NovelToon NovelToon

Isekai Tensei De Kyōka (Change)

Kebangkitan Pertama

""You Kill an enemy""

"Haa... Nothing escapes my grasp!!"

System : Quest Complete!!

......................

"Aahh melelahkan!! Aku juga lapaar!!" suara seorang pria nampak kelelahan.

'ddrrrtt dddrrrtt'

Segera tangannya meraih ponsel lalu melihat siapa yang mengirimi pesan selarut ini. Dibukanya pesan tersebut dan melihat nama sang pengirim, tertulis jelas tiga huruf alfabet "Ibu"

ISI PESAN

Ibu

"Akira! besok adalah acara Wisuda kakak mu, datanglah ke Amerika malam ini!"

^^^Akira^^^

^^^"Baiklah... aku berangkat pukul 3 pagi nanti!"^^^

Ibu

"Yah semoga saja ada manfaatnya untuk anak tidak berguna seperti mu!"

Melihat kata "tidak berguna" tertulis dari pesan Ibunya dia pun segera melemparkan ponselnya ke ranjang. Tampak raut wajahnya suram di depan monitor. Pria dengan surai biru langit dan mata elangnya menatap sayu. Dia merasa ingin mati saja setelah membaca tulisan tersebut. Segala usahanya tidak pernah di lihat oleh orangtuanya, bahkan diusianya yang baru 18 tahun dia harus hidup sendiri. Kedua orangtuanya saat ini sedang berada di Amerika untuk urusan pekerjaan, juga kakaknya yang kuliah disana.

"Sudahlah... aku beli Mie Instan saja untuk menghemat pengeluaran!" Ucap Akira sembari beranjak bangun dari kursinya.

Segera dia mengambil jaket Hoodie putih dan meraih dompetnya, tidak lupa dia juga mengambil MP3 player dan headset. Akira berniat meninggalkan ponselnya, namun baru saja memegang kenop pintu, ponselnya sudah berdering lagi. Sembari menghela nafas dia mengambil ponsel tersebut dan memeriksa siapa yang mengirimi pesan padanya. Tidak seperti sebelumnya, sekarang ayahnya lah yang mengirim pesan padanya serta sebuah foto berisi tanda bukti transfer uang ke rekeningnya.

ISI PESAN

Ayah

"Ayah sudah kirim uang bulanan mu! juga untuk beli tiket, kata ibu kau akan berangkat pukul 3 dini hari nanti"

♲foto

^^^Akira^^^

^^^"Iya... Terimakasih!"^^^

Ayah

"Jangan terlalu menghamburkan uang untuk Game mu ya tidak berguna itu Akira. Jangan buat ibu mu marah, kau mengerti?!"

^^^Akira^^^

^^^"Aku mengerti!"^^^

Ayah

"Ya sudah... bersiap-siaplah! Hubungi ayah jika sudah di Bandara, ayah akan menjemputmu. Ayah sibuk sekarang! dan selamat ulang tahun, anggap saja kelebihannya sebagai hadiah ulang tahun mu"

Lagi dan lagi kata-kata itu muncul dan membuat Akira kesal dengan, ingin sekali dia membanting ponselnya. Namun dia ingat ponsel tersebut adalah hasil jerih payahnya sendiri. Dia pun menghentikan keinginannya tersebut dan memasukkan ponselnya ke saku jaketnya. Dengan hati yang kesal dan sedih, dia segera beranjak keluar dari kamarnya untuk membeli makan di minimarket yang masih buka. Sambil berjalan, Akira memasang headset ke telinganya dan memutar lagu kesukaannya. Seketika moodnya kembali senang, dia tersenyum manis dan berjalan menuju minimarket.

......................

"Terimakasih!" Ucap Akira sembari tersenyum ke kasir.

"Silahkan kembali lagi lain waktu kak!" ucap penjaga kasir tersebut sambil tersenyum.

Akira segera keluar dari minimarket dan berjalan melewati trotoar, ditangannya terdapat kantong plastik berisi Mie Instan dan minuman soda. Dia terus menunduk sambil mendengarkan musik, tepat di tengah perjalanan Akira melihat penjual bunga dan beberapa barang-barang lainnya. Dia teringat dengan kakaknya yang keesokan harinya akan wisuda dan memutuskan untuk membelikan sebuah hadiah kecil.

"Yaah... Tidak buruk juga kado dari rumah!" pinta Akira lalu masuk ke toko tersebut.

Saat di dalam toko Akira melihat sebuah gantungan kunci yang berupa karakter game yang mereka ciptakan di dunia virtualnya. Dia tersenyum tipis sambil melihat kedua karakter game tersebut.

