NovelToon NovelToon

Project Wanara

Chapter 1. Rama

“Aaaaaaaaaa…….”

Suara seseorang menjerit.

“Jerit kesakitan terdengar dari dalam ruangan tersebut. Itu adalah ruangan yang selalu aku hindari, ruangan yang tidak pernah ingin aku masuki, ruangan yang aku sebut dengan ruangan kesengsaraan.”

Hari ini 22 Juli 2031 adalah hari dimana Rama Ghuntara genap berusia 28 Tahun. Tepat 1 tahun Rama telah berada disini dan menjalani hari-hari penuh tekanan. Namun Rama yang sekarang telah sepenuhnya berbeda.

**1 Tahun sebelumnya**

Rama adalah seorang tunawisma yang tidak memiliki tempat untuk berlindung dari teriknya matahari dan dinginnya hujan. Dia hanya berjalan kesana kemari, mencari makan, mencari tempat berteduh dan beristirahat. Kehidupan yang dirasakan rama sangatlah berat. Ditengah hiruk pikuk kota, rama adalah sosok yang dipandang sebagai sampah masyarakat. Orang-orang melihat Rama dengan tatapan sinis dan jijik seolah kehadiran Rama hanya mengganggu pandangan. Sebetulnya tidak hanya Rama saja, disuatu tempat disudut perkotaan, terdapat banyak sekali tunawisma yang memiliki nasib serupa dengan apa yang saat ini dialami oleh Rama. Pemandangan yang sangat kontras, disatu sisi terhampar gedung-gedung tinggi nan megah dihiasi lampu yang indah. Disisi lain, disudut sana, banyak rumah gubuk yang bahkan tidak bisa disebut sebagai rumah. Tidak sedikit orang disana yang tidur dengan hanya beralaskan kardus bekas saja. Kehidupan yang sangat memprihatinkan.

Berbeda dengan tunawisma lain yang memilih sudut perkotaan sebagai tempat yang mereka sebut dengan ‘rumah’, Rama memilih untuk tidak berdiam diri di satu tempat. Rama berfikir bahwa berdiam diri disana hanya akan menambah sakit hati yang dia rasakan dan membuatnya semakin terpuruk dengan keadaannya saat ini.

Rama berjalan menyusuri perkotaan untuk mencari sisa makanan yang masih bisa dia makan. Rama tidak pernah memiliki jadwal makan yang tetap seperti halnya kebanyakan orang, bahkan sering kali Rama harus menahan diri untuk tidak makan sepanjang hari. Makanan adalah sesuatu yang sangat mewah untuk nya saat ini.

“Waah…. Nasi Padang ini masih tersisa banyak sekali. Sepertinya malam ini aku bisa tidur nyenyak” seru Rama saat menemukan sebungkus nasi padang sisa yang dibuang oleh pemiliknya.

“Orang-orang ini sungguh tidak tahu berterimakasih, mereka punya banyak uang untuk membeli makanan enak, tapi makanan ini malah mereka buang-buang. Dasar menyebalkan…” Rama terus mengoceh sembari menghabiskan nasi padang itu.

“Eh… Tapi kalau mereka tidak buang-buang makanan seperti ini, aku bisa makan apa?” Rama tersentak.

“Ayo buang semua makanan enak kalian wahai orang-orang kayaaaaaa…. Ha ha ha….!!” Rama tertawa terbahak-bahak diikuti dengan pandangan sinis orang-orang yang sedang lalu lalang melihat dia bertingkah menjijikkan.

Rama dulu bukanlah orang yang gagal, bahkan bisa dibilang kehidupannya berada diatas rata-rata. Diusianya yang terbilang muda, Rama sangatlah ambisius dan sukses. Rama memiliki apapun yang dia inginkan, rumah megah, kendaraan mewah, mobil sport generasi terbaru, bahkan pada saat itu Rama memiliki sebuah perusahaan dengan gedung bertingkat yang diidamkan oleh banyak orang. Rama juga memiliki seorang istri yang cantik, anak dari relasi bisnisnya saat itu. Rama sangat bangga dengan capaian yang ia peroleh. Lalu kenapa kehidupannya saat ini berubah drastis?

