NovelToon NovelToon

Vesper And The Bodyguards

Yang Terlupakan*

Matahari tepat berada di puncaknya. Begitu terik, begitu menyilaukan. Suara gemercik air yang begitu menghanyutkan. Air yang begitu jernih mengalir diantara bebatuan besar.

Daun-daun di pepohonan yang saling bergesekan memberikan sensasi sejuk ditengah panasnya siang itu.

Sesekali terdengar kicauan burung-burung kecil yang berterbangan di atas tingginya pepohonan di hutan itu. Hinggap dari satu pohon ke pohon lain mencari serangga ataupun biji-bijian yang bisa mereka temukan untuk dimakan.

Dalam derasnya air sungai yang mengalir, tampak seorang gadis berambut panjang kecokelatan berada di tepian sungai.

Tengkurap, tak bergerak, seluruh tubuhnya basah terkena air sungai. Separuh badan bagian bawahnya terombang-ambing terkena riak air sungai.

Dari kejauhan, terdengar derap langkah kaki pria bersepatu kulit boots menghampiri gadis tersebut.

Mereka berbicara dalam bahasa Mandarin.

"Komandan, ada seorang gadis terdampar di sini!" teriak seorang prajurit.

Dengan segera, Komandan dan beberapa prajurit tersebut menghampiri gadis itu. Salah satu prajurit itu mencoba mengangkatnya ke daratan dan merebahkannya.

Terlihat, beberapa luka di bagian kaki, tangan, dan darah di samping kepala sisi kanannya. Bajunya sudah robek-robek dan gadis itu tak sadarkan diri.

"Cepat bawa gadis ini ke Camp!" perintah Komandan.

"Siap, Komandan!" jawab prajurit-prajurit serempak.

Gadis itu pun dibopong dan dibawa ke Camp Militer yang berada di kawasan itu. Ada sekitar 100 orang lebih. 70 tentara baik pria dan wanita. Sisanya warga sipil, ada pria, wanita, dan anak-anak yang bekerja sebagai pembantu umum serta beberapa perawat dan juru medis.

Gadis itu ditempatkan pada salah satu pondok yang dijaga dua prajurit. Pondok kecil yang terbuat dari kombinasi kayu dan bambu dengan atap dari tumpukan rumbia.

Camp itu lebih mirip seperti kawasan padepokan kecil yang berada di tengah hutan di negara antah berantah. Tempat yang begitu terpencil.

Bahkan, untuk penerangan menggunakan genset dan turbin yang energinya berasal dari derasnya air terjun dekat lokasi gadis tadi ditemukan.

Sudah 3 hari dan gadis itu belum siuman. Luka-luka di tubuhnya sudah berangsur pulih dengan obat-obatan yang diberikan para tenaga medis yang bertugas di sana. Pakaian yang robek-robek itupun telah diganti dengan pakaian baru seadanya.

Selang infus tertancap di lengan kirinya agar gadis tersebut tetap mendapatkan nutrisi selama masa penyembuhan.

Hal-hal yang sudah sewajarnya dilakukan telah dilaksanakan dengan baik oleh orang-orang yang berada di sana.

Ia mulai merasakan semilir angin di wajahnya. Mencoba perlahan membuka matanya yang masih silau oleh pancaran sinar matahari yang menyelinap diantara dinding-dinding kayu.

Gadis berwajah Asia itu mulai tersadar, bahwa dia berada di suatu tempat yang tidak dia kenal. Gadis itu melihat ada sesosok wanita sedang merapikan peralatan di atas meja kayu kecil. Perlahan ia mencoba berbicara padanya.

"Hello ... hello ... sorry ... pardon me, Mam ...," panggil gadis itu mencoba menyapa wanita tersebut dengan berbicara menggunakan bahasa Inggris.

Wanita itu terkejut melihat gadis itu sudah siuman. Dia segera menghampirinya dengan senyum ramah di wajahnya.

"Oh, hello. How are you? Do you speak English?" tanya wanita itu memastikan.

