NovelToon NovelToon

Rearin

“Rearin”

...°°°°°°°°°°°°°°°°°°°...

...Bintang berkelap-kelip indah di atas sana...

...Menyejukkan mata yang memandangnya...

...Air mata keluar tanpa aba-aba...

...Membuat ombak menyapu pelan telaga bening tersebut...

...Helaian mahkota ku jatuh menyentuh butiran pasir...

...Beterbangan seiring dengan irama angin...

...Membiarkan dingin menusuk relung hati...

...*Berusaha m**embekukan perasaan yang telah membuncah tinggi*...

...Deru ombak menyamarkan suara tangis ku yang menggema...

...Duduk sendirian di atas permadani putih yang memanjang...

...Garis takdir terlalu enggan...

...Melambungkan ku ke langit ketujuh...

...Lalu menghempaskan ku ke dalam jurang yang tak berdasar...

...Mengambil sebuah harapan yang hanya tinggal angan...

...Dan hati yang kembali menjadi korban karena ucapan...

...Entah waktu yang kejam...

...Atau diri ku yang bernasib muram...

...Tapi penjuru semesta pun paham...

...Jika cinta ku bukan suatu hal yang haram......

^^^~Rearin Kalyca Allandra^^^

...°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°...

...###...

Rea mengelus perutnya yang sudah sedikit membuncit. Ia menatap kearah taman yang ada di halaman rumahnya. Hingga matanya berhenti menatap kearah sebuah mobil yang memasuki pekarangan rumah dan berhenti tepat di depannya.

Tak lama kemudian seorang cowok berperawakan jangkung turun dari mobil tersebut. Berjalan menuju kearah Rea yang sudah berkeringat dingin.

Cowok itu adalah Ayah dari anaknya. Lelaki bejat yang telah berhasil menodainya. Orang yang sudah membuat Rea melambung tinggi ke awan, lalu dengan kejam nya menghempaskan Rea ke dasar jurang yang tak berujung.

"Siapa lagi yang nebar benih nya di rahim kamu?."

Rea tersentak saat pertanyaan itu terlontar dari mulut cowok yang sudah berdiri dengan gagah di hadapannya.

Meragukan sendiri darah dagingnya, sepertinya hanya Levi yang bisa melakukan itu.

"Siapapun itu orangnya, bukan urusan kamu", balas Rea dengan datar membuat Levi terkekeh merendahkan.

"Jala*g."

"Bajing*n", desis Rea tajam. Hatinya sakit saat mendengarkan kata merendahkan itu keluar dari mulut suaminya. Ralat, calon mantan suaminya.

"Rea masuk!, udah mau maghrib, gak baik diluar", terdengar suara Arinta yang berteriak dari dalam rumah. Lalu Bunda nya itu keluar tak lama kemudian.

"Kamu?", Arinta menatap kaget sekaligus murka melihat suami putrinya yang berdiri menatapnya. Arinta benci melihat pandangan yang tak bersalah itu.

"Mau apa kamu kesini?!", ketus Arinta.

Levi mengeluarkan sebuah map kertas dan memberikannya kepada Arinta, "Menyerahkan ini", sahutnya datar.

"Apa ini?, foto perselingkuhan kamu?", tuding Arinta dan mengambil secara kasar map tersebut.

"Bun", Rea menegur Arinta. Mungkin wanita itu wajar marah dengan Levi yang telah memperlakukan putrinya secara tidak adil. Tapi Bunda nya tetap tidak boleh berkata seperti itu. Karena mereka berpendidikan, hanya orang yang tidak berpendidikan berbicara tanpa dipikir terlebih dahulu.

"Surat cerai", ujar Levi yang membuat tubuh Rea terasa mematung seketika. Cerai, hubungan mereka akan berakhir dengan satu kata tersebut. Lalu Rea mengelus perutnya saat bagian itu terasa sedikit kram. Apakah anaknya tidak suka dengan perceraian mereka.