“Brengsek… aku selalu kesel saat ingat orang itu. Berani-beraninya dia berkhianat dan membuat aku hidup sengsara seperti ini. Akan ku balas dia suatu saat nanti”

Rama bergumam sambil terus menikmati makan malamnya. Sesekali Rama memperhatikan jalanan perkotaan disekelilingnya. Riuh pikuk kota disiang hari, nampak tenang dimalam hari.

“Huft… Pasundan, kota ini terlihat lebih indah di malam hari. Hanya saja hidupku tidak seindah kota ini” pikir Rama saat itu.

“Woooyyy…. Sedang apa kamu disini…?! Dasar Sampah tidak berguna..!!” Rama mendengar seseorang berteriak dan mengumpat.

Rama melihat orang berseragam dengan tubuh gempal sedang bersiap menangkapnya dengan borgol ditangan. Ternyata itu adalah petugas keamanan kota Pasundan. Rama pun terkejut dan segera berlari dari tempat itu. Dia berlari secepat kilat menyusuri gang-gang sempit diantara gedung tinggi. Petugas keamanan masih terus mengejar Rama tanpa henti.

“Woooyyy… Bangsat, berhenti kamu..!!” teriak petugas keamanan.

“Tangkap aku kalau bisa dasar gendut…!!” sahut Rama sembari mengejek.

Rama terus berlari diikuti petugas keamanan yang mulai tersengal kehabisan nafas. Hingga disuatu tempat, dimana terdapat pagar besi tinggi yang menghalangi jalan dan membuat Rama terhenti.

“Huh huh huh huh….” petugas keamanan kehabisan nafas.

“Mampus tertangkap kau sekarang” ujar petugas keamanan dengan senyum kemenangan di wajahnya.

Rama berbalik badan, melihat petugas keamanan dengan mata tajam.

“Mimpi kau…!!!” Rama mengacungkan jari tengahnya kepada petugas keamanan

sembari  berbalik dan memanjat pagar besi dibelakangnya dengan sangat cekatan.

Petugas keamanan berusaha menangkap Rama sebelum dia naik terlalu tinggi namun usahanya gagal. Rama berhasil melewati pagar besi tersebut dan mencemooh petugas keamanan…

“Makanya olahraga yang rajin dasar gendut!! Ha ha ha…!!!” Rama melenggang pergi meninggalkan petugas keamanan dibalik pagar besi.

“Awas saja, kutangkap kau nanti bangsat…!!! Petugas keamanan berteriak kepada Rama sambil memukul-mukul pagar besi karena kesal yang memuncak.

“Nyaris saja aku tertangkap… Jika yang mengejarku bukan petugas gendut itu, mungkin aku sudah membusuk dipenjara. Aku harus lebih berhati-hati.” gumam Rama.

“Kota ini sangat tidak adil, orang-orang kaya diluar sana bisa hidup dengan leluasa. Bahkan jika mereka melakukan korupsi besar-besaran, hukuman yang mereka dapatkan sangat ringan. Sedangkan aku, disini mencari makan, tapi malah dikejar-kejar seperti aku adalah penjahat kelas kakap.” Rama terus bergumam dengan perasaan kesal.

“Eh… Apa aku dulu juga orang kaya yang jahat ya?” Rama tersentak dan teringat kehidupannya dulu kala.

“Sepertinya dulu aku orang yang cukup baik. Bahkan mungkin karena hal itu orang-orang mengkhianatiku” rama kembali merasa kesal.

Ya… Dulu Rama adalah pemilik perusahaan besar dengan kondisi finansial yang sangat baik bahkan disegani oleh rekanan dan kompetitornya. Namun hal tersebut tidak membuat Rama tinggi hati dan angkuh. Rama adalah sosok pemimpin yang sangat peduli dengan seluruh karyawannya. Dia sangat royal dan tidak sungkan melakukan hal yang dianggap sepele hanya untuk membantu orang lain. Hal itu membuat Rama menjadi sosok orang yang sangat dikagumi oleh banyak pihak.

“Hush… buat apa ingat-ingat masa lalu. Dulu ya dulu, sekarang ya sekarang.” Pikir Rama.

