Sarah Fergueson adalah gadis remaja berusia 16 tahun yang duduk di kelas dua sekolah menengah atas. Sarah memiliki tubuh tinggi dan berisi, matanya yang besar dengan netra sebiru lautan itu mampu menenggelamkan siapa saja yang menatapnya. Hidungnya mancung, bibirnya penuh dan mungil sangat menggemaskan, menggoda.
Ia memiliki seorang sahabat yang bernama Naina James, tentu tak kalah cantik darinya, membuat dua gadis itu menjadi sorotan pria di sekolah maupun di luar sekolah.
Sarah menikmati hari minggunya dengan menghabiskan waktu bersama sahabatnya dari berbelanja, nonton, pergi makan dan sebagainya.
Seperti remaja pada umumnya, keduanya menyukai hal-hal yang menantang, terkadang sedikit nakal, ah tidak! Sangat nakal, satu hal yang sangat nakal yang mungkin akan merubah hidup Sarah.
"Hai, Ma, Pa," seru Sarah yang baru pulang, ia menyapa kedua orang tuanya yg saat ini sedang asyik menonton TV di ruang keluarga.
"Baru pulang?" Tanya Mamanya yg bernama Venita Fergueson, Sarah mengangguk, mencium pipi Mama kemudian Papanya yg bernama Jasson Fergueson.
"Iya, Sarah naik dulu, mau istirahat," tukas Sarah.
Kemudian Sarah naik ke kamarnya, melemparkan beberapa tas belanjaannya ke sofa.
Setelah itu, ia bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelahnya, ia mengepang rambutnya, merangkak ke atas ranjang dan berniat tidur.
Baru beberapa menit ia memejamkan mata, ponselnya yang membuat Sarah menggerutu kesal.
"Apa, Naina?" teriaknya setelah menjawab panggilan sahabatnya itu.
"Sarah, apa barang ku ada ke ikut kamu? coba cek deh!"
"Uff, nanti ya. Aku ngantuk, sumpah!"
"Sar, please! Ini sangat penting." terdengar nada paksaan Naina yg membuat Sarah mau tak mau harus membuka mata nya, merangkak turun dan mencari tas yg Naina maksud.
Dan ia menemukan satu paper bag yg seperti nya memang bukan milik nya.
"Sudah ketemu belum?" Naina bertanya dengan tidak sabar
"Yeah," jawab Sarah dan ia mengeluarkan sebuah barang tak asing namun tak pernah Sarah miliki. "Oh God, lingerie!" pekik Sarah dan kemudian ia tertawa terbahak bahak "Seriously, Naina? Lingerie? For what, Bebs?"
"Shut up, Fergueson. I just want to try it!"
"For Jacob, uh?" ledek Sarah sambil tertawa. Lingerie berwarna merah terang itu sejujurnya membuat Sarah bergidik ngeri dan ia tak tahu kenapa sahabatnya itu membelinya. Apakah untuk di pakai bersama Jacob? Oh no, Jacob adalah pacar Naina, tapi Naina mengatakan mereka belum pernah melakukan sesuatu yg lebih dari ciuman saja. Ya, Naina masih ingin menjaga aset berharganya sampai menikah, sama seperti Sarah. Tapi kenapa Naina membeli itu?
"Of course no, Sarah. Aku cuma kebetulan liat itu tadi pas kamu di toilet, terus itu kayak seksi banget gitu, eh ke pengen...."
"Hah? Ke pengen? Oh God, Naina. Nyebut, Naina, nyebut...!" serunya sambil terkikik dan terdengar Naina yang menghela nafas berat disana.
"Bukan ke pengen yang gituan, bocah! Pengen beli aja. Ish, kamu nih. Fikiran tuh kotor terus ya sejak ciuman sama si Tuan Lake itu!"
"Husshh! Kita udah janji akan melupakan itu ya!" tegas Sarah panik.
"Haha haha, takut ya ke tahuan?"
"Takut sih nggak, cuma khawatir aja. Kalau sampai dia tahu wanita itu aku, matilah aku, Naina. Kak Will akan membunuhku! "
"Haha, engga akan lah, lagian semua bukti sudah kita hancurkan."
"Ya sudahlah, besok aku bawa ke sekolah nih barang laknat, sekarang aku mau tidur, bye!"