"Hoo seterkenal itukah?" batin Akira tampak senang.

Dia langsung mengambil dua gantungan kunci tersebut dan meminta satu buket bunga mawar merah. Tidak lupa dengan kartu ucapan selamat yang digantungkan bersama karakter miliknya.

"Yang satu anggap saja sebagai jimat keberuntungan ku" pintanya sambil menggenggam gantungan kunci berkarakter malaikat.

"Yosh waktunya pulang dan makan... Setelah itu berangkat! Aoi... aku dataaang" ucapnya dengan riang.

Akira berjalan menuju ke Zebra cross dan menunggu lampu merah tiba, namun siapa sangka selalu ada yang merusak kebahagiaan kecilnya itu. Ibunya kembali mengirimi sebuah pesan yang terbilang cukup keterlaluan di waktu bahagianya, dan tanpa disadari justru itulah yang membuatnya tidak akan pernah bisa bertemu putra keduanya untuk selamanya.

ISI PESAN

Ibu

"Begitu caramu menanggapi ibumu ya? Sesekalilah berguna seperti kakak mu! kau itu hanya bisa menghabiskan uang kami saja! Ibu tau ayahmu mentransfer uang padamu, kau ini benar-benar tidak tau diuntung ya! dasar anak kurang ajar, tidak berguna!

...Mom blocked you, now you can't send or receive messages from her...

Isi pesan tersebut membuatnya semakin terpuruk, pikirannya langsung kacau, pandangannya pun buram karena air mata yang sudah tidak terbendung. Akira menyeka air matanya dan berusaha untuk menenangkan diri, dia tau bahwa ibunya sedang marah dengan seseorang dan dilampiaskan padanya. Tanpa melihat ke arah lampu lalu lintas, Akira menyeberang jalan sambil menangis. Digenggamannya erat gantungan kunci tadi dan berharap ada yang memeluknya saat ini, Akira juga memutar lagu favoritnya dengan full volume karena kekesalannya. Tanpa disadari sebuah mobil melaju dengan kecepatan tinggi, jalannya juga tidak stabil kemungkinan pengemudinya mabuk.

Tidak ada yang memperhatikan Akira yang tengah menyebrang kala itu, namun para pengguna trotoar resah dengan mobil yang menabrak mobil yang terparkir di pinggir jalan. Namun cahaya dari lampu mobil sempat menyadarkan Akira di saat terakhirnya, walaupun terlambat dia sempat ingin menghindar.

'Braak'

Tubuh Akira terpental sampai 8 meter dan membuat orang-orang disekitarnya terkejut.

"AAAAAAA KECELAKAAN!!"

"HOEE BERHENTI DASAR PEMABUK!"

"SIAPAPUN PANGGIL AMBULANS!!"

Kepala Akira terbentur pagar beton yang digunakan sebagai pembatas jalan dengan keras, selain itu tubuhnya yang terhantam mobil kemungkinan beberapa tulangnya patah. Disela kesadarannya dia merasakan tangan hangat seseorang tengah memberikan pertolongan padanya. Saat ini pandangannya sudah sangat kabur, dia merasa tubuhnya sendiri mulai mendingin seolah-olah membeku. Tidak ada rasa sakit yang dia rasakan, namun dia masih ingat bahwa sesuatu menghantamnya tadi.

"Mereka berteriak... kecelakaan? Apakah itu aku? Berarti aku akan mati? Ah malangnya aku ... Padahal aku harus ke Amerika malam ini. Tubuhku dingin... Siapapun, berikan aku selimut! Aku ingin tidur! Kakak... maafkan aku tidak bisa datang besok, aah gelap sekali..."

Perlahan Akira mulai memejamkan matanya, melalui sebuah kegelapan tanpa cahaya. Suara-suara yang dia dengar pun mulai kabur menjadi sebuah bisikan kecil yang perlahan menghilang. Rasa hangat dari tangan orang yang menolongnya juga tidak dia rasakan lagi, bahkan dia tak merasakan tubuhnya. Hawa dingin mulai menyelimuti seluruh tubuhnya seperti tenggelam di laut dalam.

"Dingin... ooh ini tidak bagus, aku tidak merasakan apapun selain dingin."