Gadis itu hanya menggangguk. Dia masih belum sadar betul dan akhirnya pingsan lagi. Keadaan gadis itu belum sepenuhnya membaik.

'Seharusnya, dia jangan banyak bicara dulu agar kondisinya bisa segera stabil,' batin wanita itu.

Wanita tersebut lalu memanggil tenaga medis dan perawat untuk mengetahui kondisi selanjutnya dari gadis tak dikenalnya.

Akhirnya, selang infus gadis berambut coklat dilepas. Dokter menganjurkan agar gadis itu segera dibangunkan agar bisa menerima asupan optimal dengan makan dan minum secara langsung. Wanita itu akhirnya mencoba membangunkan gadis ini lagi.

"Hei, hei. Hello ... lunch time." Wanita itu menggoyang-goyangkan bahunya mencoba membangunkan.

"Ahh, Ibu ... sebentar lagi! Aku benar-benar lelah. Badanku sakit semua," jawabnya pelan, tapi menggerutu.

Sontak wanita itu kaget. Dia menggunakan bahasa Indonesia.

'Sebenarnya siapa gadis ini?' batin wanita itu penasaran. Dia mencoba membangunkan gadis ini sekali lagi dengan bahasa Indonesia.

"Apa kau sudah sadar? Apa kau tahu kau ada di mana?" tanya wanita itu menggunakan bahasa seperti lawan bicaranya.

Perlahan gadis itu membuka matanya dan terkejut ada seorang wanita di depannya.

"I-Ibu? Apakah Anda Ibuku?" tanyanya memastikan.

Wanita ini semakin bingung dengan gadis ini. Tak tahu harus berkata apa. Dia hanya berspekulasi bahwa gadis ini mengalami amnesia.

"Aku Ibumu atau bukan, harusnya kau yang lebih tahu 'kan?" jawab wanita itu dengan bercanda.

Namun, ia hanya terdiam. Dia menjadi ragu dengan siapa sebenarnya ia berbicara. Diamati dengan seksama wanita itu, tapi tetap tidak bisa mengingatnya.

Perlahan, gadis itu bangun dari tidurnya. Bersandar pada dipan kayu tempat tidurnya itu. Wanita itu masih di sampingnya dan memandanginya dengan senyuman.

"Jadi ... kau bukan ibuku ya? Aku minta maaf," ucapnya tertunduk malu.

Wanita itu hanya terdiam. Dia membelai kepala gadis berwajah manis tersebut dengan lembut dan senyum yang menawan.

Entah kenapa, si gadis cantik begitu nyaman dengan sikap wanita yang memiliki sikap keibuan. Perasaan hangat seperti sebuah keluarga menyelimuti hatinya.

"Oia, siapa namamu? Apakah kau ingat sesuatu?" tanya wanita itu.

"Aku?" Gadis itu bingung.

Gadis itu lupa dengan namanya sendiri. Bahkan, dia tidak ingat apa yang terjadi. Seketika, ia menyadari bahwa tangan kakinya penuh dengan luka dan ada balutan perban di kepalanya. Gadis itu merasakan badannya sakit di semua bagian.

"Mmm ... Ibu? Eh, Nyonya. Maaf, apa yang terjadi denganku? Kenapa badanku penuh dengan luka? Dan kenapa aku tidak ingat siapa diriku? Kenapa aku bisa ada di sini? Anda siapa?" tanyanya tanpa jeda.

Wanita itu terdiam. Dia berfikir sejenak lalu berbicara. "Kau ini bagaimana, masa tidak ingat? Aku Ibumu. Namamu Lily. Kau tadi jatuh di sungai, makanya badanmu lecet semua," jawab wanita itu dengan tenang.

"Benarkah?"

Gadis itu masih ragu dengan jawaban wanita tersebut. Ia terlihat berfikir keras seperti mengingat kembali apa yang terjadi, tapi sia-sia saja. Dia benar-benar tidak ingat apapun.