“Tapi… Aku sudah berulang kali berusaha mencari pekerjaan di kota besar ini, tapi setelah melihat penampilanku, aku langsung diusir. Menyebalkan…” lanjut Rama kecewa.

Rama kembali bergerak menyusuri jalanan perkotaan sambil sesekali melihat sudut gang untuk mencari tempat beristirahat. Langkah Rama terhenti saat melihat sebuah selebaran yang sangat menarik perhatiannya. Mata Rama

terbuka lebar saat melihat selebaran itu.

[Kamu Ingin Mengubah Hidupmu?]

Itulah tulisan yang membuat rama penasaran

“Selebaran Apa ini?”

Dengan sigap rama mengambil selebaran itu dan dibacanya dengan lebih detail,

[Kamu Ingin Mengubah Hidupmu?

Ubah jalan hidupmu bersama kami.

Kesempatan Terbatas, jadilah bagian dari orang-orang yang mengubah takdir

hidupya.

Hubungi kami di Jalan Buntu Nomor 101.

Grab It Fast]

“Alamat ini sepertinya tidak jauh dari sini.  Tapi orang bodoh macam apa yang akan percaya

dengan hal-hal semacam ini. Hahahaha…” tanpa sengaja Rama tertawa kencang. Rama

pun menyimpan kertas selebaran itu di saku baju kumalnya.

Rama terus menelusuri jalan kota malam itu, dan syukurlah Rama juga menemukan sepotong roti sisa yang masih bisa dimakan.

“Roti ini sangat enak” gumamnya sembari terus melangkahkan kaki hingga akhirnya langkah Rama terhenti kembali disebuah gedung yang tidak terlalu besar namun cukup megah baginya saat itu.

[Pandawa Group. Jalan Buntu Nomor 101]

Itu yang tertera pada tembok pagar gedung tersebut. Rama tercengang dan tidak sengaja menjatuhkan roti yang dia pegang

“Kenapa aku berjalan kesini…??!!!”

***

 

Nama : Rama Ghuntara

Usia   : 28 Tahun (Juli 2031)

Pekerjaan : Tunawisma

Perawakan : Badan tegap, kulit

kusam, baju lusuh mirip gelandangan (ya iya lah)

Alamat Tinggal : Jalanan kota tanah Pasundan

 

POJOK AUTHOR

Halooooo ladies & gentlemen... Welcome to Project Wanara… Saat ini anda sedang membaca novel keren garapan Kang Han yang baru saja mengudara.

Kencangkan sabuk pengaman anda, Project Wanara akan hadir setiap hari Senin & Kamis Pukul 22.00 WIB. Jangan sampai ketinggalan chapter-chapter berikutnya ya.

See You...!!!

Chapter 2. Wanara

“Kenapa aku berjalan kesini…??!!!” teriak Rama keheranan.

Rama benar-benar terkejut karena tanpa disadari dia sampai ditempat yang ditunjukkan oleh selebaran yang baru saja dia ambil. Walaupun Rama berfikir hal itu adalah sesuatu yang konyol, namun ternyata kaki rama seakan berjalan tanpa komando menuju tempat tersebut. Sepertinya tanpa disadari Rama merasa penasaran dengan selebaran itu dan berharap dia bisa merubah hidupnya seperti yang tertulis disana.

“Haha bodoh, apa aku sedemikian putus asa sampai-sampai harus percaya dengan hal-hal semacam ini. Tidak, ini tidak benar.” ujar Rama.

“Kruyuk……” perut Rama berbunyi.

“Apa nasi padang saja masih belum cukup untuk membuatmu diam??!!” Rama berteriak sambil menunjuk perutnya.

“Huft.. Lebih baik aku jalan lagi, hari sudah semakin larut. Aku harus segera dapat tempat beristirahat yang nyaman. Syukur-syukur aku juga menemukan sisa makanan lagi.” pikir Rama.

Tap Tap Tap Tap…

Rama menggerakkan kakinya beberapa langkah…. dan tiba-tiba Rama terdiam….

“Aaaaaaa…. Aku akan istirahat setelah masuk ke gedung sialan ini….!!!” Rama memutar langkahnya dan berjalan masuk kedalam gedung itu dengan perasaan kesal.