Sarah langsung mematikan sambungan teleponnya dan ia kembali ke ranjang, hari sudah sore, namun ia merasa sangat lelah dan mengantuk.
Dan soal ciuman dengan Lake itu?
Ah lupakan, pria itu sangat beruntung karena mendapatkan first kiss Sarah.
"Uf, lupakan itu, Sarah. Jangan ingat ingat lagi!" Sarah menggelengkan kepalanya berulang kali. Dan kali ini, ia benar benar harus tidur.
..........
Sarah membuka matanya saat hari sudah hampir gelap, ia menguap dan memaksakan diri untuk turun dari ranjang empuknya atau mamanya akan marah.
Sarah turun dari kamarnya, ia berjalan sambil sesekali menguap dan menggaruk kepalanya. Rambutnya yg di kepang pun sudah berantakan.
Di sofa, ia melihat Kakaknya, William Fergueson, sedang mengobrol bersama kedua orang tua mereka dan juga sahabat kakaknya yg bernama Devano Lake, mereka tampak sangat serius, namun itu bukan hal baru bagi Sarah.
Kedua orang tau Sarah, dan juga William adalah seorang pebisnis yg cukup tajir, mereka memiliki tiga perusahaan, dua masih di kelola Jason dan Venita, sementara satu perusahaan lagi milik William, yg William bangun sendiri dari nol.
Dan pria itu, Devano Lake, juga seorang CEO, memiliki beberapa perusahaan yg cukup besar, kedatangannya kerumah Sarah bukanlah hal baru, membicarakan hal serius juga bukan hal baru, paling mereka membicarakan berbagai macam pekerjaan, saham, atau apapun yg berhubungan dengan perusahaan.
"Sarah, kesini!" tegas Jason pada putrinya itu. Sejujurnya, Sarah tak nyaman karena ia tak dekat sama sekali dengan Devano. Dia memang sahabat kakaknya, tapi tak pernah berinteraksi dengan Sarah.
Devano adalah pria yg sangat kaya tapi dingin, sangat tampan, tubuh tinggi bak model, wajah mempesona bak dewa yunani. Mata setajam elang, bibir yg sangat seksi dan jujur saja terasa manis bagi Sarah, tapi banyak gosip yg beredar bahwa Devano adalah seorang gay. Sangat di sayangkan, bukan?
"Ehem...." Sarah berdeham, berusaha menetralkan perasaan gugupnya. Oh God, semoga itu tetap menjadi rahasia! Ia berdo'a dalam hati.
"Apa itu benar, Sarah?" tanya Jason sambil menatap tajam Sarah. Sarah tentu bingung apa maksud Papanya itu.
"Apanya, Pa?" tanya Sarah.
"Kamu pacaran sama Dev?"
"Hah?" Sarah langsung menatap Devano heran, sementara Devano malah menyunggingkan senyum samar namun kilat matanya sangat mencurigakan.
"Sarah, jawab kami! Apa benar kamu pacaran sama Dev?" tanya Mamanya dan ia tampak marah. Jason mencoba menenangkan istrinya itu karena Venita memiliki penyakit jantung.
"Engga, Ma, Pa. Itu ... itu engga mungkin!" tegas Sarah dan ia menatap kakaknya dengan takut. "Kak Will, itu engga benar," cicit nya, sementara William menatap tajam Sarah dengan kilat amarah.
"Sarah hanya takut mengakuinya, Om, Tante," pangeran gay itu bersuara dengan nada yg lemah lembut, dan tentu saja membuat Sarah semakin bergidik ngeri. Pria itu bahkan tak pernah tersenyum pada Sarah.
"Aku dan Sarah telah lama menjalin kasih, kami bahkan sudah bercinta, karena itulah aku datang kesini karena aku ingin menikahinya, aku takut dia hamil, dan aku nggak mau sampai itu mempermalukan kalian!"
Sarah melongo dengan mata yg melotot sempurna, itu fitnah yg sangat keji, fikirnya. Sementara Devano melirik Sarah penuh kemenangan dan berseringai bak iblis.
"Mama...." teriak Jason tiba tiba karena Venita terkena serangan jantung. Sarah semakin panik, dan William terlihat sangat marah.
"Itu nggak mungkin! " William menarik kerah kemeja Devano dan hendak memukulnya, namun Devano menangkisnya dengan tenang.
