NovelToon NovelToon

Garis Adat Pernikahan

Menikahi kakaknya atau Tunangan dulu!

Sebuah motor terparkir disamping rumah sederhana bercat warna marun. Tidak ada perayaan yang mewah, karena hanya pertemuan dua keluarga saja. Suasana didalam sana masih hening.

Mereka baru saja tiba di rumah tersebut. Tampaknya pemilik rumah juga sedang berkumpul keluarganya. Ada dua anak gadis dan tiga anak lelaki dirumah tersebut. Ayah si wanita sudah cukup berumur terlihat dari ubannya yang mulai bermunculan.

Lelaki berpakaian koko dengan celana panjang itu duduk dikursi berhadapan dengan ayah dari si wanita yang sudah sedikit beruban. Dengan sopannya lelaki itu membuka suaranya.

" Kedatangan saya kemari untuk melamar anak bapak! "

" Nak, bapak tidak menolak lamaranmu. Jika kamu ingin menikah cepat, silahkan menikah dengan kakaknya, tapi jika bisa menunggu silahkan kalian tunangan saja dulu, " ucap lelaki yangs edikit berubah dengan pakaian batik itu.

Lelaki itu tampak menatap tidak percaya dnegan ucapan ayah dari si wanita. Sementara si gadis yang hendak dilamar tampak semakin tertunduk, dia terlihat sedih dengan perkataan tersebut.

"Mohon maaf pak, kenapa bapak mengajukan pilihan tersebut?"

" Begini nak Ahsan. Anak gadis bapak ada dua, kakaknya Raniyah belum menikah. Kan tidak baik si bungsu ini melangkahi kakak perempuannya. Banyak kejadian yang menikah melangkahi kakaknya pernikahannya tidak baik" Tutur ayah wanita yang dipanggil Raniyah

Terdiamlah semua yang ada diruangan tersebut. Ahsan yang hendak melamar Raniyah hanya bisa tertunduk, rupanya hanya masalah melangkahi yang menyebabkan dirinya harus menunda keinginan untuk menikah.

Padahal dalam hati Ahsan sangat ingin segera melangsungkan pernikahannya. Raniyah adalah wanita yang dulu di idam-idamkannya menjadi isteri dan ibu dari anak-anaknya kelak.

Sedangkan sekarang dia harus menilih kakaknya, sama sekali Ahsan tidak mengenal kakaknya, dari segi umur juga kakaknya Raniyah 5 tahun diatas umurnya. Belum terpikirkan sama sekali untuk menikah dengan wanita yang tidak dikenalinya.

" Bagaimana nak Ahsan?" Tanya ayahnya Raniyah.

" Kami perlu mempertimbangkannya dulu pak Ansori," Kata ayahnya Ahsan yang langsung buka suara begitu melihat anaknya mulai diam seribu bahasa karena kecewa.

"Ya, Pak Karim. Saya bisa mengerti itu. Mau bagaimana lagi, adat di kita memang begitu." Jawab pak Ansori ayahnya Raniyah.

Terdengar Raniyah. sedikit terisak, pak Ansori menyuruh isterinya untuk membawa Raniyah ke belakang. Sambil dituntun, Raniyah dibawa ke kamarnya. Dia memang sudah bisa menerka akan seperti itu kejadiannya. Karena ketika dia menyampaikan akan ada yang melamarnya melalui telpon, ayahnya sudah menolak dia untuk menikah melangkahi kakaknya.

Sampailah Raniyah dikamar, dirinya mulai terisak hebat. Ibunya menenangkan anak bungsu ity, tidak lama masuk kakak perempuannya dan duduk di tepi ranjang.

" Loh bu, kenapa bapak bilang gitu. Mana mau lah Haya nikah sama berondong. Temennya Raniyah kan dibawah Haya umurnya!" Ucap Haya kakak perempuannya Raniyah.

" Hus! Tenangin dulu adikmu!" Kata ibunya.

Haya perlahan mendekati adiknya yang menangis sesegukan diatas bantal. Tangan lembut Haya mengelus punggung adiknya.

" Dek, kakak juga juga gak mau sama Ahsan, bocil gitu. Sebenarnya kakak gak masalah kamu mau nikah duluan juga Dek." Tutur Haya.

" Tapi bapak ngomongnya kayak gitu kak ke Ahsan." Balas Raniyah.

"Kamu kan tau sendiri, bapak udah bilang ditelpon kalau lamaran aja gak apa-apa, kalau nikah ya harus nunggu kakak, kamu ngeyel sih de." Tutur Haya.

