NovelToon NovelToon

CEO Belok Vs Colonel Cantik

Malam perjodohan

Chandra Kostak merupakan seorang laki laki yang lahir dari nyonya Mona dan tuan Omer Kostak. Seorang pria tampan keturunan Turki bercampur Indonesia, wajahnya sangat tampan dengan tubuh tinggi tegap, sungguh sebuah pemandangan yang sangat indah bagi kaum hawa.

Namun di balik itu semua ada suatu kelainan yang berada pada diri Chandra, Chandra ternyata adalah seorang laki laki penyuka sesama jenis, atau bisa di sebut seorang gay.

Nyonya Mona membesarkan Chandra dengan penuh kasih sayang, namun ia kecolong sebuah musibah, musibah yang mengubah Chandra menjadi seorang penyuka sesama jenis.

Saat berada di sekolah menengah pertama, Chandra mengalami pelecehan seksual sehingga membuatnya mengalami penyimpangan.

Chandra menjadi pencinta sesama jenis, bahkan ia terang terangan menyatakan kepada kedua orang tuanya bahwa dirinya adalah penyuka sesama jenis.

Hal itu menjadi sebuah pukulan besar untuk nyonya Mona dan tuan Omer, sebagai orang tua mereka merasa gagal menjaga anaknya, dan gagal sebagai orang tua. Kekecewaan mereka semakin bertambah ketika anaknya berani membawa pacarnya, Brayen ke rumah untuk makan malam bersama.

Karena khawatir dengan keadaan anaknya, akhirnya tuan Omer memutuskan untuk menjodohkan Chandra dengan anak sahabatnya, Aliya. Sembari melakukan perobatan kepada seorang psikiater.

Aliya sendiri merupakan seorang colonel cantik, yang berpangkat senior elit. Ia baru saja di minta untuk berhenti oleh kakeknya, Rio.

Namun dengan penuh tegas Aliya menolaknya dengan mentah mentah, dengan beralasan masih berada di usia muda, dan masih ingin bebas di usia mudanya.

Namun dengan penolakan tersebut, Aliya di paksa untuk menerima perjodohan dengan Chandra, dan di perbolehkan menjadi seorang colonel hingga Aliya dan Chandra menikah.

Yah, di sinilah mereka malam ini, di penjamuan makan malam, sekaligus acara perjodohan antara kedua makhluk yang berbeda latar belakang.

Aliya dan Chandra tampak menampakkan senyum palsu mereka, dan saling mengintimidasi di balik lirikan masing masing.

Chandra sendiri terpaksa menerima perjodohan ini karena tak ingin menjadi gelandangan, lagian bagaimana mungkin ada gelandangan setampan dia? Ah, pria ini masih berfikir logis.

Sementara Aliya? Ingin sekali ia menolak mentah mentah, namun ancaman dari sang kakek membuatnya harus menerima perjodohan tersebut. Sebagai gantinya ia meminta waktu, dengan alasan ingin mengenal calon suaminya terlebih dahulu.

"Jadi bagaiman nak Iyya? Kamu setuju dengan perjodohan ini," nyonya Mona sedikit hati hati dalam menanyakan hal ini.

^^^"Jika aku masih bisa menolak kenapa kalian bertanya? Aish benar benar membuang waktu dan kosakata saja. Lagian tante Mona tadi memanggilku apa? Iyya? Kapan namaku bisa berubah seimut itu?" Aliya mengomel di dalam hati, meskipun saat ini ia tersenyum semanis gulali di luar.^^^

Melihat ekspresi dari Aliya, nyonya Mona sedikit merasa khawatir kalau gadis cantik dengan pangkat tinggi ini akan menolaknya. Meskipun ada tercetak senyum manis di wajah Aliya, namun ia masih tak dapat menutupi kekhawatiran dari nyonya Mona.

"Bagaimana? Apa yang menjadi keberatan dengan nak Iyya? Apa yang bisa kami lakukan untuk mengurangi keraguan kamu nak," nyonya Mona memohon, yah walaupun akan sedikit sulit, namun setidaknya ini satu satunya harapannya untuk mengembalikan kewarasan anak semata wayangnya.

