NovelToon NovelToon

Bellissimo Piccolo Mostro

Rancori Passati

Korea Selatan, Juli 2008

Sebuah penyerangan dan pembantaian terjadi di kediaman keluarga D'Angelo. Pembantaian tersebut mengakibatkan D'Angelo beserta istrinya tewas. Namun, siapa sangka kalau putri kecil dari D'Angelo diam-diam menyaksikan kedua orang tuanya dibunuh secara brutal lewat monitor kamera pengawas yang terletak di ruang rahasia mansionnya. Matanya berkaca-kaca, tatapan amarah dan kebencian tersirat dengan jelas pada gadis kecil itu.

Setelah orang tuanya benar-benar dinyatakan meninggal dunia, orang-orang yang membantainya mulai membuka topeng menunjukan wajahnya satu persatu. Wajah mereka terlihat jelas, tertawa penuh kemenangan tanpa tahu kalau tindakannya tengah diawasi. Putri kecil D'Angelo yang melihat hal itu pun semakin marah, tangan mungilnya yang sedari tadi menggenggam sebuah kunci semakin mengeras sampai darah mulai keluar dari celah genggamannya.

Gadis kecil itu benar-benar melihat dari awal kejadian bahkan sampai Orang tuanya dikubur sembarang di teras belakang rumah. Tidak ada teriakan tangisan dari gadis kecil itu, hanya ada tatapan kebenciannya seolah ingin mengingat detail kejadian ini. Setelah mengetahui orang-orang itu benar-benar meninggalkan mansion nya. Barulah tubuh gadis itu melemas hingga terduduk, dia menutup wajahnya dengan kedua tangannya hingga meninggalkan noda darah diwajahnya karena telapak tangan mungilnya sempat terluka saat menggenggam erat sebuah kunci.

Hening, gadis kecil itu terdiam cukup lama sampai sebuah dering telfon membuyarkan lamunannya. Tertulis 'Jamarie' disana, dengan segera gadis kecil itu menjawab telfonnya.

"Ciao! Edard stai bene? Sto andando alla tua villa, "

(Halo! Edard, kamu baik-baik saja? Aku sedang dalam perjalanan ke vila mu) ujar Jamarie terdengar cemas.

Tidak ada jawaban, sampai terdengar suara gadis kecil menjawab sambil terisak.

" Grizzy? Grizzy stai bene?"

(Grizzy, Grizzy kamu baik-baik saja?) tanya Jamarie terdengar semakin cemas.

"Zio, papà e mamma..."

(Paman, papa dan mama..) jawab gadis kecil itu mulai tak kuasa menahan tangisnya.

Mendengar isak tangis gadis itu Jamarie bisa mengetahui kalau keadaan saat ini sedang tidak baik-baik saja. Jamarie D'Angelo adalah adik dari Edard Lesham D'Angelo, ayah si gadis sekaligus bos Mafia Italia yang banyak dikenal oleh Mafia lainnya. Namun, entah dosa apa yang telah Edard lakukan sehingga ada orang yang berani membabi buta keluarganya, menyisakan gadis kecil yang menjadi saksi kebrutalan para penjahat itu.

Jamarie tiba dikediaman D'Angelo yang berupa mansion mewah nan megah yang kini telah berubah menjadi mansion berdarah dengan mayat dimana-mana. Rupanya tidak hanya tuan rumahnya saja yang dibunuh, melainkan seluruh pelayan, bodyguard dan juga Asisten pribadi keluarga D'Angelo, Kim Daeshim. Jamarie tidak menghiraukan semua mayat yang ada ditempat itu, fokusnya sekarang hanya gadis kecil itu yang entah ada dimana saat ini. Jamarie memerintahkan para pengawalnya untuk mencari gadis kecil itu di setiap ruangan. Sedangkan, ia sendiri pergi ke ruang rahasia yang digunakan untuk menyimpan semua harta sekaligus ruang pengawas.

Setelah sampai diruang rahasia tesebut, ternyata gadis kecil itu sudah tidak ada disana. Selang beberapa menit saja, salah satu pengawal menelponnya dan memberitahu kalau gadis kecil itu ada di halaman belakang rumahnya. Mendengar hal itu, Jamarie pun segera berlari menuju ke tempat yang dimaksud.

Jamarie terpaku ketika melihat keponakannya itu tengah duduk diantara mayat orang tuanya, setengah badannya masih tertutup tanah, rupanya gadis kecil itu telah berusaha mengeluarkan mereka. Jamarie pun berjalan perlahan mendekati gadis kecil itu lalu memeluknya. Tangis gadis kecil itu pecah seketika. Namun, tak lama gadis kecil itu menghapus air matanya lalu meraih tangan kedua orang tuanya, menggenggamnya lalu mulai berbicara.

" Ti ripagherò, giuro che ti ripagherò!!"

(Aku akan membalasnya, aku bersumpah akan membalasnya!!). Ujar gadis kecil itu lantang dan didengar langsung oleh pamannya dan juga para pengawalnya.

Atas permintaan keponakannya, Jamarie pun mulai melakukan penguburan adiknya tepat dimana gadis kecil itu pertama kali menemukannya. Meski sudah dibujuk agar mayat kedua orangtuanya dimakamkan di Italia, gadis kecil itu tetap bersikukuh agar dimakamkan disini saja. Karena tidak bisa lagi membujuk akhirnya Jamarie pun mengalah dan melakukan apa yang diminta gadis kecil itu dengan bantuan para pengawalnya.

Setelah semuanya selesai, Jamarie mulai menjelaskan keadaan kepada gadis kecil itu, karena kondisinya sangat berbahaya dan tidak memungkinkan untuk tinggal lebih lama, Jamarie pun mengajak si gadis untuk kembali ke Italia bersamanya. Namun, lagi-lagi dengan satu syarat.

" Che cos'è? "

(apa itu?), tanya Jamarie.

"nei prossimi dieci anni nella stessa data, fammi tornare per mantenere la mia promessa"

(dalam sepuluh tahun ke depan pada tanggal yang sama, izinkan aku kembali untuk menepati janjiku), ujar gadis kecil itu.

Jamarie benar-benar dibuat heran dengan sikap keponakannya ini. Gaya bicaranya tidak seperti kebanyakan anak kecil lainnya. Namun, demi menyelamatkannya Jamarie pun mengiyakannya. Mereka pun berjalan menyusuri lorong mansion, lalu terdengar seorang minta tolong dan memanggil ' Tuan D'Angelo'. Merasa mengenal suara itu, gadis kecil itu mulai mencari sumber suaranya. Ketemu, ternyata itu asisten pribadi keluarganya, dia masih hidup. Gadis kecil itu berlari menghampiri lelaki itu.

" Pak Kim? Kau masih hidup?" tanya gadis itu terdengar sedikit lebih tenang dari sebelumnya.