Disaat keputusasaan melandanya, sesuatu terlihat dari kejauhan. Sepercik cahaya putih mengembalikan harapannya yang mulai sirna, Akira mencoba menggapai cahaya tersebut walaupun dia tak merasakan apapun. Hingga cahaya tersebut di genggamannya, rasa hangat di sekujur tubuhnya mulai terasa. Perlahan kehangatan tersebut menjadi rasa yang cukup panas dan menyengat, bahkan cahaya tersebut mendobrak masuk ke netra kecilnya. Memaksanya untuk segera terbangun dari tidur panjangnya.

"Huh? panas?" batin Akira sembari menatap lurus. "Apa aku berakhir di neraka? kenapa warnanya biru? ini mimpi?" batinnya lagi

Dia pun mengangkat tangannya dan mencoba menghalangi silaunya cahaya. Sesaat dia sadar dengan sesuatu yang ada di tangannya, sebuah ikat tangan berwarna hitam, dibalut dengan ikat tangan lainnya yang terbuat dari kulit lembu yang membentuk sebuah saku penyimpanan berukuran kecil.

"Apa ini?" batinnya sembari memastikan.

Namum belum sempat dia bangun, seorang gadis bersurai pirang muncul dari atasnya.

"Kau sudah sadar?" Tanya wanita itu mengagetkannya

"Wuaaaa!!" Akira terkejut dan langsung menyingkir dari wanita itu.

Diperhatikannya wanita yang tengah bersimpuh di hadapannya mulai dari bawah sampai atas, sampai dia menemukan sebuah kejanggalan. Benar, telinga wanita itu panjang yang menandakan dia bukanlah dari ras manusia.

"Haa... Apa ini? P panjang.. tunggu, aku dimana?" batin Akira yang tampak terkejut dan ketakutan.

"Namaku Lin, Kimira Lin! Siapa nama mu?" tanya wanita yang mengaku bernama Lin.

"N Nao A Akira!!" jawab Akira dengan gugup.

"Hoo Akira kah? aku menemukan mu di hutan sihir di dekat reruntuhan... kau sepertinya tertimpa beberapa reruntuhan disana. Apa kau seorang petualang?" jelas Lin.

"Hutan sihir? Reruntuhan?" batin Akira sembari berfikir.

"Kau tidak ingat apapun? hummm tapi masih ingat nama mu? apa yang terjadi di sana ya? oh berapa usia mu?" Tanya Lin lagi.

"Wanita ini kalau bertanya bisa tidak jangan langsung kaya interogasi!" batin Akira sedikit kesal. "18... 18 tahun" Jawab Akira dengan nada datar.

"Huh? 18?" Lin terheran dan menatap polos ke arah Akira.

Akira yang bingung karena tidak tau letak kesalahannya dimana, menatap polos ke arah Lin sambil memiringkan kepalanya. Wajahnya tampak imut dan menggemaskan, hal tersebut membuat Lin mulai percaya bahwa Akira adalah bayi yang harus dirawatnya. Sementara itu dia juga masih tidak percaya Ras Demon yang masih berusia 18 tahun sudah di lepaskan begitu saja.

"Kenapa? ada yang salah?" Akira balik bertanya saat melihat reaksi Lin.

"Ah tidak... Aku hanya heran, biasanya ras Demon akan di lepas keluarganya saat dia usia 50 tahun..." jelas Lin.

"Tua sekali!!" batin Akira terheran, namun berusaha untuk tetap tenang.

"... Tapi kau sudah dilepas keluarga mu saat usia sekecil ini? pasti kau sangat kesepian!" jelas Lin lagi.

"Kecil? Katamu?" batin Akira yang mulai tertekan. "Kalau begitu berapa usiamu?" tanya Akira.

"Ooh aku sudah termasuk remaja! Baru 565 tahun" Jawab Lin dengan tenang.

Seketika Akira terkejut dengan pernyataan tersebut, Akira pun menganggap definisi muda darinya adalah 100 tahun lebih.

"Ini.... DILUAR NALAAARRRR!!!"

Guild Besar Calestial City

"Diluar nalar ... ini diluar nalaarr..." batin Akira tertekan sambil memegang kepalanya dengan kedua tangan.

"Kau tidak apa-apa Akira?" Tanya Lin sembari memperhatikan wajah Akira yang tampak tertekan.

Mendengar pertanyaan tersebut Akira segera bersikap biasa saja seolah tidak terjadi sesuatu. Dia juga menata posisi duduknya dengan tegap, Namun dimata Lin dia justru seperti anak kecil yang bersifat sok keren. Benar-benar lucu dan membuatnya ingin tertawa namun dia menahannya.

"Ekhem... aku tidak apa-apa!" jawab Akira dengan tenang.

"Kalau begitu... kau mau menjadi teman petualang ku? aku sangat ingin menjadi seorang petualang!" tanya Lin.