"Apa kamu terlalu miskin sampai gak mampu buat suruh orang nganterin ini ke rumah saya", sarkas Arinta yang malah membuat Levi tertawa pelan.

"Justru karena saya terlalu sopan, makanya saya sendiri yang langsung mengantarkan nya", sahut Levi sambil melirik sekilas Rea yang terdiam, "Bukan kah tidak sopan, jika kita sendiri yang meminjamnya, lalu menyuruh orang lain untuk mengembalikannya. Saya tidak sepecundang itu", tambahnya dengan kedua tangan yang dimasukkan ke dalam saku celana.

"Saya mengembalikan anak Tante."

Setelah mengatakan itu, Levi segera berlenggang pergi meninggalkan dua orang wanita berbeda generasi itu di teras. Meninggalkan kenangan, harapan dan mungkin cinta.

...###...

Rearin Kalyca Allandra

Mirip bunda Rinta gak sih👆.

masih intro ya bund:v, semoga betah kayak di Brittle.

Slow update ya, dtmbh bntr lg mo ujian, jd harap maklum ya:v.

Marah boleh kok, tp benci jgn. Ingat kata pepatah, jgn benci lama-lama entar jadi cinta. Asekkk

Kesal, krna blurb nya udh prnh dbc di Brittle?, gpp itung-itung ngapal.

Yang belum bc Brittle, disarankan untuk bc terlebih dulu, supaya nyambung. dan untuk yg udh bc, silakan mampir kmbali, mana tau ada like yg tertinggal 😂, *ngelunjak ya

...Fav, rate, like, coment and 🌹...

Semoga suka, makasihhhhhh😘💞💞

Pagi yang rusuh

...°°°°°°°°°°°°°°°°°°°...

...Tidak ada tempat yang lebih hangat di dunia ini, selain rumah......

...###...

Prang

Rea menarik selimutnya sampai menutupi seluruh tubuhnya saat mendengar suara panci yang dibanting. Tidur nya yang nyenyak menjadi berantakan karena pertempuran yang terjadi di bawah sana. Sebenarnya itu juga tidak merugikan, sebab karena pertempuran itu lah Rea bisa terbangun dengan cepat di pagi hari. Hal itu seperti alarm alami untuknya.

Tapi Rea khawatir dengan telinganya. Lalu cewek itu tengkurap dan mengapit kepalanya dengan bantal. Agar telinganya tidak terinfeksi saat mendengar auman menggelegar sang Bunda.

"ARGAN!."

Sementara di lantai bawah, Arinta menatap kesal pada anak laki-lakinya yang berjalan santai dengan handuk yang melilit di pinggangnya sambil mengusap rambut basahnya dengan sebuah handuk kecil. Dan cowok itu bersenandung kecil seraya menuruni undakan anak tangga. Benar-benar terlalu santai.

"Argan!, kamu cowok apa cewek, jalannya kok lama", ketus Arinta kesal ketika melihat Argan yang berjalan lambat.

"Cewok, cyin", balas Argan dengan lambaian tangan centilnya. Membuat Arinta melotot, apa putranya itu tidak malu dengan otot perut yang terpampang jelas.

"Kesini cepat!."

Argan mendengus, "Jalan itu harus dinikmati Bun. Mana tau jumpa duit Bapak Reagan yang tercecer", sahutnya sambil memandang seluruh lantai marmer putih itu dengan seksama. Mana tau beneran ada duit.

"Bunda hitung sampai tiga, kalau kamu belum kesini uang jajan kamu dipotong", ancam Arinta kepada anaknya yang masih sibuk menjelalati lantai.

"Lima deh Bun, lima."

"Ya udah deh lima."

"Satu..., dua..."

"Sepuluh deh Bun, sepuluh."

"ARGAN!", Arinta berteriak saat menyadari dirinya dipermainkan.

Argan mendongak dan menatap Bunda nya dengan sebal. Padahal ia nampak warna merah-merah tadi di bawah karpet. Tapi jika kanjeng ratu itu dibuat kesal sekali lagi, maka uang jajannya benar-benar akan terancam.

