Ilustrasi Rendy Purnomo - Herjunot Ali:
Chapter 00. Aplikasi aneh?
Aku pernah membaca sebuah buku yang mengatakan seperti ini;
Kunci untuk membuka pintu keajaiban ada ditangan setiap manusia. Namun, manusia yang menyadari fakta ini sangat lah sedikit. Keajaiban yang dapat mengubah takdir tidak selalu datang dengan sendirinya melainkan dengan bekerja keras untuk merubahnya meski hanya satu langkah kecil saja.
Suatu hari nanti, pintu keajaiban itu akan terbuka.
Pada saat aku membaca itu awalnya tidak percaya namun setelah kejadian yang menimpah diriku barulah percaya bahwa keajaiban itu ada dan itu berawal aku tersadar dari rumah sakit.
Aku mendengar suara sirene ambulan dan orang-orang yang berbincang. Saat itu, aku mengumpulkan kesadaranku dan membuka mata.
“Dimana ini?”
Aku melihat atap putih dengan lampu yang panjang. Tidak hanya itu, aku menghirup aroma obat yang lekat diruangan itu.
Bip! Bip! Bip!
Suara aneh pun aku mendengarnya maka dari itu, aku menoleh kesamping.
Saat aku menoleh terlihat seorang wanita yang mengenakan pakaian putih serta sebuah kertas diatas papan yang dibawanya. Aku pun tersadar bahwa dia adalah perawat.
“Mbak perawat?”
Saat aku menyapanya, dia pun menoleh kearahku dan menjawab dengan senyuman.
“Oh, Dek. Kamu sudah sadar?”
“Dimana ini, Mbak? Rumah sakit kah?”
“Iya, disini rumah sakit Bandung dan tunggu sebentar! Saya akan memanggil dokter!”
Setelah suster mengatakan itu, dia membalikan badannya dan meninggalkan ruangan.
Aku yang sudah sadar sepenuhnya mengumpulkan kesadaranku untuk bangun dari rebahan dan bersandar di ujung tempat tidur. Saat suster itu mengatakan bahwa aku berada di rumah sakit, aku pun teringat akan kejadian yang menimpahku.
Aku teringat beberapa waktu yang lalu, aku bersama dengan kedua orang tua serta adikku pergi ke Bandung dari Jakarta untuk berencana liburan bersama namun dalam perjalanan kami mengalami kecelakaan mobil di tol cipularang. Disana terjadi tabrakan beruntun termasuk mobil yang kami naiki.
Maka dari itu, aku khawatir dengan keselamatan ayah, ibu dan Adik ku.
“Ayah, Ibu, Sarah? Aku harap mereka baik-baik saja.”
Beberapa saat kemudian, suster yang pergi meninggalkan ruangan ditempatku sebelumnya datang kembali bersama dengan sosok pria berjas putih dan aku pikir dia seorang dokter.
“Dek, anda sudah sadar? Bagaimana keadaanmu?” ucap dokter sambil memeriksa diriku.
“Dokter, bagaimana keadaan kedua orang tua dan adik ku?”
Saat aku bertanya itu, dokter dan suster sempat terdiam dan menghela nafas panjang.
“Dek Rendy, Maafkan kami! Kedua orang tua dan saudari anda tidak bisa kami selamatkan! Maaf!” ucap pelan Dokter sambil menundukan kepalanya.
Aku sontak terkejut mendengar jawaban dari dokter.
“Apa? Ini sungguhan!”
“Maaf,” jawab Dokter beserta suster yang menundukan kepalanya.
Saat itulah, aku tersadar bahwa mulai hari itu. Aku telah hidup sendiri.
Beberapa hari kemudian, aku keluar dari rumah sakit dan upacara pemakaman diadakan untuk semua anggota keluargaku. Tidak begitu banyak yang hadir karena kami keluarga yang kurang terpandang dan kurang bersosialisasi.
Bahkan entah kenapa juga aku tidak bisa menangis dalam pemakaman itu?
Tidak lama kemudian, seorang pria berbadan besar datang mengunjungi altar pemakaman kedua orang tuaku. Aku yang terduduk santai menjadi berdiri untuk menghormati kedatangan. Pria berbadan besar itu pun mengambil sekuntum bunga dan menaruhnya di meja altar. Setelah itu, dia menghadap kearahku untuk memberikan salam.