Jamarie yang mengetahui kalau Pak Kim masih hidup pun turut senang. Tiba-tiba handphone Jamarie berdering, salah satu pengawal yang mengawasi area luar mansion meneleponnya. Saat menjawab telfonnya, wajah Jamarie berubah panik seketika. Dia langsung memerintahkan sebagian pengawalnya untuk membopong tubuh Pak Kim ke dalam mobil, lalu pergi meninggalkan mansion itu.

"Gizzy, stai bene?"

(Grizzy, kau baik-baik saja?), tanya Jamarie pada gadis kecil itu.

"Certo."

(tentu), jawab gadis itu singkat.

Gadis dengan nama kecil Grizzy itu bernama lengkap Grizelle Edard Viviana D'Angelo. Seorang putri kedua dari pasangan Edard Lesham D'Angelo dan Lee Yoora. Ayahnya merupakan seorang Mafia terkenal di Italia dan ibunya merupakan seorang dokter sekaligus pemilik Rumah sakit swasta di Seoul.

Grizzy datang ke Korea bersama ayahnya dengan alasan berlibur sekaligus mencurahkan semua kerinduan pada ibunya. Mereka tidak tinggal bersama karena kedua orangtuanya memiliki kesibukan di tempat yang jauh berbeda. Grizzy sendiri tinggal bersama Ayahnya dan juga kakaknya, Daniel Lesham D'Angelo yang dua tahun lebih tua darinya. Bukan tanpa alasan, kesibukan ibunya yang bahkan hampir tidak punya waktu untuk sekedar berlibur akan membuatnya jenuh dan kesepian.

Berbeda dengan Ayahnya yang masih bisa meluangkan waktu untuk anak-anaknya. Grizzy memang sudah fasih berbahasa Korea, Itali bahkan Inggris. Meski tidak tinggal tetap di Korea, ibunya selalu mengajarkan bahasa Korea saat punya waktu luang. Namun, hal itu dilakukan jauh sebelum ibunya mulai sibuk dengan pekerjaannya. Sebagai gantinya, Pak Kim Daeshim selaku asisten pribadi keluarganya membantu Grizzy belajar bahasa Korea sampai benar-benar mahir. Bahkan komunikasi antara Grizzy dan Daniel menggunakan bahasa Korea, berbeda dengan anggota keluarga yang lain yang menggunakan bahasa Italia.

Sisilia, Italia 2008

Jamarie berhasil membawa Grizzy kembali ke Italia, namun, kabar duka tentang adiknya akan menjadi duka mendalam untuk Daniel. Perjalanan jauh ternyata tidak membuat Grizzy terlihat lelah sedikitpun. Hanya saja, tatapan kosongnya masih terpasang di wajahnya membuatnya terlihat asing bagi pamannya itu. Grizzy juga nampak lebih dingin dan tegas dari biasanya. Jamarie pun memakluminya, mungkin butuh waktu untuk membuatnya ceria lagi.

Sesampainya di mansion, Grizzy dan Jamarie pun menuruni mobil. Lalu, terlihat seorang anak laki-laki berlari menghampiri mereka lalu memeluk Grizzy. Grizzy terkejut, namun langsung membalas pelukannya.

"Kau menangis?" tanya Grizzy yang masih sedikit terkejut.

"Ayah dan ibu..?" jawab Daniel disela-sela tangisannya.

"Tidak apa-apa, takkan ada yang menyakiti mereka lagi, mereka sudah aman sekarang" ujar Grizzy menenangkan kakaknya itu.

Gaya bicara Grizzy yang berubah drastis membuat Jamarie dan yang lainnya benar-benar tercengang. Bagaimana seorang anak delapan tahun bisa berbicara layaknya orang dewasa. Belum lagi sikap awal Grizzy yang ceria, ramah, manis dan manja membuatnya mustahil melakukan itu. Jamarie semakin khawatir dengan sikap Grizzy yang seperti sekarang ini, namun Grizzy malah tersenyum kepadanya seolah mendengar perkataan hatinya dan menjawab kalau ia baik-baik saja.

Hari demi hari berlalu, Grizzy masih dengan sikapnya yang dingin, kejadian itu seolah membuat dirinya lupa seperti apa dia dahulu. Grizzy masih menjalani aktivitasnya seperti sekolah, mengikuti bimbel dan kursus olahraga bela diri bersama Daniel dan juga anak tunggal Jamarie, Gabriel. Grizzy juga memiliki seorang teman laki-laki bernama Dong Il yang baru-baru ini juga mengikuti kursus bela diri demi menghibur Grizzy. Namun, hal itu malah membuat seluruh tubuh Dong Il nyeri akibat berkali-kali dikalahkan oleh Grizzy saat evaluasi.

"Bisakah kau sedikit lembut sebagai seorang wanita? Kau sudah beberapa kali mempermalukan ku, sekarang mengalah lah!" gerutu Dong Il yang masih pada posisi duduknya setelah tubuhnya dibanting ke matras.

"Keluar saja dan temani teman perempuanmu itu main boneka, kursus ini sama sekali tidak membutuhkan orang lemah sepertimu!" balas Grizzy yang diakhiri dengan senyuman misteriusnya.

Sikap dingin dan tegas yang dimiliki Grizzy tentu saja bukan hal yang sudah biasa untuk keluarganya. Perubahan drastisnya seringkali membuat orang sekitarnya rindu pada Grizzy manis yang mereka kenal. Namun, hal itu sama sekali tidak mempengaruhi Dong Il, baginya sifat dingin Grizzy memang sudah terlihat semenjak pertama ia mengenal Grizzy. Bahkan, teman-teman sekolahnya seringkali membicarakan Grizzy saat Grizzy tengah berjalan melewati mereka.

Grizzy memang terkenal dingin dan menyeramkan di sekolahnya, tidak heran jika Dong Il terbiasa dengan sikapnya yang sekarang tanpa tahu hal yang telah menimpa Grizzy beberapa hari yang lalu.

Kabar kematian Edard D'Angelo memang dirahasiakan agar dunia mafia tidak heboh karena mafia terkenal itu pada akhirnya dibunuh di luar negerinya. Jamarie pun mengambil alih posisinya sampai tiba saatnya anak Edard menggantikannya. Saat ini Jamarie tinggal di kediaman Edard untuk sementara, sesekali Jamarie pulang untuk memantau perkembangan anak dan keponakannya. Namun, semenjak kematian adiknya itu, sikap Grizzy sama sekali tidak menunjukan perubahan, ia masih sama dinginnya.

Sisilia, November 2017

Sembilan tahun berlalu, Grizzy tumbuh menjelma menjadi seorang gadis Cantik dengan rambut berwarna coklat gelap alami yang selalu ia biarkan terurai. Namun, Grizzy belum pernah menunjukan senyum manisnya kepada siapapun. Bahkan ia hampir tidak pernah terlihat tertawa, wajahnya hanya menunjukan tatapan datar, bahkan sesekali ia menatap tajam.