Sementara Jason sibuk menelopon ambulance, ia sangat takut jika terjadi sesuatu dengan istrinya.
"Aku nggak bohong, Will. Aku punya buktinya." Devano merogoh ponselnya, dan ia menunjukan chat antara dirinya dan Sarah.
William tak sebodoh itu, ia mengecek apakah itu memang Sarah atau bukan, dan betapa terkejutnya ia karena itu memang nomor adiknya, pesan itu sangat romantis, manis, dan bahkan Sarah mengatakan ciuman pertama mereka sangat manis dan berkesan, dan pesan itu sejak tiga bulan yg lalu.
"Awas saja kalian nanti" seru William karena saat ini ia akan mengurus mamanya.
Namun tiba tiba, terdengar suara ambulance dan beberapa orang masuk dengan branker dorong dan siap membawa Venita.
"Kenapa ambulance datang secepat itu?" gumam Jason karena tidak sampai lima menit yg lalu dia meneloponnya.
Tanpa mereka sadari, Devano sudah tahu ini akan terjadi dan untuk jaga-jaga, ia sudah memanggil ambulance sejak tadi.
"Aku tahu ini akan terjadi, Om. Mereka akan mengurusnya, Tante Venita akan baik baik saja" seru Devano santai.
Jason dan William segera membawa Venita ke ambulance, meskipun mereka masih kebingungan apa maksud Devano, apakah Devano sudah menyiapkan ambulance?
Sementara Sarah masih mematung. Merutuki kebodohannya yg telah mengikuti tantangan sahabatnya itu, sudah ia duga ini akan jadi masalah. Tapi tak pernah ia duga akan jadi masalah sebesar ini.
"Oh Tuhan, tamatlah riwayat ku"
Devano melangkah mendekati Sarah yg masih terkejut, menatap tajam Sarah seperti pemburu yg sudah menemukan targetnya, ia berseringai dan kemudian berbisik tepat di telinga Sarah, membuat Sarah bisa mencium aromanya yg begitu maskulin dan merasakan hangatnya napas Devano di telinganya.
"Akan kutunjukan pada mu, Little girl. Bagaiamana cara menaklukan seseorang dan apa arti sebuah tantangan!"
▫️▫️▫️
Tbc...
"Syukurlah Nyonya Venita hanya terkena serangan jantung ringan, dia baik baik saja. Tapi lain kali harus lebih di jaga lagi kesehatan nya, jangan membuat dia shock atau stress!"
Jason bernapas lega mendengar penjelasan Dokter, sementara William masih menatap tajam sahabat dan adiknya itu. Jika saja ibunya tak sakit, William pasti sudah menghabisi Devano karena telah berani mendekati adiknya itu.
"Pasien sudah sadar, dan beliau ingin bertemu dengan putrinya." lanjut sang Dokter.
Sarah pun dengan antusias segera menemui mamanya, di susul ayahnya, William dan juga Devano.
"Mama!" seru Sarah sambil menangis, ia mendekati mamanya, mengenggam tangannya dan mengecupnya "Itu bohong, Ma. Sarah engga mungkin pacaran sama dia," gumamnya namun tetap bisa di dengar Venita.
"Engga akan ada asap kalau engga ada api, Sarah!" Venita berkata dengan sangat kecewa. Ia tak masalah jika memang sarah punya pacar, tapi pacaran dengan Devano? Yang bener saja, fikirnya
"Tante..." Devano berkata dengan sok gantle, setidaknya itu yg Sarah fikirkan. Sarah bahkan ingin sekali mencekiknya, namun ia tahan semua itu. Sebenarnya apa yg terjadi? Apakah Devano mengetahui bahwa wanita itu adalah dirinya?
"Tolong jangan marah pada Sarah, ini salahku karena telah jatuh cinta pada Sarah dan mendekatinya."
"Bohong!" teriak Sarah menyangkalnya.
"Berani nya kau..." William menarik kerah kemeja Devano namun Jason segera melerai keduanya sebelum terjadi baku hantam.
"Ini dirumah sakit, dan Mama lagi sakit!" seru Jason "Sebenarnya apa yg terjadi? Jelaskan pada kami, Dev! Sarah!" titan Jason.