Kemudian Argan berjalan menghampiri Arinta yang berdiri di ambang pintu dapur. Dengan menyampirkan handuk kecilnya di pundak serta menguatkan lilitan handuknya yang terasa mengendur. Bahaya kalau terlepas. Nanti ada sesuatu yang terbang, tapi bukan burung.

"Udah Bunda bilang, kalau di rumah enggak boleh keluyuran tanpa baju", Arinta menjewer telinga Argan saat cowok itu telah sampai dihadapannya.

"Aauw, aduh, aduh. Sakit Bun", ringis Argan kesakitan. Cubitan Arinta itu mengalahkan pedasnya cabai jalapeno.

"Ngerti gak apa yang Bunda bilang?", tanya Arinta dengan masih menjewer telinga Argan.

"Kan di rumah sendiri Bun, enggak ada yang liat", jawab Argan dengan menahan perih di telinganya. Ia yakin jika bagian tubuhnya itu pasti sudah memerah saat ini. Bunda nya melakukan KDRT. Ingatkan Argan untuk mengadu kepada pak RT nanti.

"Jadi Bibi-bibi disini gak orang menurut kamu. Bisa gak sih Argan, apa yang Bunda bilangin itu jangan di jawab."

"Kan Bunda nanya, ya Argan jawablah. Dosa tau Bunda, kalau orang tua manggil gak disahut."

"Ar-"

"Iya-iya, ngerti", sela Argan cepat. Ia masih menginginkan telinganya agar tetap utuh.

Arinta menghela nafas dan melepaskan jeweran nya.

"Itu demi kebaikan kamu. Nanti orang-orang pada bilang, percuma di sekolahin tinggi-tinggi tapi sopan santunnya gak ada. Pasti orang tuanya gak ngajarin. Kamu mau Bunda di gibahin", ujar Arinta lembut dan mengelus serta meniup telinga Argan yang terlihat sangat merah. Sebenarnya ia kasihan, tapi Argan itu tidak seperti Rea yang sekali dibilang akan langsung mengerti.

"Lah kan bagus Bun. Orang itu yang dapat dosanya, kita dapat pahalanya. Istilahnya kita gak ngapa-ngapain tapi bisa dapat duit", sahut Argan yang mendapat tabokan di kepalanya dari Arinta. Sebenarnya Argan itu anak siapa sih. Otak nya kok ya gak ada.

"Duit aja isi kepala kamu itu."

"Of course, money is my world", ujar Argan yang membuat Arinta menggelengkan kepalanya.

"Oh, iya Bun, nampak segitiga bermuda Argan gak?", celetuk Argan dan berjalan memasuki dapur rumahnya. Lebih tepatnya berjalan kearah rice cooker.

Arinta sontak menoleh kearah tangannya yang terdapat kain berbentuk segitiga berwarna hitam. Lalu mendongak menatap Argan yang masih bingung mencari CD nya. Ia sampai lupa soal CD. Padahal ia heboh pagi-pagi karena benda itu.

"Ini maksud kamu?", ujar Arinta sambil mengangkat CD tersebut dengan tinggi-tinggi.

Argan membalikkan badannya dan menatap horor Bunda nya itu.

"Astgadragon Bunda, itu kan udah di cuci", Argan berteriak histeris dan merampas CD miliknya dari Arinta.

"Argan!. Penanak nasi Bunda kayak gak ada harga dirinya sama kamu. Periuknya itu udah Bunda cuci dengan air tujuh sumur dan kembang tujuh rupa tau!", ujar Arinta kesal mengingat saat dirinya membuka rice cooker dan mendapatkan pakaian dalam Argan di dalamnya.