"Signorina, il signor Jamarie è arrivato, la sta aspettando nella sala principale"

(Nona, Tuan Jamarie telah tiba, dia sedang menunggumu di aula utama) ujar seorang pelayan pada Grizzy yang tengah menatap keluar jendela.

"Sarò lì presto!"

(Saya akan segera kesana) jawab Grizzy tanpa membalikkan tubuhnya.

Grizzy melangkah menuruni tangga, begitu saja dia terlihat anggun, jika saja dia sedikit tersenyum mungkin akan banyak orang yang semakin terpana melihatnya. Jamarie berjalan mendekati Grizzy lalu memeluknya. Grizzy membalas pelukan pamannya itu.

"Ho bisogno di parlare di cose importanti, c'è qualcosa che devo fare prima di iniziare"

(Saya perlu berbicara tentang hal-hal penting, ada sesuatu yang perlu saya lakukan sebelum memulai), ujar Grizzy membuka pembicaraan dengan santai.

Namun, entah apa yang telah dikatakan oleh Grizzy raut wajah Jamarie berubah terkejut tak percaya. Dia pun terlihat sedang berfikir keras seolah sedang menentukan keputusan besar. Dia menatap lekat Grizzy mencari celah keraguannya, namun sepertinya Grizzy sudah yakin dengan keputusannya. Jamarie menghela nafas lalu mulai memutuskan.

"Ok, ti do tre mesi. Se va bene rinuncerò completamente "

(Baiklah, saya memberi Anda tiga bulan. Jika semuanya berjalan dengan baik, saya akan menyerahkan sepenuhnya), ujar Jamarie.

" Scusa"

(terimakasih), balas Grizzy.

Keesokan harinya Grizzy terlihat tengah bersiap dengan balutan kemeja hitam dengan lengan yang digulung seperempat, ditambah rok span pendek yang membuatnya terlihat feminim. Pakaian serba hitam memang sudah menjadi ciri khas tersendiri untuk keluarga D'Angelo. Bahkan mereka sangat jarang terlihat menggunakan pakaian dengan warna cerah. Dengan kata lain, pakaian dengan warna gelap sudah menjadi selera mereka.

" Biasakan mengetuk pintu sebelum memasuki ruang pribadi seseorang!" gerutu Grizzy yang masih memandang kearah luar jendela kamarnya.

Benar saja seseorang baru saja memasuki kamarnya tanpa izin. Daniel. Dia berjalan mendekati adiknya itu dengan senyum yang biasa ia pasang saat tertangkap basah.

"Feeling-mu masih sama kuatnya sejak dulu, aku bahkan tidak terkejut" ujar Daniel yang ikut memandang keluar jendela.

"Dunia ini terlalu sepi, sampai-sampai aku bisa mendengar kericuhan semut yang memperebutkan roti yang baru saja kau senggol!" balas Grizzy sebelum melenggang pergi.

"Apa maksudmu? Hei, Lee Gina!!" teriak Daniel lalu menyadari ada sepotong roti yang terjatuh ke lantai yang sudah dikerubungi semut.

" Apa-apaan ini? Apa dia punya indera keenam??" gumamnya.

Grizzy dan Daniel memang terbiasa menggunakan bahasa Korea saat sedang komunikasi. Jadi tidak heran jika Gabriel seringkali kebingungan saat berada diantara obrolan kakak-beradik itu.

"Kenapa kau lama sekali?" tukas Dong Il saat Grizzy baru saja memasuki mobilnya.

"Ayo berangkat!" balas Grizzy yang sama sekali tidak mempedulikan ocehan temannya itu.

"Itu saja? Hei! harusnya kau meminta maaf karna membuatku menunggu lama!" ujar Dong Il mengomel.

"Haruskah aku berlutut sambil memohon agar kau memaafkan aku?" balas Grizzy yang langsung membuat Dong Il terdiam.

Grizzy dan Dong Il memang satu sekolah hanya saja mereka berada dikelas yang berbeda. Namun, jika jam istirahat tiba Dong Il sering kali mengajak Grizzy ke kantin bersama, Grizzy pun tidak pernah menolaknya. Namun, sesuatu telah disembunyikan Dong Il sejak lama, tanpa Dong Il ketahui ternyata diam-diam Grizzy selalu memperhatikannya.

Mereka pun tiba disekolah, seperti biasa tatapan aneh itu mulai tertuju pada Grizzy dan Dong Il yang tengah melewati lorong sekolah. Grizzy sama sekali tidak menanggapi itu, begitu juga Dong Il yang setia bersembunyi dibalik Grizzy. Sampai beberapa saat Grizzy mulai merasa ada yang aneh, benar saja ketika ia membalikan badannya, ternyata Dong Il sudah tidak ada disana. Dong Il tidak seperti biasanya pergi begitu saja. Dia pasti akan menyempatkan diri untuk memberitahu Grizzy meskipun dia tahu, Grizzy tidak akan memedulikannya sama sekali. Namun, saat ini Grizzy benar-benar mencarinya.

Dia berjalan ke arah yang baru saja ia lewati sambil terus mengamati setiap ruangan dan mencari setiap sudut yang mencurigakan. Saat melewati sebuah persimpangan lorong, sekilas Grizzy melihat beberapa anak tengah berdiri disebuah kelas kosong di lorong yang bahkan jarang dilewati banyak orang. Namun, siapa sangka jia dia tidak benar-benar melewati lorong itu, melainkan memutarinya hingga langsung datang kehadapan anak-anak itu. Suasana menjadi canggung dengan wajah terkejut bercampur dengan ketakutan. Belum lagi ekspresi datar Grizzy dengan tatapan mengintimidasi membuat ketiga anak itu berlari ketakutan.

Grizzy memasuki kelas kosong itu, benar saja dua orang laki-laki yang tengah merisak Dong Il dengan melucutinya. Ada beberapa luka lebam diwajah Dong Il yang membuat Grizzy geram. Salah seorang laki-laki itu menghampiri Grizzy tanpa rasa takut seperti ketiga anak yang berjaga tadi, dia terlihat berani dan bahkan dia meremehkan Grizzy.

"Wow, guarda chi c'è qui? sei il suo amante ahah, in nessun modo giusto ??"

( Wow lihat siapa yang datang? apa kau kekasihnya? tidak mungkin bukan?), ujar laki-laki itu sebelum tangannya mendekat hendak menyentuh dagu Grizzy.

Salire Di Casta

"Wow, guarda chi c'è qui? sei il suo amante ahah, in nessun modo giusto ??"

( Wow lihat siapa yang datang? apa kau Kekasihnya? tidak mungkin bukan?), ujar laki-laki itu sebelum tangannya mendekat hendak menyentuh dagu Grizzy.

