NovelToon NovelToon

Bila Tak Jodoh

Bolos Sekolah

Suasana kelas terlihat senggang dan ribut akibat guru yg sedang rapat mengenai kinerja sekolah Teladan tahun ini.

Adapun guru yg masuk mengajar sempat memberikan tugas kepada murid mereka sebelum ikut serta dalam rapat ini. Ada yg memberikan tugas, ada yg membentuk kelompok kecil, dan ada yg menyuruh muridnya meringkas bab per bab. Derita para murid yg mau tidak mau tetap dituruti demi nilai yg bagus.

Kesempatan emas ini pun tidak dibuang - buang saja oleh beberapa murid yg nakal. Mereka mengerjakan tugas mereka dalam 15 menit pertama. Setelah mereka merasa bosan, mereka akan membentuk group - group kecil untuk bercerita mengisi waktu yg senggang. Sebagian bercerita, sebagian mengintip ruang guru untuk keluar membeli makanan. Salah satu kebiasaan murid disaat guru tidak ada.

"Nanti kita ke pasar yuk, sudah lama kita tidak makan di tempat mang Rahayu" Ajak Cindy memberikan usul kepada teman segengnya.

Mereka satu geng yg terdiri dari 4 sekawanan. Tempat duduk mereka jangan ditanya lagi. Mereka duduk bersampingan dan berhadapan.

Cindy sebangku dengan Dewi. Dibelakang Dewi ada Ratna dan disampingnya ada Sabrina. Mereka sekawan sejak duduk di bangku SD. Rumah mereka juga searah walaupun tidak terlalu dekat.

"Ia ya, udah lama banget. Jadi pingin makan bakso...." Rengek Ratna manja yg sudah membayangkan semangkuk bakso kesukaannya tersedia dihadapannya.

"Tambah kerupuk mie yg di makan dengan tambahan saus. Huff.... Jadi ngiler..." Timpal Dewi membasahi bibirnya dengan lidahnya.

"Ya udah kita berangkat sekarang aja." Usul Sabrina memasukkan bukunya dan menenteng tasnya.

"Sabrina lo serius?" Tanya Cindy yg tidak mengerti mengapa Sabrina suka sekali bolos.

"Emangnya kenapa?" Tanya Sabrina balik tanpa ada rasa bersalah sedikit pun.

"Sama aja kita bolos dodol" Geram Cindy dan mendapatkan tawa kecil dari Ratna dan Dewi.

"Cindy sayang, sebentar lagi juga bel pulang. Kita bukannya bolos, tapi mempergunakan waktu dengan baik." Ceramah Dewi yg sudah menenteng tas nya. Mereka bertiga pun berjalan ke arah pintu keluar dan melihat situasi sekitar.

"Tungguin gue Bangs*t..." Teriak Cindy yg menyadari jika dirinya tinggal sendirian yg belum menyusun bukunya. Ia pun memasukkan apa saja yg ada di meja serta laci mejanya.

Itulah mereka, satu bolos maka akan berdampak pada keempatnya.

Melihat situasi aman, Sabrina pun berjalan ke arah belakang kantin disusul oleh yg lainnya. Setelah sampai Sabrina menyuruh ketiga kawannya untuk manjat terlebih dahulu dengan bantuan pohon kecil yg tumbuh tak jauh dari tembok pagar sekolah.

"Bolos ya neng?" Goda penjaga kantin pada saat giliran Sabrina memanjat.

"Shut... diam de mang. Seperti tidak pernah muda aja." Sewot Sabrina dan langsung melompat keluar tembok.

Mereka pun berjalan sebentar keluar dari pekarangan sekolah dan berjalan kaki menuju arah pasar. Mereka bercerita dan tertawa bersama satu dengan yg lainnya hingga tak terasa kini mereka sudah tiba di perumahan warga dan akan sampai ke pasar setelah melewati perumahan ini.

"Tunggu dulu!" Cegat Sabrina melihat sekitar perumahan tersebut. Pandangannya menyapu ke kiri dan kanan dari gang kecil tempat mereka berada sekarang.

"Lo gak bilang sama cowok Lo?" Selidik Cindy yg merasa malas jika menyangkut dunia percintaan sahabatnya ini.

"Enggak, gue malas aja. Sikit - sikit melapor, emangnya gue anaknya apa harus ngelapor kemana pun gue pergi." Kesel Sabrina mengingat kelakuan pacarnya yg sudah setahun ini menemani dirinya.

