NovelToon NovelToon

Suamiku Anak SMA

Bertemu di hotel

Seorang gadis cantik mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi membelah jalanan ibukota yang pagi ini sedikit lebih lengang, tidak seramai hari kerja.

Bibir mungil semerah cherry miliknya tidak berhenti bergerak mengikuti Alunan lagu yang berasal dari audio mobil.

I found a love for me

Oh darling, just dive right in and follow my lead

Well, I found a girl, beautiful and sweet

Oh, I never knew you were the someone waiting for me

'Cause we were just kids when we fell in love

Not knowing what it was

I will not give you up this time

But darling, just kiss me slow, your heart is all I own

And in your eyes, you're holding mine

Perfect _ed sheeran

Tiga puluh menit menempuh perjalanan akhirnya ia sampai ditempat tujuannya, yaitu sebuah hotel untuk ia menginap beberapa hari kedepan.

Ia ingin menyelesaikan skripsi dengan tenang tanpa gangguan sang Adik sepupu yang selalu merecokinya setiap saat.

Ia turun dari mobil dan berjalan pelan memperhatikan tulisan besar berwarna silver, HOTEL MUTIARA, begitulah tulisan yang terpampang jelas di depan pintu utama hotel.

Setelah menemui resepsionis dan memesan salah satu kamar, tanpa menunggu lama ia segera bergegas menuju kamar tersebut.

BRUKKK..

Ia menunduk memunguti satu persatu buku-buku nya yang jatuh berserakan dilantai.

"Sorry..sorry..gue nggak sengaja Elo juga sih jalannya pake nunduk segala." ucap si penabrak, yang sedang ikut membantu memunguti buku-buku dan kertas milik gadis yang tidak sengaja ditabraknya.

Lalu gadis yang bernama Nada itu mendongak, menatap seseorang dihadapannya yang sudah mulai berdiri tegap, dan beberapa detik kemudian mata mereka bertemu.

Cantik!

Satu kata dalam hati pemuda berseragam SMA saat menatap manik bersih milik gadis tersebut.

Sementara gadis yang bernama Nada itu, memicingkan matanya meneliti penampilan pemuda dihadapannya, yang menggunakan seragam putih Abu-abu lengkap dengan sepatu, dan bahu sebelah kirinya yang mencangklong tas sekolah.

Ia berdecak dalam hati, untuk apa Anak sekolah ada di hotel, pikiran nya menerawang jauh mengingat teman laki-laki nya semasa SMA dulu yang kebanyakan hobi ONS dengan wanita bayaran.

"Woyyy.. malah melamun," mengibaskan tangannya tepat di depan wajah Nada.

"Emz..I_"

Ucapannya terhenti saat Ando kembali berbicara.

"Lo, mau nginep apa bikin perpustakaan sih banyak amat tu bawa buku." ucapnya dengan kening berkerut.

"Gue ada tugas," balas Nada ketus sembari melangkah meninggalkan Ando, sebelum pemuda itu mengajaknya berbicara lebih banyak lagi.

Sementara Ando masih terbengong-bengong ditempatnya, melihat reaksi gadis tersebut yang kini perlahan menjauh dari pandangannya.

Seorang Alby orlando arsenio di cuekin.

Ck!

Yang benar saja!

Hampir semua cewek disekolah sangat mengidolakannya karena selain tampan rupawan, ia juga salah satu siswa yang cerdas dan berprestasi.

"Eh tunggu dulu napa, buru-buru amat si mau ngapain?" dengan sigap ia mengambil kunci kamar yang hendak dimasukan Nada ke lubang kunci.

Ia berdecak kesal menatap sosok dihadapannya yang menurutnya masih bocah dan so kenal.

"Ngapain si lo, kenal juga nggak..gue sibuk mau istirahat." memasang muka tak bersahabat.

"kalau gitu kita kenalan dulu biar kenal, Ando.?" ucapnya, mengulurkan tangan dengan tubuh bersender di dinding.

Nada mematung ditempatnya, ia hanya memandangi uluran tangan dari Ando yang berulang kali tersenyum dan mengangguk-anggukan kepala kearahnya, tanpa berminat membalas menjabat tangannya dan memberitahukan namanya.