Dengan sigap Grizzy mencegahnya dengan menahan tangannya lalu memelintirnya tanpa menunjukan ekspresi apapun. Sedangkan, laki-laki itu meringis kesakitan sambil mengeluarkan kata-kata kasar membuat Grizzy semakin geram dan semakin ingin menyakiti laki-laki itu.

"È stata questa mano che lo ha appena ferito?"

(Apakah tangan ini yang baru saja menyakitinya?), bisik Grizzy dengan suara lembutnya.

"Non!!"

(tidak), teriak laki-laki itu.

"Bugiardo!!"

(Pembohong!!), cetus grizzy.

Saat Grizzy lengah laki-laki yang sedari tadi menonton pun hendak melayangkan tinjunya, namun gerak refleks Grizzy lebih cepat dari dugaannya. Grizzy mengayunkan kaki kirinya hingga berhasil menendang dagu laki-laki itu sampai jatuh telentang dengan mulut yang mengeluarkan darah.

"Gli esseri deboli come te non sono niente per me. Ragazzi, siete stati eliminati troppo facilmente. Quindi fammi giocare un po "

(Makhluk lemah sepertimu bukanlah apa-apa bagiku. Teman-teman, kalian terlalu mudah disingkirkan. Jadi biarkan aku bermain sedikit). Ujar Grizzy smirk lalu mematahkan tiga jari darin tangan laki-laki yang mencoba menyentuhnya.

Setelah beres, Grizzy mengumpulkan baju Dong Il yang dibuang ke sembarang arah lalu meminta Dong Il memakainya kembali. Dengan tangan gemetar Dong Il meraih pakaiannya, lalu memakainya saat Grizzy berjalan keluar kelas. Ternyata diluar kelas sudah banyak siswa yang berkumpul termasuk para guru, alhasil Grizzy, Dong Il dan dua laki-laki tadi dibawa ke ruang konseling untuk meluruskan masalahnya, hal itu dihadiri langsung oleh kepala sekolah. Grizzy nampak lebih santai dibandingkan dengan tiga lainnya.

"Grizelle Viviana? Cosa hai fatto a Lucas?"

( Grizelle Viviana? Apa yang Anda lakukan pada Lucas?), tanya guru pembimbing.

"Lucas? chi è Lucas? Non la conosco? Sei tu?"

(Lucas? Siapa Lucas? Aku tidak mengenalnya? Kau kah itu?), ujar Grizzy balik bertanya.

"Grizelle!!" bentak si guru yang sontak membuat seisi ruangan terkejut, tak terkecuali kepala sekolah.

"Aishh telingaku!!" gerutu Grizelle yang direspon sedikit tawa dari Dong Il.

"Che c'è? Hai detto qualcosa?"

(ada apa? Kau mengatakan sesuatu), tanya Kepala Sekolah.

"Niente"

(tidak ada), jawab Grizzy santai.

"Se non vi conoscete, come potete attaccarvi a vicenda, quali sono le vostre ragioni?"

(Jika Anda tidak mengenal satu sama lain, bagaimana Anda bisa saling menyerang, apa alasan Anda?), tanya guru pembimbing dengan tatapan serius.

Grizzy memberikan isyarat kepada dua murid laki-laki itu untuk memberi alasan terlebih dahulu. Namun, hal itu malah dibalas dengan tatapan jengkel yang sama sekali tidak mengusik sikap santai Grizzy.

Di samping itu, Grizzy yang menyadari Dong Il tengah melawan rasa takutnya mencoba menenangkan dengan menggenggam tangan Dong Il yang sudah berkeringat. Dong Il terkejut, refleks matanya langsung melihat ke arah Grizzy yang tersenyum seolah meyakinkannya kalau semua akan baik-baik saja. Namun, bukan hanya itu, yang lebih mengejutkannya lagi, saat ini adalah kali pertama Dong Il melihat senyuman itu lagi setelah bertahun-tahun.

Seketika Dong Il sadar kalau dirinya sangat-sangat merindukan senyuman itu, dia tidak pernah menyangka kalau dia akan melihatnya dalam jarak sedekat ini. Dong Il larut dalam lamunannya sampai melupakan tempat dan situasi yang sedang ia hadapi saat ini.

"Lascia che ti chieda ancora una volta, perché stai facendo il prepotente con Danny??"

(Biarkan saya bertanya sekali lagi, mengapa Anda menindas Danny?), tanya guru pembimbing.

"A causa sua.."

(Karena dia..), jawaban Lucas terpotong karena Dong Il menyela.

"Bellissimo"

(Cantik), celetuk Dong Il yang masih menatap Grizzy.

"Che cosa?!!"

(apa?!), teriak Lucas dan guru pembimbing serentak.

"Apaa?!", Teriak Grizzy tak kalah terkejut.

"Sei Pazzo?"

(Anda Gila?), tanya Lucas yang masih terkejut.

Dong Il yang sadar akan ucapannya pun langsung menutup mulutnya dengan kedua tangannya sambil melotot kaget. Dia mencoba mencari alasan yang tepat namun suasana sudah terlanjur canggung.

"No, voglio dire, sono più bello di Lucas ma Lucas non lo accetta!"

(Tidak, maksudku, aku lebih tampan dari pada Lucas tapi Lucas tidak menerimanya!), ujar Dong Il memperjelas dengan terbata.

"Che Cosa?" tanya lagi Lucas tidak percaya.

"Lascia che ti dia una ragione, non l'ho attaccato. È solo che, rappresento le vittime del bullismo che devono essere seguite a scuola. Sfortunatamente la mia scuola era così pazza per i soldi che ha dimenticato il suo orgoglio!"

(Biarkan saya memberi Anda alasan, saya tidak menyerangnya. Hanya saja, saya mewakili para korban bullying yang perlu ditindaklanjuti di sekolah. Sayangnya sekolah saya begitu tergila-gila pada uang sehingga melupakan harga dirinya!), ujar Grizzy santai namun sukses membuat Guru pembimbing dan Kepala Sekolah itu tercengang.

"Senza senso!"

(omong kosong!), bantah guru pembimbing.

Grizzy tersenyum tipis lalu mengambil sebuah ponsel dan memainkannya dengan santai tanpa peduli aturan dan Guru didepannya.

"Niente cellulari a scuola! Dissidenti!"

( Tidak ada ponsel disekolah! Pembangkang!), Bentak Si guru pembimbing.

Senyum misterius Grizzy semakin menjadi, dia menghubungkan ponselnya dengan proyektor lalu memutar sebuah video dengan volume tinggi sehingga tampilan dan layar bisa dinikmati oleh dua orang guru dan empat orang murid yang tengah berkumpul di ruangan itu. Semua pandangan terfokus pada layar proyektor, kecuali Grizzy yang masih mengamati setiap ekspresi yang muncul di empat wajah mencurigakan itu. Namun, Grizzy hanya mendapat dua wajah panik, Lucas dan guru pembimbing. Sedangkan, terlihat percikan amarah pada ekspresi Kepala Sekolah yang membuat Grizzy sedikit terhibur.

