Berawal dari acara pernikahan sang kakak, siapa sangka Arya akan bertemu dengan sahabat lama nya, yah sahabat yang telah menikung dan membawa kabur calon mempelai pengantin nya dulu.
Arya begitu terkejut kala melihat ternyata Bryan adalah kakak tiri dari pengantin kakak nya, Arya tak menyangka mengapa dunia ini begitu sempit. Mengapa dirinya harus di pertemukan lagi dengan masa lalu nya.
Arya memutuskan untuk pergi menghindari Bryan daripada ia kembali teringat masa masa menyakitkan itu.
"Arya." Panggil Bryan berusaha mengejar Arya.
"Ada apa." Jawab Arya dengan wajah datar.
"Apakah kau masih marah padaku?" Tanya Bryan pelan.
"Ar, sungguh gue gak pernah berniat buat ngelakuin semua itu, sorry." Ucap Bryan tulus.
"Gue udah maafin." Jawab Arya namun masih dengan nada dingin dan datarnya.
"Ar, gue tau gue salah. Dan gue juga belum sempat meminta maaf sama lo waktu itu. Plis maafin gue." Ucap Bryan lagi.
"Segampang itu?" Tanya Arya dengan menautkan kedua alisnya.
"Gue tau lo kini sudah bahagia Ar, gue mohon lupakan kejadian yang lalu." Ujar Bryan.
"Dan juga gue sekarang sudah tidak bersama nya." Imbuh Bryan lirih.
"Hahaha, apakah kau di campakkan juga?" Tanya Arya dengan nada sinis.
"Ar, lo tau bagaimana gue dari dulu. Gue sama sekali gak nyesel karena pernikahan lo dan Tata batal. Karena kalau sampai itu terjadi gue gak jamin sekarang lo akan bahagia seperti sekarang." Ucap Bryan membuat Arya terdiam.
Arya berpikir memang ada benar nya bila dia dulu dia menikah dengan Tata apakah dia akan se bahagia ini, namun tetap saja ia masih merasa kesal dan tersakiti akibat penghianatan sahabat nya sendiri.
"Apa lo tau kabar nya saat ini?" Tanya Bryan pelan dan menatap wajah Arya dengan intens.
"Gue gak perduli." Jawab Arya singkat.
"Dia sakit." Ucap Bryan dengan wajah datar nya.
"Dia sendiri." Imbuhnya.
"Dan gue sudah bercerai dengan nya." Katanya lagi membuat Arya terkejut dan menatap ke arah Bryan.
"Sekali lagi gue minta maaf karena udah ngehancurin persahabatan kita dulu. Ah iya istri lo cantik dan baik ya, jauh lebih sempurna dari Tata." Ucap Bryan seketika membuat Arya menatapnya dengan tajam.
"Jangan macam macam lo?" Seru Arya.
"Hahahaha." Bryan tertawa. "Gue doain semoga kalian langgeng," ucap Brian lalu pergi.
Seperginya Bryan, Jenar pun datang dan menatap datar pada Arya yang kini masih melihat ke arah Bryan.
"Mas ... " panggil Jenar untuk ketiga kali nya namun Arya masih tidak bergeming sama sekali. Pikiran Arya melayang entah kemana. Ia memikirkan mengapa Bryan dan Tata bercerai, dan Tata sedang sakit. Sakit apakah? Begitulah kira kira pemikiran Arya.
"Mas Arya!" Teriak Jenar tepat di telinga Arya hingga membuat sang empunya terkejut.
"Astaga yank!" Ucap Arya terkejut dan mengusap dadanya.
"Jenar tuh dari tadi manggilin mas Arya loh." Ucap Jenar kesal.
"Maaf Je." Ucap Arya yang pikiran nya masih bercabang.
Deg!
Jantung Jenar seolah seperti terhenti sesaat saat suaminya memanggilnya dengan nama bukan sayang lagi. Jenar sebenernya mendengar perbincangan antara Arya dan Bryan. Jenar memang tidak mengenal Bryan namun saat nama Tata di sebut disitulah Jenar tau siapa Bryan. Dan hati Jenar begitu sakit kala melihat suaminya melamun setelah mengobrol dan membahas tentang Tata. Bahkan kini panggilan nya pun berubah. Entah sadar atau tidak yang jelas ucapan Arya membuat hati Jenar seperti tercubit.
"Ada apa?" Tanya Arya sambil menatap bingung ke arah Jenar yang malah terdiam.
"Gapapa, gak jadi." Jawab Jenar dengan wajah datar lalu pergi.