^^^"Heh dasar kalian menyerahkan lelaki belok itu kepadaku? Aish lihat saja, kalian pikir aku dokter terapis," kembali lagi Aliya mengomel di dalam hati.^^^

"Nak kami mohon terimalah perjodohan ini," kali ini tuan Omer yang melakukan nya.

Melihat kedua orang tuanya yang mengiba, Chandra hanya memutar bola matanya dengan malas.

Sementara kakek Rio segera mencuit lengan cucunya, seketika membuat Aliya terkejut, dan memandang kakeknya dengan sorotan mata bertanya.

^^^"Apa?" Aliya bertanya seolah kakeknya akan mengerti.^^^

^^^"Terima atau aku bukan kakek mu lagi," itulah maksud sorot mata kakek Rio, kira kira itu yang terpancar dan terbaca oleh Aliya.^^^

Ah, sepasang kakek dan cucu ini seperti memiliki sebuah telepati khusus, sehingga dapat mengerti isi hati satu sama lain.

Aliya hanya memandang pandangan mata kakeknya dengan jengah, setiap Aliya tidak setuju dengan permintaan, pasti pandangan ancaman tersebut akan menjadi andalan dari kakek Rio.

"Baiklah..." Aliya sedikit menggantung kata kata yang sejak tadi ditunggu tunggu oleh semua orang.

Para orang tua bernafas lega ketika mendengar kata kata dari Aliya. Namun hanya sesaat namun tercekal ketika Aliya mengeluarkan kata katanya kembali.

"Tapi ada syaratnya," Aliya tersenyum manis ketika mengatakan hal itu.

Namun dapat kakek Rio lihat di balik senyum manis itu, tercetak senyum setan milik Aliya.

^^^"CK, dasar, apa dia pikir dia punya banyak kelebihan? Dan aku sangat tidak pantas untuknya? Ayolah jika bukan karena tidak mau membantu pemerintah untuk mengurangi gelandangan, maka aku tidak akan menerima perjodohan ini," Chandra sedikit kesal dengan sikap Aliya, namun hanya mampu mengucapkannya di dalam hati.^^^

Aliya yang menyadari hal itu hanya menyeringai, sontak membuat Chandra bergidik tak suka.

^^^"Cih, wanita menyebalkan," setidaknya ini yang di tangkap Aliya dari sorot mata Chandra yang menatapnya dengan tatapan tak suka.^^^

^^^"Kau pikir aku peduli? Kau pikir aku takut dengan tatapan mu? Ku suruh lari keliling lapangan seratus kali baru tahu rasa," balas Aliya dengan tatapannya.^^^

"Apa syaratnya? Kami akan kabulkan," kata tuan Omer berusaha membujuk Aliya agar setuju dengan perjodohan tersebut.

Jika harta dan tahta mungkin tuan Omer akan mampu memberikannya, tuan Omer akan menjamin hidup Aliya, tuan Omer hanya orang tua yang menginginkan kesembuhan anaknya saja.

"Aku harus kenal dulu dengan dia, calon suamiku," kata Aliya santai, membuat kakek Rio dan kedua orang tua Chandra bernafas lega, setidaknya Aliya tidak minta yang aneh aneh.

"Baiklah kalian berkencan saja dulu," kata nyonya Mona menawarkan sebuah solusi, di iringi anggukan tuan Omer dan juga kakek Rio.

"Tidak, aku akan menjadi pengawalnya saja, yang memiliki kewenangan penuh, dan yang hanya mampu memerintah ku om Omer saja," kata Aliya membuat kakek Rio melotot.

Ingin rasanya kakek Rio menarik nafas leganya yang ia keluarkan tadi, dan menyemburkannya kepada cucu satu satunya yang sialnya sangat menyebalkan, seharusnya ia sudah menduganya sejak awal.

Namun berbeda halnya dengan tuan Omer ia merasa sedikit lega, setidaknya ia akan lebih mudah mengawasi dan mengontrol anaknya. Di saat yang bersamaan ia juga sedikit khawatir jikalau Aliya akan menolak perjodohannya, ketika mengetahui keadaan anaknya yang sebenarnya.

"Maksudnya?"

Ah, sepertinya hanya nyonya Mona yang gagal faham di sini.

"Tante cantik, Al tahu kenapa kalian menjodohkannya dengan Al," Aliya tampak menarik nafasnya dalam dalam, memandang wajah setiap orang yang hadir.