"Quello non è vero!!"

(Itu tidak benar), bantah guru pembimbing.

"Sei sicuro?"

(Apa kamu yakin?), tanya Grizzy sedikit terkesan mengejek.

Tatapan Grizzy yang kian mendalam membuat keduanya tidak bisa berkata apa-apa, terlihat begitu besar kebencian Lucas pada Grizzy saat ini, Grizzy sendiri seolah menikmati suasana saat ini. Karena tidak mendapat jawaban apa-apa, Grizzy pun menghembuskan nafas kasar sebelum akhirnya menyimpulkan.

"Va bene visto che è tutto chiaro, mi lasci parlare con il preside, ha qualche obiezione, signore?"

(Baiklah karena semuanya jelas, izinkan saya berbicara dengan Kepala Sekolah, apakah Anda keberatan, Pak?), ujar Grizzy.

Kepala sekolah pun akhirnya mengisyaratkan agar yang lain keluar. Padahal sebenarnya Kepala Sekolah itu pun merasa sedikit ngeri karena sikap dingin dan misterius yang ditunjukan Grizzy. Namun, karena mungkin ini menyangkut posisi dan sekolahnya, beliau pun mengiyakannya. Terlihat jelas tatapan benci itu tidak lepas dari Grizzy, bahkan sampai jendela terakhir Lucas enggan melepas pandangannya. Grizzy menyadari hal itu namun benar-benar tidak mempedulikannya dan memilih ke pembahasannya dengan Kepala Sekolah.

"Hai visto non è vero? molto chiaro!"

(Anda melihatnya bukan? sangat jelas!), ujar Grizzy memulai pembicaraan.

"giusto"

(Benar), jawabnya lirih.

"questo è il mio biglietto da visita"

(ini kartu nama saya), Grizzy menyodorkan sebuah kartu nama yang langsung diraih oleh Kepala Sekolah.

Kepala Sekolah itu terkejut bukan Main, saat mengetahui identitas salah satu muridnya itu. Beliau menatap tak percaya pada Grizzy dan mulai berubah sopan seolah lupa jika posisinya lebih tinggi daripada Grizzy.

"Dovremmo parlare inglese per renderlo più comodo?"

(Haruskah kita berbicara bahasa Inggris agar lebih nyaman?), tawar Grizzy.

"Non c'è bisogno, usa solo la lingua che usi normalmente."

(Tidak perlu, cukup gunakan bahasa yang biasa Anda gunakan.) Balas Kepala sekolah.

"Parlo coreano"

(Saya berbahasa Korea), jawab Grizzy cepat.

"se è così parla italiano"

(jika demikian bicaralah bahasa Italia), balas Kepala sekolah sedikit terdengar kesal.

"Ebbene, il motivo per cui voglio parlare in privato è perché presto lascerò l'Italia"

(Nah, alasan saya ingin berbicara secara pribadi adalah karena saya akan segera meninggalkan Italia), jelas Grizzy.

"Ma perché?"

(Tapi kenapa), tanya Kepala sekolah ringan namun Grizzy hanya tersenyum.

"Tuttavia, non me ne andrò via, voglio che tu ti prenda cura di mio fratello, Christ Danny. Se solo si fa male, anche se è solo un po ', mi assicuro di distruggere la tua posizione attuale."

(Namun, saya tidak akan pergi begitu saja, saya ingin Anda menjaga saudara laki-laki saya, Christ Danny-Dong Il. Jika dia sampai terluka, meskipun hanya sedikit, saya pastikan saya menghancurkan posisi Anda saat ini.), ujar Grizzy memperjelas sebelum akhirnya beranjak.

Namun, sebelum dia menyentuh gagang pintu itu Grizzy kembali berjalan menghampiri Kepala Sekolah itu dengan tangan yang sudah menggenggam sebuah pistol, yang tentu saja membuat Kepala Sekolah itu ketakutan sampai tidak berani bergerak sama sekali. Grizzy mendekatkan mulut pistolnya ke dahi Kepala Sekolah yang terdiam tak bergeming. Keringat dingin mulai bercucuran, matanya melotot takut seolah melihat malaikat maut didepannya.

"Se hai il coraggio di sfidarmi, questo edificio brucerà proprio come ci sono tutti dentro."

(Jika Anda berani menantang saya, gedung ini akan terbakar seperti semua orang yang ada di dalamnya), Ujar Grizzy dengan suara berat ditambah smirknya yang semakin membuat kepala sekolah menegang.

"Ci vediamo preside Della scuola"

(Sampai jumpa kepala sekolahnya). Sambung Grizzy setelah menurunkan pistolnya lalu melenggang pergi meninggalkan ruangan.

Disisi lain, di kediaman Edard D'Angelo, Pak Kim Daeshim selaku Sekretaris Pribadi Bos Besar D'Angelo tengah mengumpulkan seluruh pelayan di mansion itu. Pelayan-pelayan itu menunduk ketakutan saat tahu kalau tangan kanan Pak Kim sedang memegang pistol kesayangannya, mereka tahu betul kalau bukan tanpa alasan mereka semua dikumpulkan, melainkan ada masalah besar yang telah atau sedang terjadi saat ini. Lalu, beberapa Bodyguard bertubuh kekar dengan pakaian hitam-hitam datang melapor kepada Pak Kim dengan berbisik. Entah kabar apa yang ia dengar, wajahnya menjadi masam seolah sesuatu yang buruk benar-benar terjadi. Ponsel Pak Kim berdering, tertulis "Bigboss D'Angelo" disana, dengan segera Pak Kim pun menjawab telfonnya.

"Halo," ujar Pak Kim menggunakan bahasa Korea.

"Bagaimana? Ada kabar apa?" balas suara seorang wanita disana yang juga menggunakan bahasa yang sama.

"Sekitar dua puluh persen perhiasan nyonya besar hilang!" ujar Pak Kim sedikit berhati-hati.

"Sudah cek cctv? Sudah tahu pelakunya?"

"Rekaman Cctv pada saat kejadian tidak ada, tidak ada jejak apapun yang ditinggalkan pelaku"

"Sudah tanyakan hal itu pada asisten kamar pribadi? Tanyakan juga staf Cctv, tanyakan dengan baik dan jangan terlalu kasar, aku akan segera mengirimkan bukti yang tidak orang lain tahu!"

"Baik, Bos!"

Telefon ditutup.