"Sepertinya aman de Sab." Ucap Ratna yg melihat dari sudut pandang rumah Nicholas. Dia yakin jika Nicholas tidak ada dirumah saat ini.

"Lo yakin?" Ragu Sabrina mengikuti arah pandang sahabatnya.

"Ia gue yakin. Lo harus percaya sama gue kali ini. Lu lihat itu pintu rumahnya tertutup. Trus rumah kostnya yg di depan rumahnya cuman ada beberapa yg bernyanyi sambil bermain gitar. Gue yakin mereka juga bolos seperti kita." Tawa Ratna merasa anak seusia mereka lagi senang - senangnya bolos.

Sabrina yg melihat situasi memungkinkan bisa jalan pun membetulkan posisinya. "Let's go..." Serunya menggandeng tangan Ratna sedangkan Cindy menggandeng tangan Dewi.

Tuhan kirimkanlah aku

Kekasih yang baik hati

Yang mencintai aku

Apa adanya....

Suara vocal group yg dinyanyikan oleh sekolompok anak muda yg berkost di perumahan ini. Suara petik gitar pun menambah kesan ramai dalam menemani mereka bernyanyi.

"Kak.... kakak....." Teriak salah satu mereka memanggil Nicholas yg berada di salah satu kamar kost mereka untuk beristirahat.

Sontak yg lainnya melihat kearah tatapan kawan mereka. Mereka pun menoleh ke belakang dan menemukan 3 bidadari yg jatuh dari langit memakai seragam sekolah. Kenapa 3? Karena yg 1 nya sudah ada yg punya.

"Mampus gue, semoga Nicholas gak dirumah." Batin Sabrina memelas dan mempercepat langkah kakinya.

Melihat bidadari datang dengan langkah yg cepat pun membuat mereka tidak tinggal diam. Mereka merentangkan tangan mereka guna menghalangi jalan mereka.

"Minggir!" Kesel Sabrina beserta para sahabatnya. Mereka kesel karena jalan mereka di halangi oleh anak kost Nicholas.

"Kak.... kak...." Teriak mereka sehingga mengusik waktu senggang Nicholas.

"Kenapa?" Tanya Nicholas datar yg baru datang dan melihat anak kostnya menghalangi jalan empat orang siswi. Melihat sang pujaan hati disitu, membuat senyumnya merekah.

"Assalammualaikum pacarku sayang..." Sapa Nicholas dengan senyum terbaiknya menghampiri sang pujaan hati. Tanpa di pinta, anak kost Nicholas pun kembali duduk ke posisi mereka sebelumnya. Mereka sadar jika sudah menyangkut sang pujaan hati kakak pemilik kostnya, maka mereka tak akan di hiraukan. Biasalah, dunia serasa milik berdua, yg lainnya ngekost....

"Waalaikumsalam Kak Nic pacar sahabat kami Sabrina" Jawab ketiga sahabat Sabrina.

Nic yg baru tersadar akan kehadiran sahabat pacarnya pun hanya bisa tersenyum kecut menanggapi mereka.

"Kamu mau kemana yank?" Tanya Nicholas

"Mau makan bakso mang Rahayu" Jawab Sabrina dengan senyum termanisnya menanggapi ucapan pacarnya.

"Oh ya udah, tunggu ya." Pinta Nic dan dia pun segera berlari kearah salah satu kamar kost salah satu usaha yg ia kelola tanpa menunggu jawaban Sabrina.

"Aish.... pasti dia mau minta ikut" Kesel Sabrina dan di tanggapi tawa kecil oleh Sahabatnya.

"Ya udah, ikutkan aja. Mana tau ditraktir kan syukur." Canda Dewi dan dibetulkan oleh Cindy dan Dewi.

Nicholas pun keluar menghampiri pujaan hati. "Ini... pakailah" Seraya memberikan uang ratusan tiga lembar ke tangan Sabrina.

"Maksudnya?" Tanya Sabrina tidak mengerti dengan uang yg sudah ada di tangannya.

"Katanya mau makan, ya udah makan sana. Makan yg banyak. Aku gak mau orang berpikir bahwa aku pacar yg gak memberi kamu makan." Saut Nic menarik tangan Sabrina dan mendorongnya untuk melanjutkan perjalan ke pasar.

Sabrina pun melihat kebelakang dan Nic membalas dengan lambaian tangan. "Kabari kalau mau di jemput ya." Teriaknya kemudian berlalu bergabung dengan anak kostnya.