"P petualang?" Tanya Akira sambil memiringkan kepalanya.

"Kenapa? kau takut? Tenang saja... aku akan menjaga mu, begini-begini aku ini kuat lhoo" ucap Lin dengan percaya diri.

"Ha ha ha" sahut Akira dengan tertawa datar. "Mode ibu-ibu nya On" Batin Akira.

"Setuju kan setuju?" tanya Lin menggebu.

"Ah baiklah... Aku terima!" jawab Akira.

Lin tampak senang dengan jawaban Akira, pipinya merah merona seperti kepiting rebus saking bahagianya. Dia segera berdiri dan menari-nari karena impiannya akan segera terwujud. Menjadi seorang petualang hebat seperti ibu nya dulu. Di bayangannya dia melihat punggung Ibu nya yang tengah berjalan jauh dihadapannya.

"Ibu... aku pasti akan menyusulmu!" batin Lin dengan bahagia.

Akira hanya diam menatap wanita itu, tingkahnya yang seperti anak kecil justru membuatnya ragu apakah dia bisa melindunginya. Namun di tengah-tengah dia berfikir, bahwa dunia yang kini dia tempati adalah tempat yang cukup dia kenal. Tempat saat ini dia berdiri, pemandangan hijau yang nyaman serta langit biru dengan garis mana yang sangat jelas terbentang.

"Apa ini ... Sangat tidak asing, harus ku pastikan sendiri dimana aku berada sekarang!" batin Akira sambil melihat sekeliling dengan penuh waspada.

"Naah..."Ucapan Lin membuat Akira terkejut. "Sekarang ayo ke Calestial! kita harus mendaftar di Guild besar Calestial untuk menjadi petualang!!" ucap Lin penuh semangat.

"Eh? C Calestial?" Tanya Akira.

"Umm... Jaraknya sekitar 12 chilo metra, nanti kita akan melewati perbatasan hutan sihir lalu melewati Desa Thymai yang berjarak sekitar 1 chilo metra." jelas Lin sambil mengemasi barang-barangnya.

"Chilo metra?" Batin Akira sembari berfikir, dia langsung berdiri dan melihat Lin.

Lin yang merasa diawasi segera menatap Akira dengan tatapan penuh selidik.

"Ada apa? Apa ada sesuatu?" Tanya Lin.

"Ah tidak... Bukan apa-apa!" jawab Akira sembari membantu Lin mengemasi barang-barangnya.

Setelah cukup lama bercengkrama sambil berkemas, mereka segera berangkat ke Calestial City. Ditengah perjalanan Lin selalu mengoceh menceritakan segala hal yang dia temui selama ratusan tahun dia hidup. Sementara itu Akira terus berfikir tentang tempat dia hidup untuk kedua kalinya ini, selain itu tentang ucapan Lin saat mengukur jarak tadi.

"Chilo metra? rasanya bahasa itu tidak asing" batin Akira sembari berfikir.

Dia tampak pening memikirkan hal tersebut, bahkan semua ocehan Lin tidak ada yang dia dengar selama perjalanan. Sampai akhirnya Lin menyadari bahwa semua ceritanya tadi tidak ada yang di dengar. Lin menoleh menatap pria di belakangnya yang tampak pusing.

"Akira?" Sapa Lin yang ternyata diabaikan oleh Akira.

Akira terus berjalan tanpa memperdulikan Lin yang ada disampingnya, sementara itu Lin yang kesal karena diabaikan hanya menggembungkan pipinya dan segera menyusul teman barunya itu.

"Akira!!" ucap Lin lagi sambil menghadang tepat didepan Akira.

Akira tersadar setelah hampir menabrak dada Lin, pipinya memerah susu saat melihat belahan gunung kembar yang tertutup pakaian serba hijau tersebut. Sementara Lin tetap diam karena kesal diabaikan oleh Akira, dia sama sekali tidak memperdulikan wajah Akira yang seperti kepiting rebus.

"Kau ini... sungguhan tidak apa-apa huh?" Tanya Lin dengan kesal.

Akira segera menjauh dari Lin dan mencoba bersikap tenang.

"B Baik-baik... Baik-baik saja hahaha" jawab Akira sedikit gugup karena kejadian barusan. "Ugh... Sungguhan Spek One-san!!" batin Akira.

"Huuh... Kau mengabaikan ku semenjak perjalanan tadi!! Menyebalkan!!" gerutu Lin sambil mengalihkan pandangannya.