Pak Kim meminta agar asisten kamar pribadi maju ke hadapannya dengan sukarela, satu kali dua kali dia meminta namun tidak ada yang berani menunjukan dirinya. Sampai sebuah notif pesan muncul di layar ponsel Pak Kim. Tiga buah video yang memperlihatkan suasana kamar pribadi Tuan Besar, satu keadaan ruang kamera pengawas dan satu lagi Staff. Ketiga video tersebut saling bersangkutan dan terlihat jelas siapa pelaku pencurian itu. Sepasang wanita-pria menjadi tersangka kali ini, wajahnya ditemukan dengan mudah diantara para pelayan ini. Pak Kim pun kembali menawarkan agar pelaku maju dengan sukarela.

"Dico ancora una volta, quelli che sentono di aver fatto una cosa così brutta per favore affrontami, poi alleggerirò la punizione, altrimenti userò mezzi ancora più atroci"

(Saya katakan sekali lagi, mereka yang merasa telah melakukan hal yang begitu buruk tolong hadapi saya, kemudian saya akan meringankan hukuman, jika tidak saya akan menggunakan cara yang lebih keji lagi.), ujar Pak Kim.

Alhasil, tetap tidak ada yang maju, sampai-sampai Pak Kim membebaskan pelurunya ke udara sebagai peringatan terakhir. Namun, wajah-wajah itu tetap bersembunyi dibalik tubuh orang-orang didepannya. Hasilnya tetap nihil, Pak Kim menatap lekat mereka secara bergantian sebelum akhirnya mengisyaratkan agar mereka diseret paksa ke hadapannya. Bodyguard itu paham dengan sekali perintah, kedua pelaku itu berontak saat dibawa paksa oleh bodyguard. Pelaku perempuan bahkan sampai berani menggigit tangan Bodyguard agar bisa kabur, tetapi sepertinya dia lupa dimana dia berada. Dengan susah payah para Bodyguard itu membawa mereka kehadapan Pak Kim, akhirnya mereka pasrah dan menerima hukuman yang akan diberikan oleh Pak Kim.

Telfon kembali berdering, dan tertulis nama yang sama seperti sebelumnya.

"Halo!"

"Sudah ketemu?"

"Sudah, Bos. Mereka menolak menyerah secara sukarela, satu diantaranya bahkan melukai salah satu bodyguard!"

"Apa sesulit itu membuat mereka menyerah? Aku ingin melihat dengan jelas pencuri perempuan itu, bisakah kau memfotonya? Kirimkan kepadaku sekarang juga!"

Pak Kim pun mengambil foto perempuan itu, wajahnya sudah dipenuhi lebam karena tamparan akibat dia berontak saat dibawa. Air matanya pun ikut serta menghiasi wajahnya.

"Wah, sudah ku bilang jangan terlalu kasar. Kau menghancurkan wajah cantiknya. Ya, dia Cantik! Siapa namanya?"

"Kang Yiren"

"Bersihkan tubuhnya dan rawat dia dengan baik, pastikan wajah cantiknya kembali seperti semula!"

"Apa?!" ujar Pak Kim terkejut.

"Bisakah kau mengeraskan suaranya, Aku ingin berbicara dan didengar oleh orang-orang disana.."

"Sudah kulakukan!"

"Ciao, sai cosa? Come paga un ladro per le sue azioni? Il signor D'Angelo una volta mi ha detto 'se qualcuno osa rubarmi qualcosa allora devo tagliargli le due mani e chiedergli di correre a nascondersi da me, ma non sperare mai di sopravvivere, perché rimarrò un ombra terrificante per te '!"..

Questo Non È Amore

"Ciao, sai cosa? Come paga un ladro per le sue azioni? Il signor D'Angelo una volta mi ha detto 'se qualcuno osa rubarmi qualcosa allora devo tagliargli le due mani e chiedergli di correre a nascondersi da me, ma non sperare mai di sopravvivere, perché rimarrò un ombra terrificante per te "

(Hai kamu tahu Bagaimana seorang pencuri membayar tindakannya? Pak D'Angelo pernah mengatakan kepada saya 'jika seseorang berani mencuri sesuatu dari saya maka saya harus memotong kedua tangan dan memintanya untuk lari dan bersembunyi dariku, tetapi jangan pernah berharap untuk bertahan, karena saya akan tetap menjadi bayangan yang menakutkan untuk Anda), suara mengejutkan itu seketika membuat Richard ( - pelaku laki-laki ) terkejut campur takut.

"Portalo nella stanza delle esecuzioni!"

(Bawa dia ke ruang eksekusi!), perintah tegas sang bos yang langsung dilakukan oleh anak buahnya tanpa mengatakan basa basi lain.

"Bene"

(Baik), balas Pak Kim.

Korea Selatan, November 2019

Disebuah sekolah terkenal di kota itu tengah mengadakan pekan olahraga siswa yang dimana seluruh siswa diwajibkan mengikuti kegiatan selama pekan olahraga berlangsung. Tim pemandu sorak sedang melakukan aksinya sebelum pertandingan basket dimulai, para penonton pun sudah berada ditempatnya masing-masing. Suasana ramai sampai tidak ada satu tempat duduk pun yang tersisa. Suasana semakin riuh saat pemain basket memasuki lapangan, tidak sedikit dari mereka yang meneriakkan nama yang sama.

"NA YEON"

"NA YEON AKU MENCINTAIMU!!"

"KAKAK AKU MENCINTAIMU!"

"NA YEON BERSEMANGATLAH"

"KAU PASTI BISA"

Berbagai teriakan lainnya pun terdengar memenuhi tribun, semua itu teruntuk orang yang sama. Na Yeon, seorang siswa kelas sebelas dengan paras tampan dan tubuh ideal yang tentu saja ketampanannya membuat candu siapapun yang melihatnya.

Banyak diantara siswa lainnya yang menyukai Yeon, bahkan diantara mereka sampai menyatakan perasaanya secara terang-terangan. Namun, Yeon tentu saja tidak semudah itu tertarik kepada perempuan, dia juga memiliki selera dan tahu tipe seperti apa yang ia inginkan.

Permainan dimulai, kharismanya terlihat jelas bahkan saat di melompat dan melayang di udara untuk memasukan bola kedalam ring. Tampan. Salah satu kata yang tepat untuk mendeskripsikannya saat ini. Dia memang selalu terlihat tampan saat melakukan apapun. Na Yeon pun tidak menjadi satu-satunya yang tertampan disekolah itu ada siswa tampan lainnya yang bernama Kim Taehyung.

Berbeda dengan Na Yeon yang ramah, Taehyung memiliki aura dingin yang kuat, wajah tegas namun tidak terlalu kasar dan tidak menutupi kenyataan kalau dia lebih tampan dari Na Yeon. Namun, karena sikap dinginnya banyak orang menjadi takut mendekatinya terlebih kata-kata pedasnya yang seringkali muncul saat seseorang mencoba menggodanya. Taehyung benar-benar menjadi seorang siswa tampan tak tersentuh.