“Gedung ini sangat sepi” pikir Rama.

“Kamu pikir ini jam berapa? Tentu saja sangat sepi” lanjut Rama menjawab pernyataannya sebelumnya.

“Kira-kira ada orang tidak ya? Apa aku kembali besok pagi saja?” Rama berfikir sembari terus melangkahkan kaki menuju sebuah tempat yang dia anggap pintu masuk utama gedung tersebut.

Benar saja, arah yang Rama tuju adalah pintu masuk utama Gedung Pandawa Group. Didepan pintu masuk gedung tersebut berdiri dua orang security berseragam dengan wajah yang nampak menyeramkan dan tidak bersahabat.

“Security itu lebih mirip gengster berdarah dingin ketimbang security” pikir rama saat itu.

Rama mendekati security tersebut untuk bertanya perihal selebaran yang dia dapatkan.

“Permisi pak, saya…..” kata-kata Rama terhenti.

“Siapa kamu dan untuk apa kamu datang kesini?” Salah satu security bertanya kepada Rama dengan tegas dan sedikit meninggikan suara.

“Kenapa dia harus bentak-bentak sih? Apa karena aku terlihat seperti gelandangan ya?” Pikir Rama kesal.

Darma, itulah nama yang tertulis di baju seragam security tersebut. Rama dengan ragu menunjukkan selebaran yang dia ambil kepada Darma dengan maksud mendapatkan informasi lebih banyak.

“Maaf Pak Darma, Aku membaca selebar….” Kata-kata rama kembali terhenti

“Saya paham. Tunggu sebentar!” Darma memotong kata-kata Rama.

Darma menjauh dari Rama dan meminta rekannya untuk memperhatikan Rama. Darma seperti sedang berbicara dengan orang lain melalui alat komunikasi yang terpasang di telinganya. Rama semakin merasa keheranan dengan apa yang sedang terjadi didepan matanya saat ini. Namun Rama berusaha untuk tetap tenang.

Tidak lama kemudian Darma kembali menghampiri Rama.

“Siapa nama kamu dan dari mana kamu mendapatkan selebaran ini?” tanya Darma dengan intonasi suara yang sedikit lebih nyaman didengar oleh Rama.

“Nama saya Rama Ghuntara Pak, dan saya menemukan selebaran ini dari…..” Jawab Rama sembari menceritakan seluruh kejadian yang dia alami sampai dia menemukan selebaran ini.

“Aku tidak peduli kisah hidupmu!” jawab Darma ketus.

“Jadi kamu tidak sengaja menemukan selebaran ini di jalanan saat kamu sedang mencari tempat istirahat? Itu intinya kan?!” Darma melanjutkan kata-katanya dengan sedikit kesal.

“Iya betul Pak Darma… He he he..” Rama menjawab dengan sedikit tertawa kecil.

Darma menghela nafas dan mulai kembali berbicara…

“Baiklah jika begitu, mungkin anda adalah salah satu orang yang beruntung. Project untuk selebaran itu hanya bisa diikuti oleh orang-orang tertentu dan dengan jumlah terbatas. Saya sudah mengkonfirmasi, dan ternyata masih tersisa 1 kuota untuk bergabung dengan project ini. Anda sangat beruntung tuan.” Darma menjelaskan secara singkat dengan tata bahasa yang sangat baik.

“……….” Rama tercengang.

“Ada apa ini…? Baru saja orang ini terlihat seperti gengster berhati dingin. Tapi tiba-tiba dia menjadi sangat sopan” ujar Rama didalam hatinya.

Rama masih belum bisa mengeluarkan sepatah kata pun untuk menanggapi pernyataan yang diutarakan oleh Darma. Rama masih cukup terkejut dengan perubahan situasi yang begitu mendadak. Rama tidak bisa memikirkan satu pun alasan yang membuat Darma tiba-tiba berperilaku seperti itu. Apalagi kepada orang dengan penampilan seperti Rama.

Ditengah keheningan, Darma melanjutkan pembicaraan…

“Jika memang anda ingin bergabung, mari ikuti saya. Saya akan antarkan anda menuju tempat pendaftaran.” Darma mengajak Rama masuk kedalam gedung.

