Prolog
Hallo perkenalkan ini karya autor yang ke ... Ah tidak tahu lah, kan selama beberapa bulan ini author menulis cerita yang tidak jelas.
Tapi tenang aja para readers yang hebat, kali ini karya author yang berjudul POSESIF (XelAlfarel) akan menemani waktu santai readers nih dengan tema cerita 'Teen'.
Sebenarnya cocok banget nih buat yang lagi bosan, karna mungkin anda akan menemukan hal baru dari cerita ini, kisah Xela yang bertemu dengan seorang laki-laki bernama Alfarel. Laki-laki yang menyelamatkannya dari jebakan sahabatnya, Ghea yang telah mengkhianatinya.
Alfarel sendiri memiliki masa lalu ditinggalkan seseorang bernama Alika, oleh sebab itu akhirnya ia menjadi laki-laki yang posesif terhadap orang yang ia cintai.
Tahulah! posesif oleh faktor seseorang yang terlanjur merasa bahwa orang lain adalah bagian dari hidupnya sehingga muncullah rasa kepemilikan. Tidak cukup memiliki tapi harus overprotective dan overthinking.
Sampai disini ya Prolog yang bisa Author sampaikan, kalau terlalu panjang mungkin readers akan pergi tinggalkan author tanpa membaca karya ini dulu.
Selamat berakhir pekan atau selamat rebahan dan bersantai.
*******
Xela Febriani duduk bersila di atas ranjang berukuran mini di kamar kost nya.
Tangannya memijat kepalanya frustasi, sekali gadis itu melirik smartphone yang berdering terus-menerus.
Air mata gadis itu tiba-tiba lolos dari kelopak mata cantiknya, rambut panjang yang terurai berantakan sebagian menempel di pipi yang basah oleh air mata.
Bagaimana bisa, aku tidak tahu lagi harus bagaimana menghadapi ini semua.
Bisa di ketahui gadis itu sedang dalam masalah. Siang yang panas tidak membuatnya gerah, malah rasanya Xela ingin demam.
Sekali lagi smartphone gadis itu berdering, pesan singkat masuk.
Xela bagaimana kehidupan mu disana, apa kamu bahagia? Apa disana kehidupan mu terjamin?
Tertera disana nama seorang yang mengirim pesan adalah 'Fiana' yang tidak lain adalah kakaknya sendiri.
Xela memiliki kakak dan adik selain kakak sulungnya, ia anak ke tiga dari empat bersaudari.
Kakaknya yang kedua bernama Anna, dan adiknya yang bungsu bernama Chesi
Ayahnya telah meninggal sejak Xela berusia 5 tahun.
Sekarang gadis itu sudah tumbuh dewasa, ia sudah berusia 18 tahun. Xela duduk di kelas dua SMA, ia bersekolah di kota K berkat prestasinya yang mendapatkan beasiswa.
Kembali Xela melihat pesan singkat dari kakak sulungnya. Ia tahu jika kakak sulungnya selalu saja berulah untuk memancing amarahnya.
Xela berusaha menahan amarahnya saat ini. Ia tahu kehidupan di kota sangatlah sulit, pekerjaan tidak mudah didapatkan begitu saja jika tidak di cari dengan serius dan waktu luang yang bisa digunakan untuk bekerja dengan waktu penuh.
Xela menengadahkan kepalanya, pernapasannya mulai tersumbat oleh karena sedikit isakan tangis.
Ia teringat saat ia berdebat dengan kakak sulungnya sebelum berangkat ke kota R.
"Lebih baik kamu tinggal di kampung saja Xela. Berkebun, membantu ibu yang masih memiliki hobi berkebun. Barangkali kamu cepat menemukan jodoh dan kamu tidak meresahkan di keluarga ini. Biarkan hanya Chesi yang di perjuangkan nanti agar Chesi lulus sampai sarjana."
Ucap Fiana, kakak sulungnya kala itu.
"Nggak. Aku nggak mau berkebun. Kakak aja yang tidak percaya sama sekali denganku. Aku sering keluar belakangan ini bukan karena ingin berpacaran, tetapi aku ada kegiatan di luar sana yang butuh pelatihan."
Xela membela diri.
"Pelatihan apa? Pergi lebih dari tiga jam. Mana waktu untuk bekerja. Asal kamu tahu hidup itu butuh bekerja. Kalau kamu masih ingin kakak membiayai kamu sekolah, kamu harus bisa menuruti apa kata kakak. Lihat Chesi yang pandai bekerja, sementara kamu kakak nya tidak bisa apa-apa hanya bisa habiskan uang saja."
