Roby Alexis, pria keturunan Inggris yang kini menetap di Indonesia.
Dia memiliki seorang ayah yang bekerja sebagai kepala kepolisian di New Castle Inggris.
Roby lahir dari seorang wanita berkewarganegaraan Indonesia yang bekerja di Inggris sebagai ahli forensik di salah satu rumah sakit ternama di sana.
Awal pertemuan Deinard dan Jennifer karena pekerjaan mereka yang saling berhubungan, dan karena seringnya bertemu, akhirnya benih-benih cinta itupun muncul dan menjadikan mereka sebuah pasangan.
Roby mempunyai seorang adik laki-laki yang usianya terpaut 7 tahun darinya.
Awalnya mereka adalah keluarga yang sangat bahagia.
Mereka adalah keluarga yang berkecukupan namun bukan juga keluarga kaya raya.
Deinard tinggal bersama dengan Jenni dan Rocky, sedangkan Roby tinggal di sebuah apartemen yang letaknya berdekatan dengan tempat dia menuntut ilmu.
Roby tinggal di apartemen, karena letak rumah mereka dan kampus harus menempuh jarak ±5 jam. Jadi mau tidak mau Roby harus rela tinggal berjauhan dengan keluarganya.
Saat itu Roby masih berusia 19 tahun dan menjalani pendidikan di Oxford university London.
Namun semua kebahagiaan mereka harus berakhir saat ayahnya yang bernama Deinard Alexis harus mengatasi kasus pembunuhan seorang wanita yang melibatkan salah satu anggota dewan di daerah tersebut.
Deinard mendapat laporan tentang kematian seorang wanita yang sudah bersuami yang belakangan diketahui bahwa wanita itu adalah istri simpanan dari anggota dewan yang bernama Willard Jonassen.
Mayat wanita itu ditemukan dalam keadaan tenang seperti orang sedang tertidur, Namun setelah di teliti oleh Jenni, yang tak lain adalah istrinya sendiri. Deinard mendapati laporan bahwa wanita itu mati disebabkan oleh cairan yang bernama Tetrotodoxin (TTX). Racun yang berasal dari cairan yang didapat dari ikan buntal ini menyerang sistem saraf pada daerah tenggorokan hingga ke paru-paru.
Racun ini jarang terdeteksi karena gejalanya yang menyerupai gejala pada orang yang terkena panas dalam, yaitu : tenggorokan kering, sulit menelan saat makan, lalu kesulitan dalam berbicara dan berujung dengan koma dan berakhir pada kematian.
Deinard mencoba mengolah tempat kejadian perkara (TKP) demi menemukan sebuah petunjuk sekecil apapun, namun sayangnya pelaku sudah sangat terlatih. Dia bekerja tanpa meninggalkan jejak sedikitpun.
Deinard pun akan mulai mencari informasi dari orang terdekat korban, yaitu suami korban yang bekerja menjadi juru bicara di kerajaan.
Saat Deinard mendatangi rumah yang dihuni oleh Willard beserta istri pertamanya. Deinard harus lebih bersabar karena saat itu mereka mengatakan bahwa Willard sedang mengalami gangguan pernafasan yang membuat dia sulit bernafas dan harus dibantu dengan selang oksigen.
Deinard pun kembali ke kantornya dan memutuskan untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut esok hari. Hari ini dia memilih menyudahi sesi penyelidikannya pada Willard selaku suami korban.
Setelah tiba di kantor dan merapihkan atribut yang selalu dia pakai saat bertugas, kini dia melajukan mobilnya ke arah rumahnya.
Deinard tidak menyadari bahwa sebuah mobil Jeep clasic berwarna hitam terus memantau dan mengikuti gerak-gerik Deinard.
Sesampainya di rumah, Deinard disambut oleh sang istri dan anak bungsunya Rocky Alexis yang berusia 12 tahun.
"Hai guys, im coming." sapa Deinard begitu membuka pintu.
Rocky yang mendengar Deinard datang, langsung berlari dan melompat bak anak koala ke dalam pelukan ayahnya.
"Dad, you home?"tanya Rocky yang heran karena tidak biasanya Deinard pulang siang hari.
"Yes little boy."
"Not daily, dad."
"Ya. Because we will play together." ucap Deinard menyenangkan anaknya.
"Really?" ucap Rocky berbinar.
"Of course my boy."