Happy Reading Say..... Semoga kalian suka. Jangan lupa 💟, ⭐, 👍 serta 💬 ya say.... 🤗😇

Sakit Perut

"Cie yg dapat rezeki dari kakak." Goda Cindy yg berhasil membuat rona di wajah cantik Sabrina.

"Berisik" Umpat Sabrina. Mereka telah sampai di mamang bakso yg terkenal enak di pasar ini.

"Mang mie ayam baksonya 4 dan teh obengnya 4 ya." Teriak Sabrina seraya duduk di salah satu bangku kosong.

"Kamu tau, terkadang aku suka iri lihat Kak Nic perhatian ke kamu Sab" Timpal Dewi meletakkan beberapa bungkusan kerupuk di tengah meja makan mereka.

"Enak sih enak, gue akuin itu. Tapi sifatnya kadang suka mengekang. Lu kan tau sendiri gue gak suka di kekang, gue maunya bebas." Ungkap isi hati Sabrina selama pacaran dengan Nic.

"Jadi itu salah satu alasan Lo mutusin dia?" Tebak Ratna dan dianggukin oleh Sabrina. "Ya udah pacaran sama burung sana, biar bebas terbang menjelajahi dunia ini" Saut Ratna lagi yg diakhiri tawa oleh mereka. Sabrina pun hanya bisa cemberut menanggapi ucapan sahabatnya itu.

"Sekarang gini Sab, gue akuin memang sepupu gue yg satu itu rempongnya melebihi emak - emak. Tapi gue yakin dia ngelakuin tu karena dia sayang sama Lo. Buktinya dia memaklumi waktu elu sama kita. Ia gak?" Tanya Cindy pada lainnya dan diangguki oleh mereka.

Ya Cindy dan Nicholas adalah sepupu. Bahkan Cindylah yg mengenali Nicholas dan Sabrina sehingga status jomblo berubah menjadi status berpacaran. Mereka cukup dekat, sehingga sering di bilang kakak dan adek.

"Permisi non pesanannya." Sela mamang memindahkan mangkuk mie ayam bakso dari nampan ke meja mereka.

"Silahkan!" Senyum istri mamang seraya meletakkan teh obeng ke meja mereka sesudah mamang meletakkan mangkuk bakso pesanan mereka.

"Terimakasih bik, terimakasih mang." Jawab mereka serempak. Mereka pun mulai mengambil saus, cabe, kecap dan meraciknya di dalam mangkuk mereka masing - masing.

"Emmm... Mantap" Ucap mereka setelah puas dengan racikan mereka sendiri.

~Keesokan harinya pun menjadi hari yg menyakitkan bagi Sabrina. Bagaimana tidak, perutnya terasa melilit sehingga mengganggu konsentrasinya dalam belajar. Butiran - butiran keringat pun membasahi wajah pucatnya.

"Sabrina, kamu sakit?" Tanya Pak Budi melihat Sabrina menenggelamkan wajahnya pada tumpukan kedua tangannya.

"Ia pak, Sabrina sakit perut." Jawab Ratna yg merasa cemas melihat kondisi Sabrina.

"Ratna, bawa Sabrina ke UKS! Setelah itu kamu kembali ke kelas." Perintah Pak Budi dan Ratna pun segera memapah Sabrina ke ruang UKS.

"Elu sih, udah dibilang jangan banyak makan cabe, tapi tetap aja ngeyel kalau dibilangin." Sewot Ratna karena Sabrina tak mengindahkan perkataanya kemarin.

"Ia, ia, gue minta maaf. Gue nyesel" Sesal Sabrina.

"Kalau udah seperti ini baru menyesal. Tapi pas dihadapkan sama cabe, elu selalu lupa diri Sab." Omel Ratna kembali dan didiamkan oleh Sabrina. Sabrina yakin sahabatnya ini tidak akan pernah diam jika disahuti setiap perkataannya.

"Sabrina kenapa?" Tanya Pak James guru olahraga kepada Guru Ayu selaku guru BK dan Petugas UKS.

"Biasa sakit perut karena jajan sembarangan" Balas ramah Guru Ayu pada Guru James. Guru yg selama ini menjadi incaran hatinya.

"Sakit perut apa pura - pura sakit perut" Tanya Pak James mendekati Sabrina.

"Sakit perut lo Pak." Ketus Sabrina menjawab pertanyaan Guru Olahraganya yg tidak berfaedah menurutnya.

