Malam ini terasa sunyi. Angin malam berdesir dengan bunyi binatang malam yang menambah suasana malam semakin mencekam.
Kinara berjalan dengan cepat sambil sesekali mengangkat ujung gaunnya supaya tidak terkena genangan air.
" Ah sial ... . " Kinara mengumpat karena ujung roknya terkena genangan air sisa hujan.
Yah hujan sejak siang tadi meninggalkan genangan air dimana - mana. Tanah yang becek dengan lubang - lubang jalan penuh genangan air menjadi perjuangan tersendiri bagi langkah Kinara untuk bersegera sampai ke rumahnya.
" Kenapa sunyi sekali, biasanya juga masih ramai, semoga aman sampai rumah, Huft ... ." Kinara menghela nafas sambil menggerutu dan terus mendekap tasnya. Ada firasat buruk yang tiba - tiba muncul disudut hatinya.
Sesekali Kinara mengangkat ujung gaun panjangnya. Salahnya berangkat kerja tadi menggunakan gaun panjang.
Tidak seperti biasanya, karena Kinara yang tomboy paling anti dengan rok dan gaun. Tapi hari ini pengecualian karena Daren memintanya menggunakan gaun panjang untuk menemaninya ke acara ulang tahun di kantornya.
" Menyusahkan." Kinara masih menggerutu sambil berjinjit menghindari genangan air.
" Coba tadi wanita itu tidak muncul, Aku tidak akan menghindar. Huft ... ." Masih dengan menghela nafas berat Kinara berjalan. Sesekali Kinara berjinjit dan melompat.
Tanah di perkampungan padat penduduk memang kadang di saat hujan begini menjadi satu hal yang miris karena sering terdapat lubang yang pada akhirnya menampung air dan jika terinjak tentu saja akan menghasilkan cipratan air yang pasti membuat dongkol.
Kinara terus berjalan melewati gang sempit menuju rumahnya. Rumah kecil peninggalan ayahnya memang terletak sedikit lebih jauh masuk ke dalam gang, terpisah dengan rumah tetangganya. Rumah kecil dengan halaman yang sedikit lebih luas, dengan hamparan bunga Mawar yang menjadi kesenangan ibunya.
Andai wanita itu tidak datang dalam hidup ayahnya. Tentu semua tidak akan menjadi begini. Kinara pasti masih bersama ayahnya.
" Ayah ... ." Kinara menghembuskan nafas sesak.
" Aw ... . " Kinara mengaduh, berjingkat sebentar karena kakinya terantuk batu. Berjongkok sebentar untuk mengelus ujung kakinya.
Tidak dihiraukannya ujung gaunnya yang sudah basah karena tempatnya berjongkok adalah genangan air.
Gubrak.
" Aw ... ." Kinara berteriak lagi. Seperti tertimpa truk besar, Kinara terguling bersama sama dengan seorang laki - laki yang menabraknya.
" Si ... ? " Kinara tidak meneruskan ucapannya karena matanya sudah melotot melihat laki laki tinggi besar yang sudah menabraknya.
Suaranya tercekat di tenggorokan. Tubuhnya bergetar menahan ketakutan. Di detik berikutnya, Kinara segera bangkit dan berlari menjauh.
Jarak rumahnya masih jauh, masih dua gang lagi. Kinara berlari tanpa melihat arah. Dengan mengangkat ujung gaunnya, Kinara berlari menjauhi sosok yang baru saja ditabraknya.
"Oh tidak. Aku salah arah. " Kinara berhenti ketika menyadari dirinya salah gang.
Kinara menengok ke belakang, berharap laki laki tadi tidak mengejarnya. Sambil mengelus dadanya, Kinara mengatur nafasnya.
" Akh, kenapa harus bertemu dengannya malam ini. Hihh ... mengerikan. " Kinara bergidik ngeri mengingat pertemuanya dengan laki laki yang paling dihindari.
Jefri Arkanzaz. Laki laki pemabuk anak majikan ayahnya. Laki laki yang mengerikan karena selalu melecehkan para wanita. Ayah selalu mengingatkan untuk lebih baik menghindarinya.