" Kak Haya, Iza cinta sama Ahsan." Ucap Raniyah.

" Iya de, gini aja sekarang. Kalau kalian berjodoh pasti akan bersatu kok. Ingat nabi Adam dan siti Hawa saja dipisahkan ratusan tahun oleh Allah akhirnya di pertemukan lagi di Jabal Rahman." Jelas kakaknya berusaha menghibur Raniyah.

Raniyah bangun dan terduduk diatas kasurnya, dia memperhatikan wajah kakaknya yang sudah berusia 29 tahun. Untuk ukuran seusianya dikampung harusnya sudah memiliki dua anak, tapi berbeda dengan kakaknya yang sibuk berkarir, apalagi sekarang dia memegang jabatan sebagai kepala sekolah disekolah swasta.

Bukan tidak ada lelaki yang suka pada Haya, hanya saja Haya memiliki sifat yang dingin dan jutek ke lelaki, membuat para lelaki banyak yang menjauh. Sifatnya sangat berbeda dengan Raniyah yang lebih ramah kepada lelaki. Sehingga banyak lelaki yang naksir ke Raniyah yang merupakan seorang guru PNS di salah satu sekolah negeri.

" Kak Haya!" Sapa Raniyah.

"Iya kenapa dek?" Jawab Haya.

"Kalau Ahsan siap tunangan dulu, kira-kira bakal lama gak nunggu kakak?" Tanya Raniyah menatap bola mata kakaknya.

" Huh!! Kamu doakan saja dek, semoga secepatnya kakak bisa menemukan jodoh kakak!" Jawab Haya sambil menatap potret wisuda Raniyah.

"Bapak mungkin takut kalau Rani nikah duluan, nasib Rani bakal kayak kak Radit yang kawin cerai terus. " Celetuk Raniyah ikut menatap potret keluarga saat dirinya wisuda.

"Mungkin de," Jawab Haya menghela nafasnya.

Tok tok tok

Suara pintu diketuk dari luar, ibu terdengar memanggil Raniyah karena Ahsan dan keluarganya hendak pamit pulang. Raniyah segera bangkit dari kasur dan menghabus air matanya. Dia keluar dengan Haya dibelakangnya. Keluarga Ahsan tampak tidak terlalu bahagia, entah apa yang sudah diputuskan oleh kedua orang tua mereka.

Raniyah pun berjalan mengantarkan keluarga Ahsan sampai pintu pagar. Sebelum pamit Ahsan melirik ke arah Raniyah yang sesekali tertunduk setiap mata keduanya bertemu. Ahsan pun menghampiri Raniyah.

"Insyaalloh kita akan tetap menikah Ra, yang penting kita sabar dulu sekarang!" Ucap Ahsan.

" Iya San." Jawab Raniyah.

"Aku jemput kamu besok!" Kata Ahsan sebelum pamit.

Raniyah pun mengangguk pelan. Ahsan pun pamitan ke orangtua Raniyah dengan sopan. Keluarga Ahsan pun meninggalkan pekarangan rumah Raniyah. Orang rua Raniyah langsung masuk ke dalam rumah, sementara Raniyah masih mematung diluar melihat kepergian keluarga Ahsan yang tidak menampilkan raut kebahagiaan sama sekali.

#Bersambung.....

Ribut

Suasana makan malam terasa dingin, Raniyah juga banyak diam. Kak Radit, anak kedua di keluarga Pak Ansori merasa keheranan. Dia mencukil nasi yang disajikan di meja makan. Memang dia saat acara lamaran tidak ada di rumah, dia kebetulan sedang di rumah mertuanya dan baru kembali selepas magrib.

" Ekhem.. Gimana de tadi lamarannya?" Sapa Kak Radit.

"Alhamdulillah, " Jawab Raniyah pelan dengan mata tertuju ke piring dengan tangan mengaduk-aduknya.

"Wah, berarti bakal ada hajatan lagi nih!" Seru Kak Radit sambil tertawa lebar.

Tidak lama istrinya Kak Radit mencubit pinganggnya, sontak Kak Radit langsung memberikan kode dengan alisnya. Isterinya Kak Radit menyimpan satu tangannya dimulut membuat kak Radit terdiam. Barulah dia paham ada yang tidak beres disana.

"Jadi, apa keputusan dari lamaran tadi?" Kata Kak Radit penasaran untuk memecahkan keheningan di ruang makan itu

"Bapak gak nolak lamaran, cuman suruh nunggu aja sampai Haya Nikah! Atau kalau dia ngebet nikah ya nikahin aja Haya." Tutur Ibunya.