“Paman Andika, terima kasih sudah datang!”
“Rendy, aku turut berduka cita. Apa kamu baik-baik saja?” ucap paman Andika.
“Aku baik-baik saja,” jawabku sambil memberikan senyum lebar.
“Syukurlah, apa kamu ada waktu sengang untuk kita bicara?” ucap paman Andika.
“Iya, seperti nya saat ini ada. Karena tidak ada tamu juga yang datang. Hehe…” ucapku sambil memberikan tawa kecil.
“Ya sudah, ayo kita bicara sebentar!” seru paman andika.
Seusai pembincangan itu, aku dan paman Andika pergi ke salah satu kursi dan kami berbicara empat mata disana.
“Rendy, apa kamu ada rencana setelah ini?” tanya paman andika.
“Tidak tahu, aku belum ada rencana apapun.”
“Begitu kah, maukah kamu pergi ke Fukuoka, Jepang? Dan tinggal bersama paman dan Tante Kouri disana?!” ajak paman Andika.
Paman Andika sewaktu masih muda, dia berkuliah di jepang dan bertemu dengan Tante Kouri. Lalu, mereka pun berpacaran hingga menikah. Sesudah itu, paman andika menetap di kampung halaman istrinya dan membuka usaha restaurant Indonesia disana.
“Bagaimana, Rendy? Apa kamu tidak keberatan?” tanya paman Andika.
“Baiklah, paman. Aku juga disini tidak memiliki saudara atau pun teman dekat yang memberatkan ku untuk pergi.”
“Baiklah, paman akan siapkan segalanya dan tunggu!”
Seusai mengatakan itu, paman andika mengambil sebuah tas dan menaruhnya diatas meja.
Saat melihat itu, aku menjadi sedikit penasaran dengan isi yang ada didalamnya.
“Apa ini?”
“Ini adalah barang-barangmu serta kedua orang tua dan adikmu,” jawab paman Andika.
Aku pun menghela nafasku.
“Jadi begitu, terima kasih paman sudah membawanya!”
Paman Andika pun tersenyum dan menganggukan kepalanya.
Beberapa saat kemudian, aku serta paman andika mengebumikan kedua orang tua dan adik ku. Lalu, setelah acara usai aku kembali ke rumahku yang berada di Jakarta untuk mengemas-ngemas barang bawaanku.
Saat di meja ruang santai terdapat foto keluarga, aku pun berdiri dan melihat foto-foto tersebut.
“Maaf, Ayah, Ibu, Sarah! Aku tidak bisa bersama kalian.”
Beberapa saat kemudian, aku mendengar suara ponsel.
Kling! Kling! Kling! Kling!
Aku yang penasaran dengan suara itu, aku pun mengambil ponsel pintarku namun bukan dari ponselku.
“Suara dari mana ya itu?”
Kling! Kling! Kling!
Suara pun tidak kunjung berhenti.
Aku yang masih penasaran dengan suara itu, aku mencari-cari sumber suara tersebut.
Setelah lama mencari, aku menemukan sumber suara itu berasal dari ponsel pintar ibuku.
“Aneh? Aku tidak merasa pernah menghidupkan ponsel ibu?”
Aku yang masih penasaran maka, aku pun mengambil ponsel ibu dan membukanya.
Saat layar ponsel terbuka, aku melihat ada pemberitahuan bahwa ada sebuah aplikasi yang berhasil terunduh.
“Unduh? Bagaimana bisa terunduh, apa ibuku sebelumnya pernah menunda unduhan?”
Aku yang melihat pesan itu semakin penasaran akan pesan itu maka tanpa ragu aku membuka pesan tersebut.
“Oracle? Apa ini?”
Benar, itulah nama aplikasi yang terunduh secara misterius. Aku yang masih penasaran dengan aplikasi itu maka aku pun membukanya. Setelah terbuka didalam layar terlihat ada perintah disana.
[Silahkan buka aplikasi dengan sidik jari anda!]
Dan selain, ada perintah itu. Dalam layar terlihat lambang timbangan beserta bentuk ibu jari.
Aku yang masih dirundung rasa penasaran maka aku pun menaruh ibu jariku dan membuka aplikasi tersebut.
Kling!