Argan itu memang punya kebiasaan yang aneh. Cowok itu terbiasa memakai satu CD untuk tiga hari. Setelah tiga hari maka Argan akan membuang CD nya tersebut, dan mengganti dengan yang baru untuk dikenakan tiga hari ke depan pula. Begitu terus. Dan yang uniknya, Argan tidak pernah mau barang privasinya itu disentuh oleh orang lain. Tak terkecuali. Jadi cowok itu mencuci sendiri CD nya. Mungkin kali ini Argan mencucinya kemalaman, membuat benda itu belum kering. Jika sudah seperti itu maka rice cooker Arinta lah yang menjadi korbannya.

Padahal Arinta sudah menyuruh Argan untuk mengeringkannya di mesin pengering. Namun cowok itu mengatakan kalau dikeringkan di dalam rice cooker ada sensasinya tersendiri.

Dan itu sudah terjadi semenjak Argan masuk ke SMP. Entah apa alasannya Arinta pun tidak tau.

"Ya elah Bun, jangan kayak orang kismin ngapa. Suruh aja bos Reagan beli yang baru. Kalau perlu suruh beli sepuluh. Satu buat Bunda, sembilan buat Argan", sahut Argan seraya menyengir melihat tatapan maut sang Bunda.

"Anak siapa sih kamu?!"

"Enggak tau. Enggak mungkin anak Bunda sama bos Reagan. Karena muka Argan itu mirip Christiano Ronaldo. Jangan-jangan Argan beneran anak Christiano Ronaldo?", tanya Argan asal dengan menatap penuh binar kearah Bunda nya. Mana tau ia memang anak pemain sepak bola tersebut.

"Ngomong sekali lagi Bunda sunat kamu sampai habis."

"Jangan dong Bun, enggak bisa ngasih Bunda cucu nanti baru tau."

"Enggak mungkin kamu punya anak."

"Ya Allah si Bunda, mulutnya minta di balsem. Mulutnya kurang sa-"

"ARGAN!, pakai baju kamu sekarang juga!", sela Arinta dengan sedikit berteriak saat melihat tatapan lapar para ART nya ketika menatap tubuh putranya. Enak saja putra lajangnya ditatap seperti itu oleh ibu-ibu.

Rea yang sekali lagi mendengar teriakan tersebut lantas menyibak selimutnya dengan kasar. Mengumpati Arkan yang telah mengganggu tidurnya dalam hati. Ia tidak mengerti mengapa bisa memiliki kembaran seperti Argan Kaivaro Allandra.

Lalu Rea mengambil ponselnya yang terletak di atas nakas. Menghubungi nomor Bunda nya. Mencoba untuk menghibur wanita tersebut. Jika suasana hati Arinta tidak dalam keadaan baik. Maka habislah sudah sarapan mereka pagi ini. Hanya akan ada nasi putih beserta garam.

Rea sebenarnya tidak masalah, tetapi ia kasihan melihat Papi nya. Rea tau jika Papi nya tidak menyukainya, tapi pria itu tetap memakannya dengan sepenuh hati. Reagan tidak pernah protes, apapun yang diberikan Arinta akan dimakannya. Sebucin itu emang Reagan terhadap Arinta.

"Morning Bun", sapa Rea saat sambungan itu telah terhubung. Dengan ponsel ditelinga nya, Rea bangkit dari ranjangnya dan berjalan menuju walk in closet miliknya. Membuka lemari besarnya dan mengambil seragam sekolahnya.

"You look beautiful today. Hari ini kita pergi belanja?, banyak diskon hari ini", ujar Rea dengan nada yang terkesan datar. Setelah itu terdengar suara Arinta yang berseru kegirangan dan memintanya untuk pergi menemani beliau berbelanja setelah pulang sekolah nanti.

Kemudian mereka larut dalam obrolan tentang apa yang akan mereka beli nanti. Tentu saja dengan Arinta yang sangat excited. Sepuluh menit tak terasa, akhirnya Rea memilih untuk mengakhiri panggilan mereka. Lalu setelah itu tuan putrinya Allandra segera melangkahkan kaki kearah kamar mandinya.

Menyiapkan diri untuk berangkat ke sekolah.

...###...

