Bisma meraih gagang pintu kamarnya setelah mandi dan membaringkan tubuhnya yang gila ke ranjang tepat di depan cermin besar yang menempel di pintu lemari.
Bangun dan menatap cermin besar itu, Bisma dapat melihat tubuh bagian atasnya yang telanjang dengan perut sixpack yang membuat siapa saja tergila-gila, tak terkecuali adiknya yang paling ia sayangi.
"Kak!!" Panggil Zani.
Zani menghampiri Bisma yang sedang melamun untuk mengajaknya sarapan.
"Astagfirullah Kak Bisma!" Teriak Zani.
Bisma langsung tersadar dari lamunannya dan menuju meja makan.
"Bisma, nanti sepulang sekolah kamu langsung ke butiknya mama ya!"
"Tapi ma, nanti Bisma mau nganterin Zani beli buku."
"Ya sudah, kalian pergi saja."
Pukul setengah tujuh, Bisma dan Zani meluncur ke sekolah dengan mobil putih yang di berikan papanya.
Gerbang sekolah yang sudah terbuka lebar, harumnya gedung sekolah karena bunga-bunga bermekaran, Bisma yang tampan dan selalu dicari para wanita tak terkecuali guru-guru perempuan yang menagih tugas telah tiba di sekolah.
"Turun Zan!" Ujar Bisma sambil membukakan pintu mobil kepada Zani.
"Iya Kak, makasih."
Semua teman mereka yang melihat keakraban dua kakak beradik ini hanya bisa terpana dan berdesas-desus satu sama lain.
"Belajar yang rajin ya Zan, nanti setelah bel pulang Kakak tunggu di sini." Ujar Bisma di depan kelas Zani.
Zani memanggutkan kepalanya dan melenggang masuk ke kelas yang sudah cukup ramai.
"Zan, Kakak lo namanya siapa sih?" Tanya Sarah salah satu teman Zani.
"Bisma!" Jawab Riani.
Riani adalah teman Zani yang paling dekat dan paling pengertian dengan Zani.
"Eh, gue nanya sama Zani bukan sama lo ya Rin." Ujar Sarah dengan nada tinggi.
"Ngapain lo dekat-dekat sama Zani? Apa karena lo mau kenal Kak Bisma aja?" Tanya Riani.
"Udah Rin, siapa aja boleh kenal sama kakak gue."
"Tuh kan!" Ucap Sarah.
"Udah Rin, lo nggak usah ngeladenin Sarah kaya lo nggak tau sifatnya aja." Ujar Zani.
Delapan jam di sekolah sungguh sangat melelahkan, yang dirasakan Zani sama halnya yang dirasakan Bisma. Rasa empati yang terus keluar dari dalam diri Bisma kepada Zani sungguh tidak dapat dibendung sejak dulu, malahan semakin kuat.
"Zan ini Kakak bawakan minuman, diminum gih!"
"Loh kak, makasih ya."
Semua cewek yang ada di kelas Zani tidak bisa berkata sepatah kata pun membuat Zani merasa heran.
"Weee, kelas kok jadi sepi gini." Guman Zani dalam hati.
"Rin, lo ngapain sih kok diem?" Tanya Zani kepada Riani yang duduk di sebelahnya.
"Eh nggak papa kok Zan, tadi gue cuma kaget kenapa tiba-tiba Kak Bisma datang ke kelas." Jawab Riani yang baru saja tersadar.
Bel pulang sudah dibunyikan, semua murid kelas Zani keluar tak beraturan dari dalam kelas. Namun, setiap teman perempuan Zani terlihat selalu kaget saat keluar pintu.
Zani pun juga kaget bukan main, setelah melihat Bisma berdiri dengan hoodie biru warna kesukaannya berdiri di depan pintu kelasnya.
"Bikin kaget aja Kak, lain kali kalo nungguin Zani agak jauhan dikit dari pintu kenapa sih, kasian tem-" Ucapan Zani yang panjang diputus oleh Bisma saat tangannya meraih tangan Zani dan membawanya pergi.
"Tadi pagi katanya mau beli buku, ya udah sekarang kita beli ." Ujar Bisma.
Sepanjang koridor sekolah yang dilalui Bisma dan Zani, banyak sekali siswa perempuan yang tak segan berhenti untuk memperhatikan mereka berdua yang sangat mesra tak selayaknya kakak beradik.
Hari yang melelahkan bagi Zani setelah menerima pelajaran dari sekolah belum lagi tugas-tugas yang diberikan gurunya seperti bukan hal yang tidak wajar.
