Seorang wanita yang masih terlihat muda meskipun usianya sudah berkepala empat menuruni tangga dengan memakai pakaian kantornya lalu berjalan menuju meja makan.
"Bi, Aditya belum bangun?," tanyanya saat melihat pelayan sedang menuangkan jus ke dalam gelas.
"Belum Nyonya, tadi Aden sudah Saya bangunkan tapi Aden malah marah dan mengusir Saya." Pelayan tersebut mengadu kepada majikannya.
Wanita itu pun hanya menghela napas kasar lalu beranjak pergi. Dia kembali menuju tangga dan naik ke lantai atas.
Saat sudah sampai di depan kamar anaknya, wanita itu membuka pintu lalu masuk ke dalam kamar. Dia pun mendekati anaknya yang masih terlelap di tempat tidur.
Wanita itu menepuk-nepuk lengan anaknya agar anaknya bangun tapi tangannya malah ditepis kasar oleh anaknya.
"Ngapain sih?! Udah dibilang jangan ganggu gue! Gue mau tidur! Pergi sana!" Anaknya itu berpikir yang membangunkannya adalah pelayan tadi.
"Putra Aditya Nugraha! Sekarang kamu sudah berani ngusir Mami! Keterlaluan kamu! Cepat bangun!" ucap wanita itu dengan nada tinggi lalu menarik selimut yang menutupi badan anaknya.
Putra Aditya Nugraha adalah nama anaknya sedangkan nama wanita itu adalah Permata Lestari.
Aditya pun terpaksa membuka matanya dan terduduk di pinggir tempat tidur masih dengan wajah ngantuknya.
"Hoaaammmm~" Aditya menguap sambil merenggangkan kedua tangannya ke atas.
"Semalam kamu pasti begadang lagi main game! Mulai sekarang WiFi dimatikan setelah jam sembilan malam!" ucap Permata tegas.
"Jangan Mi! Aku begadang buat ngerjain tugas bukan main game," protes Aditya.
"Mami engga percaya, sejak kapan kamu lebih mementingkan tugas sekolah daripada main game? Bisa-bisa hujan es kalau kamu kaya gitu." Permata melipat kedua tangannya di dada sambil melihat wajah Aditya yang cemberut.
"Tapi Mi--," ucapan Aditya terpotong karena Permata beranjak dari tempatnya.
"Sudah, jangan banyak alasan lagi, sekarang cepat mandi! Mami tunggu di meja makan," ucap Permata sambil berjalan menuju pintu.
"Sial!," umpat Aditya kesal saat maminya sudah keluar dari kamarnya.
Aditya pun terpaksa beranjak dari tempat tidur dan masuk ke dalam kamar mandi. Dia harus menuruti perintah maminya kalau tidak maka uang bulanannya yang akan jadi korban berikutnya.
Setelah hampir satu jam, Permata melihat Aditya berjalan menghampirinya yang sudah berada di meja makan.
"Mami aja cuma butuh waktu paling lama setengah jam untuk bersiap, kamu yang laki-laki malah satu jam," sindir Permata.
"Justru karena aku laki-laki makanya aku harus mandi lebih lama biar bersih kalau engga bersih nanti ketampananku bisa berkurang," ucap Aditya penuh percaya diri.
Permata tidak bisa menahan tawanya saat Aditya bersikap narsis.
Aditya meminum jusnya sampai habis lalu mengambil roti maminya saat maminya sedang lengah.
"I-Itu roti Mami! Aditya!"
"Aditya berangkat Mi!" ucap Aditya yang segera beranjak pergi meninggalkan maminya di meja makan.
Saat Aditya membuka pintu depan rumahnya dia berpapasan dengan seorang pria. Pria itu memakai setelan jas dan terlihat membawa tas kerja.
"Selamat pagi Den Aditya, mau berangkat sekolah ya?," sapa pria itu ramah.
"Iya Om," balas Aditya lalu pergi begitu saja menuju motornya.
Pria itu adalah sekretaris Permata yang bernama Hendra Pradipta. Setiap pagi Hendra memang selalu datang untuk menjemput Permata.