Wanita itu mengerti bahwa gadis ini masih bingung dengan dirinya. Wanita yang selalu tersenyum itu lalu mengajaknya untuk keluar dari pondok untuk berkeliling, memberikan ingatan baru kepada gadis yang ditemukannya, bahwa sekarang inilah kehidupan barunya.

"Jadi namaku Lily, ya?" gumam gadis itu lirih.

Harapan Baru*

Lily keluar pondok digandeng wanita itu. Banyak orang-orang yang melihat mereka berdua.

Merasa kurang nyaman dengan tatapan orang-orang tersebut. Lily meminta agar dia bisa kembali ke dalam pondok untuk beristirahat.

"Ibu ... aku masih merasa sedikit lelah. Bolehkah aku kembali untuk beristirahat agar luka-lukaku segera pulih?" pinta Lily memelas.

Wanita itu melihat Lily tertunduk sambil mencuri-curi pandang ke arah orang-orang yang melihatnya. Dia mengerti kondisi ini.

Akhirnya, Lily diperbolehkan kembali untuk beristirahat. Wanita itu menemani Lily disamping ranjang memastikan gadis itu tertidur dengan lelap.

Setelah Lily tertidur, wanita itu keluar dari pondok dan memberi instruksi kepada dua penjaga untuk mengumpulkan orang-orang.

Nyonya Rose. Wanita berusia 55 tahun itu bernama Rose Marlena. Dia adalah isteri Komandan Zeno yang telah menemukan Lily di pinggiran sungai.

Wanita cantik nan anggun dengan rambut sebahu berwarna cokelat yang sudah sedikit beruban, tinggi semampai, tapi bisa terlihat bahwa dia wanita yang tangguh.

Orang-orang telah berkumpul di lapangan. Nyonya Rose mulai berbicara dalam bahasa Mandarin.

"Terima kasih kepada semua warga yang sudah berkumpul di sini. Langsung saja. Maksud dan tujuan saya mengumpulkan kalian semua untuk menginformasikan. Bahwa gadis yang ditemukan beberapa hari lalu adalah anak saya. Dia bernama Lily dan saya ingin hal ini hanya orang-orang di camp ini saja yang tahu. Kalian mengerti?!" tegas Nyonya Rose menjelaskan tanpa basa basi.

Orang-orang terkejut dan kebingungan mendengar penjelasan Nyonya Rose. Namun, mereka tidak dapat membantah ataupun mengoreksi ucapan Nyonya Rose. Mereka hanya bisa menyetujui perintahnya.

"Kami mengerti Nyonya Rose," jawab orang-orang serempak.

"Bagus. Mulai sekarang, setiap kalian melihatnya panggil dia dengan sebutan Nona Lily. Kalian harus bersikap wajar dan jangan bocorkan hal ini kepada siapapun, termasuk gadis itu. Atau kalian akan menerima akibatnya," tegas Nyonya Rose seraya pergi meninggalkan kumpulan orang-orang itu.

"Apa maksudnya? Jelas-jelas gadis itu bukan Nona Lily," ucap seorang warga yang masih bingung dengan tindakan Nyonya Rose.

"Tidak bisakah kau hanya menuruti perintah Nyonya? Mungkin Nyonya hanya merasa bahwa gadis itu mirip dengan anaknya," jawab seorang warga yang lain dengan sedikit iba kepada Nyonya Rose.

Terlihat seorang anak lelaki berumur sekitar 8 tahun ikut mendengarkan ucapan Nyonya Rose. Anak lelaki itu bernama Liu.

Namun, dia merasa bahwa tindakan Nyonya Rose sudah keterlaluan. Akhirnya, dia pergi ke tempat Komandan Zeno dimana dia melatih para prajurit yang sedang adu tarung.

Lokasi latihan adu tarung Komandan Zeno tak jauh dari kawasan padepokan. Terlihat beberapa prajurit sedang adu tarung 1 lawan 1.

Dari judo, bela diri, kung fu hingga karate semua diajarkan disini. Para prajurit wanita pun ikut latihan adu tarung. Tak ada pilih kasih antara pria dan wanita, semua dianggap sama.