"Engga terjadi apa-apa, Pa!" tegas Sarah mencoba meyakinkan kedua orang tuanya.
"Biar aku yg jelaskan, Sayang," ucap Devano lembut namun cukup membuat Sarah geram.
"Jadi begini, Om, Tante. Saat di pesta empat bulan yg lalu..."
"Tidak..." Sarah segera menyela. Ia tak mau Devano memberi tahu apa yg terjadi saat itu, dan bagaiamana bisa Devano masih tahu bahwa itu dirinya?
"Biarkan Dev bicara, Sarah!" tegas Jason.
"Tapi, Pa..."
"Diam, Sarah!" kali ini mamanya yg bersuara dan tentu membuat Sarah langsung terdiam.
Devano melirik Sarah penuh kemenangan, membuat Sarah memberengut kesal. Awas saja nanti!
"Saat itu hubungan kami di mulai..." Devano melanjutkan dengan ekspresi yg begitu serius "Aku engga tahu bagaiamana perasaan ini muncul, dan aku yakin kalian mengerti, cinta tak bisa di mengerti dan akan hadir begitu saja meskipun kita tak mau." kini devano menatap Sarah dengan begitu intens, layaknya seorang kekasih yg menatap kekasihnya.
"Sarah, menikahlah dengan ku! Ku mohon, Sayang. Apa lagi, mungkin dia sedang tumbuh disini...." Devano berkata dengan begitu lirih sembari mengusap perut Sarah yg masih rata. Sontak itu membuat Sarah mundur dan melotot marah pada Devano.
"KAU...!"
"Kalian akan segera menikah!" seru Venita yg membuat Sarah hampir pingsan.
"Engga mau, Ma!" seru Sarah.
"Ini perintah, Sarah! Kamu mau hamil di luar nikah?" tanya Venita dengan mata yg berkaca kaca dan membuat Sarah merasa bersalah.
"Tapi Sarah masih 16 tahun, Ma. Sarah masih sekolah, hiks hiks..." air mata Sarah mengalir bebas.
"Kita akan menikah diam-diam, Sayang. Dan kamu masih bisa sekolah," ujar Devano yg membuat Sarah merasa ingin muntah.
"Dev benar, kalian akan menikah diam-diam, tidak akan ada yang tahu selain keluarga kita."
"Tapi, Ma, Pa.... Sarah engga melakukan apapun, jadi Sarah engga mungkin hamil, percaya sama Sarah, Sarah mohon!" Sarah meminta dengan memelas.
Venita dan Jason menatap putrinya dan Devano itu lekat lekat.
"Benar, apa buktinya jika kalian pernah melakukan sesuatu?" tanya William yg sejak tadi hanya diam.
Devano menghela napas berat, sementara Sarah tersenyum senang sembari mengusap sisa air matanya. Sekarang dia akan selamat, Devano takkan punya bukti apapun karena memang mereka tak pernah melakukan apapun.
"Ayo, aku akan menunjukan padamu, Will. Karena kamu sahabatku," ucap Devano menarik keluar William. William menurut saja.
Setelah di luar ruangan, Devano kembali merogoh ponselnya, membuka galeri dan menunjukan beberapa foto yg membuat William tak bisa lagi berkata kata.
Foto foto Sarah yg sedang bergelut dengan selimutnya, tersenyum pada kamera dan memang terlihat tak mengenakan pakaian, bahkan kamar di foto itu memang bukan kamar Sarah.
Sarah muncul dan langsung mengambil ponsel Devano dari tangan William dan Sarah juga menganga melihat foto foto dirinya yg panas.
"Ini editan, Kak. Sumpah!" teriak Sarah. Tapi William tampaknya tak percaya lagi pada Sarah. Apa lagi ada juga foto Devano dan Sarah yg tersenyum dan memang seperti sepasang kekasih.
"Semua terserah Mama dan Papa, Sarah. Tapi aku benar benar kecewa pada kalian berdua, terutama pada kamu, Dev. Kenapa harus adikku? Dia masih kecil, Dev. Kamu bukan pedofil kan?" geram William berusaha tak melampiaskan amarahnya saat ini.
"Ini murni cinta, Will!" tegas Devano. Namun William enggan mendengarkan penjelasan apapun, ia kembali ke dalam, meninggalkan Sarah dan Devano.