Awalnya Aditya bersikap biasa saja kepada Hendra tapi saat dia mengetahui hubungan spesial antara maminya dengan Hendra, dia selalu bersikap dingin setiap Hendra menyapa atau bicara kepadanya.
Dari balik kaca helm, mata Aditya menatap tajam sosok Hendra yang memasuki rumahnya.
Padahal Papi baru dua tahun meninggal... bagaimana Mami bisa semudah itu melupakan Papi dan mencintai pria lain?
Dada Aditya selalu sesak setiap mengingat Papinya yang sangat dia sayangi.
Dua tahun yang lalu Papinya terkena gagal ginjal, setelah beberapa kali cuci darah Papinya meninggal karena tidak kuat lagi melawan penyakitnya.
Setelah suaminya meninggal, Permata diminta untuk menggantikan posisi suaminya sebagai pimpinan perusahaan tapi hanya untuk sementara setidaknya sampai Aditya dewasa dan siap mengambil posisi itu karena suaminya mewariskan perusahaan keluarga mereka kepada Aditya.
Aditya pun menaiki motor sportnya yang berwarna hitam senada dengan helmnya melaju pergi meninggalkan rumah.
...****************...
Siswi-siswi yang berada di sekitar parkiran sekolah memperhatikan seorang siswa yang baru saja memarkirkan motor sportnya. Mereka sudah hapal pemilik motor itu, siapa lagi kalau bukan siswa yang jadi idola satu sekolah, Putra Aditya Nugraha.
Aditya melepas helm dari kepalanya dan membuat siswi-siswi yang sedang melihatnya langsung tersihir dengan ketampanannya.
Beberapa dari siswi itu pun histeris saat Aditya berjalan melewati mereka apalagi wangi parfum dari badan Aditya, membuat siswi-siswi itu rasanya ingin nempel terus dengan Aditya.
"Bro, baru datang lu!" Salah satu siswa menepuk pundak Aditya dan jalan di sampingnya.
Daniel, nama siswa itu. Dia adalah teman dekat Aditya di sekolah dan satu kelas juga dengan Aditya.
"Darimana lu?," tanya Aditya basa basi.
"Dari kantin, laper gue," jawab Daniel.
"Lah tumben, emak lu gak nyiapin nasi uduk, biasanya lu kan rajin sarapan nasi uduk," ledek Aditya.
"Sialan lu, gara-gara lu gue hari ini engga makan nasi," ucap Daniel sambil memanyunkan bibirnya.
"Koq gue?" protes Aditya.
"Coba semalem lu gak ngajakin gue mabar game pasti gue gak bakal bangun kesiangan, emak gue sampe nyiram gue pake air seember, sial banget gue hari ini," ucap Daniel meratapi nasibnya.
"Hah? Serius lu? Emak lu nyiram lu pake air? Hahahaha." Aditya tertawa terbahak-bahak mendengar cerita Daniel.
"Kenapa gue bisa punya temen yang hobinya tertawa diatas penderitaan orang lain, huuh..." gumam Daniel sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
Meskipun Aditya termasuk orang yang bisa bergaul dengan siapa saja tapi untuk dekat dengannya tidak mudah kecuali orang-orang yang dia sukai tak terkecuali cewek atau cowok. Bisa dibilang kalau Daniel termasuk orang yang beruntung karena bisa dekat dengan Aditya bahkan Aditya selalu menceritakan masalahnya kepada Daniel.
"Dit, lihat tuh, Keisya ngeliatin lu mulu daritadi."
"Gue mah yakin kalau Keisya juga suka sama lu, udah tembak aja, bukannya lu juga suka sama Keisya?" Daniel menyikut-nyikut lengan Aditya.
"Gampang, gak usah buru-buru, entar kesannya gue ngejar dia banget."
"Lagian lu liat tuh, ternyata ada yang lebih cakep dari Keisya," Aditya memegang wajah Daniel lalu memalingkan wajah Daniel kearah siswi yang sedang berdiri di depan kelas.
"Wuiih~ cakep Dit! Yang itu buat gue aja, kan lu sukanya sama Keisya," ucap Daniel sambil nyengir.