"Ekhem", Rea berdehem keras saat melihat kedua orang tuanya yang bermesraan disembarang tempat. Jika saja tidak Rea hentikan, mungkin dua malaikatnya itu sudah menyatukan bibir. Astaga.

Arinta menoleh kaget melihat putrinya yang sudah duduk di meja makan. Lalu wanita itu turun dari meja yang barusan di dudukinya. Salahkan Reagan yang menaikkannya keatas meja.

"Kamu mau makan-"

Cup

Reagan menghentikan ucapan Arinta dengan kecupan singkatnya di bibir dan kening istrinya. Membuat wanita itu menatap horor suaminya.

"Morning, Bunda cantik", ujar Reagan lalu segera mengambil tempat duduk di kursi utama. Pria itu bertindak seolah tidak ada yang terjadi.

"Dasar", dengus Arinta dan menghampiri Reagan. Mengambilkan serta melayani makanan suaminya.

Rea hanya bisa menggelengkan kecil kepalanya. Memaklumi Bunda dan Papi nya yang masih ingin merasakan masa-masa pacaran. Terkadang ia merasa bersalah bila mengingat kehadirannya dan Argan menjadi penghalang masa muda kedua orang tuanya.

Ya, Arinta memang sering menceritakan masa lalunya kepada Rea maupun Argan. Tak terkecuali tentang bagaimana mereka berdua bisa hadir. Tidak ada yang Arinta tutup-tutupi dari kedua anaknya. Daripada mendengar dari mulut orang lain, lebih baik Arinta yang memberitahu terlebih dahulu.

"Bun", Argan memanggil Arinta yang membuat semua mata langsung tertuju pada cowok yang baru saja datang itu.

"Kenapa?", tanya Arinta dengan kekesalan yang masih ada sedikit.

"Ini pensilnya kok warnanya coklat kalau ditulis?", Argan menunjukkan sebuah pensil berukuran panjang berwarna coklat.

Arinta mengernyitkan keningnya dan berjalan menghampiri Argan. Mengambil pensil tersebut dari tangan putranya. Lalu matanya terbelalak saat merasa familiar dengan benda tersebut.

"Ini pensil alis Bunda Argan!", Arinta menatap tajam Argan yang menyengir tak berdosa.

"Hehehe, pantesan pas ditulis kok lembut-lembut gitu."

"ARGANNN!"

Rea yang sedang mengunyah makanannya lantas memejamkan mata saat mendengar auman itu lagi. Sungguh Argan si biang kerok. Selalu saja ada kelakuannya yang membuat orang darah tinggi seketika. Rea rasa cowok itu tidak bisa hidup tanpa membuat keributan satu kali dalam hari nya.

Benar-benar pagi yang rusuh, ribut dan menjengkelkan. Tapi karena keributan itu lah rumah yang besar ini terasa ramai.

...~Rilansun🖤....

Argan Kaivaro Allandra. Kang rusuh nya Allandra

Prom night

...°°°°°°°°°°°°°°°°°°°...

...Cinta dan bodoh itu beda tipis......

...###...

Gadis itu berjalan anggun dengan gaun hitam selutut yang di kenakan nya. Rambut panjang ikal nya yang dibiarkan tergerai, berhembus pelan saat angin bertiup. Mata nya yang sayu sekaligus tajam dalam satu waktu itu memandang lurus ke depan.

Ketukan sepatunya pada lantai koridor membuat semua orang menoleh kearahnya. Memusatkan perhatian pada primadona Angkasa itu. Harum nya yang ciri khas memenuhi koridor.

Bak dewi Venus yang turun dari langit. Namun sayang, jika dewi Venus terkenal dengan senyumannya yang menawan. Maka dewi yang satu ini tidak pernah tersenyum walau sekali pun. Tapi muka jutek nya itu tidak pernah menutupi kecantikannya yang paripurna.

