tertidur. Freya tersenyum melihat wajah damai suaminya, percayalah ia masih belum percaya jika sekarang ia telah menjadi seorang istri.

"Sayang bangun," ucap Freya ia menggoyangkan lengan suaminya. Tapi si kebo itu eh salah suaminya itu tidak juga terbangun membuat Freya mendengus kesal.

Freya melirik jam yang terpasang di sebelah ranjangnya, matanya melotot saat melihat angka berapa yang tertunjuk pada jarum jam itu.

"Jam sebelah! pantas saja perutku sudah demo," ucap Freya. Ia langsung menarik selimut putih itu ia gulungkan pada tubuhnya, melirik sekilas ke arah suaminya yang masih tertidur. Lalu ia mulai berjalan menuju kamar mandi dengan sedikit terkangkang karena area intimnya sedikit sakit akibat tadi malam.

Satu jam Freya habiskan dengan berendam air hangat di kamar mandi, ia keluar dengan tubuh yang sangat harum. Freya bercermin pada cermin besar yang ada di kamar mandi itu, masih dengan handuk yang melilit tubuhnya.

Wajahnya memerah saat melihat banyaknya bintik merah di tubuhnya bukan karena nyamuk tapi itu semua karena keganasan suaminya.

"Astaga sebanyak ini," ucap Freya ia meraba leher dan dadanya yang penuh dengan hasil karya suaminya.

Kruk kruk

"Perutku." Freya terkekeh saat perutnya berbunyi, cacing di dalamnya sudah berdemo untuk minta diisi.

Ia segera berganti pakaian, dan membangunkan suaminya yang masih nyaman di alam mimpinya.

"Sayang bangun!" Freya menggoyangkan lengan Andra.

"Mas, laper! bangun ih ..." Rengeknya.

"Mas Andra!"

"Mas!"

"Sayang, laper! bangun dong!"

"Ehm," dehem Andra.

Freya tersenyum jahil saat mendapat ide brilian dari otak liciknya, ia membalikkan tubuh Andra untuk terlentang. Lalu dengan jari lentiknya ia menjepit hidung laki-laki itu.

Membuatnya susah nafas, namun tetap saja dia tak terbangun karena masih ada mulut untuk bernafas.

"Ish, kebo banget sih!" kesal Freya.

Andra tersenyum kecil saat melihat kekesalan istrinya, ya dia sudah terbangun sedari tadi hanya saja menjahili istrinya menjadi kesenangan sendiri untuknya, melihat wajah kesal istrinya menjadi hiburan menyenangkan baginya.

"Mas, laper tau! bangun dong!" ucap Freya tepat di telinga Andra.

"Katanya kalau di cium bibir dia bangun," ucap Andra dengan suara di kecilkan. Freya dengan ketidaksadarannya, terbengong memikirkan perkataan itu.

"Benarkah? bisa gitu ya," beonya.

"Iya, coba deh kalau gak percaya!" ucap Andra kembali.

Cup

Freya mencium Andra tepat di bibirnya, saat ia akan melepas ciuman itu Andra terlebih dahulu menyerobot bibir ranumnya.

"Tidak semudah itu sayang!" ucap Andra setelah melepas ciuman itu.

"Ih beneran langsung bangun," ucap Freya dengan polosnya.

"Eh tapi tunggu tadi siapa yang ngo---" Freya menatap tajam ke arah Andra, yang nampak cengengesan itu.

"KAMU YA!" ucap Freya melotot, ia berkacak pinggang menatap tajam ke arah Andra.

"Maaf sayang," ucap Andra mencium cepat pipi Freya lalu berlari menuju kamar mandi.

"ANDRA!!"

.

"Wah, wah pengantin baru jam segini baru bangun ya," ucap Melisa mama mertua Freya atau lebih tepatnya mama Andra.

"Yang pengantin baru mah beda, kita makan siang situ makan pagi!" Ledek Abel adik kandung Andra.

"Itu juga, rambut udah basah aja!" Sambung Abel.

"Biasalah, bikin anak!" ucap Rangga, kakak kandung Freya. Ya ucapan Rangga emang ceplas-ceplos no filter.

"Kak!" kesal Freya wajahnya semerah tomat mendengar ledekan dari keluarganya.