Setelah membersihkan diri, Zani langsung masuk ke kamar dan menghadap meja belajarnya untuk bersiap mengerjakan tugas sebelum kakaknya yang paling sayang itu datang dan menganggu.
"Hahh." Hela napas Zani.
"Mau kakak bantu ngerjain tugas nggak?" Suara Bisma yang tiba-tiba terdengar oleh telinga Zani.
"Loh, kakak kok di kamar Zani?" Tanya Zani terheran-heran.
"Itu nggak penting." Jawab Bisma
"Keluar kak! Zani mau ngerjain tugas." Usir Zani.
"Sini kakak bantu."
"Kakak selesaiin tugas kakak sendiri biar nggak dikejar-kejar sama guru mulu."
"Weeee, dari mana kamu tau? Kamu belum ada satu bulan masuk sekolah di sana." Tanya Bisma sambil memberikan tatapan mengerikan kepada Zani.
"Semua tau Kak, Bisma Ramawijaya sudah terkenal nggak pernah ngerjain tugas."
"Bilang apa kamu adikku sayang?
Bisma mendekatkan wajahnya ke wajah Zani dan bersiap menerkam mulut Zani yang baru saja menjelekkan namanya.
Udara dingin keluar dari mulut Bisma setelah ia meniup bibir Zani yang ceriwis.
"Mulut kakak bau, sana keluar atau Zani teriak biar kakak dimarahin Papa."
"Iya iya."
Bisma melenggang keluar dan pergi ke ruang tv.
Rin Riani
Zani : Rin, besok pagi tolong bawain gue kertas folio ya. Tadi gue lupa beli.
Riani : Heem iya, kalo nggak lupa ya beb.
Zani : Awas aja kalo sampai lupa
Riani : Ehhh udah minta nyolot lagi, dasar Zani
Zani : Iya maaf, tapi jangan sampai lupa lo.
Riani : Emang buat apa sih Zan.
Zani : Tugas ekonomi kemarin.
Riani : Berarti lo mau ngerjain besok di sekolah Zan? Besok kan harus dikumpul.
Zani : Ya nyontek lo lah Rin, ngapain ambil pusing.
Riani : Hem
Zani memang anak yang santai sama seperti Bisma namun ia lebih pintar dan rajin. Bisma sudah beberapa kali diingatkan oleh mamanya namun tetap saja berperilaku sama dan tidak ada hal yang berubah dari dalam dirinya.
Zani yang sangat disayanginya memang satu-satunya semangat hidup yang dimiliki Bisma sejak kecil.
Saat Bisma berumur tiga tahun ia kedatangan adik perempuan lucu yang sudah ia tunggu-tunggu. Setiap hari Bisma bahkan rela tidak keluar rumah demi menjaga dan bermain dengan adiknya.
Sayang dan perhatian Bisma kepada Zani memang sudah tidak diragukan lagi. Dulu pernah, ketika Zani terjatuh ke kolam di rumahnya, Bisma rela menjatuhkan diri ke air untuk menolong Zani walaupun ia belum bisa berenang.
Sampai sekarang pun, Zani yang sudah besar dan dewasa masih ia anggap sebagai seorang anak kecil yang lemah dan menggemaskan. Walaupun Zani menolak tawarannya, ia tetap melakukannya.
Kelas 12 merupakan masa diambang kelulusan membuat Zani khawatir dengan kakaknya dan ia pun berusaha menyadarkan kakaknya agar belajar dan mengerjakan tugas.
"Kak, sebentar lagi kakak kan lulus?"
"Iya terus kenapa?"
Hari ini Bisma dan Zani sedang keluar menikmati akhir pekan sambil menjaga butik milik mamanya seperti biasa.
"Kakak mau lanjut kuliahkan?"
"NGGAK!" Jawab Bisma lantang.
"Terus, kalau nggak kuliah mau ngapain kak? Nganggur? Nyusahin papa mama? Nikah terus punya an-"
"Kakak mau daftar TNI."
"Hah? Serius kak?" Zani terkejut.
"Serius lah Zan, liat nih." Jawab Bisma sambil membuka kaos dan memamerkan perut penuh abs nya kepada Zani.
"Kakak sudah bilang ke papa?"
"Belum."
"Buruan bilang kak, takutnya nanti papa sudah buat rencana buat Kakak."
"Iya."