Kakek Rio dengan wajah bingungnya, nyonya Mona dan tuan Omer dengan wajah terkejutnya, sementara Chandra dengan wajah memerah.

"Cukup berikan Al waktu tiga bulan untuk menganalisis cara penyembuhannya," sambung Aliya memberikan putusan.

Malam perjodohan 2

"Cukup berikan Liya waktu tiga bulan untuk menganalisis cara penyembuhannya," sambung Aliya memberikan putusan.

Tuan Omer dan nyonya Mona hanya menunduk tidak enak kepada Aliya, ternyata gadis itu tahu tentang keadaan anaknya, namun bukannya menolak ataupun kesal gadis itu justru menawarkan pertolongan kepada mereka, bahkan bersedia untuk membantu penyembuhan putra tunggal mereka.

Namun lain halnya dengan kedua orang tua Chandra, Chandra juga sedikit kesal dengan wanita cantik yang ada di hadapannya. Ya, Chandra memang mengakui wanita yang di hadapannya cantik, namun tak mampu menggetarkan hatinya.

^^^"Apa sebenarnya yang di rencanakan gadis licik ini?" Chandra semakin kesal di buat Aliya.^^^

Menurut Chandra gadis di hadapannya ini sangat sombong, dan pasti akan menyusahkan.

"Penyakit apa?" Kakek Rio memang tak mengerti apa yang mereka bicarakan.

Aliya sedikit melirik kedua orang tua Chandra, ia dapat melihat wajah memelas dari kedua orang tua itu, mereka sangat memohon untuk hal itu. Ah, Aliya dapat membaca mata mereka, yang memohon agar Aliya tidak memberitahukan kepada kakek Rio.

Aliya hanya menghela nafas beratnya, sudah ia duga kakeknya juga tak tahu tentang itu, pantas saja kakeknya sangat memaksa dirinya untuk di jodohkan.

Aliya sedikit memutar otaknya bingung harus menjawab apa. Ia memandang sekilas kakeknya yang memang sangat berharap dengan perjodohan itu, namun Aliya juga tahu kalau kakeknya juga akan kecewa jika mengetahui kebenarannya.

"Ah, dia sering sakit kepala seperti migren gitu," Aliya sedikit meneguk ludahnya karena kakek Rio memandangnya dengan pandangan curiga.

"Ta tapi dokter belum tahu penyebabnya," sambungan Aliya sedikit melirik kedua orang tua dari Chandra.

Mereka mengangguk serentak membenarkan kata kata Aliya. Tak di sangka kakek Rio terkekeh mendengarkannya karena ia tadi sempat berfikir yang tidak tidak.

"Baiklah kakek setuju saja, nikmati waktu kalian berdua, mencoba lah untuk saling cocok satu sama lain," kakek Rio terkekeh sembari mengusap lembut kepala cucu tunggalnya.

Semua orang bernafas lega mendengar kata kata dari kakek Rio, namun detik selanjutnya nafas semua orang terjegal ketika mendengar pertanyaan dari kakak Rio.

"Kakek harap rumor tentang kamu Chandra tidak benar adanya."

Semua terdiam mendengarkan kata kata dari kakek Rio, terutama tuan Omer dan nyonya Mona.

Sebenarnya ingin sekali Chandra jujur pada kakek Rio, agar tidak di jodohkan dengan wanita yang berada di depannya ini, namun apalah daya pasti kedua orang tuanya akan marah ketika hal itu terjadi.

Sudah bisa di pastikan ia akan menjadi gelandangan hari itu juga, sungguh akan membuat dirinya kerepotan sendiri, belum lagi posisi kakek Chandra yang pasti akan membahayakannya.

"Hahahahaha," tiba tiba Aliya tertawa geli, nampaknya wanita ini menemukan sebuah ide. "Kakek sejak kapan kakek percaya rumor yang beredar?"

Nampaknya Aliya sangat pandai berakting, bahkan sepertinya ia sangat pintar menggiring sebuah opini, ia sangat cocok menjadi seorang aktris, itulah yang di pikiran Chandra.