Ucapan menyakitkan itu terlontar membuat dada Xela sangat sesak.
"Oke kalau begitu. Ingat kak, setelah lulus SMP. Aku akan pergi meninggalkan kampung. Aku pasti akan dapat beasiswa, aku akan tinggal di kota. Aku tidak mau memiliki bakat tetapi tidak di kembangkan."
"Omong kosong Xela. Kamu saja tinggal disini jaga warung tidak becus. Bagaimana tinggal di kota nanti, mau tinggal dimana? Kehidupan ekonomi bagaimana?"
Fiana tersenyum getir menunjukkan rasa tidak percaya kepada omongan Xela.
Xela merasa di remehkan dan disitu semakin kuat keinginannya untuk pergi ke kota dan hidup disana.
"Baiklah kak. Aku tahu aku ini orang yang tidak bisa apa-apa. Aku payah, aku tidak becus bekerja. Tapi aku berjanji selama di kota aku tidak akan mau meminta atau menerima sepeser pun uang dari kakak kalau kakak memang tidak mau membantu ku. Aku berjanji akan menjadi orang sukses kelak.
Aku masih muda, bukankah bodoh sekali perkataan mu sebelumnya kak. Kakak mengatakan kepada cepat mendapat jodoh. Aku masih 16 tahun kak. Lucu dan bodoh kalau misalnya nikah muda."
Itulah kilas balik tentang Xela. Ingatan itu membuat gadis 18 tahun itu semakin mengacak rambutnya dan ingin berteriak meratapi nasibnya. Tapi apa boleh buat, jika ia berteriak di kamar kos mini yang ia tempati pasti penghuni kost yang lainnya akan terganggu atau bahkan penasaran akan apa yang terjadi keadaanya.
Gadis itu memilih meringkuk saja daripada membuka mulut selebar mungkin dan mengeluarkan suara berisik seperti orang frustasi berat pada umumnya, ia tahu berada di lingkupan tembok alias lokasi kos padat yang banyak penghuni tentu membuatnya harus menjaga image agar ia hidup tidak mudah di cela dan masalah hidupnya pun tidak akan orang lain tahu.
Disaat gadis itu berusaha menenangkan diri agar air matanya tidak tumpah sebanyak mungkin. Ia pun memilih untuk memikirkan apa yang akan ia kerjakan, merancang hal yang berguna. Toh, percuma buang air mata sebanyak mungkin dan membuat wajah cantiknya menjadi bengkak.
'DRRTT'
Xela mendengar lagi deringan smartphonenya.
Segera ia membuka pesan singkat WhatsApp yang ternyata dari sahabatnya, Ghea.
Xel, Lo sibuk gak?
Isi pesan Ghea.
Oh nggak ni. Ada apa?
Xela segera membalas pesan singkat sahabatnya itu.
Oke, to the point aja ya Xel. Gue tahu lo butuh pekerjaan. Gue mau tawarin lo pekerjaan, hasilnya lumayan kalau lo berhasil melayani clien dengan baik.
Pesan balasan dari Ghea membuat Xela segera mengubah air mukanya. Mukanya berseri-seri seperti bunga mekar setelah mendapatkan energi.
Xela membalas pesan lagi dengan semangat.
Wah rau aja sahabat gue. Iya gue mau deh. Gue terima tawaran lo. Tapi pekerjaannya apa ya kalau boleh tahu?
Kalau gitu datang aja kesini. Gue gak bisa ngomongnya lewat chat. Lo dateng, gue akan kasi alamat soalnya gue nggak dirumah.
Balasan pesan yang dinanti Xela akhirnya sukses membuatnya bergegas untuk bersiap-siap karena alamat yang akan ia tuju untuk menemui Ghea sudah terkirim.
Oke gue otw. Tapi maklumi kalau lama, soalnya gue jalan kaki.
Balas Xela jujur, kebetulan alamat yang di beri Ghea tidak jauh letaknya dari kostnya, kira-kira hanya butuh waktu selama 20 menit saja jika berjalan kaki.
Gadis itu dengan semangat bersama langkah pastinya, pakaian yang ia gunakan sederhana hanya sepasang kameja putih kotak-kotak berlengan panjang yang pas di tengah tubuh rampingnya dan jeans berwarna biru laut, ia menggunakan sepatu putih agar selaras dengan kameja yang di gunakannya.