"Kamu kenapa sih?" Tanya Arya sedikit kesal saat berhasil mencekal tangan Jenar.
Jenar menoleh dan melihat ke arah Arya sebentar lalu menarik napasnya dalam. "Gapapa." Ucap Jenar melepaskan cekalan Arya lalu pergi.
Arya yang merasa Jenar sedikit berbeda di tambah pikiran nya yang kembali kacau membuat suasana hatinya semakin tak menentu.
"Aarrkkhhh!" Pekik Arya mengacak rambut nya frustasi.
"Encus, malam ini kalian tidur aja di kamar kalian yah, biar twin J sama aku." Ucap Jenar saat memasuki kamar twin J.
"Ah iya nona." Jawab kedua encus lalu mereka pergi keluar kamar karena twin J sudah tidur.
Jenar langsung merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur sambil menatap kedua anak nya.
Sesak, itulah yang ia rasakan saat ini. Jenar bingung mengapa begitu sulit mengutarakan isi hatinya. Mengapa ia malah lebih memilih diam menunggu agar Arya peka namun Arya sama sekali tidak peka juga.
Mengapa Jenar harus diam dan menangis sendirian memendam rasa sesak itu sendiri.
Jenar terisak dalam lamunan nya, hingga tak lama ia pun tertidur karena hatinya sudah lelah.
Ceklek!
Arya membuka pintu kamar twin J dan mendapati Jenar yang sudah tertidur pulang dengan memeluk Javie, sedangkan Javier sudah tidur di ujung dekat tembok.
"Sayang," panggil Arya lembut sambil mengusap kepala Jenar.
Jenar tak bergeming walau sebenarnya ia mendengar. Sebenarnya Jenar bingung dengan dirinya sendiri. mengapa ia harus marah mengapa ia harus diam seperti ini. Apakah ia marah hanya karena Arya memanggil nya dengan nama, atau dia marah karena mendengar nama mantan Arya. Jenar tidak tau dan Jenar tidak mau tau. Yang jelas untuk saat ini ia sedang ingin diam.
"Sayang, pindah ke kamar ya." tanya Arya.
Karena tidak mendapatkan respon, Arya pun hendak mengangkat tubuh Jenar namun Jenar malah memeluk Javie hingga membuat arya mengurungkan niatnya.
Dengan perasaan kecewa dan kesal, akhirnya Arya memilih keluar kamar dan kembali ke dalam kamar nya. Di dalam kamar ia terus berpikir dimana kesalahan nya hingga membuat Jenar mendiamkan nya.
Saat Arya sedang berfikir tiba tiba nama Tata kembali mengusik pikiran nya.
Arya pun segera mengambil ponselnya untuk menghubungi Arlan agar mencari tau bagaimana keadaan Tata. Sedangkan Arlan yang mendapat tugas seperti itu di jam kunti sangat terkejut. Bagaimana bisa Arya meminta nya untuk mencari tau kabar mantan nya. Untuk apa?
Dengan mata setengah mengantuk, Arlan hanya menjawab dengan Iya lalu setelah panggilan terputus, Arlan langsung mengumpat Arya.
Pagi hari. .
"Duh jagoan mommy sudah pada ganteng." Ucap Jenar saat melihat kedua jagoan nya sudah mandi dan wangi.
"Mi mi mi mi." Ucap Javie merentangkan kedua tangannya minta di gendong.
"Mam mam mam mam." Ucap Javier juga merentangkan kedua tangan nya.
"Bagaimana Mommy bisa menggendong kalian berdua hem?" Tanya Jenar terkekeh sendiri.
Pagi ini Jenar sama sekali tidak kembali ke kamar nya, ia menyuruh encus agar mengambil kan baju Jenar yang baru di seterika dan belum di letakkan dalam kamar nya, makanya ia memilih mandi di dalam kamar twin J.
"Ayo kita jalan sama sama oke." Ucap Jenar lalu menggandeng tangan twin J untuk berjalan.
Untung nya twin J sudah lancar berjalan, jadi Jenar tidak terlalu kerepotan, sedangkan encus hanya mengikuti dari belakang.
Sedangkan Arya masih di dalam kamar karena menunggu Jenar yang tak kunjung kembali dari kamar twin J. Arya yang sudah terbiasa di layani oleh Jenar benar benar sangat kerepotan saat Jenar tak membantu nya bersiap.
"Astaga Je ada apa dengan mu." Ucap Arya begitu kesal sambil memasang dasi yang sedari tadi selalu salah. Entah mengapa karena sudah terbiasa di pakaikan oleh Jenar atau sudah terlalu lama ia tidak memasang dasi sendiri sehingga ia merasa kali ini begitu sulit padahal duku sebelum menikah ia selalu melakukan nya sendiri.