"Syukurlah jika sakit, kalau hanya pura - pura maka kamu saya hukum" Pak James pun segera keluar meninggalkan Sabrina dan Guru Ayu disitu.

"Dasar menyebalkan, pantes aja masih jomblo. Mana ada cewek yg mau sama dia, sifatnya aja seperti itu. Menyebalkan" Gerutu Sabrina.

Bel sekolah yg dinantikan membuat semua tubuh yg tak bersemangat menjadi semangat bak 45. Bel yg menandakan mereka akan mengakhiri penatnya belajar dari pagi hingga siang hari ini. Para siswa pun berhamburan keluar kelas untuk segera bermain ataupun pulang ke rumah mereka masing - masing.

Tepat pada saat Sabrina dan yg lainnya keluar, sebuah mobil terparkir dihadapan mereka sehingga menghalangi jalan mereka.

Nicholas turun dari pintu kemudi dan mengelilingi mobilnya. Ia membuka pintu samping kemudi dan berjalan mendekati Sabrina dan kawan - kawannya.

"Sayang, kamu kok disini?" Heran Sabrina setelah melihat jam dipergelangan tangannya. Ia yakin sekarang belumlah jam pulang sekolah Nicholas.

"Masuklah!" Perintah Nicholas membantu Sabrina duduk dan memasangkan sabuk pengaman.

"Kami duluan ya." Pamit Nicholas pada teman Sabrina dan mobil berjalan meninggalkan pekarangan sekolah Sabrina.

Di tengah perjalanan, Sabrina pun sadar jika jalan yg mereka lalui bukanlah jalan menuju rumahnya. "Kita mau kemana?" Tanya Sabrina menuntaskan rasa ingin taunya.

"Ke rumah sakit" Jawab singkat Nicholas yg membuat kedua mata Sabrina melebar.

"Gak.... aku gak mau. Aku mau pulang aja." Tolak Sabrina yg merasa bahwa perhatian Nicholas terlalu berlebihan untuknya. Bagaimana tidak, ia hanya sakit perut karena makanan pedas kemarin harus dibawa berobat ke rumah sakit. Mau ditaruh dimana wajahnya pikirnya dalam hati.

"Harus!" Tegas Nicholas tidak mau dibantah.

Sabrina pun memikirkan bagaimana cara untuk merayu Nicholas agar tidak membawanya ke rumah sakit. "Sayang, aku takut disuntik. Aku gak mau ke rumah sakit. Lagian aku juga udah dikasih obat dari UKS tadi. Kita pulang aja ya. Ya...." Rayu Sabrina memohon pada Nicholas. Tangannya pun mengguncang - guncang pergelangan tangan Nicholas pelan.

"Kalau takut di suntik kenapa masih mau makan yg pedas - pedas? Aku gak ngelarang kamu mau makan apa aja, tapi please Sab... Kamu jangan makan pedas, aku mohon dari sekarang sampai seterusnya kamu aku larang makan yg pedas."

Mendengar perkataan Nicholas yg tulus dan penuh kekhawatiran membuat Sabrina tersentuh. Ia merasa bersalah karena ulahnya sendirilah yg membuat dirinya sendiri sakit. "Ia aku janji gak akan makan pedas lagi. Tapi kita pulang aja ya. Please...." Mohon Sabrina sekali lagi.

Hmmm....

"Aku pegang janji kamu kali ini." Mobil pun putar balik. Nicholas mengendarai mobilnya menuju ke tempat tinggal sang pujaan hati.

"Makasih sayang, kamu memang yg selalu terbaik" Senyum Sabrina yg merasa lega jika kakinya tidak jadi menginjak pekarangan rumah sakit.

Sebelum sampai, Nicholas menyempatkan diri untuk singgah ke supermarket. Ia memesan bubur untuk makan siang Sabrina, setelah itu ia membeli buahan segar serta beberapa cemilan untuk dibawa pulang sebagai buah tangan ke rumah sang calon mertua.

Sabrina yg pusing tidak tau mengatakan apa lagi setelah melihat apa saja yg di beli oleh Nic. Emosinya saat ini juga sudah berada di tahap akhir. Ia mencoba sabar dan tetap tersenyum kepada sang kekasih.

"Nicholas sayang, ini maksudnya apa? Kenapa kamu boros banget ke supermarketnya? Ehm....?" Tanya Sabrina tersenyum menahan emosi yg saat ini sudah siap untuk diluapkan.

"Sekalian untuk stok dua minggu, supaya kamu jangan jajan sembarangan dengan porsi cabe yg banyak."