Jefri Arkanzaz anak pertama dari Mandor Raymond Arkanzaz dan Nyonya Penelope Soarez. Keluarga kaya yang menjadi pemilik hampir sepertiga tanah di tepi hutan di kota XY. Sehingga bukan menjadi rahasia jika karena kekayaan keluarganya Jefri Arkanzaz menjadi pemabuk dan suka berbuat onar.
Menarik banyak wanita untuk jatuh kepelukannya karena memang Jefri Arkanzaz adalah seorang yang tinggi tegap dengan wajah ganteng khas keturunan keluarga Arkanzaz. Hobi jeleknya hanya mabuk - mabukan dan bergonta - ganti perempuan.
Kinara berbalik arah tanpa menyadari bahwa lelaki tinggi besar dengan mata merah menahan marah menatapnya.
Kinara terhentak kebelakang begitu bersitatap dengan mata merah yang menatapnya tajam.
Rahang yang tegas dengan wajah dingin yang sangat menakutkan. Guratan luka sobek di pipi kirinya menambah seram wajahnya.
" Mengapa banyak wanita menyukainya, wajahnya saja sangat mengerikan, " Kinara membatin dan bergidik ngeri.
Bau minuman keras tercium mengundang rasa mual yang tiba - tiba di perut Kinara.
" Ma ... af Tu ... an, " Kinara tergagap sambil menundukkan kepala. Jantungnya berdegup kencang. Tubuhnya gemetar.
Tampak lelaki itu hanya menatapnya marah dengan gemletuk gigi yang beradu.
" Kau ! Membuatku murka, " suara berat dan besar itu terdengar menggelegar di telinga Kinara.
Kinara terhentak. " Maaf Tuan, saya tidak sengaja. "
Detik berikutnya lelaki itu menarik tangan Kinara dengan keras, menyeretnya pergi .
" Ampun Tuan ... ampun ... ." Kinara terisak sambil berusaha mengurai cekalan tangan lelaki tinggi besar itu.
" Lepaskan Tuan ! "
" Ikut dan jangan membantah ! " Suaranya memerintah sambil terus menarik tangan kecil Kinara.
Kinara sangat ketakutan. Bayangan - bayangan menakutkan kembali menyeruak dalam pikirannya.
Sudah berulang kali Jefri Arkanzaz selalu berusaha menangkap dan menjualnya kepada para Tuan tanah di kota X. Beruntung dirinya selalu mampu melarikan diri. Walau pada akhirnya Jefri Arkanzaz akan selalu menemukannya dan memukulnya habis - habisan.
Pernah satu kali karena terlambat membayar bunga ibunya, Jefri Arkanzaz menjual dirinya ke Tuan Wullian, seorang rentenir tua yang mempunyai istri lebih dari selusin.
Masih terasa bagaimana dengan sangat ketakutan Kinara dibawa masuk ke kamar Si Tua. Dicekoki dengan minuman memabukkan dengan obat yang ditaburkan di atasnya. Beruntung Kinara bisa meloloskan diri dari Si Tua dengan memukul si Tua dengan vas bunga saat Lelaki Tua itu berusaha melecehkannya.
Rasa sakit menjalar disekujur tubuhnya, ketika potongan - potongan ingatan tentang kekejaman seorang Jefri Arkanzaz.
Kinara tidak mau mati konyol di tangan laki - laki pemabuk ini. Kinara tidak mau hidupnya sia - sia karena harus pasrah dengan situasi yang kadang membuatnya hampir - hampir kehilangan hal utama dari seorang wanita.
Bagi Kinara, wanita akan mempunyai nilai ketika masih bisa menjaga kesuciannya. Bagi Kinara kesucian hanya akan diberikan kepada laki - laki yang menjadi suaminya kelak, laki - laki yang akan dicintainya sepanjang hidupnya, laki - laki yang akan menjadi ayah dari anak - anaknya kelak.
Impian Kinara sama dengan impian para wanita lain, memiliki keluarga yang harmonis.