"Je kenapa wajah kamu pucat begitu? Kamu sakit?" Tanya Tamara seketika mengalihkan perhatian semuanya dan menatap ke arah Jenar yang sedang memijit leher belakang nya.
"Ah enggak kok Mah." jawab Jenar.
"Mami, Aiden mau roti." Ucap Aiden manja kepada Chaca.
"Pakai apa sayang?" Tanya Chaca tentang selai.
"Nanas." jawab Aiden.
"Kamu mau apa Mas?" Tanya Chaca pada Dimas.
"Hemm aku juga nanas aja." Kata Dimas sambil terus menatap ke arah Jenar dan Arya yang kini duduk di sebelah kiri nya.
"Duh yang punya mami baru, manja nya gak ketulungan." Cibir Bian.
"Biarin wle. Iri bilang bos." Jawab Aiden sambil memakan roti nya.
"Cih sorry ya, gue bukan anak kecil." Kata Bian.
Adi dan Tamara merasa sangat senang melihat Chaca dan Aiden yang begitu dekat dan sudah seperti ibu anak kandung.
"Jenar." Panggil Chaca saat melihat Jenar malah memejamkan matanya sambil memijit kepala nya.
"Are you oke?" Tanya Chaca lagi.
Jenar melirik ke arah Arya yang masih fokus dengan sarapan nya. Lalu ia tersenyum ke arah Chaca dan Tamara yang nampa sangat khawatir dengan nya.
"Hemm Jenar akan melihat twin J dulu ya Mah, Pah." Jenar Mulai memundurkan kursinya lalu berjalan perlahan menuju taman dimana twin J tengah bermain.
"Tapi kamu belum sarapan Je?" Kata Tamara.
"Jenar belum lapar Mah. Bentar yah sepertinya twin J nangis." ucapnya lalu pergi.
'Astaga ini kenapa kepala rasanya kaya mau pecah sih.' Ucap Jenar yang kini malah memilih mendudukkan dirinya di kursi di teras dan menyandarkan kepalanya pada dinding.
"Arya, kamu ada masalah apa sih sama Jenar?" Tanya Tamara.
"Gak ada Mah." Jawab Arya singkat.
"Gak mungkin gak ada, tapi kamu cuek begitu sama Jenar. Kamu gak lihat wajah nya pucet begitu." Kata Tamara.
"Mah, Arya gak tau. Dia sendiri yang mendiamkan Arya dari kemarin. Dan bahkan pagi ini ia tidak kembali ke kamar. Dia malah milih tidur sama anak anak." Ucap Arya kesal.
"Jenar gak mungkin kaya gitu kalau gak ada penyebab nya." Ucap Chaca keceplosan ikut berkomentar, laku sedetik kemudian ia menutup mulutnya dengan kedua tangan nya lalu menunduk tidak enak.
"Nah bener itu kata Chaca, Jenar tidak mungkin begitu kalau tidak ada penyebab nya." Ucap Tamara menatap tajam ke arah Arya.
"Sudahlah mah, Arya berangkat dulu." Ucap Arya lalu segera pamit ke kantor karena ia harus menerima laporan dari Arlan.
Sebelum berangkat ke kantor, Arya menyempatkan dirinya untuk melihat keadaan Jenar. Bohong bila ia tidak khawatir, ia sangat khawatir namun hatinya masih bimbang antara ego dan marah pada Jenar.
Arya melihat Jenar tengah duduk sambil melihat twin J yang sedang berlari lari dengan encus nya. Arya ingin menghampiri Jenar namun suara dering hape membuat nya mengurungkan niat untuk menghampiri Jenar.
"Baiklah, aku akan segera ke sana." Ucap Arya dan langsung mematikan telfon nya lalu kembali berjalan menuju mobil dan ke kantor nya.
Sepanjang perjalanan pikiran Arya bercabang menjadi dua bagian. Ia sangat mencintai Jenar namun tak bisa ia Pungkiri bahwa ia juga khawatir dengan keadaan Tata. Ucapan demi ucapan yang Bryan lontar kan beberapa hari yang lalu selalu terngiang ngiang di kepala nya.
"Gue udah ngerelain dia buat lo tapi kenapa lo malah sia sia in dia brengsek!" Umpat Arya pelan sambil memukul setir mobilnya.
"Bisa bisa nya lo ninggalin dia di saat dia lagi kaya gini. Lo bener bener b@jing@n Bry!' Seru Arya lagi.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!