"Eits, engga bisa Bro, semua siswi cakep di sekolah ini harus jadi mantan gue, jadi gue gak bakal ngasi lu kesempatan buat nikung dia." Aditya tersenyum menyeringai saat siswi itu melihat kearahnya.
"Obsesi lu terlalu beresiko Bro, emangnya lu pikir enak punya mantan banyak apalagi satu sekolah." Daniel merangkul pundak Aditya.
"Biarin aja, terserah gue lah, lagian entar juga mereka punya cowok baru abis putus dari gue kaya Nayla, sekarang dia udah jadian sama anak paskibra padahal baru putus tiga hari sama gue."
"Mereka suka sama gue cuma karena tampang gue cakep aja, gak beneran suka sama gue jadi buat apa gue serius suka sama mereka cuma bikin sakit hati," lanjut Aditya.
"Jadi sesi curhat nih~," ledek Daniel.
Aditya yang sedikit kesal menginjak kaki Daniel dan pergi begitu saja menuju kelas.
"Aaakhh! Sialan lu Dit!" Daniel melompat-lompat kecil sambil meringis kesakitan.
...****************...
Permata duduk di samping Hendra yang sedang mengemudikan mobil.
"Kamu kenapa duduk di depan? Bagaimanapun juga kamu tetap atasanku dan seharusnya kamu duduk di belakang bukan di depan," ucap Hendra tidak enak.
"Sudahlah Mas, aku sendiri yang mau duduk di depan, kamu engga usah sungkan." Permata memalingkan wajahnya dan tersenyum kepada Hendra.
"Iya tapi kamu--." Sebelum Hendra selesai bicara, Permata langsung memotongnya.
"Iya aku tahu, aku atasanmu dan mobil ini juga punyaku berarti aku bebas duduk dimana saja yang aku mau," Permata kembali tersenyum kepada Hendra.
Hendra menghela napas lalu tersenyum tipis. "Baiklah, aku menyerah, aku memang tidak bisa menang beradu argumen denganmu."
"Mas, apa kamu sudah memberitahu anakmu tentang hubungan kita?," tanya Permata penasaran.
"Belum, tapi sepertinya kamu sudah memberitahu Aditya." Pandangan Hendra masih lurus memperhatikan jalanan dan juga mobil lain yang melaju di depannya. Dia tidak mau mereka celaka hanya karena fokusnya hilang saat mengemudi.
"Aku juga belum memberitahu Aditya."
"Tapi kenapa sikap Aditya sama aku berubah?" Hendra kembali mengingat saat pertama kali dia bertemu Aditya sampai sekarang.
"Berubah? Berubah gimana Mas?" tanya Permata penasaran.
"Dulu dia masih tersenyum setiap aku menyapanya tapi sekarang dia pergi gitu aja, kelihatan jelas dari wajahnya kalau dia tidak suka denganku."
"Aku akan coba bicara dengannya nanti."
Hendra melepas satu tangannya dari kemudi lalu memegang tangan Permata.
"Aku juga akan bicara dengan anakku tentang hubungan kita, aku berharap kedua anak kita menerima hubungan ini," ucap Hendra lembut.
"Semoga saja Mas, tapi apa kamu siap melamarku?" Permata sengaja menggoda Hendra.
"Ehem! Tentu saja."
Permata tertawa kecil melihat sekretaris sekaligus kekasihnya itu jadi salah tingkah.
...****************...
Author: Hai semua, semoga kalian suka dengan ceritanya 🤗
Aku baru belajar menulis novel jadi mohon maaf jika ada kesalahan 😊
Terima kasih buat yang udah kasi like dan komen ❤️❤️❤️
Jangan lupa dijadiin favorit ceritanya kalau kalian suka ya dan vote 😉
Sampai bertemu di bab selanjutnya~
"Kania!"
Wanita yang dipanggil pun berhenti melangkahkan kakinya dan berbalik.
Nama lengkap dari wanita itu adalah Kania Pertiwi, usianya 22 tahun. Dia mahasiswi fakultas management dan salah satu yang mendapatkan beasiswa dari kampusnya.
"Ada apa Na?" tanya Kania kepada Ratna, teman satu fakultasnya.
"Lu gak apa-apa Ni?" Ratna tampak khawatir melihat Kania.