"Haha, semoga cepet jadi. Udah tumbuh belum cucu nenek?" Ya sekarang ganti mama Freya yang meledek, sungguh Freya ingin sekali menghilang dari tempat ini.

"Bunda!" ucap Freya kesal, kenapa bundanya juga ikut-ikutan.

"Gimana mau jadi ma, orang bikinnya baru sekali. Entar Andra coba lagi, doain cepet jadi!" balas Andra.

Percayalah wajah Freya sudah semerah tomat saat ini ia mencubit pinggang suaminya karena ucapannya yang terlalu vulgar.

"Mas ih ..." kesal Freya.

Mereka semua tertawa melihat wajah kesal bercampur malu milik Freya, begitupun Andra ia memeluk mesra istrinya menyembunyikan wajah malu itu di dadanya. Mencium pucuk kepalanya, menghirup aroma sampo yang di gunakan istrinya.

"Makan woi! Kalau mau mesra-mesraan di kamar sono! mohon hormati kaum jomblo di sini!" Protes Abel.

"Iri bilang adikku sayang!" kekeh Andra ia semakin menunjukkan kemesraannya pada adiknya, menarikkan kursi untuk Freya, mengambil makan dan sekaligus menyuapinya. Membuat kaum jomblo ngenes meratapi nasibnya yang belum juga mendapat pasangan.

"Mama Abel mau nikah!" pekik Abel, saat Andra mengusap bekas makanan di bibir Freya membuat semua orang tertawa, kecuali Melisa yang menatap nyalang pada putrinya.

"Nggak ada nikah, nikah! sekolah yang bener baru nikah. Emang udah bisa ngurus anak!" omel Melisa membuat Abel mengerucutkan bibirnya kesal.

.

Andra dan Freya tengah berkemas untuk pindah Ke rumah baru mereka, rumah hadiah pernikahan dari orang tua Andra.

"Udah semua sayang?" tanya Andra dengan menutup koper bawaan bajunya.

"Udah baju aku sama baju kamu udah semua."

"Ya udah ayo berangkat, setelah ini aku ada urusan kantor soalnya."

Freya mengerucutkan bibirnya kesal, oh ayolah ini hari kedua pernikahannya dan suaminya sudah akan bekerja.

"Kenapa monyong gitu bibirnya?" tanya Andra ia gemas dengan wajah menggemaskan istrinya ini.

"Kamu sih bikin kesel aja!" Freya bersedekap dada dengan wajah kesalnya.

"Kenapa sayang? aku salah?" Andra mendekatkan diri pada Freya mengangkat wajah istrinya agar menghadap ke arahnya.

"Kita kan baru nikah mas, masa kamu udah kerja aja!"

"Ya gimana, urusan kantor gak bisa aku tinggal lama-lama. Aku kerja juga demi kamu demi anak-anak kita kelak sayang. Aku kerja juga gak lama kok cuma tanda tanganin berkas-berkas penting buat meeting besok. Udah itu aja terus aku pulang, temenin kamu di rumah."

"Janji." Freya menyodorkan jari kelingkingnya pada Andra membuat Andra tersenyum gemas.

"Janji sayang." Andra tersenyum bahagia memeluk istrinya di balik tangannya ia menyilangkan tangannya.

"Maaf Frey, aku akan segera menyelesaikan semuanya, dan kita akan hidup bahagia!" batin Andra

Godaan Farah

"FREYA!" Freya menoleh saat mendengar pekikan keras dari seseorang yang sudah sangat ia ketahui siapa.

"APA SIH TAN, HOBI BANGET TERIAK-TERIAK!" pekik Freya ganti, membuat sebagian manusia disekitarnya menatap sinis ke arah mereka berdua, karena suara toa mereka yang menggangu ketenangan mereka.

"Kangen bego!" Tania memeluk erat sahabat karibnya.

"Gimana-gimana lancar acaranya?" tanya Tania menggebu.

"Alhamdulillah lancar, Lo sih gak dateng!" cebik Tania ia bersedekap dada menatap kesal pada sahabatnya.

"Ya sorry beb, gue kan lagi ada acara kemarin. Lo sih udah tau gue gak bisa hadir masih aja dilanjut seharusnya Lo undur dulu acaranya!" omel Tania.

"Bego! siapa Lo bikin rusuh acara!" balas Freya.