Karena mendengar suara tawa Rocky yang sangat nyaring, Jennifer keluar dari kamarnya. Dia penasaran apa yang dilakukan oleh Rocky dan dengan siapa Rocky bicara hingga tawanya terdengar sampai ke kamar.
Begitu melihat sang anak sedang bermain dengan Deinard, Jenni cukup terkejut. Karena ini adalah belum waktunya Deinard pulang.
"Kamu udah pulang dad?" tanya Jenni sambil mendekat.
"Ya, aku lelah dan ingin istirahat."
"Kalau ingin istirahat, kenapa tidak langsung ke kamar. Bahkan kamu malah bermain dengan Rocky sampai keringat dinginmu mengalir deras."
"Ya. Maaf." jawab Deinard lemas.
"Any problem dad?" tanya Jenni karena melihat Deinard yang wajahnya terlihat pucat.
'No, everythings its okay." kilah Deinard pada Jennifer.
Jenni sebenarnya tau, apa yang sedang dipikirkan oleh suaminya. Namun Jenni tidak akan memaksa Deinard untuk cerita, dia sadar bahwa pekerjaan yang dilakukan oleh Deinard itu membutuhkan konsentrasi yang tinggi, jadi Jenni hanya mendukung dan membantu bila memang dirasa Deinard membutuhkannya.
Jenni mengajak Deinard untuk makan terlebih dahulu, baru setelah itu Jenni mengajak Deinard untuk beristirahat.
Tak lama kemudian Deinard langsung terlelap, saat ingin keluar dari kamar, Jenni mendengar ponsel Deinard berdering dan di layar tertera nama Gerald.
"Hallo Gery." Jenni yang menjawab telepon dari Gerald.
"Oh hai Jenni, apa Dein ada dirumah?"
"Iya, dia sedang istirahat. Ada apa Gery?, apa ada masalah? ”
"Ah tidak ada, aku hanya mau memastikan bahwa dia ada dirumah. Sebab setelah dia pergi ke rumah keluarga Jonassen, aku tidak melihat Dein kembali ke kantor."
"Apa Dein pergi sendirian kesana?"
"Ya, aku sudah bilang padanya untuk membawa satu atau dua orang anak buah tapi Dein menolak."
"Oh begitu."
"Tapi dia baik-baik saja kan."
"Ya, tadi dia bilang hanya sedikit lelah dan ingin istirahat maka dari itu dia memutuskan untuk
kembali ke rumah saja."
"Its okey Jenni, kalau begitu aku tutup ya."
"Ya, Thanks Gery."
...----------------...
...----------------...
Terima kasih buat yang udah mampir lagi di cerita kelanjutan Boss Gila Ku, yang berkisah tentang R Couple.
Untuk bab perkenalan sedikit dulu ya. Aku masih mengatur jadwal ku kembali setelah Ramadhan.
Tetap aku ingatkan, jangan lupa vitaminnya dan juga suplemenya dikondisikan untuk author tercinta kalian. 😁😁😁✌✌
Next
👏👏👏
Keesokan harinya, Deinard kembali mendatangi rumah Willard jonassen untuk mendapatkan keterangan perihal kematian istri simpanannya itu.
Saat dia sampai di depan gerbang rumah mewah milik Willard, Deinard melihat beberapa pelayan nampak sibuk memasukan beberapa koper kedalam mobil milik Willard.
Mengetahui hal itu, Deinard langsung bergegas turun untuk menghampiri Willard sebelum dia pergi. Deinard dihalangi oleh penjaga pintu dan tidak diperkenankan masuk, namun Deinard tetap memaksa dan mengancam akan memasukan penjaga itu ke dalam sel jika menghalanginya untuk masuk.
Akhirnya, dengan sedikit drama dan ancaman, Deinard diizinkan masuk. Lalu dia lekas masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, karena memang pintu depan yang sedang terbuka.
Tidak ada yang menyadari akan kedatangan Deinard, karena mereka tengah sibuk berkemas seperti hendak pindah rumah. Namun Deinard melihat Willard yang berdiri membelakangi Deinard sedang bicara dengan seseorang di telpon, dan tampaknya Willard baik-baik saja tidak seperti orang yang kemarin mengalami gangguan pernafasan.
"Selamat pagi tuan Willard." sapa Deinard mengejutkan seluruh penghuni rumah, terutama Willard yang langsung memutuskan pembicaraannya di telpon.