"Ready?"

PRITT!!

Bunyi tiupan peluit yang nyaring tanda adu tarung 1 lawan 1 telah dimulai.

Terlihat 2 orang lelaki dengan jenis ras yang berbeda memulai pertarungan. Lelaki pertama berkulit gelap, tinggi diatas 180cm, berbadan kekar, berambut cepak dengan wajah garang dan sedikit brewok namun tetap tampan. Dia dikenal dengan sebutan Drake, The Destroyer.

Dia menjaga jarak dengan petarung lawannya seorang lelaki berumur sekitar 21 tahun, berambut pirang gondrong sebahu yang dibiarkan tergerai.

Badan yang lebih ramping, tapi tetap memiliki otot perut yang menawan. Pria itu dikenal dengan nama James. Tinggi James dengan Drake hampir sama.

Dari kejauhan tampak Komandan Zeno memperhatikan pertarungan mereka dengan seksama.

Dia sengaja mengadu Drake dengan James untuk mengetahui bagaimana Drake mengatasi James yang begitu lincah dan gesit yang terkenal dengan gerakan sabetan tangan.

Gerakan yang mampu melumpuhkan lawan dengan menyerang bagian-bagian vital lawan yang bisa mengakibatkan lumpuh sementara seperti jurus totok kungfu China.

Drake memulai serangannya. Dia berusaha untuk menangkap James yang begitu lincah. Namun, James dengan mudah mengelak setiap tangkapan Drake.

Terlihat Drake masih dengan tenang melakukan serangan-serangan tangkas bertubi-tubi kepada James.

Drake tak terlihat lelah sedikitpun. Tak satupun keringat menetes di tubuhnya. Drake memang dikenal sebagai orang yang paling tenang dalam bertarung.

Tidak banyak melakukan gerakan, tapi jika tertangkap olehnya badanmu bisa diremukkan seperti kerupuk. Kedua orang ini memang petarung yang mengerikan.

James mulai terlihat kelelahan. Ini kesempatan Drake untuk menggunakan jurus pamungkasnya.

Dia mengeblok lompatan James, menghadangnya dengan 1 tangan dan tangan lainya meraih lengan kiri James. James tertangkap dan dengan segera Drake melakukan gerakan pengunci dari belakang.

James tak bisa berkutik. Rasanya dia seperti dililit ular anaconda yang super besar dan ingin meremukkan tulang-tulangnya.

James menggerang. Drake tak berbelas kasihan, James tak mau menyerah. Dia sentakkan kepalanya kebelakang dengan keras dan mengenai hidung Drake, kuncian Drake sedikit terbuka, James menggunakan kesempatan ini untuk mengeluarkan jurus sabetan tangannya.

Sekejap dia berbalik badan dan menepak kedua telinga Drake dengan keras. Drake tampak linglung.

Gendang telinganya berdengung dengan kencang mengakibatkan pandanganya kabur. Namun, Drake tetap tidak melepaskan kuncian kepada James.

Saat keduanya saling beradu kekuatan Komandan Zeno menghentikan pertarungan.

"Enough. Good fight. I'm impressed. Thank you gentlemen," seraya berdiri dan memberi tepuk tangan.

Para prajurit pun juga bersorak atas pertarungan yang begitu hebat. Mereka begitu bersemangat menyaksikan pertarungan antara Drake dan James. Mereka termotivasi agar bisa menjadi sekuat dan sehebat mereka.

Melihat kesempatan ini, Liu menghampiri Komandan Zeno. Dia memberitahukan tentang apa yang Nyonya Rose lakukan. Sontak Komandan Zeno marah.

Segera dia meninggalkan area adu tarung dan pergi menemui isterinya, Nyonya Rose. Mereka berbicara dalam bahasa Mandarin.

"Rose! Apa maksudmu? Dia bukan anak kita. Kenapa kau mengatakan kepada semua orang dia anak kita?!" tanya Komandan Zeno geram.

