🍂🍂🍂
Di mansion besar itu kini duduk sepasang suami istri yang baru saja menikah. Bahkan mereka masih mengenakan setelan jas dan gaun pengantin yang mereka pakai saat melakukan sumpah setia beberapa jam yang lalu.
Sang istri bernama Nana itu dengan wajah tertunduk tidak berani menegakkan wajahnya setelah mendapat tatapan tajam dari kedua mertua dan kakak iparnya.
Suaminya yang bernama Albert menyadari itu meraih tangan Nana dan menggenggamnya kuat agar istrinya itu tidak takut menghadapi keluarganya yang dari awal menentang pernikahan mereka karena status Nana yang seorang yatim piatu dan dari kalangan bawah.
Albert berumur 28 tahun, seorang CEO yang memimpin perusahaan keluarganya. Dari kecil selalu dididik keras untuk bisa menjadi seorang pemimpin, hidupnya selalu dikekang oleh keluarganya dan selalu diatur yang mana membuatnya menjadi hidup tidak bebas.
Hingga pertemuannya dengan Nana yang seorang cleaning service di kantornya yang membuatnya jatuh hati. Kala itu Albert yang baru saja kembali dari Amerika untuk menyelesaikan kuliah bisnisnya dan kembali ke Indonesia untuk memimpin perusahaan tak sengaja melihat Nana seorang gadis berumur 22 tahun yang cantik dengan kulit putih mulus dan mata yang indah sedang mengelap kaca di ruangannya. Demi Tuhan, dimata Albert kala itu Nana sangat cantik hingga membuat jantungnya berdebar.
Hingga Albert diam-diam mengejar Nana sampai Nana bisa membuka hati untuknya dan mau menikah dengannya.
"Sebelum Daddy dan Mommy berbicara, aku akan mengumumkan jika Nana sudah menjadi istriku," ucap Albert serius.
"Cih, sejak kapan kau berani menentang kami Al! Pasti gara-gara gadis penggoda itu kan!" cibir Maura, ibu kandung Albert.
"Sudah berapa kali aku bilang jika Nana bukan gadis penggoda, aku mencintainya dan aku yang mengejarnya duluan!" protes Albert untuk kesekian kalinya.
Monica, kakak dari Albert memandang Nana dengan tatapan tidak suka.
"Pasti gadis itu pakai pelet agar Al tergila-gila padanya secara dia miskin pasti ingin jadi Nyonya Albert agar bisa menguasai hartanya," Monica menimpali.
Nana yang mendengar itu hanya bisa meremas ujung gaunnya, dia merasa begitu direndahkan tapi sebelumnya dia sudah menguatkan hatinya. Dia tahu menjadi istri seorang Albert tidak mudah, karena cintanya pada Albert dia akan menanggung semua berdua dengan suaminya mulai sekarang.
"Kalian semua diam!" bentak Harry, ayah kandung Albert.
Suasana menjadi hening hanya terdengar suara jam yang berdetak disana.
"Menikah dengannya berarti kau bukan anggota keluarga ini lagi!" sambung Harry penuh penekanan.
Mendengar itu, hati Albert begitu sakit tapi dia tidak ingin menjadi boneka keluarganya lagi sudah cukup selama ini dia selalu menuruti semua permintaan keluarganya. Untuk urusan jodoh dia akan mengikuti hatinya berlabuh bukan menerima perjodohan yang dilakukan keluarganya dengan orang yang tidak dia cintai yang hanya untuk kesepakatan bisnis belaka.
"Aku akan meninggalkan semuanya dan hidup berdua dengan Nana!" ucap Albert mantap.
Setelah berkata seperti itu, Albert menarik tangan Nana untuk berdiri dan meninggalkan mansion itu tanpa melihat keluarganya lagi.
Sementara keluarga Albert dibuat gusar karena Albert yang menjadi seorang pembangkang, berani menolak perjodohan dan menikah dengan gadis tidak sederajat dengan keluarga mereka parahnya Albert rela meninggalkan semuanya.
"Maafin keluargaku ya Dhe," ucap Albert saat dalam perjalanan menuju rumah kontrakan mereka.
"Gak apa-apa Bang," sahut Nana dengan senyuman simpul.
"Abang mau makan apa?" tanya Nana mencairkan suasana, dia tahu saat ini suaminya pasti sangat sedih karena harus meninggalkan keluarganya dan justru memilih hidup bersama dirinya. Kehidupan Albert yang serba mewah pasti akan berbalik 180 derajat jika hidup bersamanya nanti.
"Mau makan nasi padang, Dhe. Di tempat kita kencan dulu," sahut Albert.
Nana terkekeh mendengarnya. "Bule suka nasi padang!"
"Kau yang mengajariku, Dhe. Lupa ya!"
"Iya deh iya. Nanti kalau gak diturutin ngambek lagi!"