Layar pun berubah menjadi sebuah menu chat serta pesan chat pertama dari seseorang bernama Oracle.
#Menu Chat terbuka.
Oracle: “Terima kasih telah mengunduh aplikasi Oracle dan selamat kepada Rendy Purnomo yang telah terpilih menjadi Agen ke 100.”
Aku yang melihat pesan chat itu membuatku semakin bingung dan jika itu sebuah game maka akan ada pilihan untuk aku menjawabnya namun aku menunggu selama beberapa menit tapi pilihan itu tidak ada. Maka dari itu, aku mencoba menjawabnya dengan pesan yang aku buat sendiri dengan asal.
Aku: “Bagaimana kamu tahu, kalau aku bernama Rendy Purnomo?”
Oracle: “Tentu saya tahu karena saya System yang akan membimbing hidup anda mulai saat ini!”
Aku: “System? Apakah sistem seperti yang didalam novel-novel atau anime?”
Oracle: “Iya, kurang lebih seperti itu.”
Aku pun terkejut melihat pesan itu dan tidak percaya dengan jawaban tersebut.
Aku: “Apa ini sebuah lelucon an?”
Oracle: “Tidak, ini sungguhan!”
Aku masih belum percaya dengan jawaban chat tersebut maka dari itu, aku pun mengujinya.
Aku: “Baiklah, sekarang aku akan mengujimu! Siapa kah nama kedua orang tua dan adik ku?”
Oralce: “Nama ayah anda, Budi Purnomo. Nama ibu anda, Ayunistia Cahyani dan adik anda bernama Sarah Dwi Purnomo.”
Aku masih kurang percaya dan memiliki pemikiran mungkin aplikasi ini membaca dari biodata kartu keluarga yang mungkin sebelumnya, Ibuku telah mengisinya maka dari itu, aku mengujinya lagi.
Aku: “Pertanyaan berikutnya, Apa yang terjadi kepadaku saat ini?”
Oracle: “Anda saat ini sedang mengalami keputus asaan karena kehilangan kedua orang tua serta adik anda dalam kecelakaan di tol cipularang!”
Saat melihat balasan itu, aku pun menjadi sedikit ketakutan dan menaruh kecurigaan bahwa aplikasi yang sedang aku gunakan ini mengandung unsur supranatural. Maka aku mencoba untuk bertanya hal yang tidak masuk akal.
Aku: “Aku ingin bertanya, apakah malam ini akan turun hujan?”
Oracle: “Hujan lebat akan turun pada malam ini.”
Aku pun menghentikan chat dan menunggu hasil dari jawabannya dengan melanjutkan membereskan barang-barangku.
#Menu Chat tertutup.
Malam pun tiba dan suara gemuruh dari petir pun terdengar lalu, beberapa saat kemudian hujan pun turun dengan lebatnya meski malam hari.
“Yang benar saja! dia benar-benar menjawabnya dengan tepat!”
Chapter 01. Oracle
Pada malam itu, aku masih tidak percaya dengan aplikasi yang ada di ponsel pintar ibuku. Saat melihat hujan lebat, aku pun bergegas mengambil ponsel milik ibuku itu dan membuka aplikasi Oracle.
#Menu Chat terbuka.
Aku: “Siapa kamu sebenarnya? Orang iseng atau makhluk Gaib. Jangan membuatku takut seperti ini!”
Oracle: “Saya adalah System Oracle yang membimbing jalan hidup anda menjawab pertanyaan apapun. Selain itu, saya bukanlah, orang iseng atau makhluk Gaib.”
Aku yang awalnya ragu berlahan mulai percaya karena aku sosok yang otaku dan banyak membaca novel fantasy.
Aku: “Apa kamu benar-benar sebuah system?”
Oracle: “Iya, saya sungguh-sungguh sebuah system.”
Aku: “Kalau begitu tampilkan data statusku!”
Oracle: “Dimengerti!”
Seusai Oracle menjawab itu, sebuah layar baru pun muncul yang menunjukan identitasku.
[Data diri.
Nama: Rendy Purnomo.
Lahir / umur: 10 Mei 2006 (15 tahun).
Jenis kelamin: Pria.
Golongan darah: O.
Kemampuan:
- Pengetahuan umum tingkat C.
- Matematika tingkat D.