“Maaf Pak Darma….” Rama berbicara dengan sedikit ragu dan terpatah-patah.

“Apa ada biaya pendaftaran juga pak?” Itulah pertanyaan pertama yang terlintas di pikiran Rama dan diutarakan dengan sedikit ragu kepada Darma.

“Ha ha ha… Apakah anda terlihat ragu-ragu hanya karena biaya pendaftaran Tuan Rama?” Darma tertawa mendengar pertanyaan Rama.

“Tentu saja pak, apa bapak tidak lihat pakaian saya ini? Buat makan saja saya susah pak” Rama menjawab dengan sedikit malu.

“Anda tidak perlu khawatir dengan masalah uang” jawab Darma tegas.

“Mari ikuti saya…” lanjut Darma.

Lagi-lagi Rama terkejut dengan jawaban yang diberikan oleh Darma.

“Pertama, orang ini bersikap tidak bersahabat. Tiba-tiba berubah menjadi sangat sopan setelah ku tunjukkan selebaran yang aku bawa. Kedua, aku bisa masuk ke gedung besar ini, dengan dipandu langsung oleh Pak Darma yang sepertinya bukan security biasa. Ketiga dan yang terpenting adalah tidak ada biaya pendaftaran. Hari gini mana ada yang gratis!!!” Rama berfikir dan mencoba mencerna situasi yang sedang terjadi.

“Entahlah, lebih baik sekarang aku ikuti saja dia dulu” pikir Rama.

Darma masuk kedalam gedung diikuti oleh Rama. Darma memandu Rama dengan sangat sopan dan berjalan perlahan menyusuri lorong gedung. Rama melihat ke kanan dan ke kiri, ke atas dan ke bawah, memperhatikan seluruh sudut gedung itu dengan seksama.

“Ternyata gedung ini jauh lebih luas dan megah dari yang ku pikirkan” pikir Rama dengan penuh kekaguman.

Rama terus mengikuti Darma hingga tiba di suatu lorong yang terdapat banyak sekali pintu. Rama melihat pintu itu satu per satu. Masing-masing pintu memiliki label penanda yang berbeda beda.

“Dasamuka… Anantareja… Dewabrata… Punakawan… Brahma… Nama-nama yang unik, tapi apa artinya ya?” Rama penasaran dengan label penanda pintu yang ia lewati.

Langkah Darma terhenti dan tanpa sengaja menabrak Darma karena dia sedang memperhatikan label-label pintu tadi.

“Tuan Rama, Kita sudah sampai” Ujar Darma.

Rama diam sejenak dan memperhatikan pintu yang berada di depannya. Sebuah pintu besar, walaupun tidak sebesar pintu lain yang telah dia lewati, berwarna putih dengan desain yang minimalis.

“Pintu lain terlihat begitu megah tapi kenapa pintu ini terkesan biasa saja?” Rama sedikit kecewa dengan apa yang dia lihat.

Rama melihat label yang berada di pintu tersebut

[Wanara]

“Wanara…???” Rama merasa heran.

“Aku memang tidak tahu arti kata di label pintu lainnya. Tapi aku tahu kalau ini artinya Kera…!!! Kenapa harus kera..??!!” Rama bingung bercampur kesal. Namun Rama berusaha untuk tidak menunjukkan apa yang dia rasakan didepan Darma.

Dengan hati-hati Rama bertanya kepada Darma untuk memastikan…

“Maaf Pak Darma, Wanara itu apa ya?” Rama bertanya kepada Darma berharap mendapatkan jawaban.

“Staff kami didalam akan menjawab dan menjelaskan seluruh pertanyaan anda. Silahkan masuk tuan” jawab Darma.

“Kenapa tidak langsung dia jawab saja…?!” Rama bertambah kesal dengan jawaban yang diberikan oleh Darma.

Dengan penuh rasa penasaran didalam hatinya, Rama membuka pintu tersebut dan melangkah kedalam ruangan.

“Selamat Datang….”