"Sebenarnya mau kamu tuh apa?" Sarah berusaha sekuat tenaga untuk tak berteriak. Seperti biasa, Devano menampilkan seringai liciknya.
"Gadis kecil seperti mu harus di beri pelajaran, kamu sangat nakal dan harus di hukum, Baby girl"
"Aku minta maaf!" tegas Sarah, menyutukan kedua telapak tangan nya didepan dadanya, memohon maaf pada Devano "Apa yg kulakukan hanya bercanda, jangan libatkan keluargaku."
"Bercanda?" Devano menggeram tertahan, ia mencengkram pundak Sarah dan menariknya hingga begitu dekat dengannya, membuat Sarah meringis kesakitan. "Merayu sahabat kakakmu, berciuman dengan begitu panas dan bahkan kamu menyentuh ku di sini..." Devano membawa tangan Sarah pada miliknya yg membuat Sarah terbelalak dan berusaha menarik diri namun hasilnya nihil. Devano terlalu kuat untuk ia lawan.
"Itu bukan bercanda, Baby girl. Jika saja kau wanita lain, maka aku tak akan peduli, tapi kau adalah Sarah, adik dari sahabatku. Tak pernah sekalipun aku menyangka kau seliar itu ternyata." Devano berseringai di akhir kalimat.
Mata Sarah terasa panas dan sudah berkaca kaca, apa lagi Devano menatapnya dengan begitu marah seolah ingin menghabisi Sarah.
Devano melepaskan cengkramannya di pundak Sarah dan sedikit mendorong Sarah menjauh darinya. Membuat Sarah terkejut.
"Kita akan menikah secepatnya! Karena aku tak sabar ingin menghukummu, mengajari mu sopan santun dan aku akan menunaklukanmu. Aku akan buktikan, aku bukanlah seorang gay, " ucap Devano.
"Aku menantang dirimu, Sarah Fergueson! Agar kau tak jatuh cinta padaku, tapi ku pastikan kau pasti akan jatuh cinta padaku selama kita menikah nanti, dan saat kau jatuh cinta padaku, saat itulah aku akan meninggalkan mu!" tegas Devano dengan begitu sombong dan percaya diri.
Melihat kesombongan Devano dan rasa percaya dirinya yg tinggi, membuat Sarah tak mau kalah. Ia mengucek matanya yg berkaca kaca.
Sarah melangkah mendekati Devano, ia mengangkat wajahnya, membusungkan dadanya dan menatap Devano dengan begitu berani.
"Deal..." Sarah mengulurkan tangannya, membuat Devano menaikan sebelah alisnya sembari tersenyum miring melihat keberanian Sarah. Devano hendak menyambut uluran tangan Sarah namun Sarah dengan cepat menarik tangannya kembali membuat Devano menatap tajam Sarah.
"Aku menantang mu untuk tidak jatuh cinta padaku, Devano Lake! Dan saat kau jatuh cinta padaku, saat itulah aku akan meninggalkanmu! " tegas Sarah dengan kesombongan yg sama membuat Devano tertawa mengejek.
"DEAL..." ucap kedua nya bersamaan dan bersalaman.
"It's just a married by challenge"
▫️▫️▫️
Tbc...
Tiga bulan yg lalu....
Sarah dan Naina menonton film Truth Or Dare di kamar Sarah. Di tengah asyiknya film itu di putar di laptop Sarah, terdengar deru mobil di bawah.
"Siapa yang datang siang-siang begini?" tanya Naina kemudian ia mengintip dari jendela kamar Sarah "Wow sang dewa yunani!" serunya yg membuat Sarah langsung menyusul Naina, ia melihat mobil Devano yg beriringan dengan mobil William memasuki pekarangan rumahnya.
"Dewa yunani masak gay!" seru Sarah mengejek
Naina sering main kerumah Sarah, seperti Devano yg juga sering kesana untuk bertemu dengan William.
Dan memang beredar gosip bahwa Devano adalah seorang gay karena tak pernah sekalipun terlihat bersama seorang wanita. Devano pria yg sangat dingin dan hidupnya hanya sibuk dengan bisnis dan bisnis, ia bahkan enggan menanggapi gosip yg beredar tentang dirinya.