"Emangnya gue kenapa?" tanya Kania balik.
"Udah, gue tahu lu pasti sedih, yang sabar ya Ni, cowok bukan cuma Andre aja, masih banyak cowok cakep yang mau sama lu," ucap Ratna sambil menepuk-nepuk pundak Kania pelan.
"Gue engga sedih, malah gue bersyukur putus sama Andre."
"Hah? Kenapa Ni? Koq lu malah bersyukur sih?" Ekspresi wajah Ratna langsung berubah menjadi tampak kebingungan mendengar ucapan Kania.
"Hahahah, lu kaya engga tahu Kania aja."
Sebelum Kania membuka mulutnya untuk menjelaskan, seseorang datang menepuk pundak Ratna dari belakang.
"Iih, Leo! Sakit tahu!" ucap Ratna sewot kepada pria yang berdiri di sampingnya.
Pria dengan nama lengkap Justin Leonard itu hanya nyengir saat Ratna melotot kearahnya.
"Maaf Baby, sakit yaa~" Leo berusaha membujuk Ratna yang memanyunkan bibirnya.
"Baby, Baby! Emangnya gue bayi dipanggil Baby?!" Ratna masih sewot dengan Leo.
Ratna dan Leo emang gak pernah akur padahal mereka sudah berteman sejak kecil. Alasannya karena Leo selalu melakukan sesuatu yang membuat Ratna kesal. Entah itu dengan mengejek, meledek atau menggoda Ratna.
"Waah~ ternyata kemampuan bahasa Inggris lu meningkat! Selamat yaa~"
Ratna menendang kaki Leo karena dia sudah jengkel dengan Leo. Dia tahu Leo sedang mengejeknya.
"Aaakkhh!" Leo meringis kesakitan sambil mengusap-usap kakinya yang ditendang Ratna.
"Rasakan!" Ratna melipat kedua tangannya di dada dan memalingkan wajahnya. Dia tidak peduli dengan Leo yang menatapnya tajam.
"Kalian berdua seperti anak kecil saja! Sudahlah jangan bertengkar lagi, malu dilihatin sama yang lain" Kania berusaha menyudahi perselisihan Ratna dan Leo karena kalau diteruskan bisa bersambung terus gak ada endingnya.
"Tahu nih Ratna, sekarang jadi bar bar kalau marah pasti mukul atau engga nendang, nyebelin banget!" ucap Leo sewot.
"Excuse me, yang mulai duluan siapa ya??" balas Ratna engga kalah sewot.
"Tapi kan gue engga--" ucap Leo segera dipotong Kania.
"Berhentiiii! Stooooppp!! Aku bilang udah ya udah! Kenapa malah to be continued?!" Sekarang giliran Kania yang ikutan sewot dengan dua temannya itu.
Kania berteman dengan Ratna dan Leo karena saat masih SMA mereka selalu satu kelas sehingga membuat hubungan pertemanan mereka semakin dekat.
"O iya Ni, aku sampe lupa gara-gara makhluk nyebelin ini." Ratna melirik tajam kearah Leo.
"Kenapa lu malah bersyukur putus sama Andre? Gue pikir lu bakalan sedih," lanjut Ratna.
"Masa lu gak paham sifat Kania juga Na." Leo kembali berucap sebelum Kania menjawab pertanyaan Ratna.
"Hellooooo~ sejak kapan Kania punya juru bicara? Kenapa sih lu selalu nyambeeeerr aja??" Ratna kembali sewot dengan Leo.
Baru juga Leo membuka mulutnya untuk membalas ucapan Ratna, Kania langsung menutup mulut Leo dengan tangannya.
"Ssssttt!! Gantian dong ngomongnya!" protes Kania.
Leo hanya mengangguk sebagai tanda kalau dia tidak akan bicara.
Kania pun melepas tangannya dari mulut Leo dan menghela napas sebelum kembali melanjutkan ucapannya.
"Gue bersyukur karena gue udah gak punya beban lagi, sebenarnya gue nerima dia waktu itu karena gue... lu tau kan sifat gue yang paling gue gak suka." Kania tahu kalau Ratna mengerti apa yang dia maksud.