"Kakak punya abs ternyata, gue nggak nyangka. Dan gue pikir Kak Bisma emang keren juga ya, ganteng pula, pantesan teman-teman pada naksir sama Kak Bisma." Batin Zani.
"Ehh jantung gue kok jadi deg-degan gini sih."
"Papa lihat kamu sudah beberapa bulan ini sering joging sama renang?"
"Oh itu cuma iseng aja pa."
Tak ingin panjang lebar menjawab pertanyaan papanya, Bisma langsung menuju kamar Zani dan berangkat ke sekolah.
"Bisma, mau kemana? Ini kan hari Minggu.
"Mau ke sekolah ma, ada ekstra."
Mengetuk kamar Zani yang masih terkunci dan terdengar belum ada aktivitas yang dilakukan Zani, Bisma langsung masuk karena sebenarnya ia memiliki kunci cadangan kamar Zani.
Inilah alasan Bisma bisa masuk kapan saja tanpa sepengetahuan Zani seperti waktu itu.
"Bangun Zan." Sambil menarik selimut Zani, Bisma terus saja menggoyangkan tubuh Zani agar segera terbangun.
"Apaan sih Zani mau istirahat Kak, lagi pula ini hari Minggu kan?"
Zani membangunkan dirinya dan duduk di ranjang di samping Bisma yang aneh ini.
"Temenin Kakak nge-gym."
"Apa? Nge-gym? Sejak kapan kak?"
"Udah nggak usah banyak nanya, buruan mandi sana! O ya, nanti kalo ditanya papa mama atau siapapun kamu bilangnya kita mau ke sekolah ada ekstra gitu!"
"Hemmm."
Zani benar-benar heran dengan Bisma yang ternyata memiliki tekad kuat dan semangat yang belum pernah ia lihat dalam diri Bisma selama ini.
"Kak, kakak yakin mau daftar TNI?" Tanya Zani semasa Bisma mengemudikan mobil.
"Yakinlah Zan."
"Tapi kenapa kak?"
"Impian kakak dari SMP. Kamu dukung kakak kan Zan?"
"Iya, apapun yang kakak lakukan pasti Zani dukung."
Tiba-tiba Bisma meraih tangan Zani dan menempelkan didadanya. "Zan, kamu ngerasain nggak?"
"Iya kak, jantung kakak deg-degan."
"Kamu tau itu perasaan apa Zan?"
Zani menggeleng-gelengkan kepalanya tanda tidak tau maksud kakaknya itu.
"Kalau kakak di dekat kamu pasti begini Zan."
"Makasih ya kak, Kakak selalu sayang perhatian sama Zani. Kalau begitu, Zani juga akan selalu mendukung Kakak."
Senyum lebar terukir di bibir Bisma setelah mendengar ucapan adiknya yang sangat ia sayangi.
Semangat Bisma semakin besar dan berjanji kepada dirinya akan membahagiakan Zani.
"Mas, Bisma akhir-akhir ini aku perhatikan dia rajin banget joging terus renang. Kenapa ya?" Tanya Risa
"Kemarin aku tanya sama dia, katanya cuma iseng aja." Jawab Pandu
"Kamu coba tanyain lagi mas, siapa tau Bisma punya alasan lain."
"Iya Sayang."
Semua kegiatan yang dilakukan Bisma akhir-akhir ini selalu dicurigai oleh orang tuanya yang terheran dengan sikapnya.
Sampai saat ini, Bisma belum memberitahu orang tuanya mengenai rencananya setelah lulus. Zani pun juga tidak memberitahu karena ia sudah berjanji dengan Bisma.
Zani Sayangku
Zani : Kak, nanti aku mau pergi sama Juna. Kakak pulang aja duluan, katanya mau renang kan
Bisma : Kakak nggak jadi renang
Zani : Ya udah Kak, nanti kakak langsung pulang aja. Soalnya Zani mau ngerjain tugas di rumahnya Juna.
Bisma : Juna siapa? Rumahnya mana? Sama siapa? Berdua atau banyak orang?
Zani : Aku tadi dapet kelompok praktikum kimia cuma berdua sama Juna, terus belum selesai buat laporan ya mau nggak mau harus dikerjain Kak
Bisma : Kenapa nggak disekolah aja sih Zan?
Pesan terakhir dari Bisma hanya dibaca tanpa ada balasan dari Zani, sehingga Bisma langsung menelpon adiknya.
"Nomor yang Anda tuju tidak menjawab."