- Pengetahuan sosial tingkat D.
- Pengatahuan alam tingkat D.
- Olahraga tingkat E.
- Bela diri tingkat E.
Kemampuan khusus: tidak ada.
Kredit Agen: 100.
Poin Agen: 10.
Gelar Agen: Pemula. ]
Aku pun terkejut saat melihat layar itu dan mengarukan kepala tapi, aku juga sadar diri bahwa itu adalah kemampuanku. Selain ada data diriku, aku melihat ada tulisan yang asing yaitu poin dan gelar maka dari itu, aku pun mengeser tab layar dan kembali ke menu chat.
Aku: “Apa itu kredit, poin dan gelar agen?”
Oracle: “Kredit adalah nilai attitude anda dalam menjalani kehidupan anda. Jika anda, melakukan penyimpangan misi atau melakukan kejahatan maka nilai attitude akan berkurang sesuai nilai hukuman yang anda lakukan dan jika anda memiliki attitude yang baik maka kredit akan bertambah.
Poin adalah nilai hasil dari anda menjalankan misi yang diberikan oleh Oracle. Poin yang didapatkan sesuai dengan hadiah yang ditetapkan setelah anda mendapatkan poin, anda bisa mengunakannya untuk membeli aplikasi yang tersedia di Oracle Store.
Dan Gelar adalah julukan yang diberikan untuk agen berdasarkan keberhasilan dalam melakukan misi yang diberikan oleh Oracle.”
Saat melihat jawaban yang begitu panjang membuat ku merasa yakin bahwa Oracle adalah sistem tapi aku tidak percaya bahwa sistem berada di dunia nyata bukan di dunia lain maka dari itu, aku mencoba mencari informasi lebih dalam.
Aku: “Lalu, apakah hanya aku yang menerima system ini?”
Oracle: “Tidak, ada 99 agen lain nya yang tersebar diseluruh dunia.”
Aku: “Jika memang ada sebanyak itu, apakah aku harus bersaing dengan penguna lainnya?”
Oracle: “Itu tidak perlu namun ada kemungkinan anda akan bersaing dengan penguna lainnya.”
Aku: “Jika aku kalah dalam persaingan, apakah aku akan mati?”
Oracle: “Tidak. Namun jika kredit anda berada di nilai nol maka aplikasi akan terhapus dan anda akan dicabut dari Agen Oracle.”
Aku yang melihat jawaban itu membuatku bernafas lega karena aku berpikir masuk kedalam permainan kematian seperti dalam novel atau anime. Seusai itu, aku melanjutkan chatku.
Aku: “Lalu, bagaimana caranya aku bisa melihat misi?”
Oracle: “Cukup ketik ‘Misi buka’ di menu Oracle.”
Seusai mendapatkan jawaban itu, aku pengetik [Misi buka]. Setelah itu, muncul layar baru.
#Misi Buka.
Gelar: Pemula.
Poin: 10.
Misi:
[Pengetahuan.]
[Harta.]
[Kekuatan.]
[Cinta.]
Setelah melihat itu, aku mencoba dengan membuka misi [Pengetahuan] dan terbukalah layar baru yang menunjukan keterangan misi.
[Pengetahuan:
- Misi: Kuasai bahasa jepang tingkat D.
Hadiah: 5 poin.
Apakah anda menerima misi ini? Iya / Tidak.]
Aku heran, bagaimana oracle bisa mengetahui bahwa aku akan ke jepang? Tapi, aku akan sangat membantu jika ada misi itu maka dari itu, aku memilih [Iya].
Kling! Kling!
Suara pesan masuk berbunyi dan saat membukanya, ada sebuah pesan agar aku mengunduh e-book tentang bahasa jepang tingkat D. Aku pun tidak ragu untuk mengunduhnya.
Sesudah mengunduh, aku pun mempelajarinya. Dalam E-book itu terdapat pelajaran yang harus aku kuasai seperti huruf-huruf Hiragana dan Katana dengan metode yang ringan sehingga aku dengan mudah mengerti dan setelah aku menguasai semua materi, ujian pun ditampilkan maka aku pun mengisinya.
“Akhirnya selesai juga!”
Tidak lama setelah aku selesai mengerjakan soal, sebuah pesan pun masuk.
Kling! Kling!