Semoga kali ini pekerjaan yang aku jalani bisa menunjang kehidupanku di kota. Dan kakak Fiana, aku tidak akan malu lagi terus di remehkan karena sebentar lagi aku memiliki pekerjaan dan mampu menabung untuk kehidupan ku disini.
Gadis itu membatin dan berharap penuh dengan lengkungan bibir menghiasi wajahnya sepanjang perjalanan. Meskipun terlihat jalanan macet di alun-alun kota, tidak membuat gadis itu kalut, lagipula ia berjalan kaki, kemacetan dijalan raya tentu mempengaruhi langkah kakinya.
Bersambung ..
Seorang laki-laki tampan sedang memandangi sebuah foto di smartphonenya. Namanya Alfarel, ia memandangi foto gadis cantik yang kira-kira berusia 17 tahun.
Dari tatapan matanya, laki-laki itu menatap foto di smartphone dengan pilu.
Rambut pendek berponi milik Alfarel menutupi matanya berulang kali oleh tiupan angin sepoi-sepoi. Saat ini ia sedang berada di balkon kamar di lantai dua sambil mata netra birunya memandang ke bawah.
Sejurus smartphonenya ia simpan di sakunya, kedua telapak tangannya menutupi wajah dan berakhir dengan mengacak rambutnya.
Kenapa begitu menyakitkan kehilangan seseorang. Aku tidak bisa terima, Alika, Alika, Alika. Kakak tidak percaya kalau kamu secepat ini meninggalkan kakak. Kakak berjanji akan membalas orang itu, kakak akan membalas Marco, kakak berjanji akan membunuhnya kalau suatu hari nanti kakak menemukannya.
Usai berseru didalam hati tangan laki-laki tampan berusia 20 tahun itu mengepal keras. Siapakah perempuan yang ada didalam foto itu?
'TOK'
'TOK'
'TOK'
Kekacauan hati laki-laki itu teralihkan dengan ketukan pintu yang membuatnya segera mengubah air mukanya.
"Masuk, tidak di kunci."
Dalam hitungan detik pintu terbuka dan memperlihatkan seorang laki-laki tampan menggunakan celemek, bisa di tebak ia merupakan asisten Alfarel.
"Maaf Al, bang Al belum makan dari tadi pagi. Bang Al ingin makan apa, akan saya masak apa yang bang Al inginkan siang ini. Kalau tidak makan pasti bang Al akan sakit."
Dengan gerakan gemoy nya, laki-laki ber celemek itu berbicara dengan sopan.
Alfarel sedikit melirik dengan matanya yang menunjukkan ia sedang tidak baik-baik saja saat ini.
"Aku akan makan di luar, Dafi. Lebih baik kamu memasak untuk dirimu sendiri."
Sambil berucap demikian Alfarel bergerak membuka lemarinya dan mengambil jaket kulit berwarna hitam lalu menggunakan jaket yang sangat pas di tubuhnya itu.
"Baik bang Al."
Sahut laki-laki yang menggunakan celemek itu yang ternyata bernama Dafi. Dafi memiliki wajah yang tampan, sayangnya ia tampak Feminim.
"Oh iya jangan lupa Daf, kalau saya belum pulang melewati jam sembilan malam. Segera menyusul."
Ucap Al sebelum langkah kakinya keluar dari rumah mewahnya.
Dafi memiringkan wajahnya dengan dahi yang mengernyit.
"Bang Al mau kemana?"
"Saya pergi ke Rose Room."
Setelah mengucapkan kalimat singkat itu, Alfarel tidak ingin berlama berdiri di tempat, ia langsung berjalan menuju mobilnya. Entah mengapa Dafi malah melongo dan berdiri di tempat sambil mulutnya menganga.
Sementara di tempat lain, Xela sudah sampai di alamat yang sudah di berikan oleh Ghea. Gadis itu memandang bangunan mewah tidak bertingkat di hadapannya. Ada sedikit rasa penasaran, bangunan itu seperti sebuah cafe tetapi di terlihat jelas banyak sekali lampu mini yang terpasang di dinding berbentuk love dan disana bertuliskan Rose Room Fun Place
ROSE ROOM, tempat apa ini. Lumayan bagus, selama ini aku tidak pernah kemari. Semoga saja deh ini tempat jual kopi, aku lumayan pandai buat kopi.
Senyuman tipis menghiasi wajahnya disertai langkahnya yang perlahan masuk.
Gadis itu heran melihat kesana kemari, banyak perempuan dewasa yang menggunakan pakaian minim bersama laki-laki berdasi yang masing-masing duduk berpasangan.