Ayahnya selalu mengajarkan bagaimana pentingnya kesucian bagi seorang wanita. Bagaimana cara bergaul dan bersikap di tengah bebasnya pergaulan remaja masa kini. Jangan menyerah dengan keadaan, tapi berjuanglah supaya bisa mencapai kebahagiaan. Perjuangan yang bukan sekedar menjadi gadis kuat di saat hidupnya penuh tekanan dari ibu tiri dan orang - orang yang membencinya.
Kinara tersentak dari lamunannya. Rasa sakit di pergelangan tangannya membuatnya sadar. Hidup harus tetap berjuang. Berjuang untuk mempertahankan diri.
Kinara terus berontak, menghentakkan tangannya berulang kali, sehingga pergelangan tangannya memerah dan mulai terasa perih.
Dengan marah lelaki itu berbalik menghadap Kinara, dan secepat kilat menarik Kinara. Detik selanjutnya tubuh kecil Kinara melayang di udara.
" Lepaskan ... lepaskan ... ! Tuan tolong... lepaskan ! " Kinara terisak dalam panggulan laki laki itu.
👉 Bersambung
👉 Tolong dukung author ya dengan rate, like, coment dan vote ya. Terima kasih.
Dengan marah lelaki itu berbalik menghadap Kinara, dan secepat kilat menarik Kinara. Detik selanjutnya tubuh kecil Kinara melayang di udara.
" Lepaskan ... lepaskan ... ! Tuan tolong ... lepaskan ! " Kinara terisak dalam panggulan laki laki itu.
Lelaki itu memanggul Kinara seperti karung beras. Berjalan dengan cepat menuju jalan bebatuan ke arah tepi hutan.
" Tidak Tuan. Tolong lepaskan ! " Kinara kembali terisak dipanggulan lelaki tinggi besar itu. Sambil terus meronta, memukul punggung lelaki besar yang memanggulnya.
" Diamlah ! " Suara serak tertahan karena amarah yang sangat besar.
Langkah Jefri Arkanzaz yang lebar karena tubuhnya yang tinggi, besar mempercepat langkahnya sampai di ujung jalan.
Tampak sebuah gubuk tersembunyi dibalik rimbunan pepohonan. Dinding bambu yang nampak reot dan lapuk. Siapa sangka ditengah hutan ada gubuk reot yang tersembunyi.
Hutan di tepi perkampungan XY merupakan hutan yang sangat jarang ada penduduk yang berani merambahnya. Hutan tersebut masih merupakan tanah larangan yang tidak boleh sembarang orang memasukinya.
Kinara semakin bergetar ketakutan.
Apa yang akan dilakukan lelaki ini ? Aku harus bisa lari darinya, batin Kinara.
" Ini sangat menakutkan. Laki - laki ini sangat berbahaya. Oh My God, Ayah, tolong Kinara ! " Kinara berdoa dalam hati. Air matanya tak berhenti mengalir.
Bayangan masa lalu dan trauma masa kecil berloncatan keluar meracau dalam pikirannya.
" Aku harus kuat dan berani, " Kinara menguatkan tekadnya. untuk berusaha melepaskan diri. Tapi laki laki itu mencengkeram pinggang Kinara dengan lebih kuat.
Seakan paham dengan tekad Kinara, Jefri Arkanzaz semakin mencengkeram pinggang Kinara dengan kuat.
Kinara mengaduh karena cengkraman tangan laki laki itu.
Brakkkk ... .
" Awww ... . " Kinara berteriak kaget. Punggungnya sedikit ngilu karena terhempas pada dipan bambu.
Lelaki itu menghempaskan Kinara di balai balai bambu. Sebuah pisau tiba - tiba terhunus dekat dengan leher Kinara.
Kinara semakin ketakutan. Biasanya Kinara berani melawan siapapun yang mencoba mencelakainya. Tapi ini lain cerita, Kinara merasa amat sangat ketakutan karena jika dirinya melawan pastilah ayah kesayangannya akan celaka ... .