Aku pun membukanya dan sebuah pesan yang bertuliskan bahwa aku telah berhasil lulus dan mendapatkan 5 poin.
Saat melihat keterangan itu, aku pun mengerti cara kerjanya. Selanjutnya aku mencoba bertanya tentang hadiah yang bisa aku dapatkan.
Aku: “System, bagaimana caraku menukarkan poin?”
Oracle: “Cukup dengan mengetik ‘Oracle Store buka’ di menu chat!”
Aku pun langsung mengetik [Oracle Store buka] di chat berikutnya dan sebuah menu baru muncul. Saat menu terbuka, aku melihat beberapa aplikasi-aplikasi aneh lainnya seperti Camera Indigo, Pandangan Satelite dan yang membuatku tertarik ialah informasi kepercayaan. Tapi, semua itu memiliki harga poin yang tinggi sebagai contoh Camera Indigo, aku harus menukarnya dengan 250 poin Agen.
“Baiklah, lebih baik aku simpan saja dahulu.”
Seusai aku mencoba semua itu, aku mengembalikan layar ke menu chat dan bertanya sesuatu kepada Oracle.
Aku: “Oracle, apakah baik untuk aku pergi dan tinggal di Fukuoka, Jepang?”
Oracle: “Itu baik. Karena anda memiliki 70 persen kesuksesan dalam hidup anda jika pergi ke jepang.”
Aku yang menghela nafas lega dan tersenyum melihat jawaban tersebut. Lalu, tidak lama. Mataku mulai mengantuk dan aku pun tertidur.
Ilustrasi paman Andika - Christian Sugiono.
Chapter 02. Perjalanan menuju Fukuoka, Jepang.
Tok! Tok!
“Rendy, bangun! Sudah siang!”
Didalam setengah sadar, aku mendengar suara ketukan pintu dan paman Andika yang sedang mengetuk pintu. Maka dari itu, aku pun bangun karena suara tersebut.
“Iya, paman. Tunggu!”
Aku pun berdiri dari kasur dan berjalan kearah pintu masuk dan membuka kan pintu.
Krekk!
“Maaf, paman. Aku tidur terlalu malam.”
“Tenang saja! Nanti ketika disana, Tante Kouri tidak akan membiarkanmu untuk bangun telat lagi!”
“Ehh? Begitu kah?”
Paman Andika pun tersenyum lalu masuk ke dalam rumah.
“Rendy, kamu sudah persiapkan semua?” tanya paman Andika.
“Iya, paman. Aku sudah mempersiapkan semuanya.”
Seusai Rendy menjawab paman andika mengelilingi rumahku dan memeriksa mungkin ada yang tertinggal lalu, langkahnya berhenti di meja panjang yang dimana terdapat foto keluargaku.
“Rendy, kamu tidak membawa foto-foto ini?” tanya paman andika.
“Aku akan mengemasnya terakhir disaat aku akan berangkat.”
“Kemaslah sekarang? Karena kita akan langsung berangkat ke bandara!” seru paman Andika.
“Eh? Tapi bukan kah, keberangkat pesawatnya tengah malam nanti?”
“Bukan kah, lebih cepat lebih baik sampai di bandara. Hihi,” ucap paman Andika yang tersenyum lebar.
“Iya, ya. Aku akan mengemasnya.”
Aku pun menaruh foto-foto itu didalam tas yang terpisah. Seusai itu, aku mengambil ponsel ibuku dan terkejut saat melihat aplikasi Oracle yang masih terbuka.
“Eh? Aku pikir, ini mimpi.”
Aku pun memeriksa chat dengan Oracle dan masih terlihat sama.
“Jadi, ini sungguhan!”
Saat aku mengatakan itu, paman andika mendengar ucapanku dan menghampiriku.
“Rendy, ada apa?” tanya Paman Andika.
“Tidak apa-apa, aku hanya lupa untuk mengisi daya ponselku.”
“Begitu, aku pikir ada apa? Ya sudah cepatlah berkemas!” seru paman Andika.
“Iya.”
Aku pun untuk sementara mengabaikan aplikasi Oracle dan melanjutkan mengemas barang-barang ku.
Beberapa saat kemudian, aku pun selesai berkemas dan paman Andika datang kearahku.