Siapa yang tak mengenal Rearin Kalyca Allandra. Mang cilok yang mangkir di depan SMA Angkasa saja tau siapa gadis yang paling cantik di Angkasa. Rea adalah seorang gadis yang hampir mencapai kata sempurna. Tapi satu minus nya, cewek itu terlalu tertutup dari dunia luar. Sehingga membuat orang-orang berpikir dua kali bila ingin mengobrol dengannya. Bukan apa-apa, mereka hanya takut dikatakan gila karena berbicara sendiri.

Sebab berbicara dengan Rea sama halnya berbicara dengan tembok. Cewek itu tidak akan merespon jika obrolan itu memang benar-benar tidak bermutu.

Sejauh ini hanya satu orang yang bisa bertahan berteman dengan Rea.

Dita Audrey Wijaya.

Trouble maker nya Angkasa. Dua tahun bersekolah di Angkasa, sudah membuat Dita sangat terkenal di kalangan guru-guru. Karena prestasinya yang paling banyak menyumbangkan nama di buku kasus. Buku keramat bagi para murid-murid teladan.

Maka nya para warga Angkasa memberikan Rea serta Dita julukan si cantik dan buruk rupa. Tapi baik Rea maupun Dita tidak pernah memusingkan hal tersebut. Karena mereka bersahabat bukan sekedar untuk teman curhat di kala susah. Justru karena persahabatan itu lah mereka bisa melengkapi kekurangan satu sama lain.

"Wow, you look so perfect to night, darling."

Rea berhenti di depan pintu aula sekolahnya saat jelangkung satu itu tiba-tiba muncul dihadapannya.

"Thanks", balas Rea dengan datar membuat Dita berdecak malas.

"Lo ada beban hidup apa sih Rea?, sini-sini cerita sama gue", Dita merangkul Rea dan berjalan masuk ke dalam aula yang sudah disulap dengan sangat cantik. Karena malam ini adalah malam perayaan bagi kakak-kakak kelas mereka yang sebentar lagi akan lulus.

Sekolahnya memang agak berbeda sedikit. Jika kebanyakan sekolah mengadakan prom night setelah pengumuman kelulusan. Maka sekolahnya mengadakan prom night sebelum pengumuman kelulusan. Yang berarti anak-anak kelas dua belas masih harus pergi ke sekolah besok hari untuk mendengarkan pengumuman kelulusan.

"Siapa tadi yang nganterin?, Abang lo ya?", bisik Dita pelan membuat Rea memutar bola mata jengah. Sudah bukan rahasia umum lagi kalau seorang Dita menyukai Argan. Namun sayang, Abang nya itu tidak menyukai Dita. Hati Argan masih terpaut pada seseorang yang sudah lama pergi.

Dan si bodoh Dita, sudah ditolak berulang kali pun masih saja kekeuh untuk menyukai Argan. Bahkan cewek itu beralibi jika dirinya sudah tidak lagi memiliki perasaan untuk Argan hanya demi bisa tetap berteman dengan cowok tersebut. Cinta dan bodoh itu emang beda tipis.

"Nanti kalau pulang dia yang jemput, gue nebeng ya?", tambahnya.

"Abang kamu kan ada", Rea menunjuk seorang cowok yang tengah berjalan kearah mereka dengan dagunya.

"Mal-"

"Ta, nanti lo pulang sendiri ya. Gue ada perlu, bilangin sama Papa. Jangan lo bilang kalau gue clubbing-an", ujar Dito selaku kembaran Dita saat sudah sampai dihadapan kedua cewek itu

Dita memutar bola matanya, "Kan emang bener."

"Bantuin gue kek sekali-kali."

"Kepala lo sekali-kali. Heh, Dito Andika Wijaya, sebagai Abang lo itu seharusnya ngajarin adek nya itu yang bener. Bukan nya berbohong dengan orang tua", omel Dita dengan tangan yang berkacak di pinggang.

"Sok-sokan lo. Gue aduin Mama nih semalam lo ngerusak bunga duda bolongnya", balas Dito dengan sengit.