"Astaga! Jadi lu nerima Andre gara-gara sifat lu yang gak bisa nolak itu?! Lagi Ni? Lu pacaran sama cowok cuma gara-gara sifat lu itu?!" Ratna tampak sedikit terkejut mendengar pengakuan Kania.
"Biasa aja kali Na, udah kaya dengar berita apa aja," sindir Leo.
"Bukannya udah biasa kalau Kania pacaran cuma karena dia engga enak nolak cowok yang nembak dia," lanjut Leo mengingatkan Ratna.
"Iya tapi gue pikir kali ini dia pacaran karena suka juga sama Andre soalnya kalian tuh mesra banget," ucap Ratna yang masih tidak percaya.
"Setiap gue nerima cowok, gue berpikir mungkin nanti gue bisa suka sama cowok itu tapi setelah dijalanin gue masih engga ada feeling sama doi, mungkin Andre ngerasa kalau gue gak punya perasaan yang sama jadi dia putusin gue."
Ratna dan Leo mendengarkan dengan seksama penjelasan dari Kania.
"Emangnya Andre bilang apa waktu putusin lu?" tanya Ratna yang masih penasaran.
"Dia cuma ngirim chat, 'aku mau putus'," jawab Kania singkat.
"Hah? Cuma begitu aja?? Dia engga kasi tahu alasannya?."
Rasa ingin tahu Ratna memang besar, dia akan terus bertanya sampai dirinya puas dengan jawaban dari orang itu.
"Please Na, gue aja yang denger kesel, daritadi lu nanyaaaa mulu, gak paham-paham juga," ucap Leo sewot.
"Gue sih paham sama alasannya Kania tapi yang gue gak paham sama Andre yang tiba-tiba putusin Kania, padahal kemarin mereka masih baik-baik aja," balas Ratna memberi penjelasan.
Karena postur badan Leo yang tinggi sekitar 183cm sehingga memudahkan Leo melihat mahasiswa atau mahasiswi lain yang ada di belakang Kania.
Leo tampak sedikit terkejut saat melihat cowok yang dia kenal sedang merangkul cewek dan berjalan kearah mereka.
"Guys, jangan kaget ya, kalian bersikap biasa aja, Ok?" ucap Leo pelan kepada Ratna dan Kania yang tampak kebingungan.
"Ada apa Leo?" tanya Kania.
Sebelum Leo menjawab pertanyaan Kania, cowok yang dilihat Leo berjalan melewati mereka bersama cewek yang dirangkulnya.
Ratna tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya melihat cowok itu. Sedangkan Kania hanya diam.
Cowok itu seperti sengaja menunjukkan kemesraan dengan ceweknya di depan Kania sebelum berlalu pergi meninggalkan tempat itu.
"Gila! Itu kan Andre! Dia-Dia udah punya cewek baru! Jadi karena itu dia putusin Kania! Gue engga percaya ternyata Andre bisa kaya gitu! Gue pikir dia bener-bener suka sama Kania tapi ternyata dia... ck! Semua cowok sama, buaya! Lihat yang lebih bening langsung lupa sama yang lama!" Ratna tampak kesal dan geregetan melihat Andre yang sekarang sudah menjadi mantan Kania.
"Santai Na, kenapa lu yang sewot? Kania biasa aja tuh." Leo menunjuk kearah Kania dengan bibirnya yang dimanyunkan.
"Lagian engga semua cowok kaya dia, masih ada cowok yang setia cuma persediaannya terbatas, limited edition," ucap Leo disambung nyengirnya kepada Ratna.
Contohnya gue yang masih setia di samping lu Na meskipun kadang lu nyebelin tapi gue masih aja betah deket lu.
Tanpa disadari Ratna, Leo sedang tersenyum melihatnya, senyuman penuh arti yang selalu disembunyikan Leo selama ini.
"Ni, lu engga apa-apa liat Andre jalan sama pacar barunya? Jelas banget tadi mereka sengaja mesra-mesraan di depan lu." Ratna masih tampak tidak suka dengan yang dilakukan Andre.
"Bukan urusan gue lagi Na, udahlah mending kita buruan ke kelas, bentar lagi mau mulai nih, gue gak mau dapat tugas tambahan gara-gara telat masuk kelas." Kania pun beranjak dari tempatnya dan jalan lebih dulu meninggalkan Ratna dan Leo.