"Sayang deh sama Adhe," ucap Albert dengan memeluk istrinya.
"Aku juga sayang," sahut Nana malu-malu.
"Nanti Abang buat overdosis sayangnya, Dhe!"
"Caranya?"
"Mau tahu aja atau tahu banget!"
"Tahu bulat kali Bang!"
"Tahu emang ada yang bulat ya, Dhe?"
Nana menghela nafasnya panjang. "Tuhan, tolong beri aku kesabaran untuk menghadapi suami Sultan yang sekarang jadi orang miskin baru!"
🍂🍂🍂
🍂🍂🍂
"Adhe... dhe... " Albert berteriak memanggil istrinya dari dalam kamar mandi.
Nana yang tengah sibuk membersihkan kamar dan merapikan baju suaminya, menghentikan kegiatannya sejenak.
"Kenapa, Bang?"
"Ini apa Dhe?" tanya Albert dengan mengangkat sebuah gayung.
Nana lagi-lagi dibuat terkekeh geli melihat tingkah suaminya. Pertama kali mandi di rumah kontrakan mereka pasti membuatnya bingung apalagi jauh dari kata mewah.
"Itu namanya gayung Bang!" ucap Nana lalu dia ikut masuk ke dalam kamar mandi dan menunjukkan cara memakai gayung.
Albert dibuat takjub dengan benda itu. "Wah, hebat ya Dhe, aku kemana aja kok baru tahu ada benda multifungsi begitu."
"Ck, Abang mah dari bayi udah makan sendok perak jadi hal begini mana mungkin tahu! Sekarang harus biasain mandi dengan cara begini ya, disini gak ada shower atau bathup seperti yang sering Abang pake," jelas Nana.
"Iya Dhe, ini juga lagi belajar jadi orang biasa," sahut Albert dengan senyuman simpul.
Setelah drama gayung lagi-lagi Albert mengeluh karena suhu kamar yang panas sampai dia membuka bajunya memperlihatkan perutnya yang seperti roti sobek. Albert seorang blasteran Amerika-Indonesia, Harry yang seorang pria latin menikah dengan Maura asli pribumi karena perjodohan keluarga mereka yang sama-sama seorang pebisnis sukses. Hingga pernikahan mereka dikarunia Monica dan Albert sebagai penerus keluarga Anderson.
"Panas ya Bang? maklum disini kan gak ada AC! Bentar ya," ucap Nana sambil mencolok kipas angin.
"Gimana udah mending kan? gak panas lagi," tambah Nana.
Albert mengangguk. Dia sangat bersyukur Nana sekarang menjadi istrinya, dia begitu baik dan penyabar selalu membuatnya nyaman saat bersamanya.
"Sini, Dhe!" ucap Albert kemudian dengan menepuk samping ranjangnya yang kosong.
Nana menurut dan membaringkan tubuhnya di dekat suaminya dengan malu-malu. Albert menarik istrinya itu ke pelukannya.
"Makasih ya Dhe udah mau jadi istriku, sekarang Abang emang gak punya apa-apa tapi Abang janji bakal usaha buat bahagiain Adhe," ucap Albert dengan mengecup puncak kepala istrinya.
"Aku yang makasih Bang karena Abang mau menerimaku apa adanya sampai rela meninggalkan keluarga dan harta Abang demi aku, Nana merasa dicintai Bang!"
"Abang akan lakuin apapun untuk bisa hidup bersama Adhe!"
Lalu Albert mengurai pelukannya dan menatap lekat wajah cantik istrinya. Albert mulai memagut bibir Nana dengan lembut. Debaran jantung itu semakin kuat mereka rasakan saat ciuman mereka terlepas, ini adalah pertama kalinya bagi mereka.
"I love you, Nana Anjelina."
"I love you too, Albert Anderson."
Albert mencium kening Nana lalu ciumannya turun ke mata, hidung, pipi dan terakhir di bibir istrinya itu.
"Balas ciumanku, Dhe!" perintah Albert.
Nana dengan ragu membalas ciuman Albert. Ciuman mereka semakin panas, tangan Albert sudah mulai meraba tubuh Nana hingga Nana berteriak dalam ciuman saat Albert meremas dadanya.
"Bang, aku takut," ucap Nana saat Albert mulai membuka bajunya.
"Jangan takut Dhe, kita harus membuka pabrik bayi!"
Nana mulai merilekskan tubuhnya untuk menerima sentuhan suaminya lagi, hingga saat benda itu dimasukkan dalam liangnya dia menjerit kesakitan. Dengan lembut Albert mengecup kening Nana dan mengusap airmata yang jatuh dari pelupuk mata Nana. Saat dirasa Nana sudah mulai tenang dengan perlahan Albert memaju mundurkan pinggulnya.
"Nikmati serangan kapiten ya, Dhe!"