"Elo cape kan, mau masuk kedalam dan butuh istirahat, Apa salahnya sih tinggal kasih tau doang nama lo, terus gue balikin kuncinya gampang kan?"

Nada menghembuskan napasnya pelan, sepertinya memang bocah dihadapannya tidak akan berhenti mengganggu sebelum ia menjawab pertanyaan nya.

"Nada." ucapnya dengan suara lirih nyaris tak terdengar.

"Apa, gue nggak denger siapa tadi Ana."?

"Gue Nada, Na_da." mengulang perkataan nya kemudian menekankan kata Na_da untuk lebih memperjelas.

"Nama yang cantik, kayak orangnya.'' godanya seraya mengulum senyum.

"Buruan mana kuncinya, gue pegel berdiri disini terus," tangannya terulur meminta kuncinya kembali.

Namun bukannya Ando memberikan kuncinya, ia malah membalikan badan memasukan kunci yg dipegangnya nya kelubang kunci kamar, lalu membukanya dan mempersilahkan Nada untuk masuk.

"Silahkan Nona, selamat beristirahat." tangannya memperagakan ala dayang yang sedang mempersilahkan tuan putrinya.

Brakkk...

Nada membanting pintu tepat di wajah Ando yang belum sempat melangkah pergi, membuat ia terlonjak dan memundurkan tubuhnya.

"Njirr..galak bats," ia mengusap dada untuk mengurangi kekagetannya.

*

*

Suasana baru

Kemilau asa di ufuk timur menjanjikan sejuta keinginan dan harapan yang besar, bagi mereka yang semangat menyambut nya.

Semilir angin sepoi-sepoi menerpa rambut hitam lebat milik seorang gadis cantik yang sedang duduk dibangku taman hotel, membuka lembar demi lembar buku digenggamannya.

Suasana pagi kali ini terasa berbeda bagi nada, sejuk bercampur hangat, ia sengaja memilih hotel yang jauh dari keramaian, bahkan cenderung sepi menurutnya.

Sangat cocok sesuai harapannya, sebagai tempat untuk menjernihkan fikiran menuntaskan skripsi nya yang harus ia kumpulkan 1 minggu lagi.

Ia mendapat rekomendasi tempat tersebut dari salah satu sahabat dekatnya dikampus,

Kalau dilihat-lihat ternyata disekitar sini hanya berdiri beberapa rumah yang terbilang biasa aja, bahkan jauh dari kata mewah dan megah, seperti sebuah desa terpencil menurutnya.

Berbeda sekali dengan sekitar perumahan milik orangtuanya, atau sebelum masuk gang hotel yang ditempatinya saat ini.

Tiba-tiba terlintas diingatannya, mengenai pertanyaan papa kemarin.

*mengapa harus hotel?

tempat yang lain banyak kan*?

kamu tidak akan berbuat macam-macam kan disana?

Ia menghela nafas panjang, yang dikatakan papa Ada benernya juga, kenapa harus hotel.? Ntahlah

Setelah merasa bosan ia pun menutup dan meletakan buku tersebut disampingnya.

Tatapannya kini beralih pada sepasang kekasih yang sedang bercanda ria, saling melempar senyum dan kemudian saling memeluk satu sama lain.

Ck..!

"Bikin iri aja si mereka." ucapnya pada diri sendiri.

Ia tiba-tiba teringat kembali pada mantan kekasih yang sudah menghianatinya yang ia putuskan tepat 3 bulan yang lalu, dan butuh kekuatan luar biasa untuk melupakan sang mantan yang sangat dicintainya.

3 tahun menjalin hubungan dengannya bukanlah waktu yang sebentar bagi Nada, ia dan Riko sang mantannya sudah banyak sekali melewati masa-masa kebersamaan yang notabene masih melekat dalam ingatannya.

"Ini emang nggak mudah, tapi gue akan berusaha ngelupain lo, tapi gue sakit riko lo tega banget sama gue, apa salah gue.?" dengan suara lirih.

ia memukul dadanya yang terasa sesak bersamaan dengan air mata yang sudah berjatuhan mengenai pipi mulusnya.