"Tunggu Ni! Kenapa gue ditinggal sama makhluk nyebelin ini?! Jelek lagi!"
Setelah mengejek Leo, Ratna bergegas mengejar Kania.
"Sialan! Siapa yang jelek?! Lu tuh yang jelek, dasar Nenek lampir!" balas Leo gak mau kalah lalu dia pun mengejar dua cewek yang berjalan di depannya.
Sepanjang lorong, Ratna dan Leo kembali beradu argumen dan saling mengejek sedangkan Kania cuma bisa menghela napas, dia pasrah dengan kelakuan dua temannya.
...****************...
Author: Hai semuaaaa~ 🤗
Semoga kalian suka dengan ceritanyaa 😆
Maaf ya kalau masih ada salah-salah, soalnya aku baru kali ini buat novel dengan format story kaya gini, biasanya aku buat pakai format chat story 😁
Terima kasih yang udah mampir, kasi like dan komen ❤️❤️❤️
Jangan lupa difavoritkan ceritanya kalau kalian suka dan vote juga ya 😉
Sampai bertemu di bab selanjutnyaaa~
Kania dan Ratna sudah berdiri di depan kelas mereka. Sebelum masuk, Ratna melihat Leo yang ada di belakangnya.
"Amnesia lu ya? Apa udah pikun? Kelas lu bukan disini," ucap Ratna sambil melipat kedua tangannya di dada.
"Iya gue tahu," balas Leo.
"Terus ngapain lu masih disini? anak bisnis kelasnya disana," tunjuk Ratna dengan dagunya kearah seberang lorong.
"Gue-Gue...." Otak Leo mulai bekerja untuk mencari alasan, alasan yang tidak terkesan konyol dan bisa membuatnya malu di depan Ratna.
Ratna dan Kania terus melihat kearah Leo, mereka menunggu jawaban dari teman mereka yang satu itu.
Karena tidak ingin Ratna dan Kania curiga akhirnya Leo mengatakan apa yang terlintas dipikirannya.
"Gue cuma mau mastiin kalian bener-bener masuk kelas, soalnya kalian dulu suka bolos jadi gue gak mau cuma gue aja yang kuliah sementara kalian malah asik di kantin."
Untung Leo ingat kalau sewaktu SMA dulu, Ratna dan Kania pernah bolos karena tidak suka dengan pelajaran sejarah.
"Itu kan dulu karena gue gak suka sama pelajarannya, sekarang mah beda, kalau gue bolos yang ada gue gak bisa lulus tahun ini dan orang tua gue bakal nikahin gue sama calon yang mereka pilih," ucap Ratna menjelaskan.
Saat Ratna mengatakan kalau dia akan dinikahkan oleh kedua orang tuanya, jantung Leo berdetak kencang, dadanya sesak mengetahui hal itu.
"Ma-Maksudnya lu-lu bakal di-dijodohin?" ucap Leo terbata-bata.
"Iya tapi--."
Sebelum Ratna kembali menjelaskan, Kania melihat Dosen mereka sudah berjalan menuju kelas.
"Na, itu Dosennya mau kesini, yuk masuk." Kania masuk lebih dulu ke dalam kelas.
"Tunggu Ni." Ratna pun bergegas menyusul Kania.
Sementara itu Leo tampak lemas, dia berjalan seperti orang yang tidak punya semangat hidup.
Ratna dijodohkan? Terus gimana sama perasaan gue? Padahal gue udah nungguin dia bertahun-tahun masa orang lain yang dapetin dia...
Leo menghela napas, mungkin dengan begitu sesak di dadanya bisa sedikit berkurang.
...****************...
Setelah dua jam, Dosen yang bertugas memberikan materi kuliah pun pergi meninggalkan kelas.
"Ni, ke kantin yuk, gue laper," ajak Ratna.
"Yuk Na," balas Kania sambil beranjak dari kursinya.
Saat Kania dan Ratna keluar dari kelas, mereka pun langsung pergi menuju kantin.
Kantin kampus tampak tidak begitu ramai karena sebagian mahasiswa dari fakultas yang berbeda masih ada di dalam kelas.