Jefri Arkanzaz selalu menggunakan ayahnya untuk bisa menekan dirinya supaya menuruti semua keinginannya. Laki - laki ini bahkan tak segan melukai bahkan mencelakai ayahnya.
"Ukh, bagaimana ini ? Apakah aku diam saja? Lelaki ini sangat berbahaya ... ." Kinara masih mengumpulkan keberaniannya.
" Kau tahu hutang ayahmu sangat banyak, dan Kau ... kenapa tidak ada niatan untuk melunasinya. Aku harus bersabar berapa lama lagi, Sayang ? "
" Maaf, tapi saya belum punya cukup uang lagi, Tuan. Minggu lalu saya sudah berikan cicillan dan bunganya Tu ... an ... . " Kinara menjawab dengan gemetaran sambil menangkis tangan besar Jefri Arkanzaz yang mencoba menyentuhnya.
Senyum licik tersungging dibibir seorang Jefry Arkanzaz.
" Atau bagaimana kalau Kau jadi isteriku saja ? Aku jamin hidupmu akan enak dan ku anggap semua hutang ayah dan ibumu lunas. Hmmm ? Bagaimana ? " suara Jefri Arkanzaz terdengar memberikan solusi pada Kinara.
" Eh ... ehm ... maaf, Tuan Jefri ! Aku meno ... laknya. " ucap Kinara tergagap karena ujung pisau sudah terasa dingin di leher Kinara.
Jefri Arkanzaz tidak merasa kaget mendengar penolakan Kinara, karena sudah berulang kali Jefri Arkanzaz memaksapun Kinara tetap pada pendiriannya.
Senyum licik tersungging di ujung bibir Jefri Arkanzaz. Ditatapnya gadis cantik yang masih meringkuk ketakutan didepannya.
" Lumayan, sepertinya Bos besar akan suka ... . " Jefry Arkanzaz membatin. Sebuah senyum smirk tercetak di ujung bibirnya.
Mata tajamnya menelusuri setiap jengkal tubuh Kinara yang terpojok diatas dipan reot. Seakan menilai cukup pantaskah jika diberikan pada Tuan Besar.
Dengan gemetar Kinara mengeratkan jaket ketubuhnya. Bulir keringatnya menetes karena ketakutan dan otaknya yang sedang berperang untuk mencari celah kabur dari laki laki didepannya.
Tak berapa lama kemudian terdengar deru mobil berhenti di depan gubuk, dan bunyi derap kaki beberapa orang yang mendekati gubuk, mengetuk dengan keras.
" Bos ! " teriak seorang dari luar gubuk.
" Masuklah ! "
" Wow, tangkapan yang lumayan, Bos. " Senyum licik seorang dengan tato elang di bahu kekarnya menatap Kinara.
" Bagaimana ? " lanjut lelaki bertato elang itu bertanya pada Jefri Arkanzaz.
Jefri Arkanzaz mendekat ke arah Kinara dan menarik tubuhnya.
" Akhh ... . " tanpa sadar Kinara berteriak kaget karena ternyata dari tadi Kinara melamun ditengah ketakutannya.
Kinara berontak ketika tangan Jefri Arkanzaz merengkuh tubuhnya. Mencoba menendang dan melawan tapi sia - sia. Tubuh Kinara yang kecil tidak sebanding dengan Jefri Arkanzaz yang tinggi besar.
Bau minuman keras dari bibir Jefri Arkanzaz tercium membuat Kinara merasa mual seketika.
" Lepaskan ! " Kinara masih berontak dan melawan. Kaki dan tangannya melawan tanpa henti.
" Diam ! " seorang laki laki lain memukul tengkuk Kinara dengan jengkel karena perlawanan Kinara yang dianggapnya sangat merepotkan.
" Heh ... dia bisa mati kalau kau memukulnya terlalu keras ... ." Jefri menghardik seorang yang memukul tengkuk Kinara.
" Tenang Bos ! Dia hanya pingsan. Ayo cepat kita bawa pergi sebelum warga datang ! "
Jefri Arkanzaz memanggul Kinara yang pingsan dengan sekali tarikan.