Nyonya Rose yang sedang merapikan buku-buku di perpustakaan pondok kecil miliknya hanya terdiam. Tak menghiraukan ucapan Komandan Zeno.

Hal ini membuat Komandan Zeno semakin kesal. Dia menghampiri Nyonya Rose dan menarik tangannya.

"Rose!" teriak Komandan Zeno seraya menarik tangan Nyonya Rose.

"Aku merindukannya Zen. Sudah bertahun-tahun anak kita hilang dan tak pernah kembali. Bahkan kita juga tidak tahu dia masih hidup atau sudah mati. Memangnya kenapa? Dia memanggilku ibu. Dia amnesia," jawab Nyonya Rose dengan menahan air mata.

Melihat Nyonya Rose yang begitu sedih atas kehilangan putri semata wayang yang dikasihnya dan dengan munculnya gadis tak dikenal mampu memberikan sebuah harapan baru, membuat Komandan Zeno tak bisa berbuat banyak. Dia hanya ingin isterinya bahagia.

Selama ini Nyonya Rose sering termenung semenjak kehilangan anaknya. Tak terlihat rona kebahagiaan diwajahnya.

Namun, jika kehadiran gadis itu bisa mengembalikan kebahagiaan isteri yang sangat dicintainya, tak mengapa jika Komandan Zeno juga harus berpura-pura untuk menjadi ayah gadis itu.

Sambil memegang lembut bahu isterinya yang mulai lunglai, perlahan Komandan Zeno mendekap memeluknya.

Nyonya Rose tahu bahwa apa yang mereka lakukan ini salah, tapi ego untuk bisa bahagia lagi sudah membutakan hati mereka untuk mengetahui latar belakang gadis amnesia itu.

Mereka tidak peduli siapa gadis itu sebenarnya, dari mana dia berasal, atau siapa keluarganya.

-------

ILUSTRASI NYONYA ROSE

SOURCE : GOOGLE

Hallo Nona Lily

Lily terbangun dari tidurnya. Perutnya keroncongan. Dia menyadari bahwa hari sudah mulai gelap. Perlahan dia turun dari tempat tidurnya. Badanya masih terasa sakit dan dia masih lemas. Kepalanya masih pusing dan pandanganya masih sedikit kabur. Tapi rasa lapar yang begitu menyiksa membuatnya harus bangun dari kasur malasnya.

Lily berjalan dengan bersender pada dinding kayu, menjaga keseimbangan badanya yang masih lemah. Perlahan dia membuka pintu yang terbuat dari kayu. Dilihatnya sebuah lapangan luas dengan api unggun besar ditengahnya tapi tak banyak orang berkumpul disana. Lily masih merasa canggung untuk mendekati orang-orang itu.

"Hallo, Nona Lily." sebuah sambutan ramah dari 2 orang wanita berumur sekitar 40 tahunan sambil membawa nampan yang berisi buah-buahan.

"Oh, hallo." jawab Lily ramah.

Lalu kedua wanita tersebut mengajak Lily berbicara. Tapi Lily tidak paham karena mereka berbicara dalam bahasa Mandarin. Lily terbengong-bengong tidak tahu harus berkata apa.

"Ah Lily kau sudah bangun." terlihat seorang wanita yang sempat dikenalinya menghampirinya dengan senang.

"Oh ini wanita yang mengaku sebagai ibuku." ucap Lily dalam hati.

"Eh ibu. Iya, sepertinya aku tidur terlalu lama. Saat bangun hari sudah gelap. Hehehe." jawab Lily dengan tersipu malu.

Nyonya Rose dan kedua wanita China itu terkejut melihat Lily tersenyum dengan mudahnya seperti tidak terjadi apa-apa. Walaupun kedua wanita China tersebut tidak paham apa yang Lily katakan tapi mereka tahu bahwa gadis ini orang yang ramah dan periang.

Salah seorang wanita China itupun memberikan sebuah apel kepada Lily. Dengan senyum yang tulus Lily menerima apel tersebut dan mengucapkan terima kasih.