Sebelum duduk, Kania dan Ratna berjalan ke salah satu stan makanan yang ada di kantin.
Mereka memesan bakso dan juga es teh manis lalu mereka berjalan menuju meja yang ada di depan stan makanan itu.
Tak begitu lama, bakso mereka pun datang beserta es teh manis.
Kania tampak menyeruput es teh manisnya sedangkan Ratna sibuk meracik baksonya dengan menambahkan kecap, saus dan yang paling penting sambal.
"Na, jangan banyak-banyak sambalnya, entar maag lu kambuh." Kania khawatir saat melihat setengah sambal yang ada di mangkuk kecil berpindah ke mangkuk bakso Ratna.
"Gue khilaf Ni, abisnya engga enak kalau engga pedes hehe."
Kania cuma bisa menghela napas melihat Ratna yang cengengesan.
"Akhir-akhir ini perut gue gak pernah sakit lagi jadi lu tenang aja." Ratna meyakinkan Kania agar temannya itu tidak khawatir lagi.
"Tapi lu bawa obat maag, kan?" tanya Kania memastikan.
"Bawa koq Ni, gue selalu bawa, jadi mending kita makan aja sekarang entar baksonya keburu dingin."
Sebenarnya Kania masih merasa tidak tenang melihat kuah bakso Ratna tapi mau bagaimana lagi? Dia tahu kalau temannya itu tidak bisa lepas dari sambal meskipun sudah terkena maag.
Baru juga Ratna ingin memasukkan bakso ke dalam mulutnya tiba-tiba seseorang menahan tangannya.
"Lu gila ya?! Kuahnya merah banget! Lu mau perut lu sakit lagi?!" Leo kesal dengan Ratna yang masih bandel makan makanan pedas padahal Ratna punya maag.
"Itu bakso gue! Balikin gak?!" protes Ratna saat Leo mengambil mangkuk baksonya.
"Ni, kenapa lu diem aja waktu Ratna nambahin sambel?!"
Kania pun juga ikut kena semprot Leo yang masih kesal dengan tingkah Ratna.
"Gue pikir dia gak bakal nambahin sambel sebanyak itu, tadi gue juga udah ingetin dia." Kania membela dirinya.
"Sini, balikin bakso gue! Rese banget sih lu! Dateng dateng main rebut bakso orang!" ucap Ratna sewot.
"Gue gak bakal ngelakuin ini kalau kuah bakso lu gak merah kaya gini!" balas Leo gak kalah sewot.
"Terus gimana?! Gue udah terlanjur kasi sambel ke bakso gue tadi! Masa mau dibuang, mubazir tahu!"
"Yaudah, gue beliin bakso lagi, tunggu!" Leo pun bergegas pergi ke stan penjual bakso dengan membawa mangkuk bakso Ratna.
"Kenapa dia datangnya cepet banget sih?! Harusnya dia datang entar aja abis gue selesai makan bakso," gerutu Ratna.
Kania merasa lega, dia khawatir kalau perut Ratna bisa saja sakit setelah makan bakso yang super pedas itu.
Leo kembali lagi dengan membawa dua mangkuk bakso, satu untuk Ratna dan satu untuknya.
"Inget, jangan nambahin sambel kaya tadi," ucap Leo mengingatkan.
"Iya engga," balas Ratna sewot.
Di sela-sela mereka menyantap bakso, Ratna tidak sengaja melihat Andre di salah satu meja bersama cewek yang kemungkinan besar adalah pacar baru Andre.
"Ni, emangnya lu gak kesel liat Andre mesra-mesraan sama pacar barunya padahal kalian baru putus tapi dia udah dapet pacar baru, jangan-jangan selama ini dia selingkuh." Ratna kembali sewot dengan Andre.
"Gak ada alasannya gue kesel karena dari awal gue emang gak punya perasaan sama dia," jawab Kania santai.
"Lu gak cemburu sedikit pun ngeliat mereka?" tanya Ratna memastikan.
"Engga," jawab Kania singkat.
"Serius lu Ni? Meskipun lu bilang gak punya perasaan tapi dia kan pernah ada di dalam hidup lu dan deket sama lu." Ratna masih tidak percaya kalau Kania tidak memiliki perasaan kepada Andre.