"Maaf... Soalnya ini pertama kali bagiku!!" ucap Akira sembari melanjutkan perjalanannya.

"Pertama kali?" tanya Lin kebingungan.

"Ah tidak, maksud ku pertama kali kesini" jawab Akira dengan tenang.

Lin terdiam sesaat sebelum kembali mengikuti langkah Akira, dia memilih diam dengan reaksi Akira barusan. Namun mata Elf tidak bisa di bohongi, sejak dia menyelamatkan Akira dia selalu merasakan aura gelap didekatnya. Aura yang pernah diceritakan oleh ibunya ratusan tahun lalu, sesuatu yang selalu membawa bencana dimana dia berdiri.

Memilih mengabaikan itu, mereka berdua kembali berjalan menyusuri Padang rumput di sore hari. Angin sepoi-sepoi mengibarkan jubah yang dikenakan Akira juga Lin, namun suasana hening tengah menyelimuti perjalanan mereka. Sejak kejadian tadi Lin selalu diam, sementara itu Akira selalu bersikap dingin. Malam pun tiba, mereka berdua memilih untuk bermalam di hutan sihir yang luasnya berhektar-hektar tersebut. Hanya ditemani api unggun dan jamur bakar mereka berteduh di bawah pohon besar.

"Akira Akira... aku boleh tanya?" ucap Lin sambil memanggang jamur.

"Ada apa?" tanya Akira sambil membaca buku yang dibawa oleh Lin. "Tulisan apa inii!!" batin Akira yang berusaha bersikap tenang.

"Kau itu ... Dari ras Demon kan?" tanya Lin sembari memberikan jamur bakar.

Akira terdiam sesaat saat Lin mengatakan tentang Demon, sekarang semuanya mulai berkaitan satu sama lain. Tentang tempat dia terbangun, tulisan di buku yang dia baca, hitungan jarak dan nama tempat yang tidak asing. Namun masih satu yang sulit dijelaskan, yaitu hutan sihir dimana dia ditemukan.

"Begitu rupanya... Sangat absurd sekali hidupku ini! yah untuk saat ini ku abaikan saja reruntuhan itu. Akan ku cari lain kali!" batin Akira sambil menyunggingkan senyumnya.

Lin bergidik saat melihat senyuman Akira, dia seperti melihat om-om pedo yang mendapatkan mangsa empuk dihadapannya.

"Ah soal itu... Darimana kau tau?" tanya Akira sambil menutup buku dan memakan jamur bakar tersebut. "Hambar!" batin Akira sedikit kesal.

"Ibuku dulu juga seorang petualang... Dia adalah Elf suci yang mampu melihat sesuatu yang tidak bisa dilihat orang lain." Jelas Lin sambil mengangguk.

"Hoo kau keturunan Elf suci? jika tidak salah dalam sejarahnya dulu dia adalah pemanah terhebat." ucap Akira sambil melihat sekitarnya. "Tapi aku tidak melihat busur ataupun anak panah disini? Apa kau menggunakan mana mu untuk menciptakan keduanya?" Tanya Akira sedikit kebingungan.

"Oh aku type Healer!" jawab Lin sambil mengangkat tangannya.

"Haa?" Akira terdiam mendengar jawaban tersebut.

Suasana hening seketika menghantui mereka, diikuti sepoi angin yang lewat begitu saja...

"Tapi kau Elf!" Ucap Akira sedikit tidak percaya.

"Memangnya tidak boleh... Jika Elf jadi healer!!" Tukas Lin dengan kesal.

"Emmm boleh sih... Cuman kan sedikit aneh." Ucap Akira.

"Huuh sudahlah... ayo tidur!! besok kita berjalan lagi untuk ke kota!" ucap Lin sembari berbaring di akar pohon.

Akira kebingungan dan mengedipkan matanya beberapa kali, dia berfikir apakah ucapannya ada yang salah? Karena tidak ingin memperkeruh suasana, dia pun ikut berbaring untuk mengistirahatkan tubuhnya.

Pagi hari pun tiba, suara kicauan burung liar membangunkan dua insan yang masih nyaman diposisi mereka.

"Hoaamm.... Selamat pagii!!" sapa Lin sambil menggeliat.

"Selamat pagi!!" jawab Akira yang ternyata sudah selesai beberes dan siap untuk melanjutkan perjalanan.

Lin terheran melihat Akira, dibenaknya bertanya-tanya kapan dia bangun, padahal sekarang baru jam 05:30 pagi. Sementara itu Akira juga bingung dengan sikap Lin.

"Kenapa tidak bangun? kau bilang harus cepat!" Tukas Akira.