Empat orang wanita berbaju seragam dengan riasan yang cantik berbaris berjajar di sepanjang jalan seakan sedang menyambut tamu kehormatan yang telah lama dinantikan. Rama pun terkejut dan tertegun dengan apa yang dia lihat. Rama berdiri mematung dengan mulut menganga.

“………….”

 

***

 

-----------------------------------------------

Wanara dalam bahasa sanksakerta berarti “Manusia Berekor Monyet”. Istilah ini sangat terkenal untuk merujuk kepada ras manusia kera dalam wiracarita Ramayana yang memiliki sifat gagah berani dan selalu ingin tahu. Istilah Wanara juga bisa merupakan kependekan dari "Wana-nara" dimana nara berarti manusia dan wana artinya yang hidup dihutan sehingga wanara bisa juga diartikan sebagai manusia yang hidup dihutan.

-----------------------------------------------

Chapter 3. Wanara (2)

“………….” Rama berdiri mematung dengan mulut menganga.

Rama kembali dikejutkan dengan apa yang ia lihat.

“Ada apa ini?” tanya Rama kepada siapapun yang berada didalam ruangan tersebut.

“Selamat datang Tuan Rama, perkenalkan saya Julia penanggung jawab proses pendaftaran Project Wanara” Julia memperkenalkan diri dengan sangat sopan dan lembut.

Julia adalah orang yang bertanggung jawab pada proses awal pendaftaran Project Wanara. Julia memiliki wajah yang cantik dan manis ditambah lagi Julia sangat pandai menggunakan alat rias wajah sehingga hasil riasan yang dia gunakan dapat menambah kecantikan yang dimiliki. Perawakan Julia tidak terlalu tinggi juga tidak terlalu pendek, tidak terlalu gemuk, juga tidak terlalu kurus. Perawakan yang sangat ideal untuk ukuran seorang wanita.

Tidak berbeda dengan staff wanita lainnya, Julia juga mengenakan seragam perusahaan yang terlihat sangat serasi dengan tata rias wajahnya.

“Salam kenal… Saya Rama Ghuntara…” Jawab Rama dengan sedikit tertunduk malu karena melihat kecantikan Julia.

“Silahkan ikuti saya Tuan Rama, saya yakin banyak sekali pertanyaan yang muncul dibenak anda saat ini.” Julia membuka pembicaraan dengan sangat lugas.

Rama masih tertegun dengan kehadiran Julia. Namun kata-kata Julia membuat Rama sadar dan mulai mengikuti langkah Julia.

“Tempat apa ini.. Mmmm…” Rama ragu untuk melanjutkan pertanyaan.

“Julia.. Jangan sungkan panggil saya Julia” Julia seakan mengerti keraguan Rama.

“Baiklah, sebenarnya tempat apa ini Julia? Sejak datang ke tempat ini, banyak sekali hal yang membuat saya takjub dan merasa heran”

“Saya akan dengan senang hati menjawab pertanyaan anda Tuan Rama. Tapi silahkan duduk terlebih dahulu” Julia mempersilahkan Rama duduk di tempat duduk yang sudah disediakan khusus untuk para tamu. Terdapat meja bundar besar dihiasi dengan vas bunga yang indah dipandang mata.

“Sepertinya semua perabot ini bukan barang murahan. Apa boleh aku duduk di sini?” Rama kembali bertanya kepada Julia.

“Silahkan Tuan, anda adalah tamu kami, jadi silahkan duduk Tuan” Julia menjawab pertanyaan Rama.

Dengan begitu Rama duduk di kursi dengan hati-hati, dia khawatir akan merusak furnitur yang ada di ruangan tersebut. Sesaat setelah Rama duduk, para staff lainya dengan sigap menghidangkan secangkir teh dan beberapa kudapan ringan untuk disajikan kepada Rama. Rama kembali tercengang dengan apa yang dia lihat. Tingkah konyol Rama tampak lucu di mata Julia dan membuatnya tersenyum kecil.

“Baik, sebelum saya mulai proses pendaftaran, apa ada yang ingin Tuan Rama tanyakan?” Julia membuka pembicaraan.