Tanpa berfikir panjang, Bisma langsung meninggalkan pelajaran yang sedang berlangsung dengan alasan mau ke kamar mandi.
Bisma langsung berlari menuju ruang kelas Zani di lantai satu yang membutuhkan waktu cukup lama untuk sampai di sana.
Bisma mengetuk pintu kelas Zani yang nampaknya sedang pelajaran.
"Tok tok tok."
"Pak, saya mau bertemu adik saya Zani. Ada keperluan sebentar."
"Oh maaf Bisma, Zani tidak sedang di kelas." Jawab Pak Agung.
"Zani di UKS Kak." Teriak salah seorang teman Zani.
Bisma berlari secepat mungkin menuju UKS dan berharap tidak terjadi apa-apa dengan adiknya.
Pintu UKS yang tadinya tertutup langsung Bisma buka dan mengecek satu persatu kamar rawat perempuan.
"Zani." Teriak Bisma setelah menemukan Zani berbaring sambil memegangi perutnya.
"Kamu kenapa?"
Bibir Zani yang tadinya terlapisi lipstik tipis sekarang berubah menjadi pucat dan kering bahkan ia tak mampu membuka mulutnya untuk menjawab pertanyaan Bisma.
Zani hanya menggeleng-geleng dengan lemas dan pucat.
Bisma tiba-tiba keluar terburu-buru dan berlari kembali ke kelas.
"Eh Bisma, dari mana aja Lo? Terus sekarang lo bawa kunci mobil buat apa?" Tanya Akbar.
"Zani sakit, gue harus bawa dia ke rumah sakit."
"Tapi, abis ini guru killer masuk Bis."
"Bodo amat."
Bisma kembali ke UKS dan langsung menggendong Zani dan memasukkannya ke mobil yang sudah ia ambil dari parkiran.
"Bisma."
Bisma menghiraukan panggilan dari guru yang berdiri di belakangnya dan langsung mengemudikan mobilnya.
Sesekali Bisma menoleh ke arah Zani yang sedang menahan rasa sakit.
Sesampainya di rumah sakit, semua orang yang ada di sana tak hentinya memperhatikan Bisma yang menggendong Zani dengan masih berseragam sekolah.
Setelah Zani di bawa masuk ke IGD, Bisma tetap berdiri di depan pintu. Perhatian terus saja tertuju kepada Bisma, namun ia tidak memperdulikannya.
"Gimana dokter, adik saya kenapa?" Tanya Bisma setelah dokter keluar dari IGD.
"Bukan apa-apa dek, ini hal biasa yang terjadi dengan wanita seumuran adik kamu."
"Maksudnya dok?"
"Mari ikut ke ruangan saya."
Bisma hanya tersenyum mengingat kelakuannya baru saja yang terlalu khawatir dengan Zani dan rela meninggalkan pelajaran.
"Gimana Zan, udah enakkan belum perutnya?"
"Uudah Kak, makasih ya udah bawa Zani ke sini."
Telunjuk Bisma menempel di bibir Zani. "Usstt, jangan banyak bicara dulu."
Zani hanya tersenyum dan berusaha bangkit namun di halangi oleh Bisma.
Cukup lama Zani berbaring di rumah sakit dan akhirnya pulang setelah keadaannya membaik.
Mereka berdua berjalan menuju mobil, Zani yang digandeng oleh Bisma menghentikan langkah dan menempelkan kepalanya di dada Bisma.
Bisma menyambut pelukan hangat dari Zani. "Makasih kak, kakak udah peduli sama Zani."
Bisma mengecup ubun-ubun Zani sambil tersenyum.
Suasana yang tadinya senyap terganggu dengan suara notifikasi handphone Zani.
"Halo Jun, ada apa?"
"Tadi gue dengar dari Riani katanya lo sakit."
"Iya Jun, tapi sekarang udah sembuh kok."
"Nanti gue, Riani, sama Sarah ke rumah Lo"
"Iya makasih ya Jun"
"Dari Juna?" Tanya Bisma.
"Iya kak, nanti dia mau ke rumah."
"Udah dengar, kamu ada hubungan apa sama Juna?"
"Kenapa kakak tanya begitu?"
Bisma langsung menarik tangan Zani tidak dengan lembut seperti tadi, membuat Zani merintih kesakitan yang tidak pedulikan oleh Bisma.
Karena kejadian ini, selama perjalanan ke rumah, Zani tidak berani berkata-kata dengan Bisma. Dari dulu Zani takut jika membuat kakaknya marah.