Mereka pun memutuskan untuk meneruskan perjalanan menuju Calestial City. Ditengah perjalanan banyak hal yang mereka temui, termasuk Beast, tanaman sihir juga material sihir. Perjalanan mereka terus berlanjut siang dan malam hanya berjalan kaki dan makan makanan seadanya. Sejujurnya Akira sedikit bosan dengan jamur bakar dan ikan bakar hampir dua hari, namun tidak ada pilihan lain selain makanan itu. Setelah dua hari berjalan akhirnya mereka sampai di Calestial City, Akira tampak kelelahan sedangkan Lin tampak sangat bahagia. Lalu lalang keramaian kota membuat Akira pening karena notabenenya Akira adalah anak introvert yang sangat amat benci keramaian.

"Kau bilang... Kita... Akan... melewati desa!!" ucap Akira yang tengah bersandar di bangku jalan dengan keadaan kelelahan.

Lin hanya tersenyum kecil memperhatikan Akira yang tengah mengatur nafasnya. "Oh aku ambil arah kanan, seharusnya ke arah timur untuk melewati Desa itu" jelas Lin sambil tersenyum jahil.

"Haaah...." Akira tertegun mendengar penjelasan tersebut, dia semakin pasrah akan keadaan.

"Lagipula kau kan ras Demon, masa hanya segitu saja sudah lelah?!" pinta Lin sambil berjalan. "Ayo...kita ke Guild, setelah itu istirahat" tambahnya lagi.

"Minuum.... Aku ingin minum Es..." gerutu Akira sembari mengikuti Lin.

Setelah sampai di Guild, Lin segera mendaftarkan dirinya juga Akira. Sementara itu Akira sedang memuaskan dirinya dengan minuman dingin yang disediakan oleh Guild.

"Selamat datang di Guild Calestial City! Namaku Rafelia Actago, silahkan isi formulirnya!!" ucap seorang administrator guild sambil memberikan dua formulir.

"Terimakasih banyak..." ucap Lin sembari membungkukkan tubuhnya 45° lalu segera menghampiri Akira.

Akira yang tengah bersantai sedikit terkejut saat administrator tersebut memperkenalkan diri. Dia segera menoleh ke meja administrasi tersebut dan memperhatikan gadis Leonil tersebut.

"Hmm tempat ini pertama kalinya ku datang dulu, hoo ternyata memang benar" batin Akira sambil memperhatikan Rafelia.

"Akira..." Sapa Lin mengagetkan lamunannya.

"Ah... ya?" Jawab Akira segera menoleh ke arah gadis Elf di dekatnya.

"Ini formulirnya... Lalu ini pena nya!!" ucap Lin sambil memberikan sebuah kertas berwarna kecoklatan dan pena bulu.

Akira pun melihat kertas tersebut, beberapa saat dia pun tertekan karena semua tulisan yang ada di sana.

"A apa ini?!!!"

Kota Hijau Westeros

"Tulisan macam apa inii... kenapa seperti coretan anak TK semuaa!!" Batin Akira tertekan saat melihat kertas formulir tersebut.

Sementara itu, Lin fokus mengisi data dirinya di atas kertas tersebut sambil tersenyum senang. Akira melirik Lin sekilas dan menggeser kertasnya ke arah Lin perlahan. Merasa ada yang menyentuh lengannya, dia segera menoleh ke arah Akira dan melihat kertas tersebut. Anak 18 tahun itu hanya diam sambil mengalihkan pandangannya dari orang sebelahnya, sementara itu Lin hanya tersenyum melihat kelakuan Akira. Dia segera mengambil kertas milik Akira dan mengisinya.

"Nah sekarang minta tanda tangan mu!" ucap Lin sembari menarik tangan Akira

Akira hanya diam dan membiarkan jari telunjuknya terluka sampai meneteskan darah di kertas miliknya. Setelah itu Lin beranjak dari duduknya dan menyerahkan formulir tersebut pada Rafelia selaku administrator. Rafelia pun membaca isi formulir tersebut dan sedikit terkejut saat melihat Ras milik Akira. Belum selesai terkejut, Lin sudah mengisyaratkan kepada Rafelia untuk diam dan memohon untuk diterima. Rafelia hanya menghela nafas dan merubah Ras milik Akira menjadi Ras manusia, lalu tersenyum pada Lin sambil mengangkat jempol tangannya. Lin terlihat senang dengan itu lalu berterimakasih pada Rafelia. Sementara itu, Akira justru hanya bermain-main dengan Beast milik petualang lain yang baru kembali, benar-benar mirip anak kecil. Mungkin itulah yang membuatnya percaya bahwa Akira tidak akan berbahaya.