“Langsung saja… Sebetulnya saya tidak sengaja menemukan selebaran aneh dan datang ke alamat yang tercantum di dalam selebaran itu, hingga akhirnya saya duduk bersama anda di sini Julia. Tapi tidak satu pun yang saya mengerti dari kejadian ini. Apa yang sebetulnya terjadi?” Rama mencoba bertanya dengan sopan kepada Julia.

“Baiklah, saya akan sedikit menjelaskan kondisi ini. Pertama, selebaran yang Tuan Rama temukan sebetulnya adalah undangan yang kami berikan untuk beberapa orang saja. Kami tidak memberikan kesempatan besar ini kepada sembarangan orang. Kami sendiri tidak begitu mengerti kenapa undangan sepenting ini bisa berada di sembarang tempat. Mungkin saja ada tamu undangan kami yang tidak tertarik dengan apa yang sedang kami kerjakan dan membuang undangan ini begitu saja. Hingga akhirnya undangan ini berada di tangan anda Tuan

Rama.”  Julia menjelaskan dengan sangat baik dan lugas. Rama memperhatikan penjelasan Julia dengan seksama.

“Berikutnya tentang Project Wanara… Wanara adalah salah satu project yang saat ini sedang dikerjakan oleh Pandawa Group. Tujuan dari project itu adalah untuk membuat masyarakat menjadi lebih baik. Maksudnya adalah kami berharap bahwa melalui Project Wanara, kami bisa mendapatkan semacam metode yang efisien untuk dapat meningkatkan dan mengoptimalkan kemampuan seseorang. Pada dasarnya manusia adalah makhluk yang sempurna, hanya saja banyak orang yang tidak mampu memanfaatkan potensi diri yang mereka miliki. Bisa jadi mereka memang tidak memiliki kemampuan untuk mengoptimalkan potensinya, atau bisa jadi mereka sama sekali tidak mengetahui apa potensi yang mereka miliki. Maka dari itu kami melakukan penelitian dan percobaan ini.” Lanjut Julia menjelaskan.

“Apa maksudnya kalian akan menjadikan aku sebagai kelinci percobaan Hah…?!!” Rama memotong penjelasan Julia dengan nada tinggi sebab Rama tidak menyangka bahwa dirinya akan dijadikan kelinci percobaan.

“Seberapa pun baiknya tujuan kalian, aku tidak akan pernah sudi menjadi kelinci percobaan kalian… Ingat itu…!!”

Tanpa pikir panjang, Rama berdiri dari duduknya dan beranjak pergi dari ruangan tersebut. Namun Darma yang sedari tadi juga mendampingi Rama disana, tiba-tiba melangkah kedepan pintu keluar untuk menghadang Rama.

“Apa ini..?!! Apa kalian tidak akan membiarkan ku pergi? Ini pelanggaran hukum. Akan ku tuntut kalian..!!!” Rama berteriak-teriak karena panik dan bingung dengan apa yang harus dilakukan.

“Sepertinya anda salah paham Tuan Rama” Julia berusaha menenangkan dan mengendalikan keadaan.

“Kami memang akan menjadikan anda bagian dari Project ini. Tapi kami sama sekali tidak menganggap anda kelinci percobaan. Bahkan seharusnya anda merasa beruntung berada disini. Seperti yang tadi saya sampaikan, undangan yang saat ini anda pegang tidak ditujukan untuk orang sembarangan. Hanya orang-orang terpilih yang bisa mendapatkannya. Namun memang sedikit berbeda dengan kasus anda saat ini.” Julia memberi penjelasan dengan tegas.

“Terlebih lagi, tadi anda berbicara tentang tuntutan. Menurut anda, apakah anda merasa bisa menang jika berhadapan dengan Pandawa Group?” Julia memberikan sedikit tekanan agar situasi bisa dikendalikan dengan baik.

Rama tersentak dengan perkataan Julia. Dia sama sekali tidak berpikir jernih karena tiba-tiba merasa panik. Rama berusaha menenangkan diri dan mencoba mendengarkan apa yang sedang dijelaskan oleh Julia.

“Sekarang saya ingin anda pikirkan dan jawab pertanyaan ini dengan baik. Apa anda punya tempat tinggal? Apa anda punya pekerjaan tetap? Apa anda hidup tenang dan nyaman diluar sana? Apa anda bisa makan enak setiap saat?” Julia memberikan pertanyaan-pertanyaan yang membuat Rama tersudut malu.