"Arigatogozaimas." menerima apel tersebut sambil membungkukkan badan menirukan gaya orang Jepang.

Spontan Nyonya Rose tertawa terbahak-bahak. Sepertinya Lily salah mengira. Dia pasti berfikir bahwa kedua wanita tersebut berbicara bahasa Jepang padahal mereka berbicara bahasa Mandarin.

Kedua wanita China ini pun ikut tertawa melihat Nyonya Rose tertawa. Lily hanya bengong sambil memegang apel dan melihat orang-orang ini tertawa. Dan dengan lugu Lily berbicara.

"Salah ya? Hahahahaha." dan Lily pun malah ikut tertawa.

Melihat hal ini kedua wanita China ini merasa bahagia. Sudah lama mereka tidak melihat Nyonya Rose tertawa gembira seperti ini. Merekapun tersenyum sambil memohon diri untuk pergi karena masih ada hal yang harus mereka kerjakan.

Nyonya Rose melihat Lily dengan senyum yang lebar. Dia mengelus elus kepala Lily. Lily seperti anak kucing yang senang dibelai belai. Spontan Lily memeluk Nyonya Rose. Tanpa disadari Nyonya Rose meneteskan air mata. Lily melihat wanita yang dipercayai sebagi ibu itupun bertanya.

"Kenapa ibu menangis?" sambil memandang Nyonya Rose.

"Tidak apa-apa. Ini air mata bahagia anakku." jawab Nyonya Rose dengan senyum mengembang.

"Apakah bahagia karena aku sudah sadar dan baik-baik saja?" tanya Lily percaya diri.

"Iya." jawab Nyonya Rose mengangguk.

"Ngomong-ngomong ibu. Sudah berapa jam aku pingsan?" tanya Lily penasaran.

"3 hari anakku." jawab Nyonya Rose ringan.

"Apa?!! 3 hari?? Buset dah. Baru kali ini aku pingsan bisa sampai 3 hari. Wah ini rekor." ucap Lily dengan bersemangat.

"Buset dah? Rekor? Kamu bicara apa? Ibu tidak mengerti?" tanya Nyonya Rose bingung.

"Eh? Hehehe.. maaf bu, biasa bahasa anak jaman now." seraya senyum menyeringai.

Lily yang sudah kembali ceria segera menggigit apel yang diberikan dari wanita China tadi. Lily begitu menikmati apel tersebut. Rasanya benar-benar segar seperti baru dipetik langsung dari pohonnya. Nyonya Rose yang masih bingung dengan logat bahasa Indonesia Lily mulai penasaran dari kota mana logat itu berasal. Namun Nyonya Rose hanya diam saja dan akan mencari tahu sendiri.

Lalu dia mengajak Lily untuk ikut ke meja makan dekat api unggun. Banyak orang yang sudah mulai berkumpul. Para prajurit dan warga sipil berkerumun menjadi satu seperti sebuah keluarga.

Lily masih merasa kurang nyaman karena tak ada satu orangpun yang dia kenali. Lily hanya duduk diam di kursi kayu paling pojok sendirian. Dia memperhatikan bahwa kumpulan orang-orang ini dari berbagai negara. Dilihat dari warna kulit, bentuk wajah, dan bahasa yang digunakan. Lily berfikir sebenarnya dia berada dimana? Kenapa banyak orang asing disini. Apakah ini seperti Summer Camp? Tapi orang-orang ini sudah terlihat dewasa berumur sekitar 20 tahunan keatas.

Ketika Lily sedang bertanya-tanya dalam pikiranya tiba-tiba disampingnya sudah ada seorang anak kecil. Dia menatap Lily dengan tajam dan wajah tidak senang. Sontak Lily kaget karena tiba-tiba ada anak kecil disampingnya. Seorang anak lelaki bermata bulat besar, berkulit putih, rambut seperti komik Tin-Tin, berbadan tegap mengamati dirinya. Lily mencoba mengajaknya bicara.