"Iya-iya, ya udah pergi sana. Gue pulang sama calon suami nanti", Dita mendorong Dito agar menjauh dari peredarannya. Melihat kembarannya itu lama-lama bisa membuat mata Dita katarak seketika.

"Ya Allah Ta, kasihan gue sama lo, mana masih muda lagi tapi otaknya udah habis", ujar Dito dengan mimik wajah yang sangat dibuat sedemikian rupa.

"Mulut sialan!", umpat Dita sambil menendang tulang kering Dito yang terbalut celana kain.

"Dimana sih bisa tukar tambah Abang less akhlak kayak dia", gerutu Dita dan kembali berdiri di samping Rea.

"Woah, anjir pasukan prince charming udah pada datang."

"Tolongin jantung gue, jantung gue gak kuat melihat ketampanan ini."

"Ya Allah Levi, kapan sih lo mau ngehalalin gue. Mama udah pengen ketemu calon mantu katanya."

"Semoga jodoh gue ada di antara mereka berempat."

Bisik-bisik para kaum ciwi-ciwi saat melihat empat orang cowok dengan setelan jas mahalnya. Berjalan bersisian dengan langkah yang seirama. Rapi, maskulin dan menawan. Mampu membuat mata semua kaum hawa yang ada disana terhipnotis dengan makhluk Tuhan tersebut.

Terlebih lagi kepada ketua Ghozi tersebut. Dingin, bengis, dan tak pandang bulu pada siapa ia berbicara. Brandalan dari Angkasa yang sudah dikenal oleh banyak sekolah. Tapi guru-guru tidak bisa berbuat apa-apa. Sebab Levino Altan Devora tidak hanya memiliki paras yang tampan, tapi cowok itu juga memiliki otak yang sangat cerdas.

Levi tampak seperti orang yang tidak pernah belajar, tapi ketika setiap ujian cowok itu selalu menjadi yang tertinggi setiap tahunnya. Menjadi juara paralel yang bertahan.

Cowok itu adalah definisi dari kegantengan yang hakiki. Sebab tidak hanya fisik nya yang mumpuni, otaknya juga mendukung. Sayangnya Levi itu bad, sangat bad.

"Apaan si lepis. Handsome-an Arganteng gue lah", gumam Dita yang dapat didengar oleh Rea. Tapi cewek minim ekspresi itu hanya menggelengkan kepalanya pelan. Dari segi mana Argan itu ganteng.

"Rea."

Rea yang sedari tadi menatap layar ponselnya lantas mendongak saat mendengar seseorang memanggil namanya.

"Hm?", Rea mengangkat sebelah alisnya menatap seorang cewek yang berdiri dihadapannya.

"Dipanggil Celine, katanya bagian konsumsi ada yang kurang", ujar Novi dengan menunduk.

"Apa yang kurang?", tanya Rea lagi. Sebab ia sudah pastikan jika tidak ada makanan dan minuman yang kurang maupun cacat.

"Air", jawab Novi tanpa memandang kearah Rea. Entah apa yang dilihat cewek itu dibawah.

Dengan kernyitan di dahinya Rea pun mengangguk samar, lalu ia menoleh kearah Dita yang juga tengah menatapnya, "Bentar", pamitnya singkat yang dibalas anggukan kepala oleh Dita.

Lalu Rea berlalu pergi dengan Novi yang mengikutinya dari belakang. Entah apa lagi masalah yang ingin dibuat oleh Celine, sang ketua OSIS tersebut. Tapi yang pasti, apapun yang dilakukan oleh perempuan itu, Rea tidak pernah mempedulikannya sama sekali.

Sebagai anggota OSIS yang baik tentu saja Rea dijadikan sebagai contoh untuk murid-murid yang lain. Dan jika ia bertengkar dengan Celine, maka tidak akan ada lagi yang mau mempercayai OSIS. Orang-orang akan menganggap jika organisasi tersebut hanya tameng para murid-murid kesayangan guru.

...~Rilansun🖤....

Dita Audrey Wijaya. Trouble maker nya Angkasa

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!