"Maafin Kakak Zan, kakak cuma nggak suka lihat kamu sama cowok selain Kakak. Kamu masih kecil." Guman Bisma dalam hati.
Melihat Zani terlelap, Bisma hanya tersenyum dan lalu mencium punggung tangan Zani.
"Kakak sayang kamu."
Tubuh kecil Zani yang terus dipepet oleh Bisma ke tembok tidak bisa bergerak. Zani benar-benar membuat Bisma sangat marah, Zani memecahkan barang kesayangan Bisma yang telah ia rawat sejak kecil.
Sebuah guci kecil yang tidak beraturan bentuknya tidak sengaja tersenggol oleh Zani saat sedang membersihkan kamar Bisma. Guci itu yang hanya sebesar kepalan tangan dan bentuknya tidak beraturan bahkan tidak dapat berdiri dengan sempurna.
"Kamu tau, ITU APA?" Teriak Bisma di depan wajah Zani.
Bahkan Zani dapat merasakan cipratan ludah Bisma. Zani hanya menunduk dan membungkam.
Bisma mencengkram kedua pundak Zani dengan keras sehingga membuat Zani perlahan meneteskan air mata.
"cihhh." Bisma melepaskan cengkeramannya dan perlahan menjauhi Zani.
Zani hanya terdiam dan tubuhnya merosot ke bawah setelah membuat kakaknya sangat marah. Bisma kemudian keluar meninggalkan Zani di kamarnya.
Seharian setelah kejadian tadi pagi, Bisma belum menampakkan dirinya sehingga membuat Zani sedikit khawatir. Namun ia takut kakaknya masih marah kepadanya, maka dari itu Zani mencoba memasakkan makanan kesukaan Bisma dengan maksud dapat meluluhkan hati kakaknya kembali.
Suara wajan dan solet yang saling berbenturan membuat suara yang berisik.
"Heh" Zani dikejutkan dengan suara itu sehingga membuatnya menoleh seketika.
"Kakak?"
"Kamu tau? Kakak nggak bakal makan makanan itu." Ucapan Bisma seketika membuat semua aliran darah di tubuh Zani berhenti. "Masih marah ya?" Gumam Zani.
Bisma yang biasanya tersenyum dan selalu mengusap ubun-ubun Zani hari ini tidak, ia bahkan memberikan tatapan sinis dengan mata sedikit melotot.
Tidak berpikir panjang, Zani langsung berlari mengejar Bisma yang hendak menuju ke kamarnya.
"Kak, tunggu!"
Langkah Bisma terhentikan oleh suara adiknya, kemudian Bisma menoleh.
"Kakak masih marah?"
"Kamu pikir?
"Maaf kak, Zani benar-benar nggak sengaja, kalau kakak mau biar Zani ganti."
Bisma malah tertawa dan menghampiri Zani.
"Mau ganti pakai apa?" Tanya Bisma mengejek.
Zani hanya terdiam dan tidak menjawab pertanyaan Bisma.
"Nggak akan ada barang itu dimana pun, sampai ke ujung dunia manapun nggak ada yang bakalan bisa bikin. Itu hanya bisa dibikin oleh anak kecil ingusan yang selalu buntutin Kakak kemana pun kakak pergi." Ujar Bisma.
Zani mengerutkan jidatnya dan menggelengkan kepala. "Maksudnya?"
Bisma mengusap lembut rambut Zani yang sangat tidak tertata. Ia mendorong kepala Zani dan menempelkannya ke dadanya.
"Itu adalah hadiah pertama dari kamu Zan."
"Dari Zani?"
"Kamu ingat? Dulu waktu kakak nangis karena nggak dibelikan mainan sama papa, kamu datang sambil membawa benda itu yang masih basah dan penuh lumpur. Kamu bilang ini untuk kakak buat main sama kamu."
Zani mengeratkan pelukannya dan menangis. "Maaf kak, Zani nggak tau seberharga itu hadiah buruk dari Zani."
"Itu adalah barang yang selalu kakak bawa setiap kali kakak pergi jauh, biar kalau kakak rindu sama kamu kakak cukup pegang guci itu Zan."
"Jadi kakak udah nggak marah sama Zani?"
"Kakak nggak pernah marah sama kamu Zan. Kakak cuma nggak mau kalau kakak nggak bisa ngobatin rindu."
"Udah ah, Zani tadi udah masakin nasi goreng buat kakak."
"Nggak mau."
"Loh kenapa?"