Tempat apa ini. Ah, mungkin saja ini tempat khusus untuk orang-orang kaya. Semoga aku beruntung bisa dapat banyak uang.
Xela membatin, sebenarnya muncul perasaan curiga di hatinya terhadap tempat ini, namun ia berusaha berpikir positif.
"Xela."
Sapa seseorang dari sudut ruangan, orang yang Xela kenal dan yang mengajaknya untuk bertemu, siapa lagi kalau bukan Ghea.
Senyuman Ghea yang mulanya menghiasi wajah cantik berpoles dengan make up tipis kini memudar setelah pandangan matanya melihat penampilan sahabatnya, Ghea.
"Ghea. Kok Lo seksi banget sih, sawan tau gak." tutur Xela yang sudah duduk berhadapan dengan Ghea. Xela memerhatikan penampilan Ghea dari atas sampai bawah, kaki yang di lindungi high heels berwarna kuning emas dan pakaian minim ketat berwarna kuning emas berkilauan, terlebih lagi bagian dada yang sedikit terbuka membuat perasaan Xela menjadi sangat tidak nyaman. Kecurigaan yang ia rasakan semakin besar, jangan-jangan ini tempat pekerjaan orang-orang tidak benar.
Mendadak Xela gelisah, mata bulatnya memerhatikan dua orang pria dan wanita dewasa yang masuk berdua ke sebuah ruangan.
"Xela. Kalau gak berpakaian seperti ini kita nggak akan dapat uang. Kamu juga harus ganti baju." ujar Ghea dengan tersenyum getir melihat penampilan Xela.
"Apa? nggak. Ingat Ghea lo udah milih jalan yang sesat." Xela berucap seraya mengunci dadanya dengan kedua tangannya yang di silangkan, tangannya menyilang memegang bahunya. Ia tidak ingin berpenampilan seksi seperti Ghea, menurutnya itu merupakan penyimpanan sosial, ia masih SMA dan gurunya tidak pernah mengajarkan hal tak senonoh itu.
Xela berbalik badan hendak pergi meninggalkan ruangan yang cukup indah di pandang mata meninggalkan Ghea.
"Om, itu gadis yang aku maksud. Bawa dia."
Xela menolehkan kepalanya mendengar ucapan Ghea, Ghea memanggil laki-laki berdasi yang usianya kira-kira 40 tahun ke atas yang menghampiri Ghea disaat yang sama.
Tidak disangka setelah Ghea berucap demikianlah, laki-laki yang disangka si hidung belang berbadan tegap itu akhirnya berjalan cepat ke arah Xela yang masih terpaku di tempat, ia kebingungan sehingga laki-laki hidung belang berhasil mencengkram tangan Xela dengan erat.
"Lepaskan aku, lepaskan!"
Xela memberontak dengan keras.
"Tolong aku kumohon tolong aku."
Xela sudah menangis ketakutan tetapi orang-orang disekitar malah seperti buta dan tuli, mereka sibuk bermesraan bagi yang berpasangan dan bagi yang tidak, mereka seolah tuli tidak mendengarkan suara teriakan Xela.
Dan Ghea, Ghea tersenyum sinis dan puas melihat sahabatnya di seret ke sebuah ruangan.
"Ghea tolong gue. Lo sahabat gue tega banget lakuin ini." Xela berucap demikian sambil tangannya berpegang kepada gagang pintu sementara seluruh badannya sudah berhasil masuk ke sebuah ruangan yang terlihat mewah.
Ghea tidak peduli, Ghea tersenyum sinis menyaksikan penderitaan Xela.
'BRAKK'
"Akkhh"
Pintu ruangan telah berhasil di tutup oleh laki-laki hidung belang itu. Xela melihat laki-laki itu memutar kunci pintu, sempat ia bangkit untuk merebut kunci tersebut dan memutarnya kembali agar bisa keluar, namun terlambat. Gerakan laki-laki itu lebih cepat, Xela yang sudah berhasil mendekat lalu bersikeras untuk merebut kunci pintu dari tangan laki-laki hidung belang itu. Tetapi tenaganya kalah jauh, bahkan karena bersikeras melawan laki-laki tegap itu, tangannya di cengkeram kembali dan dengan mudahnya laki-laki itu membanting tubuh Xela ke sebuah kasur besar yang sudah terpasang rapi di ruangan itu.
Oh tidak aku dijebak, tolong aku Tuhan.
Laki-laki itu memandang dirinya dari jauh.