"Selamat pagi kepala polisi Deinard, apa ada yang bisa saya bantu?" tanya Willard berusaha tenang untuk menutupi rasa terkejutnya karena Deinard bisa masuk ke dalam rumahnya.
"Sepertinya anda sedang berkemas, memangnya anda mau kemana tuan Willard?" Deinard bertanya dengan skeptis.
"Oh, ini hanya merapihkan barang-barang yang tidak terpakai saja." kilah Willard.
"Tapi saya lihat anda sudah rapih sekali, dan bukankah kemarin anda terkena gangguan pernafasan!, tapi hari ini anda terlihat baik-baik saja bahkan terlihat sangat sehat." Deinard mengamati setiap sudut rumah Willard.
"Sa... Saya baru merasa sedikit lebih segar, hanya saja saya bosan jika berlama-lama di tempat tidur. Jadi saya ada disini sekarang." jawab Deinard sedikit terbata.
"Begini tuan Willard, kedatangan saya kemari adalah, saya ingin bertanya sedikit perihal kematian nyonya Yeslin yang tak lain adalah istri simpanan anda. Siapa tau anda punya sedikit informasi." Deinard duduk tanpa dipersilahkan oleh Willard.
"Kematian Yeslin tidak ada hubungannya denganku." tolak Willard yang akan di tanya oleh Deinard.
"Saya tidak mengatakan kalau itu semua ada hubungannya dengan anda, saya bilang siapa tau anda memiliki informasi perihal nona Yeslin." skak Deinard yang membuat wajah Willard berubah pucat karena telah salah bicara.
"Oh maaf, saya salah sangka." Willard mencoba menghilangkan kegugupannya.
"Tidak apa tuan, jadi begini tuan Willard, sudah berapa lama anda mengenal dan menjalin hubungan dengan nyonya Yeslin?"
"Kurang lebih 2 tahun."
"Apa istri pertama anda mengetahui tentang nyonya Yeslin?"
"Ya, dia mengetahuinya."
"Selama menjadi istri anda, apa kegiatan nyonya Yeslin sehari-hari?"
"Dia memiliki sebuah butik ternama, dan juga beberapa resto yang dia kelola sendiri. Untuk kegiatan sehari-hari, saya tidak terlalu tau karena kami berdua sama-sama sibuk."
"Apa anda mengenal teman-teman atau orang-orang yang sering berinteraksi dengan nyonya Yeslin?"
"Saya tidak tau siapa saja teman-teman Yeslin, saya hanya tau Yeslin suka berkumpul di salah satu resto miliknya."
"Apa ada seseorang yang mungkin anda curigai?" tanya Deinard dengan tatapan menyelidik.
Karena pertanyaan yang sudah mulai tidak dapat terkontrol, Willard mencoba menghentikan tanya jawab itu.
Dia berpura-pura kembali mengalami sesak nafas dan dengan sangat terpaksa Deinard harus menyudahi tanya jawab itu.
"Maaf tuan, sepertinya tuan Willard tidak bisa menemani anda lebih lama." ucap kepala pelayan itu pada Deinard.
Deinard menghela nafas "Ok, kalau begitu jaga tuan kalian. Rawat dia sampai pulih, karena aku akan kembali lagi." ucap Deinard sambil berlalu pergi.
Setelah mendapat laporan dari kepala pelayan bahwa Deinard telah pergi. Willard menghubungi seseorang dan bicara sesuatu yang serius.
Sedangkan Deinard yang sedang dalam perjalanan, dia merasa bosan. Jadi dia memutuskan untuk menghubungi istrinya dan mengatakan kalau dia akan menjemputnya di rumah sakit.
15 menit kemudian Deinard tiba di rumah sakit dan langsung menuju ke ruangan milik istrinya. Dia berhenti di depan pintu yang bertuliskan Alexis Room.
Deinard masuk setelah mengetuk pintu dan mendapat izin dari istrinya.
"Hai honey." Deinard mencium bibir Jenni sekilas.
"Kau tidak kembali ke kantor?" tanya Jenni.
"Tidak, aku bosan dengan suasana disana. Jadi aku memilih untuk menjemputmu saja." Deinard memeluk Jenni yang tengah merapihkan mejanya.
"Kamu manja sekali ya hari ini."
"Apa tidak boleh?"