^^^"Sebenarnya apa yang di rencanakan wanita licik ini?" Chandra memandang Aliya dengan curiga.^^^

"Ayo jawab kakek, sejak kapan seorang Rio terhormat dan tua ringkuh ini mempercayai sebuah rumor yang tak bertanggung jawab? Ayo coba sejak kapan?" Aliya sepertinya benar benar pintar mempengaruhi orang lain.

"Eh cucu tidak sopan, bagaimana mungkin mengatakan hal yang seperti itu," kakek Rio mencubit telinga Aliya.

"Memang begitu kok faktanya, bukan sebuah rumor lagi," kata Aliya terkikik geli.

"Ah benar rumor hanyalah sebuah rumor, belum tentu bisa di percayai, terkecuali ada fakta yang tertera," kakek Rio ikut tergelak membuat ketiga orang itu bernafas lega, dan ikut terkekeh dengan kakek Rio.

"Bagus bagus tiga bulan ini adalah kebebasan kalian, biar sisanya kami yang memikirkannya," sambung kakek Rio.

Nyonya Mona tersenyum, tak menyangka bahwa Aliya akan menerima anakanya yang penuh dengan kekurangan itu, Aliya bahkan menutupinya dari kakek Rio.

"Hahaha tiga bulan lagi, ya kok cepet banget kek?" Aliya nampaknya sangat syok dengan hal tersebut.

"Kan sesuatu yang baik harus di segerakan," kakek Rio berseru dengan santai.

"Iya benar nak Liya," sambung nyonya Mona.

"Jadi konsep pernikahan nak Liya maunya yang bagaimana," nyonya Mona tampaknya sedikit bersemangat jika membicarakan tentang pernikahan.

"Ah, jangan tanyakan kepadanya," kakek Rio mendahului Aliya.

"Kakek ini kan punya Aliya, kok ngomong gitu," Aliya sedikit merengek.

"Jangan, dia itu seleranya aneh dan tidak ada feminim feminimnya sama sekali," kata kakek Rio menatap cucunya dari atas hingga bawah.

"Kakek Liya bagus kok seleranya," kata Aliya membantah.

"Bagus dari mana, jika dilihat dari atas sampai bawah, tidak ada orang yang datang ke pertunangannya dengan menggunakan celana seperti itu," omel kakek Rio.

Ah, sepertinya mereka benar benar tidak malu untuk menampakkan sisi lain di hadapan calon besan.

"Salah kakek sendiri masih latihan sudah main panggil panggil aja, pakai acara ngancam segala lagi, kan jadinya gini," Aliya balik membantah kata kata kakek Rio.

"Masih bantah? Mau di kutuk jadi garpu," kakek Rio kembali dengan ancamannya.

"Tu kan hobinya ancam ancam mulu, ga capek?" kesal Aliya memandang kakeknya dengan cemberut.

"Udah pokoknya jangan tanya dia, nanti di kasi konsep Dora Emon," kata kakek Rio memandang cucunya.

"Mana ada, itu buka Liya ya, Liya masih waras," kata Aliya tak terima.

"Lah terus," kakek Rio tampak penasaran.

"Sinbi the house," cicit Aliya.

"Tu kan, lebih baik para orang tua saja," kata kakek Rio memutuskan.

"Iya iya, biar orang tua yang berpengalaman," kata Aliya sontak membuat yang lain tertawa, ah kecuali Chandra.

^^^"Sebenarnya apa yang di fikirkan gadis licik ini? Aku sedikit khawatir dengan kehidupanku ke depan," Chandra kembali lagi bergumam di dalam hati^^^

Chandra sejak tadi memang terus memperhatikan Aliya, Chandra seperti tengah menelisik dan meneliti setiap pergerakan Aliya.

......................

Setelah selesai membicarakan apa yang mereka maksudkan, akhirnya mereka kembali ke kediaman masing masing.

Sungguh tadi dua pertemuan keluarga yang sangat harmonis, dan dengan bumbu humoris karena pertengkaran kecil yang kerap terjadi antara cucu dan kakek berbeda generasi tersebut.

Hanya saja Chandra sangat irit bicara, jika di tanya baru ia akan menjawab itupun seadanya, kakek Rio mengira itu karena mereka baru dekat, lagian Chandra juga merupakan seorang CEO yang terkenal dingin dan cuek.