Sarah juga meyakini bahwa Devano gay dan ia juga khawatir bagaiamana jika Devano menyukai kakaknya yg tampan? Namun Naina meyakini sebaliknya, Naina yakin Devano tidak gay, dan mungkin dia punya masa lalu yg menyakitkan hingga membuat ia tak ingin menjalin hubungan dengan seorang wanita, ya karena sudah banyak yg seperti itu, fikir Naina.
"Bagaiamana kalau kita buktikan itu? Dari pada kita penasaran setengah mati?" tanya Naina.
"Bagaimana caranya?" Sarah balik bertanya karena ia juga sangat penasaran. Jika terbukti Devano gay, maka Sarah harus segera menjuahkan kakaknya dari Devano, ia bertekad akan hal itu!
"Aku punya ide!" seru Naina saat dia melihat gaun yg sangat cantik milik Sarah. Gaun itu akan Sarah kenakan di pesta anniversary kedua orang tuanya besok malam, dan mereka mengadakan pesta topeng.
"Apa?" tanya Sarah penasaran dan ia ikut memandangi gaunnya
"Salah satu dari kita, harus bisa membuktikan apakah Devano gay atau engga. Caranya, dengan merayunya, kalau bisa, harus sampai buat dia horny. Haha haha."
"Ih, Najis!" bantah Sarah sambil bergidik ngeri membayangkan ia akan merayu Devano "Kamu aja lah!"
"Kita harus adil dong, sini deh..." Naina menarik Sarah agar duduk di lantai, sementara Naina mengambil botol minum yg sudah kosong.
"Mau main Truth Or Dare?" tanya Sarah.
"Engga, pilihannya cuma satu, Dare!" tegas Naina "Jadi gini, pada siapa botol ini mengarah, ya dia yg harus melaksanakan tantangan ini!"
"Engga mau lah, kita berdua kan sama-sama mau make love sama suami kalau udah nikah."
"Engga sampai make love, kok. Cuma rayu doang, foreplay, itu aja udah lebih dari cukup untuk membuktikan seberapa jantan Devano Lake itu," tutur Naina meyakinkan.
"Penting banget ya? Lagian dia gay atau engga, itu bukan urusan kita," gerutu Sarah.
"Lah, penting buat kaka mu. Katanya kamu takut kalau Devano gay dan malah suka sama Kak Will, ya secara mereka sering bersama gitu. Untung aja Kak Will punya pacar, kalau engga, Kak Will juga pasti di gosipin gay dan punya hubungan sama Devano. Dan ini juga untuk memuaskan rasa penasaran kita."
Sarah terdiam dan memikirkan kata-kata Naina yg memang ada benar nya. Sarah menggigit bibirnya dan berfikir keras, haruskah ia terima tantangan itu?
"Okay!" serunya kemudian yg langsung membuat Naina tertawa girang. "Jadi gimana caranya kita merayu Devano?"
"Bukan kita, tapi salah satu dari kita. Hehe, " ujar Naina yg membuat Sarah mendelik "Jadi, di pesta nanti, kita harus cari kesempatan untuk mendekati Devano dan menarik perhatiannya, pesta nya di hotel kan, kita bisa giring dia ke salah satu kamar hotel, kalau dia mau atau terpancing gairahnya, artinya dia engga gay. Tapi kalau dia menolak, yaaa... Fix, he's a gay. Dan karena kita menggunakan topeng, dia pasti engga ngenalin kita."
"Terus gimana kalau sampai ke bablasan ke make love?"
"Engga akan, kita harus siap-siap kabur, pokoknya engga akan kesana. Nanti kita saling bantuin aja." Naina meyakinkan.
Sarah kembali memikirkan rencana Naina yg jujur saja terdengar sangat gila di telinganya, selama ini, bisa di hitung dengan jari berapa kali ia dan Devano bertegur sapa. Dan bagaiamana bisa dia merayu Devano dan membuatnya horny?
"Sarah, kok malah melamun. Setuju engga neh?"
"Iya deh, tapi aku yg putar botolnya!" seru Sarah, ia curiga dengan Naina yg akan dengan sengaja membuat botol itu tertuju padanya secara Naina punya pacar. Tak seperti Sarah yg sudah menjadi jomblo karatan. Bukan karena dia tidak laku, tapi karena sampai saat ini tak ada yg membuat Sarah bergairah untuk memiliki kekasih.