***
Di tempat lain di sebuah mansion besar seorang lelaki sedang duduk di kursi kebesarannya, sambil menyesap wine mahalnya. Menggoyang perlahan gelas crystal berkaki dengan minuman berwarna merah di dalamnya
Wajahnya tiba-tiba mengeras, giginya bergemeletuk menahan kemarahannya.
Pranggg.
Gelas wine terlempar mengenai dinding, pecah berantakan.
" Aaarrgggggghhh... . "
Tangannya terkepal marah menggebrak dan meninju meja kaca didepannya. Jangan tanyakan, semua benda diatasnya, semua sudah hancur berantakan.
" Kurang ajar. Aarrrggghhh ... . "
Pintu terbuka perlahan.
Seorang laki laki bergerak maju.
" Tuan, "
Tuan Besar Alexander Moralez Arzalane hanya melirik ke arah suara. Yah, seorang Tuan Besar sedang murka. Ketua mafia sekaligus penguasa negara XY yang sangat disegani.
Seorang penguasa yang mengerikan karena seorang Alexander Moralez Arzalane adalah seorang pengusaha yang berhasil dengan perusahaan raksasa terbesar di negara XY Xander and Arzallane Corp yang menguasai baik informatika, property, pendidikan, farmasi, periklanan, bisnis minyak bumi yang menghasilkan timbunan uang yang tidak akan habis 100 tahun. Belum lagi penyelundupan obat obatan dan barang - barang ilegal di pasar gelap sekaligus ketua mafia the Dark Eagle yang sangat terkenal kejam dan bengis.
Alexander Moralez Arzallane seorang laki - laki tampan dengan tubuh tinggi tegap yang sangat digilai kaum hawa. Sikap dingin dan arogant, kejam dan sangat temperamen kadang menjadi daya tarik tersendiri bagi kaum wanita.
Beribu - ribu wanita akan dengan rela naik ke atas ranjang hanya untuk menyenangkan hati sang Casanova. Tapi tak banyak yang tahu jika tak satupun wanita berhasil memikat hatinya.
Semua wanita yang dekat dengan seorang Alexander Moralez Arzallane tidak akan lama hidupnya . Semua akan berakhir dengan kematian. Karena biasanya setelah para wanita memuaskannya di atas ranjang, penyakit gila kebersihannya akan kambuh, dan Sang Tuan Besar selalu akan membersihkan siapa pun yang sudah menyentuhnya. Jangan ditanya membersihkan versi seorang Alexander Moralez Arzallane adalah dengan membunuhnya dengan memberikannya pada binatang peliharaannya.ditengah hutan larangan yang menjadi miliknya.
Mengerikan. Kejam dan buas. Satu gambaran yang melekat pada seorang Alexander Moralez Arzallane.
" Kau menemukannya ? " Sebuah pertanyaan Alexander menggema dalam ruangannya yang besar.
" Detektif Leo menemukan bukti lain Tuan. " Seorang laki - laki yang menjadi orang kepercayaannya, Han Liu maju dan menyerahkan berkas kepada Alexander Moralez Arzallane.
Han Liu adalah sekretaris sekaligus orang kepercayaan Alexander Moralez Arzallane. Kesetiaan serta dedikasinya kepada keluarga Moralez Arzallane tidak diragukan.
Han Liu membaktikan diri dari usia 7 tahun ketika Tuan Albert Moralez Arzallane ayah Alexander Moralez menemukannya di pinggiran kota Z.
Han Liu merupakan salah satu anak yang berhasil melarikan diri dari perdagangan pasar gelap dari Negara J waktu itu.
" Anda bisa membaca dan melihat berkas tersebut, Sepertinya ada orang lain yang menjadi dalang pembunuhan Tuan Albert. "
👉 Bersambung
👉 Tetap dukung karya author ya, rate bintang lima, like, coment dan votenya. Terima kasih.
Han Liu merupakan salah satu anak yang berhasil melarikan diri dari perdagangan pasar gelap dari Negara J waktu itu.