Aliya dan kakek Rio kini berada di dalam perjalanan, kakek Rio terus mencecar aliya dengan segala pertanyaan. Kakek Rio jelas tahu bahwa Aliya hanya terpaksa menyetujui perjodohan itu.

"Sayang cucu kakek, kalau memang kamu tidak setuju kakek ga akan maksa cucu kakek ini, jika

kamu ingin lanjut ya lanjut, kalau ga kakek angkat tangan," kakek Rio tampaknya sangat bersungguh sungguh.

Pengawal

"Sayang cucu kakek, kalau memang kamu tidak setuju kakek ga akan maksa cucu kakek ini, jika

kamu ingin lanjut ya lanjut, kalau ga kakek angkat tangan," kakek Rio tampaknya sangat bersungguh sungguh.

Aliya berbinar mendengarkan kata kata kakeknya, dan segera menggenggam tangan kakek Rio.

"Beneran kek? Boleh?" Aliya tampaknya sangat berharap.

"Et, tapi bohong," kata kakek Rio sembari tersenyum mengejek.

"Kakek tahu kalau kamu memang mengharapkan ini, tapi kamu harus tahu kamu tidak boleh membatalkannya," seru kakek Rio menatap cucunya sinis, kemudian melepaskan genggaman tangan Aliya.

Bukannya kesal Aliya justru tersenyum mendengar kata kata kakek Rio, Aliya kemudian menggenggam kembali tangan kakek Rio.

"Kakek tenang saja Al yakin kok, kalau memang bukan jodoh pasti ada saja yang akan menghalangi selama tiga bulan ke depan, tapi kalau jodoh ya mau bagaimana lagi, dan satu hal lagi Al yakin kok kalau kami bukan jodoh."

Kakek Rio mendengus mendengar kata kata dari Aliya, namun ia juga mengangguk menyetujui kata kata Aliya, jika mereka memang bukan jodoh pasti akan ada ada saja yang menghalangi mereka.

Namun kakek Rio juga harus bersyukur setidaknya Aliya bersedia menerima perjodohan ini, meskipun kedepannya ia tak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.

......................

Pagi ini Aliya bangun pagi pagi sekali, Aliya berencana untuk datang ke rumah Chandra, ini hari pertamanya menjalankan tugasnya sebagai pengawal dan juga calon istri dari Chandra Kostak.

Aliya memang di latih sebagai seorang prajurit, bahkan mandi dan berpakaian ia hanya butuh waktu lima belas menit, termasuk mengenakan skin care dan juga sunblock.

Setelah bersiap siap Aliya segera sarapan, tampaknya kakek Rio masih tidur, hingga tidak ikut untuk sarapan pagi ini.

Aliya kini sudah memanaskan motor sport nya, kebetulan sekali ia memang suka mengenakan motor, jika akan pergi latihan.

Aliya segera melajukan motor sport nya menuju rumah Chandra, ia tampak begitu tomboi dengan hal itu.

Saat berada di persimpangan jalan Aliya membuka sedikit kaca helm nya, seorang polisi tiba tiba datang dan menanyakan sim Aliya, karena saat ini Aliya sedikit keluar dari line berhenti khusus motor.

"Seorang wanita?" tampaknya polisi itu tak percaya karena Aliya tampak seperti laki laki.

Aliya segera membuka helmnya, dan menampakkan wajah cantiknya, beberapa laki laki terkesima melihat wajah Aliya, belum lagi motornya yang ia kenakan memang lebih pantas untuk laki laki.

Saat melihat tanda pengenal Aliya, polisi itu segera mundur, karena ternyata ia adalah seorang colonel.

"Maaf, silahkan maju lagi sedikit, anda sedikit keluar dari line khusus motor," polisi tersebut segera mengembalikan identitas Aliya.

"Ah iya terimakasih," Aliya segera menyimpan tanda pengenalnya dan mengenakan helm, kemudian memajukan motornya.

Kini Aliya telah sampai di halaman rumah Chandra, bahkan ia hanya butuh waktu empat puluh lima menit, termasuk pemberhentian di perempatan jalan tadi, karena memang Aliya melaju dengan kecepatan tinggi.

Tok, tok, tok.

Setelah beberapa kali mengetuk, akhirnya seorang wanita membuka pintu utama tersebut.

"Selamat pagi tante," sapa Aliya kemudian menyalami tangan nyonya Mona.