“Rendy, taksi online sudah datang. Aku sudah selesai berkemas?” tanya paman andika.
“Sudah, paman.”
“Ayo kita berangkat!” seru paman andika sambil mengangkat satu tas besar milik ku.
Setelah pembicaraan itu, aku dan paman andika mengangkat satu persatu barang bawaanku kedalam bagasi taxi. Aku tidak membawa semua perabotan atau barang-barang besar lainnya. Aku hanya membawa pakaian, aksesoris, gadget dan beberapa barang penting lainnya yang berukuran kecil.
Tidak lama, barang-barang sudah masuk semua kedalam bagasi. Aku pun mengunci pintu dan melangkah kearah taksi online tapi saat dekat dengan pagar, aku menghentikan langkah dan melihat kearah rumah. Yang dimana sesaat aku mengingat kenangan bersama dengan ayah, ibu dan sarah di rumah tersebut.
Tanpa sadar, air mataku menetes.
Paman Andika yang melihat itu, dia pun menghampiri dan memegang bahuku.
“Ayo kita pergi!” seru pelan paman andika.
“Iya.”
Seusai menjawab itu, aku mengusap air mataku dan membalikan badan setelah itu, aku pun masuk kedalam taksi. Selama perjalanan, Rendy memeriksa ponsel pintar serta aplikasi Oracle.
Saat itu, aku tersadar bahwa batteri tidak berkurang sedikit pun meski sudah dinyalakan semalaman.
“Sungguh, aplikasi yang aneh.”
Itulah yang dikatakan didalam batin ku. Setelah itu, aku membuka aplikasi Oracle.
#Menu Chat terbuka.
Aku: “Oracle, apa kemampuan aplikasi ini mampu memberikan energy untuk ponsel ini?”
Oracle: “Iya, itu adalah fitur aplikasi gratis yang diberikan oleh Oracle.”
Seusai melihat jawaban itu, aku pun membuka menu misi namun tidak ada misi yang aku terima maka dari itu, aku pun mempertanyakannya.
Aku: “Apakah aku tidak memiliki misi?”
Oracle: “Untuk saat ini tidak ada.”
Aku pun menghela nafas dan menutup aplikasi Oracle.
#Menu Chat tertutup.
Paman Andika yang duduk disamping menyadari bahwa ponsel yang aku gunakan ialah ponsel dari ibuku.
“Itu ponsel ibumu?” tanya paman Andika.
“Hm, aku ingin mengunakannya agar ibu tetap disisi ku.”
Aku menjawab itu sambil melihat kearah paman Andika dan tersenyum kepadanya.
“Begitu, baiklah. Itu adalah hak mu,” jawab paman Andika.
Beberapa jam kemudian, aku dan paman andika pun sampai di bandara Soekarno Hatta. Lalu, aku menurunkan barang-barangku dan meletakannya di trolly bandara. Setelah itu, aku dan paman andika masuk kedalam bandara dan berjalan kearah gate yang bertujuan Narita, Jepang. Lalu, kami melakukan check in serta duduk di kursi yang kosong untuk menunggu pesawat kami datang.
Aku yang memiliki aplikasi Oracle, maka aku mencoba untuk bertanya hal yang tidak mungkin.
#Menu Chat terbuka.
Aku: “Oracle, berapa lama lagi pesawatku akan datang?”
Oracle: “Dua jam dari sekarang.”
Saat melihat jawaban itu aku tersenyum dan ingin melakukan pengujian ketepatan dalam jawabannya.
Dua jam kemudian, pesawat tujuan ke jepang telah tiba. Tepat seperti yang dikatakan oleh Oracle.
“Yang benar saja! jawaban dari Oracle, benar-benar terjadi!” ucap batinku.
Tidak lama kemudian, sebuah pemberitahuan pun datang.
“Pesawat menuju Narita, Jepang telah tiba di gate tiga.”
Saat mendengar pemberitahuan itu, paman Andika sontak berdiri.
“Rendy, ayo kita masuk kedalam pesawat!” seru paman Andika.
“Iya, paman.”
Aku pun juga ikut berdiri dan berjalan dengan paman Andika masuk kedalam pesawat. Setibanya disana, aku duduk disisi jendela dan beberapa saat kemudian, pesawat yang aku naiki lepas landas menuju Narita, Jepang.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!