" Anda bisa membaca dan melihat berkas tersebut, Sepertinya ada orang lain yang menjadi dalang pembunuhan Tuan Albert. " kata Han Liu sembari menyerahkan berkas kepada Tuan Alexander Moralez Arzallane.
" Kau yakin bukan Soarez yang melakukannya ? " Sebuah pertanyaan dilontarkan Alexander Moralez sembari sesekali membalik lembaran - lembaran berkas di atas meja kaca yang pecah berantakan.
Darah menetes di atas berkas itu, karena tanpa disadari Alexander Moralez, tangan kanannya berlumuran darah karena pecahan kaca.
" Saya sedikit ragu Tuan, karena Tuan Soarez tidak ada pada saat kejadian. Sedangkan Nyonya Briggita pada saat yang bersamaan jatuh pingsan jadi kemungkinan kecil kalau yang melalukan bukan Nyonya Briggita dan para asisten berada digudang. Mereka terkunci."
" Maaf, Tuan. Apakah saya boleh mengobati luka pada tangan Anda terlebih dahulu, " ujar Han Liu sambil meraih kotak obat di ujung ruangan.
" Hmmm ... ." Alexander bergumam acuh.
Kringg ... .
Suara ponsel Han Liu berdering.
" Maaf Tuan, " Han Liu menunduk merasa tidak nyaman karena pantang disaat sedang berbicara dengan Tuan Besar Alexander mengangkat telepon orang lain.
Alexander Moralez mengibaskan tangan kirinya, mengusir Han Liu untuk segera menyingkir.
Kembali mata tajam Alexander Moralez Arzallane meneliti berkas - berkas didepannya. Menggebrak meja lagi dengan gigi gemeletuk menahan murka.
Han Liu masuk kembali ke dalam ruangan. Menatap sungkan kepada tuan besarnya dengan pandangan tak terbaca.
" Maaf Tuan. Jefri Arkanzaz ada dibawah. Dia memaksa masuk dan ingin bertemu dengan Anda, Tuan. " Sebuah kalimat yang sedikit sungkan ia lontarkan kepada tuan besarnya jika tak mengingat seorang Jefri Arkanzaz akan lebih nekad untuk membuat kekacauan jika tak segera bertemu. Han Liu sebenarnya sangat muak dengan lelaki pecundang sekaligus penjilat sekelas Jefri Arkanzaz. Hanya karena tuan besarnya memintanya untuk tidak termakan dengan tikahnya, Han Liu membiarkannya.
" Hm ... ."
Alexander Moralez Arzallane berdiri dari duduknya, melangkah keluar ruang kerja yang sudah hancur berantakan karena ulahnya.
Han Liu mengikuti dibelakangnya.
" Selamat malam Tuan Besar, " Jefri memberi salam dengan membungkukkan setengah badannya dengan penuh rasa hormat.
" Hmm... ." Seorang Alexander Moralez Arzallane hanya berdehem dan menyipitkan matanya, menatap dengan tajam seorang gadis yang masih merontak dibawah cekalan seorang laki - laki bertatto.
Aura dingin dari seorang Alexander Moralez membuat suasana mansion semakin mencengkam. Merasa sedang mengusik Tuan Besar, Jefri Arkanzaz menunduk.
" Maaf Tuan Besar, saya mengganggu waktu Anda. Ini adalah gadis yang saya ceritakan minggu lalu. " Jefri Arkanzaz berujar sambil menarik tubuh Kinara mendekat.
Alexander Moralez hanya melirik sekilas.
" Masukkan di kamar eksekusi ! " Suara berat Alexander Moralez memerintah sambil mengibaskan tangan kirinya.
Dengan langkah tegap Alexander Moralez Arzallane berlalu dari tengah ruangan, meninggalkan Jefri Arkanzaz yang sedang kaget.
" Hah ... maksud Tua ... nn ? " Jefri masih berusaha bernegosiasi dengan Sang Tuan Besar, untuk tidak berlalu meninggalkannya.
Bukan hal baru di kalangan para anak buah Tuan Besar Alexander Moralez Arzalane jika para wanita yang akan dipakai seorang Tuan Besar akan dibawa ke kamar eksekusi..