"Kapiten?" Nana bertanya dengan terbata merasakan tusukan itu semakin terasa dalam.
"Aku kan seorang kapiten yang mempunyai pedang panjang!"
"Kalau digoyang prok! prok! prok! Aku seorang kapiten!"
🍂🍂🍂
🍂🍂🍂
Keesokan harinya
Nana terus mengulum senyumnya sambil memasak sarapan mengingat percintaan panasnya semalam.
"Ternyata begitu rasanya," gumam Nana.
Dua piring nasi goreng sudah tersaji di meja makan dan dua teh hangat. Nana memanggil suaminya supaya cepat sarapan karena mereka hari ini akan mulai mencari pekerjaan.
"Abang, sarapannya sudah siap!"
"Iya Dhe, sebentar!" sahut Albert yang memakai bajunya di kamar.
Setelah selesai, Albert bergabung di meja makan kecil itu.
"Aku mau melamar pekerjaan di kafe, Bang," ucap Nana disela makannya.
Albert terdiam sejenak memikirkan pekerjaan apa yang cocok untuknya sementara berkas dan seluruh ijazahnya disita oleh keluarganya.
Menyadari itu Nana memegang tangan suaminya. "Aku bantu cari ya, Bang. Jadi security mau?"
"Apa aja deh yang penting bisa nafkahi keluarga kita," sahut Albert sambil menyuapkan nasi goreng di mulutnya.
Setelah selesai sarapan mereka keluar dari rumah kontrakan mereka sambil bergandengan tangan. Saat ada angkot lewat Nana berpamitan dengan suaminya yang mana Albert mencium kening istrinya penuh kasih sayang.
"Aku pamit ya, Bang," ucap Nana.
Albert melambaikan tangannya saat angkot itu menjauh sampai sebuah tepukan mengagetkan lamunannya.
"Tetangga baru ya?" tanya pria sekitar berumur 40 tahunan.
"Iya saya tinggal dirumah kontrakan di ujung sana," jawab Albert.
"Kenalin namaku Tejo," ucap pria itu lagi sambil mengamati penampilan Albert.
"Wajah bule tampang kaya masak tinggal di kontrakan gini," tambah Tejo penuh selidik.
Albert menghela nafasnya panjang. "Aku bule miskin yang terdampar lalu dipungut oleh istriku yang cantik jelita!"
Tejo terkekeh mendengarnya lalu menepuk pundak Albert lagi. "Salam kenal, aku mau kerja lagi. Nanti malam ngumpul di pos ronda biar kenal sama warga disini!"
"Tunggu! Aku juga butuh pekerjaan. Apa aku bisa ikut?" tanya Albert.
"Aku hanya seorang kuli di pasar, apa kau bisa kerja berat?" tanya Tejo balik.
"Aku bisa!" sahut Albert mantap.
Akhirnya Tejo membawa Albert ke pasar tradisional dan Albert yang untuk pertama kalinya kesana menatap takjub dengan pasar itu.
"Ayo!" ajak Tejo ke sebuah gerai sembako.
Disana mereka membantu menurunkan karung-karung beras yang ada dalam mobil truk.
Albert membuka bajunya yang mana melihatkan perut sixpacknya membuat para emak-emak di pasar itu menjerit melihat pemandangan seksi disana.
"Awas keselek!" tegur Tejo pada emak-emak itu yang terus berteriak histeris.
Saat karung-karung beras sudah diturunkan semua. Pemilik gerai sembako memberi upah pada pekerja lepas seperti Tejo dan Albert. Satu karung dihargai seribu rupiah. Sementara Albert sudah berhasil mengangkat karung sebanyak 10 karung. Otomatis dia mendapat uang sepuluh ribu. Tapi saat menerima uang itu, Albert mengernyit sambil membolak balik uang itu.
"Kenapa?" tegur Tejo.
"Ini uang apa?" tanya Albert yang tidak pernah memegang uang seperti itu.
"Itu sepuluh ribu!" jawab Tejo singkat.
Albert masih bingung baginya uang itu ya cuma seratus ribuan. Selama ini dia selalu memakai uang menggunakan kartu dan jarang memegang uang cash jika pegang uang cash pun ya cuma lembaran seratus ribuan.
Bersamaan dengan itu, asisten pribadi suruhan keluarga Albert yang bernama Joe mendekati tuannya itu. Sebelumnya memang Joe disuruh untuk mengawasi pergerakan Albert.
"Tuan," panggil Joe.
Albert menoleh kearah Joe. "Lihat Joe! Aku pegang uang sepuluh ribu sekarang! Bukankah ini keren!"
Joe tersenyum kikuk. "Tuan, satu jam hidup anda bahkan bisa menghasilkan milyaran rupiah!"
Albert justru menggeleng kuat. "Tapi tidak dengan mengangkat karung beras!"
🍂🍂🍂
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!