" loh kok gitu bu!" Protes Kak Radit keheranan.

" Iya memang kenapa? Ibu gak mau keluarga kita kena bala karena kebiasaan anaknya yang nikah melangkahi!" Sahut ibu.

"Bu, Pernikahan Radit hancur kawin cerai bukan karena masalah melangkahi kak Fraz! Tapi memang takdir dari Allah Bu. Lihat anak bibi apa mereka cerai karena melangkahi kakaknya? tidak bu!" Protes Kak Radit.

"RADITT!!" Suara keras Kak Fraz mengelegar.

" Kenapa kak?" Kini Radit beralih menatap kakaknya yang duduk dikursi dekat Pak Ansori.

"Jangan naikkan suaramu dihadapan ibumu!!" Tegur Kak Fraz.

Dengan wajah masih marah, Kak Radit terdiam, tapi hatinya masih mengerutu. Suasana makan berlangsung benar-benar dalam keheningan. Sampai Kak Radit menyudahi makanannya dengan cepat dan langsung berdiri. Namun sebelum pergi dia berbicara.

"Bu, Bapak, pernikahan itu seperti kematian, tidak perlu sesuai urutan kelahiran. " Ujar Kak Radit langsung berjalan pergi menuju kamarnya.

Pak Ansori dan isterinya hanya saling berpandangan tidak membalaa perkataan Kak Radit. Semuanya langsung membubarkan diri, Raniyah memilih mencuci piring. Saat itu, kak Fraz langsung menghampiri sambil menyimpan piring kotor dan gelas.

" Kamu PNS, masih muda juga Ran. Gak perlu takut gak laku, nunggu Haya nikah sampe umur berapapun kamu bakal tetep banyak yang mau!" Tutur kak Fraz.

Raniya tidak membalas perkataan kakak pertamanya itu, dia memilih diam dan terus mencuci piring kotor lalu menyimpannya di rak piring. Kak Fraz pun berlalu, perlahan dipelupuk matanya meluncur buliran air mata. Dalam hati dia menolak perkataan kakak laki-lakinya.

Bukan masalah tidak laku yang menjadi pertimbangan, mungkin baginya mudah mendapatkan pasangannya lagi kelak, tapi akankah ada yang benar-benar tulus mencintainya seperti Ahsan.

Setelah selesai, Raniyah langsung masuk ke dalam kamar. Beberapa kali dia menghapus air matanya. Tapi tidak lama kemudian dia terhenti karena ada telpon masuk dari Ahsan.

"Belum tidur?" Sapa Ahsan diujung telpon.

" Belum, sebentar lagi."

" Kamu habis nangis ya? Rupanya Ahsan bisa mengetahui Raniyah yang habis menanggis dari hanya mendengar suaranya.

"emm. Rani takut kita gak nikah!"

"Sudah, kita berdoa saja semoga Allah menjaga hati kita dan menjodohkan kita!"

"Aamiin,"

"Udah dong jangan sedih lagi, kita kan masih boleh tunangan kata Bapak, hayo kamu mau kapan kita tunangan?" Seru Ahsan cukup membuat Raniya bersemu dan sedikit tersungging.

#Bersambung....

Cerita lelaki

Di serambi rumah, dua lelaki muda tengah bergitar, tampaknya Ahsan sedang menghibur dirinya yang sedang gundah gulanda akibat hasil dari lamarannya. Kecewa pastilah, dia tidak menyangka akan mendapatkan jawaban seperti itu dari ayahnya Raniyah.

Kamu segalanya, tak terpisah oleh waktu

Biarkan bumi menolak, 'ku tetap cinta kamu

Biar mamamu tak suka, papamu juga melarang

Walau dunia menolak, 'ku tak takut

Tetap 'ku katakan 'ku cinta dirimu

Ohh _ Mama Papa Larang (Judika)

Suara Ahsan mengalun penuh penghayatan sambil memetik gitarnya, sementara sahabatnya menikmati kepulan asap rokok yang keluar dari mulutnya, dan sesekali ikut nimbrung mengalunkan lagu. Begitu lagu selesai. Ahsan menyimpan gitarnya dan merebahkan badannya di tikar sambil menatap langit-langit rumahnya.

"Lo kenapa sih?" Tanya Hasyim.

" Gue lagi gelisah bro! Antara lamaran gue tadi itu di tolak atau ditangguhkan."