Kamar eksekusi adalah sebuah kamar besar diruang bawah tanah mansion mewah ini yang sangat menakutkan. Karena kamar tersebut dilengkapi dengan peralatan yang tidak biasa. Ruangan tersebut biasanya digunakan Sang Don Juan untuk bersenang senang sekaligus tempat paling mengerikan bagi semua musuh - musuhnya. Karena setelah bersenang - senang dengan para wanitanya biasanya hidup mereka pun akan berakhir di tempat tersebut.
Jefri Arkanzaz bergidik membayangkan tubuh mungil Kinara dihabisi oleh Sang Tuan Besar. Tapi nasi sudah menjadi bubur, Kinara sudah Jefri serahkan kepada Tuan Besar Alexander Moralez sebagai pertukaran karena sudah berseteru dengan Sang Tuan Besar.
Dulu sekali, Jefri Arkanzaz pernah masuk ke ruangan eksekusi karena menusuk anak buah Alexander Moralez karena persaingan dagang di pasar gelap. Hidupnya hampir berakhir ditempat itu jika Jefri tidak menawarkan barang pengganti sebagai ganti nyawanya. Apalagi ditambah kasus Ayah Jefri yang ternyata menggunakan tanah keluarga Arzalane sebagai pabrik mesin pencetak tanpa seijin pemiliknya.
Yah perseteruan tanah di tepi hutan yang menjadi asetnya ternyata adalah tanah milik Tuan Besar Albert Moralez Arzalane.
Alexander Moralez hanya mengibaskan tangan kirinya.
" Silahkan keluar Tuan Jefri ! " Suara Han Liu memerintah Jefri Arkanzaz untuk segera keluar dari mansion.
" Untuk selanjutnya tolong jangan memaksa menerobos masuk. Saya takut Tuan Besar tidak menyukai sikap Anda dan akan meyulitkan hidup Anda. "
***
Di dalam ruangan lain, tampak Kinara masih memberontak berusaha melepaskan ikatan di tangannya.
Nafasnya tersengal - sengal menahan rasa marah sekaligus ketakutan karena masuk dalam jeruji penjara Tuan Besar yang sangat menakutkan.
Ayahnya pernah berkata orang yang harus dihindari adalah Jefri Arkanzaz dan Tuan Besar Alexander Moralez Arzalane. Keduanya adalah laki - laki kejam yang akan sangat berbahaya. Lebih baik menghindarinya daripada berhubungan dengan mereka.
Kinara terduduk dengan tangan terikat dibelakang tubuhnya. Matanya mengamati ruangan disekitarnya. Hawa dingin dari ruangan terasa mencekam.
Sedikit temaram karena semua jendela tertutup, sedang lampu dalam ruangan mati.
Duarrrrr ... .
Terdengar bunyi petir menggelegar dan sinar kilat sesekali menyeruak dari kisi - kisi atas jendela.
Tampak tubuh Kinara semakin bergetar. Nyalinya menciut. Trauma belasan tahun melompat dipikirannya.
Ketakutan yang luar biasa membuat Kinara melotot histeris. Nafasnya tersengal - sengal seakan lehernya dicekik orang.
Belasan tahun lalu ... .
" Tidakkkkkkkk ... . " Kinara berontak dipojokan rumah sambil meringkuk. Tangan kecilnya menutup telinga. Matanya terpejam. Tubuhnya gemetaran.
Kinara Olivia Maurenzia Tobiaz adalah putri tunggal dari Tuan Zamuel Tobiaz dan Nyonya Margareth Tobiaz.
Tuan Zamuel Tobiaz adalah pemilik perkebunan dan tambang Tobiaz corp, tapi sayang karena iri hati dan keserakahan dari pamannya Tuan Stewardz, perkebunan anggur dan tambangnya direbut oleh saudara tirinya. Ayahnya diculik dan ibunya Nyonya Margareth Tobiaz tewas saat menghadapi kaki tangan pamannya. Mereka meminta chip hasil kerja keras ayahnya.