Happy Reading Say..... Semoga kalian suka. Jangan lupa 💟, ⭐, 👍 serta 💬 ya say.... 🤗😇

Anak Bunda Bukan Sih?

Sesampainya di depan teras rumah, Nicholas pun menghentikan mobilnya. Ibunda Sabrina yg saat itu berada di teras rumah langsung tersenyum melihat kedatangan anak perempuannya dan Nicholas yg sudah dia anggap sebagai anak sendiri.

"Assalamualaikum Bunda" Sapa mereka berdua dan di salam balik oleh Bunda Zirah.

"Kamu kenapa sayang?" Tanya Bunda Zirah yg melihat putrinya sedikit pucat.

"Biasa Bunda sakit perut" Jawab Nicholas mewakili pertanyaan Ibunda Sabrina.

Zirah yg mendengar jawaban Nicholas pun langsung menjewer telinga kiri anaknya.

"Awh... awh... sakit bunda.... ampun Bun...." Teriak Sabrina menahan rasa sakit di telinga sekaligus perutnya. Bukannya kasihan, Zirah semakin menguatkan tangannya untuk menjewer telinga Sabrina. Ia ingin memberi pelajaran pada anaknya.

Merasa hukuman sudah cukup, Nicholas pun membujuk Ibundanya Sabrina untuk melepaskan tangannya. "Bunda udah dong, kasihan Sabrina nya lagi sakit" Bujuk Nicholas selembut mungkin.

Tanpa mengindahkan perkataan Nicholas, Zirah terus saja menjewer Sabrina. "Biarin aja, biar anak nakal ini jera"

"Awh.... ampun bunda.... ampun.... Sabrina janji gak akan makan yg pedas lagi. Suer." Teriaknya sedih sambil mengangkat jari telunjuk dan tengah nya membentuk huruf 'V'.

Bunda Zirah pun melepaskan tangannya dan menatap tajam ke arah anaknya. "Masuk dan ganti baju, sehabis itu kita makan siang!" Perintah Zirah dan mengajak Nicholas untuk masuk ke rumah.

"Nak Nic ayo masuk. Kita sekalian makan ya. Ibu udah masak banyak tadi." Nicholas pun tersenyum dan menganggukkan kepalanya. "Ia Bunda."

Nicholas mengambil piring dan meletakkan bubur ayam di atasnya. Ia mengeluarkan cemilan dan menyusunnya pada tempat cemilan. Terakhir ia pun mengeluarkan buah untuk dicuci dulu.

"Kenapa belanja banyak nak Nic? Tu lihat yg kemarin aja belum habis." Tunjuk Zirah kearah tempat cemilan.

"Sekalian Bun, biar Sabrina gak jajan sembarangan."

"Kamu memang anak Bunda yg paling baik Nic" Senyum Zirah yg sudah selesai menata peralatan di meja makan.

Sabrina yg baru datang ke dapur sempat mendengar percakapan Bundanya dengan kekasihnya. "Ia dia memang anak bunda yg baik, sedangan aku anak bunda yg nakal" Cemberutnya dan menarik kursi dimana ia sering duduk pada saat makan.

Zirah yg melihat kelakuan anaknya hanya bisa geleng - geleng kepala sedangkan Nic hanya bisa tertawa kecil. Ya di rumah ini Nic bukanlah hanya kekasih Sabrina, tapi juga sudah dianggap sebagai bagian dari keluarga Sabrina. Tak heran jika perhatian kedua orangtua Sabrina lebih tinggi pada Nic dibandingkan Sabrina anak mereka sendiri.

Sabrina pun membuka bungkusan bubur yg diletakkan Nic tadi. Ia mengambil sendok dan melihat gelas yg belum terisi air putih. Ia mengambil teko dan menuangkan air kedalam 3 gelas untuk mereka bertiga. Lalu meletakkan ke hadapan Zirah dan Nicholas.

Setelah berdoa makan, mereka pun memulai makan dengan hening. Sabrina yg hendak makan melihat ada ayam goreng kesukaannya di dekat sang Bunda. Ia berencana mengambil daging ayam tersebut untuk disuir - suir sebagai pelengkap buburnya.

Plak....

Awh....

"Sakit...." Keluh Sabrina yg dapat pukulan di punggung tangannya oleh Bunda dan Nic secara bersamaan.

"Cucu tangan dulu!" Perintah Nic

"Kok bisa sih, aku punya anak jorok ke kamu" Umpat Zirah melihat kelakukan jorok anaknya.