"Siapa gue? Gue itu orang yang paling berjasa di hidup Lo, kalau Lo lupa!" sinis Tania.

Freya tertawa geli memang benar Tania adalah orang yang berjasa di hidupnya. Dia yang selalu ada disaat suka duka, dan dia juga yang membuat Freya bisa bertemu Andra.

"Iya bebeb ku sayang, Lo emang best gue dah!" tawa Freya sembari memeluk erat sahabatnya.

"Udah yuk ke kelas, banyak hal yang pingin gue korek dari acara Lo kemarin." Tania menarik lengan Freya untuk masuk ke kelas mereka.

(Nb: Oh ya bagi kalian yang belum ngerti, Freya ini masih mahasiswi tingkat akhir ya. Masih kuliah, mendekati skripsi lah. Biar kalian ngerti dan gak binggung sama alurnya. Enjoy aja ya)

"Jadi gimana?" tanya Tania setelah mereka baru mendudukkan pantatnya dibangku.

"Apa?" jawab Freya tanpa menatap, tatapannya fokus pada ponselnya dan tak jarang ia senyam-senyum sendiri. Membuat Tania kepo dengan berakhir mengintip ponsel Freya.

"Eits anak kecil gak boleh lihat!" Freya menggoyang-goyangkan jari telunjuk nya tepat diwajah Tania, sembari memasukkan ponselnya kedalam Tas.

"Hello princess Freya, gue kelahiran tahun 1998 sedangkan Lo tahun 1997 dari situ saya harap anda mengerti siapa yang anak kecil!"

"Hello dayang Tania, dewasa itu bukan tentang umur tapi tentang pemikiran! daya pikir dalam menyelesaikan suatu masalah. Kalau anda Lupa!" balas Freya membalikkan ucapan Tania.

Tania mendengus kesal, kenapa sahabatnya jadi menyebalkan seperti ini. "Terserah Lo deh, yang udah nikah mah beda!" pasrah Tania.

Freya tak menjawab ia lebih asyik dengan ponselnya berbalas pesan dengan mas suami.

-Suamiku(emot cium)-

Entar pulang jam berapa?

-Freya-

Kenapa?

-Suamiku(emot cium)-

Kalau suami tanya dijawab! bukan ganti nanya sayang:/

-Freya-

Hehe maap, entar pulang jam 12

-Suamiku(emot cium)-

Entar aku jemput, tungguin ya!

-Freya-

Gak usah kan udah ada sopir

-Suamiku(emot cium)-

Gak terima penolakan! tungguin awas kalau kamu pulang duluan!

-Freya-

Siyap pak boss, jangan lama-lama aku gak suka!

-Suamiku(emot cium)-

Janji, enggak lama

"Apasih, coba gue lihat!" pinta Tania. Freya segera menjauhkan ponselnya dari Tania ia tidak ingin Tania melihat pesannya dengan Andra.

"Tania sayang gak boleh lihat ya, entar kamu jadi ngebet pingin nikah!" tawa Freya membuat Tania menjitak kepalanya.

"Lo tau gak gue lagi pingin makan orang nih, Lo mau gue makan!" cetus Tania.

.

"Ketawa mulu Lo, nih berkas banyak butuh tanda tangan Lo bukan ketawa Lo!" ucap Rendi sahabat sekaligus tangan kanan Andra.

"Ren gue nih bos Lo, sopan dikit napa!" desis Andra.

Rendi tertawa keras dengan tatapan sinis kearah Andra. "Cowok brengsek kek elo gak pantes disebut bos!" sindir Rendi.

Andra sama sekali tak tersinggung dengan ucapan Rendi ia menatap sekilas lalu melanjutkan kerjanya menanda tangani berkas-berkas itu.

"Kek elo gak aja! Gue brengsek tapi dulu sekarang gak!" balas Andra.

"Semoga aja nggak! kalau sifat Lo tetep kek gitu, siap-siap Lo kehilangan Freya. Inget dia cewek baik man! Jangan sampe sifat brengsek Lo nyakitin cewek sebaik Freya!" tegas Rendi. Bukan apa-apa dia berucap sedemikian, dulu Rendi pernah menaruh hati pada Freya, dulu sebelum Freya dekat dengan Andra.

"Lo tenang aja, gue juga gak mau sampe kehilangan Freya."