"Lo nangis,?"

Satu pertanyaan yang sontak membuatnya mengangkat kepala, melihat kearah suara.

"Nggak..!" mengusap kasar airmatanya menggunakan punggung tangannya.

"Lagi ada masalah ya, cerita dong ke gue," tanpa permisi Ando mendudukan tubuhnya tepat disamping Nada.

Nada melirik Ando yang tengah menatapnya dengan senyum hangatnya.

"Bukan urusan lo," mengambil buku disampingnya dan beranjak pergi.

"Sensi banget si, Elo keberatan temenan sama gue,"

Nada tak menjawab pertanyaan ando, yang menurutnya sangat tidak penting.

"tunggu gue donk," berlari mensejajarkan langkahnya dengan Nada.

"lo lagi pms,?"

"berantem sama nyokap, bokap.?"

"baru putus cinta.?"

Ando terus membrondong pertanyaan tanpa jeda, membuat Nada jengah dan merasa terusik dengan kehadirannya.

Ia terus berjalan, Acuh tak mau peduli dengan laki-laki disampingnya.

BRAKKK..

Nada kembali membanting pintu saat ia sudah memasuki kamarnya. membuat Ando berulang kali menghembuskan nafasnya kasar.

"Banting terooos Non, rusak-rusak dah tu pintu." memutar badannya lalu membuka pintu kamar miliknya yang memang bersebelahan dengan Nada.

Nada meletakan buku yang tadi dibawanya, lalu duduk dengan kaki menggantung diatas tempat tidur, tangannya terulur meraih benda pipih yang terletak diatas nakas.

Ia membuka beberapa notif yang masuk di pesan chatnya, salah satunya papa Abidzar.

Papa

[Nad, papa mau ngajak kamu makan di restaurant minang kesukaan kamu, kebetulan papa lagi senggang, mau ?]

Nada

[*Mau banget, pa!]

Papa*

[Tapi agak sorean nggak apa-apa? papa mau nganter mama dulu kerumah om wildan.]

Nada

[No problem papa!]

Papa

[ok, sherlok ya sayang nanti papa jemput]

Nada

[syappp bos.!]

Setelah membalas chat dari papa Nada merebahkan tubuhnya, karena masih ada waktu beberapa jam lagi fikirnya sembari menunggu sang papa menjemputnya.

Sementara dikamar sebelah, Ando mondar-mandir memikirkan berbagai macam cara agar bisa menarik perhatian Nada.

Ia sendiri bingung mengapa ia bersikap seperti ini padahal sebelumnya sama sekali tidak peduli dengan mahluk yang bernama wanita, selain dari mamanya.

Sebersit ide konyol tiba-tiba muncul dikepalanya.

Salah paham (part 1)

Didepan pintu kamar hotel no.17 seorang laki-laki muda sedang mengendap-endap dengan leher bergerak kekiri dan kekanan, seperti layaknya seorang pencuri.

Ia mencoba menggerakan handle yang menggantung kokoh disebuah pintu kamar no.17 tersebut.

Ntah karna kecerobohan sang penghuni kamar, atau memang kali ini keberuntungan sedang berpihak padanya. pintu tersebut terbuka seiring dengan tangannya yang bergerak membuka handle.

Ia terpaku memandangi gadis yang sedang terlelap tenang diatas ranjang, seulas senyum terbit dari bibirnya.

Perlahan ia melangkah dan sedikit membungkukan badannya memandangi wajah seorang gadis cantik yang sudah dua hari ini membuatnya penasaran. Ent**ah kenapa?

Setelah puas memandangi wajah gadis yang memiliki Nama dengan panggilan Nada tersebut, akhirnya Ando ikut merebahkan tubuhnya tepat di sampingnya.

Sementara diluar seorang pria paruh baya yang baru saja turun dari mobil menghampiri resepsionis hotel dengan sedikit tergesa.

"Permisi mbak, saya mau mencari putri saya yang bernama Denada sena gantari. kira-kira ada di kamar nomer berapa ya.?" cerocosnya.

"Sebentar ya pak, saya cek dulu."