Chip yang berisi semua aset keluarga Tobiaz bukti pemalsuan tanda tangan pamannya.
" Mamiii ... . " teriak Kinara menjerit hiateris.
Ingatan Kinara melayang belasan tahun lalu.
Tampak di tengah ruangan sekelompok orang dengan jaket hitam dan penutup wajah sedang menggagahi ibunya.
Nyonya Margareth Tobiaz disiksa dengan cambuk dan beberapa orang sedang melecehkannya. Kinara kecil hanya berada dipojokan sambil menangis terisak.
" Katakan Nyonya ... dimana letak chip itu ? "
Nyonya Margaret Tobiaz hanya menggeleng ketika beberapa laki - laki mulai memukul dan melecehkannya.
Nyonya Margareth tetap menutup mulut. Tidak ada dalam kamusnya untuk menyerah kalah sekalipun telah kehilangan kehormatannya sebagai seorang wanita dan istri.
" Kami sudah merasakan tubuhmu Nyonya Tobiaz yang terhormat ... ." Seorang laki - laki mengerling dengan penuh nafsu.
" Dan Anda tetap tidak mau mengatakan dimana chip itu. Bagaimana jika Anda melihat putri Anda yang sangat manis ini merasakan apa yang dirasakan ibunya. "
Seorang laki - laki mendekati Kinara. Kinara kecil semakin ketakutan dipojokan ruangan.
" Lari Nara ! " Nyonya Margareth bergerak menerobos sekelompok laki - laki itu.
Dengan wajah yang berlumuran darah dan tubuh yang hampir telanjang Nyonya Margareth menatap putri kecilnya. Mencoba meminta janji kepada putri kecilnya supaya tidak takut dan berjuang untuk melarikan diri.
Detik berikutnya tampak wanita cantik itu menerobos sekelompok laki - laki berjaket hitam dan menghunus pisau dengan membabi buta. Karena serangan yang mendadak, seorang laki - laki tinggi besar segera menarik pistol disaku jaketnya dan dorrr ... . Tubuh Nyonya Margaret luruh ke lantai dengan bersimbah darah.
" Tidaaaakkkkk !!!! " nampak Kinara semakin tersengal - sengal nafasnya. Wajah putihnya nampak pucat pasi.
Kenangan masa lalu yang membuatnya selalu ketakutan di tengah hujan dan bunyi petir serta kilatan - kilatan petir yang menyambar.
Tubuhnya menegang dan lemas seketika.
***
" Han ... . "
" Iya, Tuan ! "
" Bawa wanita itu, Aku ingin memakainya , "
Han Liu menunduk hormat dan berlalu menuju ruang bawah tanah dimana Kinara berada.
Langkah kakinya cepat menuruni tangga dan memasuki sebuah ruangan bawah tanah.
Tembok yang lembab dan dingin nampak mencekam.
Sisi kanan kiri dengan tembok batu besar sebagai pondasi yang kuat sebuah mansion megah menambah aura mencekam. Bau anyir yang tidak biasa menyeruak.
Han Liu menuruni tangga untuk mencapai kamar tempat Kinara di sekap.
Han Liu menarik sebuah anak kunci dari saku celananya dan memasukkan pada lubang kunci. Memutarnya sejenak dan klekk ... pintu terbuka.
Han Liu kaget mendapati Kinara tergolek di lantai dengan kepala yang berlumuran darah.
Tangannya dengan cekatan menelepon dokter Ryan Juville untuk segera datang.
Han Liu mengangkat tubuh Kinara yang masih tergolek di lantai.
Terbersit dalam hatinya ketika menatap sebentuk wajah cantik yang pucat. Tak terasa tangannya mengelus pipi Kinara dan menyibak anak rambut yang menjuntai di wajahnya.
" Cantik, " Han Liu bergumam perlahan.
Tangannya tersentak kaku ketika menyadari bahwa tangan kanannya masih mengelus pipi Kinara.
👉 Bersambung
👉 Jangan lupa dukung author dengan rate bintang lima, like, coment dan votenya. Terima kasih.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!