"Udah gue bilang Na, gue gak punya perasaan sama dia jadi gue gak peduli dia mau ngapain sama cewek lain, udah ya masalah ini close jangan dibahas lagi," ucap Kania tegas.
Kania melihat Leo yang tampak termenung.
"Leo, tumben lu diem aja, kenapa?" tanya Kania.
"E-Engga apa-apa hehe," jawab Leo cengengesan.
"Iya, biasanya lu suka nyamber aja kaya bensin, ada yang lu pikirin ya? Kalau ada masalah cerita aja."
Kania mengangguk, dia setuju dengan ucapan Ratna.
Sebenarnya gue mau nanya soal perjodohan lu Na, tapi gue gak tahu gimana ngomongnya.
Leo berpikir sejenak mencari alasan lain untuk diberikan kepada kedua temannya itu.
"Bukan masalah serius, gue cuma lagi mikirin tugas dari Dosen."
"Bilang aja kalau lu perlu bantuan, gue pasti bantu koq tapi gak gratis." Ratna menepuk-nepuk pundak Leo dan menunjukkan deretan giginya.
"Teman macam apa lu, bantu teman sendiri aja pake ada imbalannya," protes Leo.
"Ngaca woy, lu juga sama!" Ratna yang tidak terima pernyataan Leo memukul lengan Leo.
"Dasar cewek bar bar! Sakit tahu!" ucap Leo sewot.
"Lu laki-laki apa bukan? Masa dipukul cewek begitu aja sakit," balas Ratna meledek Leo.
Saat dua temannya kembali adu mulut, bakso Kania sudah habis dan sekarang dia sedang menikmati manisnya es teh yang membuat tenggorokannya segar.
Di meja lain, Andre diam-diam memperhatikan Kania.
"Kenapa dia masih biasa aja Nes?" tanya Andre heran.
"Sabar, lu bilang mantan lu itu tipe yang tertutup kan? Jadi bisa aja dia pura-pura tapi sebenarnya dia cemburu ngeliat kita berdua," jawab Agnes, cewek yang sekarang menjadi "pacar baru" Andre.
"Pokoknya gue mau dia NYESEL karena udah mainin perasaan gue," Andre menatap tajam kearah Kania.
Andre kembali mengingat saat masa berpacaran dengan Kania. Semua berjalan baik-baik saja tapi justru itu yang membuat Andre curiga. Dia sadar kalau selama pacaran, dia dan Kania tidak pernah bertengkar seperti layaknya pasangan lain.
Saat pacar temannya cemburu dengan wanita lain tapi Kania tidak pernah menunjukkan kecemburuan dengan wanita yang dekat bahkan pergi dengannya.
Andre juga mulai sadar saat dirinya mengatakan berbagai macam kalimat untuk menunjukkan perasaannya kepada Kania seperti "Aku mencintaimu, aku sangat menyukaimu, aku sayang kamu, I love you" tapi Kania hanya membalas dengan kalimat "Aku juga atau me too".
Tidak ada penyataan kalau Kania juga mencintai atau menyukai Andre. Saat itu Andre terlalu senang karena dia bisa berpacaran dengan wanita yang dia cintai tapi semakin lama dia pun sadar dan merasa hubungannya dengan Kania hanya sepihak.
Tentu saja Andre kecewa dengan Kania, dia berpikir kalau Kania hanya mempermainkan dan memanfaatkan perasaannya padahal Andre sungguh-sungguh mencintai Kania.
Kania, gue mau lu juga merasakan kekecewaan sama seperti yang gue rasakan, gue mau lu nyesel udah menyia-nyiakan perasaan tulus gue buat lu selama ini.
Begitulah pikiran Andre yang masih menatap tajam kearah Kania.
...****************...
Author: Hai semuaaaa~
Semoga kalian suka dengan ceritanya 🤗
Makasi buat yang udah mampir, kasi like dan komen ❤️❤️❤️
Kalau kalian suka dengan ceritanya jangan lupa difavoritkan dan vote ya 😉
Sampai bertemu di bab selanjutnyaa~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!