Tok Tok Tok

"Masuk!"

"Permisi pak ada orang yang ingin bertemu  bapak."

"Siapa?"

"Bu Farah pak."

"Suruh dia masuk!"

Rendi menatap tajam pada Andra. "Lo masih main sama Farah!" geram Rendi.

"Gak, gue udah gak ada hubungan apa-apa sama tuh cewek," ucap Andra cuek.

"Terus, ngapain Lo suruh dia masuk!"

"Ada satu hal yang belum gue selesain, nih! Lo siapin berkas-berkas buat meeting besok!"

Rendi keluar dengan perasaan yang kesal bertambah kesal saat berpapasan dengan wanita yang ia sebut ja*ang.

"Hai Ren," sapa cewek itu genit.

"Gue ingetin ke elo, Gak usah godain Andra lagi! dia udah punya istri. Jadi ja*ang sialan kek elo, jauh-jauh dari hidup Andra atau Lo akan berurusan sama gue!"

Farah menatap malas kearah Andra, selalu saja cowok menyebalkan ini. "Terus kenapa kalau Andra udah punya istri kalau dia masih mau sama gue Lo bisa apa? kalau dia butuh kehangatan dari gue, gue dengan senang hati melebarkan paha gue buat dia!" tawa Farah.

"Ja*ang sialan, gue gak akan tinggal diam kalau Lo jadi duri di rumah tangga Andra sama Freya."

"Rendi, Rendi ngapain sih Lo ngurusin rumah tangga orang lain. Atau Lo masih ada rasa sama Freya? gue kasih inget sama Lo Freya nggak mungkin suka sama Lo lagian dengan posisi dia sekarang istri dari sahabat Lo sendiri. Akan semakin sulit buat Lo bisa dapetin dia! gimana kalau kita kerja sama buat misahin mereka berdua, gue sama Andra dan Lo bisa sama Freya?" tawar Farah.

"Gue gak akan jadi penghancur rumah tangga Andra sama Freya. Lagian gue juga gak sudi kerja sama sama cewek ja*ang kayak elo!" sinis Rendi lalu berlalu pergi dari Farah.

"Terserah Lo mau jadi pelindung buat rumah tangga mereka berdua, Lo belum kenal gue Rendi. Semakin Lo halangin gue semakin gue gila dalam bertindak. Gue pastikan cepat atau lambat rumah tangga mereka berdua akan hancur!"

Farah berjalan dengan gaya andalannya, menggoda. Bajunya yang minim memperjelas lekuk tubuhnya membuat siapa pun tergoda dengan rayuan mautnya.

"Hai sayang," sapa Farah dengan suara sensual ia langsung duduk dipangkuan Andra melingkarkan tangannya pada leher Andra dengan diakhiri ciuman nafsu dibibir.

"Far, minggir!" sentak Andra.

Farah tidak bergeming ia tidak takut dengan sentakan Andra ia mulai meluncurkan kembali aksinya.

Farah semakin merapatkan tubuhnya pada Andra menempelkan buah dadanya pada dada Andra dan aksi terakhirnya yang membuat Andra gila.

Ia menggesekan pantatnya pada paha Andra membuat ya nafsu Andra bangkit. "Far hentikan! Gue gak bisa sama Lo lagi. Gue udah punya istri." Andra mendorong tubuh Farah kasar membuat cewek itu tersungkur kebawah.

"Terus kenapa! Gue udah kenal Lo dari lama dan sekarang Lo mau buang gue gitu aja!" Farah berdiri berjalan mendekat kearah Andra tangannya meraba dada dan leher Andra membuat nafsu Andra naik.

"Tidak semudah itu sayang," bisik Farah sensual.

"Gue juga gak masalah kalau Lo udah punya istri, kalau istri Lo gak bisa nyenengin Lo di ranjang gue siap kapan pun. Paha gue siap melebar buat Lo. Anggep aja gue selingkuhan Lo atau pemuas nafsu Lo. Terserah gue mau-mau aja asal gue dapet sentuhan Lo yang... bikin gue melayang."

.

***JANGAN LUPA TINGGALIN LIKE AND KOMEN YA!!

BACA KUGA KARYAKU: JALAN HIJRAHKU

FOLLOW IG PENULIS: Nabilaputrii36_

thank you❤️***

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!