"Maksud lo gue kagak ngerti!"

"Gue tadi siang ngelamar Raniyah, tapi jawaban bapaknya, dia gak ngijinin gue nikah sama Raniyah sampai kakaknya nikah. Atau gue nikahin kakaknya Raniyah kalau mau. Sumpah gue gak habis pikir sama jalan pikiran bapaknya Raniyah!"

"Ya kalau menurut gue, simpel aja bro. Dulu aja nabi Musa dia naksir sama perempuan. Pas ngelamar ternyata kakaknya belum nikah, terus sama bapaknya diminta nikahin kakaknya dulu baru nanti nikahin adeknya. Ya lo mungkin bisa niru gitu, kan enak sekali dayung dua pulau terlewati."

" Gila saran lo! Mana bisa gak boleh jaman sekarang kayak gitu! Adek kakak tidak boleh dinikahi! Gimana sih loh! Pinter kabanlinger, santri aneh!!!"

Hasyim yang lulusan pesantren itu hanya nyengir kuda mendengar protes sahabat karibnya itu. Niat hatinya ingin menghibur sahabatnya yang sedang dilanda kebimbangan. Justru malah di ejek. Hasyim pun menyeruput kopi di sampingnya.

"Gimana hubungan Lo sama si Tuti?"

" Gue udah nerima undangannya."

" Maksud lo! Dia nikah?"

" Iya,"

"Innalillahi wa innalillahi rojiun Hasyimm nasibmu malang sekali."

"Kau doakanku yang baik-baik."

" Harusnya juga kau yang berdoa, kan dirimu yang sedang di dzalimi."

" Bener juga bro!!"

" Ah gimana sih lo!"

" Ya Allah berikan saya penganti Tuti, satu atau dua atau tiga atau empat juga tidak apa-apa saya akan menikahi semuanya."

" Gile lo ya!! Emang lo sanggup apa?"

" Ya elah soal nidurin gue sanggup!"

"Dasar lo omes! Soal nafkahin lahir loh mampu kagak, isteri empat gaya lo! Kerja lo aja nyangkul dikebon!"

"Eh jangan ngehina kerjaan gue! Bisa jadi tahun depan gue jadi bos kebon singkong!"

" Ya ya, terserah lo aja!!"

" Eh ngomong-ngomong kakaknya Raniyah cantik kagak? Kenalin aja ke gue!"

" Cantiklah! Tapi gue gak yakin loh bisa nafklukin cewe macan gitu!"

"Emang kenapa? Raniyah aja manis lembut, yaelah kakaknya pasti gak beda jauhlah keles!!"

"Tau ah!"Kata Ahsan.

Heninglah suasana malam itu, smeilir angin meneduhkan hati yang bimbang, tangan Ahsan meraih ponsel di saku celananya. Dia buka galeri di handphonenya. Dia menatap wajah wanita berbaju putih abu-abu yang berjejer dengan siswa lainnya. Itu adalah foto kenangan waktu SMA. Ahsan pernah sekelas dengan Raniyah waktu kelas 11. Wajah polos yang manis di foto itu terus dipandangnya. Ahsan hanya punya foto itu saja, meskipun mereka sudah dekat sekitar lima bulan. Rasanya segan meminta foto kepada Raniyah.

Senyumannya mengembang tatkala ingat bagaimana Raniyah dulu saat teman sekelasnya hendak memberikan kejutan hadiah ulang tahun dengan dilempari telor busuk, Ahsan berdiri depan Raniyah dan menghalangi telor itu mengenai Raniyah, saat itulah degup jantungnya terus berdetak.

"Eh kenapa sekarang lo senyum-senyum! Kesurupan?" Hasyim membuyarkan lamunan Ahsan yang sedang bernostalgia.

"Kagak!" Kata Ahsan sambil menyimpan kembali ponselnya.

"Yaelah, Lo. Eh gue denger ada pegawai magang di kantor lo?"

"Iya ada kenapa gitu?"

"Kenalin satu ke gue dong" Kata Hasyim sambil nyengir kuda.

" Aneh lo jadi cowok, centil amat sih!" Protes Ahsan.

Hasyim pun tersipu malu sambil mengusap tengkuk kepalanya. Ahsan mengelengkan kepalanya, dia melirik jam di ponselnya menunjukan pukul 11.05 malam. Ahsan pun mengajak Hasyim masuk ke dalam rumah, karena udara dingin mulai menusuk ke dalam kulitnya.

#Bersambung...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!