Sarah memutar botolnya dan dalam hati ia terus berdoa semoga botol itu tak mengarah padanya. Dan...
"Oh Gosh...." Sarah berteriak tak percaya, botol itu mengarah tepat padanya, Naina tertawa girang dan ia bahkan melompat senang.
"Dek..." tawa Naina terhanti seketika saat William masuk begitu saja ke kamar Sarah. Dan yg lebih mengejutkan Sarah, Devanon ikut masuk, sontak Sarah langsung menarik kain dan menutupi tubuhnya karena ia hanya mengenakan kaos singlet di padukan dengan hotpants.
"Ada apa, Kak?" tanya Sarah masih duduk bersila sementara Naina pelan-pelan ikut duduk.
"Kalian rame amat, kirain ada apa. Main Truth Or Dare?" tanya William yg melihat botol minum didepan Sarah. Sarah menjadi gelagapan dan ia langsung menggeleng namun kemudian mengangguk.
"Jangan yg aneh-aneh lho ya, bahaya buat kalian nanti." William menegaskan.
Sementara Devano. Pria itu menatap Sarah terang terangan. Membuat Sarah merasa risih, bukan karena apa, tapi karena sejak pagi Sarah belum mandi dan wajah nya juga pasti kusam.
"Engga kok, Kak. Aman, cuma main-main" jawab Naina sambil cengengesan, menampilkan sederetan giginya yg putih.
"Ya udah, lanjutin mainnya. Jangan lupa makan siang." Sarah mengangguk lagi dan William segera keluar yg langsung di ikuti Devano. Namun sebelum Devano keluar, ia sempat menoleh pada Sarah, menarik sudut bibirnya dan menatap Sarah dengan begitu misterius. Namun Sarah segera menepis pemikiran itu.
"Mungkin hanya perasaan ku saja. "
.........
Pesta anniversary pasangan Fergueson berlangsung sangat meriah. Ballroom besar dan megah itu di penuhi oleh pasangan pasangan yg sedang berdansa.
"Dia sendirian, ini saatnya!" bisik Naina pada Sarah. Sementara Sarah tampak sangat gugup, tidak mungkin ia melakukan hal gila itu di pesta anniversary kedua orang tuanya.
"Aku engga mau, batalkah saja tantangan gila ini!" seru Sarah sambil melirik Devano yg sedang menyesap champagnenya.
"Oh come on, Bebs. Ini hanya permainan, setelah malam ini, kita akan bertindak seolah engga terjadi apa apa, kita akan melupakan semuanya." Naina merayu seperti anak setan yang sudah pro.
"Tapi bagaiamana kalau ketahuan?"
"Engga akan, dan ganti topengmu!" Naina melepaskan topeng berwarna putih itu karena memang topeng itu tak terlalu lebar dan Sarah masih bisa di kenali.
Kemudian Naina memakaikan topeng yg lebih lebar dengan hiasan bulu bulu yg sangat indah di dahinya, topeng itu menutupi separuh wajah Sarah. Dan sebagai penyamaran terakhir, Naina mengoleskan lipstick merah terang di bibir Sarah.
"Wow, kamu seperti wanita 26 tahun yg sangat matang dan menggairahkan, bukan gadis 16 tahun yg unyu-unyu. Lake engga akan ngenalin kamu, bebs!" seru Naina penuh percaya diri namun itu tak cukup menghibur Sarah.
Sarah sendiri mengenakan sebuah gaun panjang berbahan satin, berwarna putih dengan lapis brokat tanpa lengan, dengan heels warna senada yg membuat Sarah semakin terlihat dewasa.
Sementara Naina mengenakan gaun berwarna putih tulang dengan tali kecil di Kedua pundaknya dengan panjang yg hanya di bawah lutut, di padukan dengan heels warna senada.
"Tapi, Naina ... aku...."
"Aku apa lagi?" tanya Naina tak sabaran. Karena Naina sendiri sangat penasaran dengan apa yg akan terjadi.
"Aku engga tahu cara ciuaman apa lagi foreplay," bisik Sarah yg langsung membuat Naina membekap mulutnya sendiri karena ia hampir saja tertawa terbahak bahak.
"Ugh! Kenapa engga ngomong dari kemren?"
▫️▫️▫️
Tbc...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!