"Kamu sangat cantik. Pasti kamu pekerja baru, bersenang-senanglah bersama ku."
Laki-laki itu dengan tidak sopannya mencolek dagu Xela.
'PLAK'
Merasa terancam dan di lecehkan, Xela menampar laki-laki tua itu.
bersambung ...
Alfarel sudah datang di Rose Room, ia sempat mendengar ada keributan, ia juga melihat seorang gadis yang di tarik oleh laki-laki tua.
Perempuan, apa dia hanya modus. Baru-baru gini banyak sekali penipuan meminta tolong tetapi akhirnya bekerja sama untuk menjebak target.
Batin Alfarel saat melihat aksi di depannya, tetapi netra birunya memandang lamat-lamat gadis yang menggunakan kameja putih kotak-kotak itu. Teriakannya sangat histeris, raut wajahnya dari kejauhan jelas mengatakan jika ia sangat butuh pertolongan.
Sempat ragu hari Alfarel. Ia berusaha cuek dan memilih untuk duduk disalah satu kursi. Tetapi suara perempuan tadi sangat menggangu pendengarannya yang tajam bahkan segelas wine yang ada dihadapannya tidak mampu ia sentuh karena adanya gangguan yang Membuatnya kacau.
Sialan, aku kemari untuk menyenangkan hati tapi malah membuat ku sakit telinga.
Tidak mau tinggal diam, Alfarel bangkit dari duduknya menuju ruangan yang ribut mengganggu telinganya, ia tidak peduli lagi orang yang didalam sedang berbuat apa. Yang penting ia ingin membentak mereka agar mereka sadar akan suara bising yang sangat tidak enak di dengar.
'BRAKK'
Alfarel menendang pintu ruangan itu dengan sekuat tenaganya, pandangan semua orang yang ada di Rose Room teralihkan kepadanya. Dijamin, ketampanan yang dimiliki Alfarel membuat para wanita seksi klepek-klepek pada pandangan pertama.
Alfarel melihat adegan di hadapannya, seorang perempuan yang menangis, mukanya sudah tampak bengkak, ia berhenti berteriak setelah Alfarel berhasil merobohkan pintu yang kuat itu.
Xela yang sedikit lagi hampir menyerah, mendengar suara pintu yang terjatuh. Pertama kali ia melihat laki-laki tampan berdiri didepan pintu dengan netra biru yang menegaskan jika laki-laki itu tampan dan jenius.
Xela tidak berkedip melihat laki-laki itu, siapakah dia?
Laki-laki itu menatapnya dengan intens namun wajahnya sangar, kendatipun demikian tidak membuat ketampanan yang dimilikinya hilang.
"D-dia kenapa mirip dengan Alika? Tidak ini hanya halusinasiku saja." Batin Al pada pandangan pertama kepada Xela gadis yang belum ia kenal.
"Berani-beraninya kau masuk, tidak sopan sekali."
laki-laki hidung belang itu langsung saja berdiri menghampiri Alfarel dengan kameja polos berwarna merah yang sudah terbuka, dasinya entah terlempar kemana.
Alfarel menunjukkan muka marahnya, ia kembali teringat pada masa lalunya.
Flashback on
"***Alika, tolong jangan tinggalkan kakak. cepat katakan bagaimana mereka membuatmu seperti ini?"
saat itu Alfarel duduk dengan Alika di pangkuannya sangat lemah tidak berdaya lagi, perempuan bernama Alika itu tampaknya sangat mengalami luka berat, sekujur tubuhnya lebam.
Saat itu pula Alfarel sedang memangkunya di sebuah rumah tua yang kumuh dan tidak berpenghuni.
"Maafkan aku kak Al. Mereka menyiksaku, Marco memperkosaku berulangkali. Aku tidak pantas hidup lagi, masa depanku hancur, aku tidak bisa bertahan kak."
isakan tangis pilu memenuhi ruangan yang sunyi itu.
"Tenanglah Alika, kakak akan segera membawa mu ke rumah sakit."
Alfarel segera membopong gadis itu keluar untuk membawanya ke rumah sakit. Tetapi di tengah perjalanan, Alfarel menerima kenyataan pahit yang hampir saja membuat akal sehatnya hilang begitu saja.
"Kak, aku tidak bisa bertahan lagi." ucap Alika dengan nada lirih, ia tampak lemah dan mukanya pucat semua.
"Tidak sayang. Kamu bisa, percayalah."