"Baiklah... Nona Lin dan Tuan Akira... silahkan ikuti saya untuk mengetes level sihir kalian." Pinta Rafelia.

Akira segera melepaskan Beast yang dia gendong tadi lalu berjalan mengikuti Lin dan Rafelia. Disaat itulah semua petualang yang ada disana berkumpul untuk menyaksikan anggota baru tersebut. Sambil berpesta mereka bersorak pada dua orang itu.

"Ayo tunjukkan kehebatan kalian!"

"Hohoho... Kita ada junior baru lagii!"

"Semangaaaaaattt...."

Sorak mereka dengan riang. Sementara Lin dan Akira berjalan menuju sebuah altar berukuran 4 x 4 metra, di tengahnya terdapat tiba-tiba muncul sebuah bola kristal saat mereka menginjak altar. Tepat saat mereka mendekati bola tersebut, sebuah hologram yang menampilkan sosok pria tua berambut panjang dan berjenggot panjang berwarna putih. Konon dia adalah master pertama di Guild tersebut.

""Hohoho.... selamat datang wahai para petualang ku! Semoga Tuhan memberkati kalian!!"" ucap sosok hologram tersebut.

"Lumayan mirip... sama seperti dulu, sambutan yang menyeramkan" batin Akira sembari tersenyum tipis.

Setelah mengucapkan kata-kata tersebut sosok itu menghilang, Rafelia kembali memberikan instruksi pada Lin dan Akira sebagai calon petualang baru.

"Nona Lin Anda lebih dulu, silahkan letakkan tangan Anda di bola kristal ini untuk mengukur tingkat level Anda" jelas Rafelia.

"Aah aku jadi gugup..." gumam Lin sambil lebih mendekat ke arah bola kristal.

"Semangaat" ucap Akira pelan sambil bertepuk tangan.

Lin pun meletakkan tangan kanannya di bola kristal tersebut. Perlahan kristal tersebut bercahaya mulai dari berwarna putih dan menjadi hijau muda, lalu berubah lagi menjadi warna kuning muda. Warna itu berhenti disana dan lalu dari bawah kaki Lin muncul sulur tanaman dan bunga-bunganya bermekaran. Semua orang kagum dengan pemandangan tersebut termasuk Akira itu sendiri, jarang sekali seorang Elf memilih untuk berperan sebagai healer.

"Wawh ku kira dia pemanah..."

"Healer dengan level 45? hebatnya..."

"Menakjubkan... bunganya cantik sekali!"

Rafelia segera mengumumkan hasil tes tersebut pada Lin juga pada semuanya.

"Humm Level 45 ya, type healing plant. Ini cukup langka Nona... Selanjutnya Tuan Akira, giliran Anda!" pinta Rafelia.

"45 ya... harus lebih semangat!!" ucap Lin sambil berjalan mundur dan mempersilahkan Akira.

"Terakhir level ku menjadi tanda tanya, itu... berapa ya?" batin Akira lalu menyentuh bola kristal tersebut.

"Ayo nak!! tunjukkan kehebatan mu!!"

"Jangan mau kalaahh!!"

Akira menarik nafasnya perlahan dan mencoba untuk fokus mengonsentrasikan pikirannya. Bola kristal itupun kembali bercahaya mulai dari warna putih lalu menjadi hijau dan menguning seperti sebelumnya. Namun tidak berhenti sampai disana warna kuning itu berubah menjadi jingga dan memerah gelap, gelap sampai menjadi warna hitam pekat. Terus semakin pekat sampai tidak tersisa cahayanya. Semua orang takut juga takjub melihat hal tersebut, sementara Akira justru ketakutan dengan apa yang dia lihat. Dia ingin segera menarik tangannya dari bola itu namun seperti ditahan oleh sesuatu.

"H-Hoe... Hoee... I-Ini t-tidak bisa dilepaskan!!" batin Akira panik.

Warna hitamnya semakin legam seolah penuh dengan kebencian namun juga penuh harapan. Terus semakin gelap dan menakutkan lalu ...

'Praannkk!!'

Bola kristal tersebut hancur berkeping-keping membuat semuanya kaget.

Takut dimarahi oleh yang lainnya, Akira diam mematung sambil melirik sekitarnya. Namun semua orang masih ikut terdiam karena terkejut juga dengan pemandangan barusan. Sesaat Rafelia pun tersadar lalu mengumumkan hasil tes Akira.