Sabrina pun menghembuskan nafasnya kasar. Ia pun menghentakkan kakinya menuju wastafel. Air yg mengalir membawa sisa busa di kedua tangannya. Setelah bersih kran dimatikan dan ia kembali duduk di kursi makannya.

Melihat daging ayam di depan mata membuat dirinya enggan untuk mengambil lagi. Ia sudah terlanjur kehilangan mood. Bubur yg ada juga asal dimasukkan saja ke dalam mulutnya. Dia makan dalam keheningan.

"Ini, makanlah" Ucap Nic yg sudah mensuir - suir kan daging ayam dan meletakkan kedalam bubur Sabrina. Sabrina tetap diam, akan tetapi suiran tadi masuk kedalam mulutnya.

"Sudah lah nak Nic, jangan dimanjakan terus. Nanti kelakuannya makin susah di atur." Ucap Zirah

Nic yg ingin membalas perkataan Zirah pun tertahan karena dipotong oleh Sabrina. "Sebenarnya aku anak Bunda bukan sih? Selalu aja baik sama Nic, sedangkan sama aku selalu aja merepet. Padahal ya bun dia itu nyebelin bangat Bun."

"Kamu bukan anak aku, kamu itu anak Ayah kamu. Anak Bunda cuman Nic, kakak serta adik kamu." Jawab ketus Zirah yg membuat kedua mata Sabrina melotot. Sabrina hanya bisa menyesal dan merrutuki dirinya karena pertanyaan yg ia lontarkan tadi. Jika bisa di tarik, dia tidak akan melontarkan pertanyaan tersebut jika jawabannya bikin sakit hati saja.

Nic yg melihat pertengkaran kecil antara Zirah dan Sabrina hanya bisa tersenyum. Sabrina yg mengetahui Nic menang hanya bisa menajamkan matanya dengan isyarat 'Senyum aja terus, pasti kamu senang kan Bunda lebih sayang sama kamu daripada aku.' Begitu lah kira - kira makna dari tatapan tajam Sabrina kepada Nic.

Makan siang pun berlalu, Sabrina saat ini sudah tidur siang setelah satu jam minum obat yg diberikan dari UKS tadi.

Dalam sejarah hidupnya tidak ada namanya tidur siang, hanya saja Nic memaksa dirinya dengan pertengkaran - pertengkaran kecil. Nic tidak akan pergi dari kamarnya sebelum dirinya tidur. Mau tidak mau, dia pun menutup matanya untuk mengelabui Nic. Tapi siapa sangka kepura - puraannya membuat dia menjadi benar - benar tertidur.

Nicholas yg mendengar deru nafas Sabrina yg sudah teratur tersenyum. Ia masih menunggu beberapa menit lagi sebelum akhirnya keluar dari kamar Sabrina. Di pandangnya wajah cantik Sabrina dan kecupan pun mendarat di kening gadis itu. "Selamat tidur my princess."

Ia memperbaiki selimut Sabrina dan berjalan keluar dari kamar Sabrina. Pintu kamar Sabrina pun di tutup dan ia segera pamit pulang kepada Bunda Zirah karena hari sudah mulai sore.

Jika berdua dikamar Sabrina, maka Nicholas akan selalu membuka pintu kamar Sabrina. Hal ini dilakukan agar apa saja yg mereka lakukan tidak terlepas dari pengawasan Bunda Zirah.

Zirah yg selalu melihat perilaku Sabrina dan Nicholas hanya bisa tersenyum hangat. Nicholas selalu menjaga Sabrina selayaknya emas yg sangat berharga, jadi ia tidak perlu merasa khawatir. Ia juga bersyukur karena putrinya bertemu dan menjalin kasih dengan Nicholas.

Di dalam Doanya ia selalu memohon agar hubungan mereka baik - baik saja. Ia berharap jika Nicholas adalah jodoh yg dikirimkan Allah untuk menjaga Putrinya kelak. Tapi jika tidak berjodoh, ia akan tetap menganggap Nicholas seperti anak kandungnya sendiri. Tidak heran jika kasih sayangnya kepada Nicholas lebih besar daripada kasih sayangnya kepada Sabrina.

Sesayang - sayangnya orangtua terhadap anak orang lain, tidak akan bisa menandingi rasa sayangnya terhadap anak kandungnya sendiri.

Happy Reading Say..... Semoga kalian suka. Jangan lupa 💟, ⭐, 👍 serta 💬 ya say.... 😇🤗

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!