"Baik silahkan."

"Putri Bapak ada dilantai dua Pak, di kamar nomer 17.

"Baik, terimakasih mbak."

"Sama-sama bapak." ucapnya ramah.

Papa Abidzar berjalan melewati beberapa kamar, menapaki satu persatu anak tangga, matanya Awas meneliti setiap nomer yang tertera di daun pintu.

Ck..!

Ia berdecak, sembari bergumam dalam hati.

bisa-bisanya putrinya menginap ditempat seperti ini.

Hotel yang jauh dari keramaian, yang bahkan bangunan ini terlihat seperti sudah sangat tua bagi papa Abidzar, Namun isinya memang seperti masih terawat dengan baik.

Samar-samar dari kejauhan ia melihat pintu dengan Nomor yang dicarinya, dengan cepat iapun segera menghampiri pintu yang dimaksudkannya tersebut.

Tok..tok..tok..

Tiga kali ketukan, hening..

Papa abidzar pun memutuskan membuka handlenya.

Saat pintu terbuka, seketika badannya membeku dengan kedua mata yang lurus kedepan.

Dan di menit kemudian, badannya luruh terkulai lemas, Lalu terduduk diatas lantai.

Ia menunduk seiring dengan air matanya yang mulai berjatuhan.

Tidak!

Ini hanya mimpi!

Putriku tidak seperti itu.

Ia terus menggelengkan kepala, meyakinkan diri sendiri, bahwa semua ini tidak nyata adanya.

Nada menggeliat pelan, dan terdiam sesaat. merasakan tangannya yang berat dan hangat, dengan hati berdebar. pelan-pelan ia membuka mata dan mengerjap beberapa kali.

Matanya melebar seketika, mendapati sosok yang 2 hari ini sering dilihatnya, sedang memeluk erat tubuhnya.

Cepat-cepat ia menepis kasar tangan yang memeluk tubuhnya.

Dan saat ia hendak mendudukan tubuhnya, tiba-tiba ia merasa dunianya runtuh seketika, melihat sang papa menyandarkan tubuh lemahnya dipintu, dengan airmata yang hampir mengering di kedua pipinya.

"papa,?" ucapnya lirih, dengan suara tercekat.

Nada melompat dari arah ranjang berhambur memeluk sang papa.

Papa Abidzar menatap wajah putrinya lekat-lekat, lalu kemudian tangannya terulur membelai pipinya.

Setelah terdiam beberapa saat ia menarik tangannya kembali, dan menundukan kepalanya, menatap nanar pada keramik putih dengan corak Agak kecoklatan yang sedang didudukinya.

"Papa, sudah gagal mendidik anak perempuan papa satu-satunya." mengusap sisa air dari sudut matanya.

"Pa," berkata dengan suara lirih, diiringi dengan suara tangisnya yang mulai pecah.

Ando yang masih tertidur pulas ikut terbangun mendengar suara isak tangis yang terasa dekat di indra pendengarannya.

Ia berusaha duduk mengucek kedua bola matanya yang masih terasa rapat dan berat, dan saat kesadarannya sudah terkumpul sempurna ia merasa bingung dengan dua orang yang sedang berpelukan sambil menangis dihadapannya.

Ia menghampiri keduanya, sembari menggaruk tengkuk yang tidak gatal.

"Nad,"

Mendengar Namanya dipanggil, ia mengendurkan pelukan dari sang papa, lalu berdiri sambil mengusap kasar airmatanya.

"Lo, ngapain ada dikamar gue, kenapa bisa masuk kekamar gue.?" teriaknya dengan jari menunjuk-nunjuk kearah wajah Ando.

"Gu..gue, cuma iseng." ia meringis entah harus bagaimana menjelaskannya, karena niat awalnya hanya ingin mengerjai Nada, untuk meruntuhkan kadar kejudesan terhadap dirinya.

"Iseng lo bilang,?" ia mendecih tak suka.

"Iya, gue minta maaf,"

"Gampang banget ya lo bikang maaf, enggak semudah itu, lo lihat papa gue!"

tunjuknya kearah sang papa.

.

.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!