"Ekhem... Dikarenakan bola kristalnya tidak mampu menahan beban sihir atau mungkin sudah terlalu tua, karena kristal ini sudah berusia lebih dari 1000 tahun. Saya tidak bisa mengumumkan secara rinci tingkat dan kelas milik Tuan Akira. Sekian!" jelas Rafelia yang membuat petualang lain sedikit kecewa.

Sementara itu, Akira hanya tersenyum datar dan perlahan turun dari altar. Walaupun demikian banyak yang menyambut mereka dengan senang lalu merayakan kedatangan mereka sambil berpesta. Akira tampak menikmati suasana tersebut, semua orang yang ada disana merangkulnya dan menganggapnya ada. Bahkan dia belum melakukan apapun saat ini.

"Ini... indah!!" Batin Akira sambil tersenyum.

......................

Keesokan harinya Lin sudah berada di depan meja administrasi untuk bersiap mengambil misi, sementara Akira masih tidur pulas di meja sambil memeluk Beast milik petualang lain. Mereka terlihat cukup akrab padahal baru bertemu kemarin. Sedangkan sang pemilik hanya terheran-heran dengan kelakuan dua mahluk tersebut.

"Bagaimana... Apa ada yang cocok untuk kami?" tanya Lin

"Humm kalian berdua itu tim pemula, jadii kurasa sebagai permulaan kalian ku sarankan misi yang sederhana saja!" ucap Rafelia sambil menunjukkan selebaran pada Lin.

Di kertas tersebut tertulis bahwa sebuah kota Hijau Westeros tengah dilanda ketakutan akan munculnya Mahluk pemakan manusia dari hutan Tera. Banyak petualang dan pemburu menghilang saat menjalankan misi. Setelah membaca tulisan tersebut, Lin menatap datar Rafelia yang tengah tersenyum.

"Sederhana?" Tanya Lin dengan nada datar.

"Itu yang paling sederhana... masalahnya tidak ada yang mau mengambil misi itu" ucap Rafelia sambil tersenyum. "Akan kami naikkan bayarannya 2x lipat!" tambah Rafelia sambil menunjukkan 2 jari pada Lin.

"Setuju!!" Jawab Lin dengan antusias.

Mereka pun berjabat tangan dengan tatapan antusias, sementara Akira yang baru bangun dan melihat mereka bercengkrama tidak tau apapun yang terjadi. Lin segera mendekati Akira setelah menandatangani misi tersebut.

"Akiraa ayo berangkat!!" ucap Lin dengan penuh semangat sambil menyeret tubuh Akira.

"Kopiiii" gerutu Akira yang masih mengantuk dan pasrah.

Mereka pun memutuskan untuk segera menyelesaikan misi tersebut. Pagi itu dengan menaiki kereta kuda, dua petualang baru tersebut pergi ke Kota Westeros. Kota hijau yang biasa disebut sebagai jantung dunia, meskipun Calestial City adalah kota pusat dunia. Namun jantung dunia berada di Westeros, hampir 97% kota tersebut terbuat dari tumbuhan dan pepohonan, rumah-rumah disana juga terbuat dari material organik, jarang sihir api ditemui di kota ini.

Dua hari perjalanan mereka akhirnya sampai di Kota tersebut dengan selamat tanpa halangan apapun. Kota yang katanya tengah terancam itu sama sekali tidak seperti yang dibayangkan, kehidupan mereka masih damai dan tentram. Akira dan Lin pun singgah sebentar di rumah makan untuk mengisi perut sebelum menjalankan misi sederhananya itu. Terlebih lagi Akira masih terlihat lesu gara-gara tidak minum kopi di hari pertamanya.

"Aahh ... lapaar" Gerutu Lin sambil mendudukkan tubuhnya di kursi.

Sementara itu Akira masih berpura-pura tenang untuk menutupi rasa laparnya, walaupun perutnya sama sekali tidak bisa diajak kompromi. Lin sendiri segera mengambil buku menu dan melihat daftar makanan yang telah disediakan. Namun setelah membacanya beberapa saat raut wajah Lin menjadi lesu dan pundung.

"Ada apa Lin?" tanya Akira.

Tanpa menjawab, Lin menunjukkan daftar menu dan meletakkan kepalanya ke meja. Walaupun tidak paham dengan tulisan di buku tersebut, tapi dia paham dengan raut wajah Lin. Harga makanan di tempat makan tersebut cukup mahal, selain itu wanita adalah makhluk yang sangat perhitungan dalam bentuk apapun.

"Perhitungan mode on!!"

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!