"Tentu saja boleh."
"Bagaimana kalau hari ini kita jalan-jalan!, kita jemput Rocky di sekolah."
Deinard memberikan ide.
"Ide bagus."
"Aku juga ingin menemui Roby, aku akan memintanya mengambil cuti untuk esok hari. Jadi hari ini kita akan menjemput anak-anak dan besok kita akan pergi jalan-jalan." Deinard menciumi pipi Jenni dari belakang.
Jenni membalik tubuhnya ke hadapan Deinard.
"Aku senang kamu menyempatkan waktu untuk bersama kami, sudah lama sekali kita tidak memiliki Quality time. Aku mencintaimu Dein." ucap Jenni dengan senyum tulus.
"Aku juga mencintaimu dan anak-anak." jawab Deinard.
"Kalau begitu ayo berangkat." Jenni menggandeng lengan Deinard dan berjalan menuju ke tempat parkir.
Sebelum tiba di sekolah Rocky, Jenni menghubungi Roby dan mengatakan tujuannya tadi. Roby sangat antusias atas apa yang di rencanakan oleh orang tuanya.
Setelah menjemput Rocky, mereka melanjutkan perjalanan menuju Oxford university untuk menjemput Roby. Tapi di tengah jalan, mobil yang dikendarai oleh Deinard di pepet oleh 2 mobil tak dikenal.
Mereka juga mulai menembaki mobil Deinard, sontak saja Deinard langsung melajukan mobilnya lebih cepat dan menghindari mereka. Karena sekarang ini Deinard tengah mengajak istri juga anaknya, dan Deinard tidak mau membahayakan keluarganya jika harus melawan mereka, walaupun sebenarnya Deinard masih sanggup.
Kejar mengejar pun tak terelakkan, Deinard mengeluarkan pistol yang berada di bawah dashboard.
"Rocky, bersembunyi di bawah." ucapnya pada Rocky.
"Sayang hubungi Gerald, suruh dia lacak keberadaan kita dan minta dia kirimkan bantuan." Deinard menyerahkan ponselnya pada Jenni.
Jenni mengikuti instruksi dari Deinard dan berusaha untuk tetap tenang.
Tembak menembak terus terjadi, Deinard masih terus berusaha menghindari hujaman peluru yang ditujukan pada mobilnya.
Sedangkan Roby yang sudah menunggu selama 6 jam merasa aneh, padahal biasanya ayahnya paling akan memakan waktu 5 jam. Roby berinisiatif menghubungi ibunya dan setelah beberapa lama baru ada jawaban dari sana.
"Hallo mom."
"Sayang, sepertinya kami tidak bisa menjemputmu." jawab Jenni dengan terengah-engah.
"Ada apa mom?" Roby mulai khawatir.
"Dengar sayang, kau harus jaga diri baik-baik. Kami semua menyayangimu."
"Mom, sebenarnya ada apa?"
"We love you son."
"Mom, kalian dimana?. Cepat katakan kalian dimana?, aku akan menjemput kalian."
"No son." ucapnya terputus-putus.
"Mom!, jika kau tidak mengatakannya aku akan membencimu mom." teriak Roby frustasi.
"Mommy bahagia dibenci oleh mu."
...----------------...
...----------------...
...----------------...
Next
👏👏👏
Roby Alexis.
Pria keturunan Indonesia Inggris berusia 30 tahun.
Sulit ditebak, kadang berselera humor tinggi, sedikit bicara, dan agak misterius.
Rena Halim.
Wanita asli Indonesia berusia 25 tahun.
Pendiam, pemalu, sedikit tertutup, keras kepala namun mempunyai kepedulian tinggi terutama pada orang-orang terdekatnya.
Boy Kendrik.
Pria keturunan Indonesia Turki berusia 29 tahun.
Ramah, mudah bergaul, murah senyum namun tegas dalam mengambil keputusan.
Gaby Manuela.
Wanita asli Amerika berusia 32 tahun.
Lincah, berani, cekatan dan sedikit agresif.
Willard Jonassen.
Pria keturunan Amerika Pakistan berusia 35 tahun.
Otoriter, penuh teka teki, sedikit bicara dan serakah.
...----------------...
...----------------...
Semoga kalian suka dengan visualnya dan semoga cocok dengan karakter pada tokoh di cerita ini.
Next
👏👏👏👏👏
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!