Pertandingan pertama telah berakhir dan dimenangkan oleh tim Na Yeon. Pertandingan final akan dimulai lima belas menit ke depan, Tim Na Yeon akan melawan tim lain untuk memperebutkan posisi pertama. Seorang gadis cantik berlari menghampiri Na Yeon lalu menyodorkan sebuah sapu tangan, namun dengan angkuh Na Yeon mengabaikannya dan memilih meminum minuman botol yang sedari tadi berada dalam genggamannya. Wajah gadis itu seketika berubah menjadi masam melihat balasan dari Na Yeon .

"Cih, lihat, kau baru saja mengabaikan aku? Kau lupa aku siapa? Aku ini kekasihmu!!"

"Kekasih? Ah benar, lebih tepatnya kau itu mantan! Jadi, berhentilah menyebutku kekasihmu! Itu terdengar menjijikan!" sarkas Na Yeon.

"Ka..

"priitttt!!!"

Peluit berbunyi menandakan pertandingan kembali dimulai, tim Na Yeon berlari memasuki lapangan. Namun, semua orang yang ada disitu dibuat terkejut saat Taehyung berjalan dengan gagah memasuki lapangan sebagai kapten. Tatapan datarnya tak menghalangi ketampanannya. Na Yeon mengeluarkan smirk nya menatap dengan tatapan mengejek ke arah Taehyung. Namun, Taehyung sama sekali tidak menghiraukan itu, dia bersikap seolah Na Yeon tidak terlihat.

Pertandingan dimulai, Taehyung dan Yeon tidak henti-hentinya beradu tatapan tajam. Keduanya bertarung dengan sengit di lapangan basket. Satu bola mengelilingi ring sebelum akhirnya masuk dan memberi poin untuk tim Na Yeon. Na Yeon tersenyum licik, namun Taehyung malah membalas senyum misterius yang membuat Na Yeon heran.

Tim Na Yeon sudah mendekati kemenangannya, namun tidak terlihat keputusasaan di wajah Taehyung yang sudah tertinggal jauh. Na Yeon tidak henti-hentinya tertawa menang dan mengejek Taehyung.

"Apa kau selemah ini setelah sekian lama? Aku pikir kau lupa caranya memegang bola" ujar Na Yeon saat sedang berhadapan dengan Taehyung.

"Aku pikir kau salah faham, ini belum berakhir, bahkan permainan sebenarnya baru saja di mulai." Balas Taehyung disertai senyum misterius.

Taehyung mengambil kesempatan untuk merebut bola dari Na Yeon saat Na Yeon lengah karena dibuat bingung oleh perkataannya tadi. Benar, Taehyung tidak bodoh dan dia cerdik, dia selalu punya strategi untuk mengalihkan perhatian lawannya. Dan satu lagi, Dia terlihat tampan meski dalam sikap santainya.

"Masuk!". Poin awal untuk Taehyung yang mengesankan, suara teriakan kembali terdengar untuk Na Yeon. Na Yeon terus menerus disemangati, Dia pun terlihat geram saat sadar Taehyung merebut bolanya.

"Sial!!" gerutu Na Yeon.

Taehyung kembali memasang wajah dinginnya, tidak, kali ini tatapan garangnya terlihat saat mendapati bola ditangannya. Tatapannya kini berubah seperti seekor singa yang kelaparan.

"Masuk!!". Untuk kesekian kalinya, Taehyung terus menerus menghajar tim lawan. Keadaan menjadi berbalik, Na Yeon menjadi lebih panik lagi saat tahu poinnya saat ini imbang. Sedikit ketakutan muncul diwajahnya, senyuman kemenangan itu tak lagi terlihat, kini yang ada hanya panik dan ketakutan yang sama sekali tidak bisa disembunyikan. Taehyung sendiri masih dengan sikapnya yang dingin.

Kini bola berada di tangan Na Yeon, saat Na Yeon hendak memasukkannya ke dalam ring, Taehyung mencegahnya lalu mengambil alih dan memasukannya ke ring lawan. Alhasil pertandingan dimenangkan oleh Taehyung, sang kapten basket yang hampir saja terlupakan, kini kembali membuat namanya yang dulu layu kembali berbunga.

Na Yeon tiba-tiba menjadi diam, dia dan pemain lainnya meninggalkan lapangan dan pergi keruang ganti. Di ruang ganti, bahkan Na Yeon masih menjadi diam sampai tiba-tiba,

"Siallllll!!! Aku pasti akan membalasmu! Kim Taehyung!! Aku akan membalasmu!!! " Ocehnya sambil menunjukkan tangannya keatas seolah sedang bersumpah.

Suaranya mengejutkan semua orang yang ada di ruangan itu, bahkan salah satu temannya berusaha menghentikannya, namun malah ikut dimarahi oleh Na Yeon.

"Yeon, tenanglah" ujar Do Shik.

"Diamlah! Kau tidak tahu aku sedang marah?? Aku marah!!" Teriak Yeon tak mempedulikan orang sekitarnya.

"Aku tahu, aku tahu!! Tapi tenanglah!" ujar Do Shik lagi sedikit berbisik dan mengisyaratkan agar Yeon diam.

"Bagaimana aku bisa diam? Taehyung siala...

Do Shik membungkam mulut Yeon menggunakan tangannya, sebisa mungkin membuatnya diam lalu perlahan mulai berkata.

"Kim Taehyung ada di belakangmu!" bisik Do Shik.

Mata Yeon membulat sempurna, seketika tubuhnya menjadi tegang. Dia bahkan tidak berani membalikkan badannya, dia memilih untuk pergi dari tempat itu membawa rasa malu yang tak lagi bisa ia sembunyikan. Sedangkan Taehyung yang keberadaannya tidak disadari oleh Na Yeon hanya diam setelah tahu sesuatu yang dilakukan Na Yeon tepat didepannya.

"Pecundang!" gumam Taehyung saat Na Yeon benar-benar pergi dari hadapannya.

Dahulu Taehyung dan Na Yeon adalah teman baik, Taehyung juga dikenal pribadi yang sangat ceria dan aktif. Namun, seolah rahasia besar telah terbongkar sikap Taehyung berubah drastis, dia berubah menjadi sosok pendiam, dingin bahkan sering kali dia menjadi sosok yang sangat pemarah jika ada yang mengusiknya. Tidak jarang dia terlibat perkelahian, bahkan lebih sering terlibat adu tinju dengan Na Yeon, meskipun Na Yeon selalu kalah ketika melawan Taehyung namun terlihat jelas dimata Na Yeon kalau perkelahian ini sama sekali bukan hal yang dia inginkan. Bagaimanapun juga dia tetap ingin berdamai dengan Taehyung, namun, hal itu bukanlah hal yang mudah, hal itu lebih sulit dari apapun yang pernah ia lakukan sepanjang hidupnya.