"Kalau kamu belum ganti guci itu, kakak nggak mau makan."
"Ganti pakai apa kak?"
"Terserah kamu, yang penting benda itu hanya ada satu di dunia."
Mendengar perintah Bisma, Zani langsung berfikir apa yang akan ia berikan untuk mengganti guci itu. Dan akhirnya ia menemukan ide.
Zani bergegas pergi ke toko jahit untuk mencari peralatan yang digunakan untuk membuat boneka. Kali ini ia akan memberikan hadiah kepada kakaknya untuk yang kedua kalinya. Sebuah boneka dari kain yang diisi dengan dacron kemudian dijahit dengan penuh sayang.
Semua barang-barang telah siap, Zani masuk ke kamar dan memulai pekerjaannya.
Suara pintu terbuka, dan menampakkan Bisma di ambang pintu.
"Lagi apa Zan?" Bisma mengampiri Zani dan duduk di sampingnya.
Zani bergegas menyimpan boneka setengah jadinya.
"Nggak ngapa-ngapain kok."
"Itu apa di belakang kamu?"
"Kakak buruan keluar sana!" Perintah Zani sedikit membentak.
"Kakak mau lihat dulu hadiah yang mau kamu kasih."
"Aku nggak bakal kasih hadiah, kalau kakak nggak keluar dari kamar Zani sekarang juga."
"Oke sayang, kakak keluar." Bisma keluar dari kamar Zani dan menuju ke sofa depan TV.
Hari Minggu yang sangat membosankan, itulah yang ada di benak Bisma. Karena hari ini Pandu dan Risa sedang menjenguk orang tua mereka yaitu kakek dan nenek Bisma dan Zani di luar kota.
Bisma juga tidak berani membujuk Zani untuk pergi jalan-jalan karena malu dengan apa yang ia perbuat tadi pagi. Kemungkinan juga besok pagi Zani akan berangkat sekolah bersama Juna karena ia tau jika Zani pasti sudah menelpon Juna saat tadi pagi mereka bertengkar.
Sejam berlalu Zani belum kunjung keluar kamar, Bisma sangat kesepian hanya suara TV yang mengajaknya mengobrol. Zani adalah tipe anak yang apabila baru saja marah, ia tak akan keluar kamar dalam waktu yang lama.
Saat Bisma sedang berjalan mengambil makanan di dapur, tiba-tiba suara TV yang tadinya keras menjadi tidak bersuara, seluruh ruangan yang tadinya terang menjadi gelap gulita.
"MAMAA." Terdengar suara teriakan Zani dari dalam kamar.
Bisma buru-buru berlari menuju kamar Zani untuk mengecek keadaan Zani.
"ZAN."
Setelah mengambil senter dari ruang tengah Bisma menyorotkan senter itu ke segala sudut kamar Zani dan menemukan Zani duduk ketakutan di sudut kamar.
Bisma mengampiri Zani dan terhenti langkahnya saat senternya tidak sengaja menyorot kaki Zani yang berlumuran darah segar.
"Zan, kamu kenapa?" Tanya Bisma khawatir.
"Sasakit kak, jangan di pegang." Ujar Zani sambil menangis.
Bisma kembali keluar untuk mengambil kotak p3k.
Kaki Zani sudah terbungkus kain kasa yang dipakaikan oleh Bisma. "Mama di mana kak?"
"Mama sama papa belum pulang."
"Aku nggak berani tidur sendiri kalau gelap gini kak." Zani memegangi lengan Bisma dengan kuat.
"Mau kakak temenin?"
Zani mengangguk, mereka pun tidur di atas ranjang yang sama setelah delapan tahun.
Setelah Zani terlelap, Bisma membalikkan badannya dan wajahnya menghadap wajah Zani. Ia dapat merasakan hembusan napas Zani yang teratur. Bisma hanya tersenyum dan menyusul Zani ke alam mimpi.
Mereka tidur bersama di suasana rumah yang gelap, hanya cahaya bulan yang menyinari mereka berdua dari celah-celah ventilasi kamar Zani.
Suara tetangga yang masih ribut mencari lilin dan senter, gemuruh mesin motor yang mondar-mandir di depan komplek, tidak membuat tidur Bisma dan Zani terganggu. Hanya ada rasa risih yang dirasakan Zani yang terpaksa tidur di samping Bisma.
Sebaliknya dengan Bisma, ia sangat berterima kasih kepada Tuhan karena dapat tidur di samping adiknya yang paling ia sayangi sepanjang malam.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!