Seketika terlintas ingatan tentang kehidupan yang saat ini sedang Rama jalani. Dia tidak punya tempat tinggal. Makan seadanya, bahkan seringkali dia memakan makanan sisa orang lain yang dibuang begitu saja. Mencari pekerjaan jauh lebih sulit dari yang dibayangkan. Rama pun setiap hari harus khawatir tertangkap oleh petugas keamanan kota dan membusuk di penjara. Rama berpikir, tidak ada 1 hal baik pun dikehidupannya saat ini. Namun, Rama tidak serta merta menerima perkataan Julia.

“Apa maksud kamu bertanya seperti itu Julia?” Rama mencoba membela dan mempertahankan harga dirinya.

“Saya tahu anda mengalami hidup yang berat diluar sana. Saya tidak sedang mencemooh anda. Justru sebaliknya, saya berusaha menjelaskan kepada anda situasi saat ini agar anda mengerti.” ujar Julia.

“Jika anda bergabung dengan project ini, kehidupan anda akan menjadi lebih baik. Anda tidak perlu bingung mencari tempat tinggal dan makanan, karena kami akan sediakan semua untuk anda” Julia kembali menjelaskan dengan sopan dan ramah. Julia sama sekali tidak terpancing oleh amarah Rama.

“Kenapa harus aku. Aku bahkan tidak sengaja menemukan undangan ini. Kamu bisa saja cari orang lain kan..??!!” Rama tetap berusaha mengelak.

“Anda lah yang datang kesini dengan sendirinya. Anda yang membawa undangan ini. Dan ada juga yang berada di ruangan ini bersama kami. Bukan orang lain. Lalu kenapa kami harus mencari orang lain?” jawab Julia.

Rama kehabisan kata-kata. Rama berpikir keras untuk tetap mencoba lari dari situasi itu. Rama melihat ke sekeliling ruangan, berharap ada celah atau jalan lain yang bisa dia gunakan untuk melarikan diri. Namun sepertinya sia-sia. Rama tidak melihat celah sedikitpun. Hanya ada 1 jalan keluar dari ruangan itu, yakni pintu masuk dimana saat ini Darma sedang berdiri dengan melipat tangannya, seperti halnya seekor singa lapar yang siap untuk menerkam mangsa.

Seketika ruangan hening….

“Selain apa yang tadi saya jelaskan, anda juga akan mendapatkan uang saku setiap bulannya sebesar 10 Juta Rupiah. Uang saku itu dapat anda gunakan untuk keperluan pribadi dan bersenang-senang.” Julia berbicara dan memecah keheningan.

“Apaaaa….??!!” Rama kembali ternganga dengan apa yang dia dengar.

“Apa aku tidak salah dengar, tadi kamu bilang 10 juta kan?” tanya Rama.

“Iya betul 10 juta, apa itu kurang?” Julia memberi jawaban sekaligus pertanyaan kepada Rama.

“Tidak… Tidak… Ini tidak benar.” Jawab Rama. Bagi sebagian orang nilai itu adalah angka yang kecil. Namun bagi Rama saat ini, itu adalah angka yang fantastis yang bahkan tidak pernah terbayangkan olehnya.

“Jika memang begitu kondisinya, kenapa kamu tidak bicara sejak awal…??!!!! Aku akan dengan senang hati bergabung dengan Project Wanara” Rama berbicara dengan sangat semangat seakan-akan dia tidak pernah merasa khawatir sedikit pun sebelumnya.

“Apa anda sudah yakin dengan keputusan itu Tuan Rama.” Julia bertanya untuk memastikan keputusan Rama.

“Apa kau gila? Tentu saja aku yakin.. Ha ha ha…” Rama tertawa dengan senangnya.

Julia kembali tersenyum kecil melihat tingkah konyol Rama. Sedangkan Darma merasa terkejut dengan perubahan sikap Rama yang sangat tiba-tiba.

“Apa yang terjadi dengan orang bodoh ini?” pikir Darma kebingungan.

“Wanara… I am coming!!”

***

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!