Na Yeon berjalan menelusuri lorong sekolah di ikuti Do Shik, teman baiknya. Gerak tubuhnya menunjukan kalau dia sedang memaksa dirinya untuk lebih santai. Salah satu kelemahannya adalah tidak bisa menutupi apa yang sedang dia rasakan saat ini. Namun, belum juga sampai di kelasnya, seorang perempuan menghalangi jalannya, perempuan yang sama dengan perempuan yang menghampirinya di lapangan tadi.

"Ji Eun?" ujar Na Yeon sedikit terkejut.

"Kenapa wajahmu seperti itu, kau lebih mudah terkejut setelah mengalami kekalahan ya? Aku tidak percaya kalau kau selalu kalah dari Taehyung! " ujar Ji Eun sedikit kasar.

"Enyah lah!" balas Na Yeon.

Na Yeon berjalan melewati Ji Eun begitu saja, namun Ji Eun lagi-lagi menghentikannya.

"Jangan pernah lupakan hal ini" ucapan itu membuat Na Yeon berhenti melangkah,

"Aku tidak pernah menyetujui keputusanmu untuk mengakhiri hubungan ini, bahkan tidak akan pernah!" sambung Ji Eun lalu berjalan mendahului Na Yeon.

Na Yeon dan Ji Eun memang sudah menjalin hubungan selama dua tahun. Sama halnya dengan hubungan persahabatannya dengan Taehyung, Na Yeon pun memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan Ji Eun, namun Ji Eun tidak pernah menyetujuinya. Bahkan beberapa kali Ji Eun mencoba bunuh diri karena Na Yeon berusaha melepaskan diri darinya. Namun, tentu saja Na Yeon tidak bisa membiarkan itu terjadi, bagaimana pun juga sesedikitnya perasaan itu masih tersimpan untuk Ji Eun. Sekali lagi, Na Yeon tidak bisa membohongi dirinya sendiri.

Ponsel berdering, tertulis "Paman Joo"

"Ada Apa?" jawab Nayeon dengan nada kesal.

"Tuan Muda... Tuan meminta Anda untuk pulang saat ini juga!"

"Apa sesuatu telah terjadi?"

"Saya hanya mengatakan hal diperintahkan saja!"

Na Yeon menutup telepon sepihak lalu terdiam, mencoba menebak-nebak hal apalagi yang terjadi kali ini.

"Yeon!!" Panggil Do Shik menyadarkan Na Yeon.

"Do Shik, aku harus pulang sekarang juga, bisakah kau membuatkan surat izin untukku?" ujar Yeon.

"Tentu sja, akan ku buatkan!''

"Terima kasih banyak, aku akan membalas mu lain kali, aku pergi dulu"

Na Yeon berlari ke parkiran menuju mobilnya lalu pergi begitu saja. Hal itu ternyata dipantau oleh Taehyung dari jauh.

"Dunia belum berubah, semuanya masih tunduk pada uang. Duniaku yang malang!" gumam Taehyung sebelum akhirnya memasuki kelas.

Sisilia, Desember 2019

Kehidupan Grizzy di Italia masih sama seperti biasanya.Sedikit berbeda karena dia lebih sering pergi ke tempat rahasia sendirian lalu datang dengan senyuman misterius yang entah darimana sumbernya. Grizzy juga sudah membersihkan semua perisak di sekolahnya memerdekakan Dong Il dari kejamnya para perundung di sekolah itu. Tentu saja, hal itu membuat Dong Il banyak berhutang budi pada Grizzy, dia terus menerus berjanji akan membalasnya meskipun dia tahu betul Grizzy adalah perempuan tangguh yang tidak terkalahkan. Dia tahu itu nyata dan hanya Grizzy yang seperti itu.

"Grizzy, apa kau punya waktu luang nanti malam? Aku sudah beberapa kali mengajakmu namun kau selalu sibuk!" ujar Dong Il pada Grizzy yang terus berkutat dengan tumpukan buku didepannya.

Hening. Dong Il belum juga mendapat jawaban, dia berfikir apa dia mengatakan sesuatu yang salah, atau dia tidak sengaja menyinggung Grizzy.

"Va bene, ceniamo insieme."

(oke, ayo makan malam bersama). jawab Grizzy.

"benarkah? ah maksudku, baiklah, dimana aku bisa menjemputmu?" ujar Dong Il terbata, dia bahkan tidak tahu apa yang ia katakan.

"Kau tidak bisa menjemput ku. Kita bertemu saja di tempat, aku akan mengirimkan alamatnya kepadamu!" ujar Grizzy lalu kembali larut dalam bacaan bukunya.

"Bene!"

(baiklah), balas Dong Il.

Malam pun tiba, Grizzy terlihat tengah bersiap dengan busana hitam-hitam yang sudah menjadi ciri khasnya. Seseorang memanggilnya dari luar kamar. Dengan senang hati Grizzy mempersilahkan orang itu masuk.

"Mau pergi kemana?" tanya Daniel.

"Makan malam dengan teman" jawab Grizzy singkat.

"Teman pria? Apa itu kencan?" Tanya Daniel lagi seketika membuat Grizzy menghentikan aktivitasnya.

"Aku tidak mengencani siapapun, aku tidak memiliki perasaan apapun untuk disimpan!" balasnya mulai dingin.

"Lalu, siapa yang akan percaya dengan perkataanmu?"

"Aku bahkan tidak membutuhkan seorang pun untuk percaya padaku, aku bukan orang baik!" sarkas Grizzy lalu pergi meninggalkan Daniel di kamar nya.

Grizzy mengambil kunci mobil yang tersedia lalu, melangkah cepat menuju basement rumahnya. Entah apa yang telah mengusiknya kali ini, Daniel sungguh membuatnya kesal. Namun, bagaimana pun juga dia tetap menghormati kakaknya itu, dia tidak akan bertindak lebih jauh, dia sudah berjanji pada dirinya sendiri meskipun dia tahu perkataan Daniel seringkali membuatnya marah.

Grizzy sudah sampai ditempat, dari dalam mobil dia dapat melihat Dong Il tengah duduk ditempat yang ia pesan. Dia sedang meyakinkan dirinya sendiri, mencoba membuatnya setenang mungkin dan melupakan apa saja yang Daniel katakan dirumah tadi.

"Aku tidak memiliki perasaan apapun kepada siapapun, ini bukan kencan, aku melindunginya bukan karena aku memiliki sesuatu yang spesial, melainkan aku tidak ingin melihat diriku seperti sembilan tahun yang lalu, saat aku melihat dua orang tidak berdaya itu dihakimi oleh manusia biadab, namun aku tidak bisa melakukan apapun. Aku tidak mau mengalami hal buruk itu untuk yang kedua kalinya. Lebih tepatnya apa yang aku lakukan saat ini adalah karena aku,," batinnya berhenti berbicara, lalu perlahan suaranya mulai terdengar tegas.

"Ho pietà di lui"..

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!