"Pagi masuk sayang," kata nyonya Mona merangkul Aliya untuk segera masuk ke dalam rumah.

Nyonya Mona mengajak Aliya segera menuju ruang makan, agar sarapan bersama. Nyonya Mona sangat bahagia mendapati calon menantunya yang datang pagi pagi sekali.

"Pagi om," sapa Aliya ketika memasuki ruang makan.

"Pagi sayang udah datang? Ayo duduk," sapa tuan Omer, tersenyum ketika melihat calon menantunya datang.

Nyonya Mona segera mempersilahkan Aliya untuk duduk, Aliya pun segera duduk di hadapan nyonya Mona.

Aliya terlihat tersenyum sangat cerah, seolah ia akan menjalani hari hari yang sangat baik, padahal sudah banyak rencana yang difikirkan di otaknya.

"Sayang ayo makan dulu," kata nyonya Mona menyodorkan piring ke arah Aliya.

Aliya tersenyum, tiba tiba mengingat ibunya yang dulu akan sangat memanjakannya, meski dia sendiri dulu sangat tidak suka, namun entah kenapa hari ini, melihat perlakuan nyonya Mona, tiba tiba ia merindukan hal itu.

"Kalau nunggu Chandra akan lama lagi sayang, dia memang gitu," lanjut nyonya Mona tiba tiba membuyarkan lamunan Aliya.

"Ah, maaf tante saya sudah sarapan tadi," Aliya sedikit tidak enak menolaknya, namun ia juga masih kenyang karena memang sudah sarapan. "Hm, makan roti aja deh, biar tambah semangat," ujar Aliya kembali, karena tak enak menolak nyonya Mona.

"Iya sayang ini rotinya, kamu sama kayak Chandra aja," kata nyonya Mona tersenyum sembari memberikan Aliya roti tawar.

Aliya segera mencomot roti tawar dan mengolesinya dengan selai kacang.

"Ah, maaf sebelumnya om kan Al di sini sebagai pengawal dari kak Chandra, tapi semuanya mengikuti arahan dari om," kata Aliya sembari memakan roti yang baru saja di buat tadi.

Mendengar kata kata dari Aliya, tuan Omer sungguh sangat senang, sepertinya mulai sekarang anaknya akan menjadi lebih sering ke psikiater.

"Nah setelah selesai rapat pagi ini, kalian langsung saja ke psikiater, kalau perlu paksa si Chandra, dia itu suka sekali bolos dari jadwal pemeriksaan," kata tuan Omer sembari tersenyum.

"Hm, jadwalnya jam berapa om? Biar Al catat," kata Aliya mengeluarkan ponselnya untuk mencatat jadwal.

"Jam sepuluh, paling kalau lewat lewat dikit doang," Jawab tuan Omer tersenyum.

Aliya mangut mangut, sembari menyetel jam peringatan, agar dirinya tidak lupa.

"Oh ya, jangan sampai dia bertemu dengan laki laki itu, tolong ya Al," kata tuan Omer, tampak jelas wajahnya terpancar jelas kesedihan di sana.

"Iya om, tenang aja," kata Aliya berusaha menghibur tuan Omer.

"Tapi om ngomong ngomong cowok ya yang mana ya? Kan aneh kalau Aliya main curiga curiga aja," kata Aliya sedikit terkekeh.

"Ah yang ini," tuan Omer segera mengeluarkan foto dua orang laki laki yang nampak tengah saling merangkul.

Tampak jelas wajah tersenyum bahagia dari Chandra, dengan seorang laki laki. Aliya sedikit bergidik saat melihat hal itu, ia sedikit merinding, setelah sekian lama ia bergaul dengan banyak laki laki, tak pernah Aliya melihat hal seperti itu.

"Kamu ngapain kesini," suara seorang laki laki dengan nada berat mengejutkan semua penghuni meja makan pagi ini, sontak saja membuat mereka semua memandang ke arah sumber suara.

"Ya makan lah ngapain lagi coba," kata Aliya santai.

Chandra rasanya kehilangan mood tiba tiba, namun ia tetap mendudukkan dirinya di samping Aliya, dan segera mencomot roti selai milik Aliya.

"Ya roti gue," Aliya tidak terima dengan hal itu, segera merebutnya dari tangan Chandra.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!