Usai berucap demikian, Alika tidak berucap lagi, Alfarel sedikit menoleh, ia melihat keanehan dari Alika.
Segera ia menghentikan mobilnya, ia mengguncang tubuh Alika.
"Alika, Alika, Alika. Bangun, tolong jangan tinggalkan kakak."
Takdir telah memisahkan seorang Alfarel dan Alika, tidak pernah terduga dari hati Alfarel jika takdir memisahkannya dari orang yang sangat ia cintai.
"TIDAKKKK!!!"
Alfarel berteriak pilu di tengah jalan yang sepi, guntur menggelegar dan hujan turun deras seolah menyertai kesedihan dan juga kemarahan yang dirasakan Alfarel. Alfarel marah karena penyebab Alika seperti ini oleh seseorang yang tidak bertanggung jawab, dan Alfarel sedih, secepat ini Alika meninggalkannya, padahal usianya baru menginjak ke 17 tahun.
Flashback off
'BUGGH***'
Alfarel memukul laki-laki hidung belang itu sekuat tenaganya sehingga laki-laki itu terbanting ke lantai. Sekali lagi Alfarel membuatnya babak belur dengan terus menyerang laki-laki itu hingga tidak berdaya untuk bangkit.
Xela yang menyaksikan kejadian itu merasa lega, namun ia juga merasa takut. Baru pertama kali ini ia didalam masalah seperti ini.
Alfarel sepertinya sudah puas menyiksa laki-laki tua itu, ia kini melirik Xela yang ternyata sejak tadi menatapnya, Xela kembali menyilangkan kedua tangannya di dada karena keadaan kameja yang sudah sobek.
Jangan ditanya lagi bagaimana perasaan Xela kali ini, ia sangat malu. Beruntung ia berlapis tank top berwarna putih yang bisa menutupi tubuhnya setelah kameja nya rusak.
Hari yang begitu buruk, kenapa ini harus terjadi padaku. Kenapa aku harus terjebak oleh sahabatku sendiri. Nasib yang malang.
Xela menunduk malu, namun tidak ia duga laki-laki tadi menghampirinya dan melapisi tubuhnya dengan jaket kulit berwarna hitam.
Tentu Xela tidak menolak, ia memakainya dengan rapi di tubuhnya, meskipun terlihat kebesaran saat ia memakainya.
"Aku akan mengantarmu pulang kalau kamu benar-benar bukan penipu."
Xela menganga lebar, bagaimana bisa laki-laki yang ada di hadapannya ini mengatai dirinya seperti itu. Jelas-jelas keadaan ia tadi sangat gawat apabila laki-laki itu tidak datang.
Tapi, ya sudahlah yang terpenting bagi seorang Xela, ia selamat hari ini dari jebakan yang hampir saja merenggut masa depannya.
"Aku ingin pulang. Bi-bisakah kamu mengantar aku pulang!"
Xela meminta dengan tidak enak hati, baru kali ini ia meminta pertolongan kepada orang tidak dikenal.
"Baiklah. Aku akan mengantarmu. Tapi aku ingin penjelasan, dan aku rasa kamu akan menjadi tahanan ku sementara."
"Hah? maksudnya?"
"Aku akan memastikan kamu penipu yang menginginkan banyak uang dengan cara seperti ini atau tidak."
"Aku ... aku bukan orang seperti itu. Maafkan aku."
"Kenapa meminta maaf?
Sudahlah, bagiku orang yang baru ku kenal tidak dapat di percaya begitu saja. Aku akan mengantarkanmu pulang."
Tangan Xela ditarik keluar dari ruangan itu. Xela sangat malu, ia melirik kekiri dan kekanan, semua Orang memerhatikannya. Ia sempat melihat Ghea dari antara mereka menatapnya penuh kebencian.
"Sudahlah berhenti melirik kiri dan kanan kalau kamu bukan penipu dan kalau kamu tidak mau di cap sebagai perempuan pembuat onar."
Xela tersadar jika orang yang bertautan tangan dengannya menegur sehingga ia berhenti melirik ke kiri dan ke kanan.
Disisi lain, Ghea mengepalkan tangannya melihat Xela berhasil lolos, terlebih Xela ditolong oleh seorang laki-laki yang selama ini ia kenal.
Xela, ternyata kau menjadi saingan utamaku. Kau sepertinya akan memikat seorang Alfarel. Jangan mimpi Xela.
Pantas saja Ghea yang licik tidak mencegah kepergian Xela, rupanya orang yang bersama Xela sudah ia kenal.
bersambung ...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!