"Chinese?" tanya Lily dengan sopan. Anak itu hanya mengangguk.

"Can you speak English?" tanya Lily hati-hati.

"Saya bisa bahasa Indonesia." jawab anak itu dengan cepat.

"Wowww.. keren!! Siapa namamu? Umurmu berapa? Pondokmu sebelah mana?" spontan Lily bertanya dengan agresif.

Liu hanya terbengong mencoba menjawab dengan terbata-bata.

"Anda bicara apa? Saya tidak mengerti?" jawab Liu jujur.

"Eh? Masa kamu gak ngerti. Ini bahasa gak formal lho. Udah biasa dipakai buat orang dekat yang udah dianggap sebagai teman." jawab Lily cepat.

"Teman?" tanya Liu.

"Iya. Kamu gak mau temenan sama aku? Berteman denganku mau tidak?" tanya Lily dengan ramah sembari menyodorkan tangan mengajak bersalaman tanda persahabatan.

Liu hanya memandang tangan Lily tanpa bisa berkata apa-apa. Dia kaget dengan apa yang Lily katakan. Walaupun banyak kata yang tidak Liu mengerti, tapi satu kata pasti yakni "teman" sangat jelas dia dengar.

"Teman? Anda ingin kita berteman?" tanya Liu memastikan.

"Iya.. Aduh lama amat. Tinggal salaman doang aja susah amat." Lily dengan cepat menarik tangan Liu dan mengajak bersalaman dengan paksa. Liu hanya tertunduk melihat Lily memegang tangannya dan mengajak bersalaman. Liu hanya memandang Lily tanpa ekspresi, tanpa kata apapun. Tak tahu apa yang harus dilakukan. Dilihatnya Lily tersenyum dengan tulus memandanginya.

"Oia, nama kamu siapa?" tanya Lily.

"Aku Liu. Liu Changhai." jawab Liu malu-malu.

"Wahhh nama yang bagus. Apa artinya?" tanya Lily penasaran.

"Melimpah seperti laut." jawab Liu menegaskan.

"Widihhh.. sadis." jawab Lily dengan ekspresi terkagum-kagum.

"Apa? Sadis? Namaku tidak seburuk itu!" jawab Liu kesal.

Eh sepertinya Liu sudah salah paham dengan ucapan Lily. Segera Lily mengklarifikasi ucapannya.

"Eh bukan.. bukan begitu maksudku. Aduh bagaimana menjelaskannya. Itu gaya bahasa anak kota. Maksudnya seperti wah arti nama yang sangat luar biasa, ya kira-kira seperti itu." Lily mencoba menjelaskan dengan sederhana mungkin.

"Oh.. Nona. Aku benar-benar tidak mengerti bahasa yang Anda gunakan. Aku belum pernah mendengarnya atau mempelajarinya. Apakah itu sebuah kosa kata baru? Jika iya ajari aku." ucap Liu.

"Eh? wah.. hahaha.. jangan deh. Itu bahasa anak gaul, bukan bahasa resmi, hanya sekedar bahasa yang di mix and match aja. Sebenarnya aku juga tidak tahu dari mana kata-kata itu berasal. Hahahaha." jawab Lily dengan enteng.

"Begitukah. Oh ya sudah." jawab Liu sedikit kecewa.

Lily melihat Liu sedikit kecewa. Namun dia juga tidak mau mengajari bahasa tidak formal itu. Dia melihat Liu anak yang pintar dan lugu jadi dia tidak mau mengajari hal-hal yang dirasa tidak perlu. Lily mencoba mengalihkan suasana.

"Liu. Duduk sini. Temani aku. Aku tidak punya teman disini. Semua orang tampak asing. Aku hanya tahu kamu dan ibuku saja." seraya mempersilakan Liu untuk duduk di kursi kayu disampingnya.

Liu merasa senang dengan keramahan Lily. Gadis ini tidak seperti yang Liu bayangkan. Lily yang Liu kenal dulu begitu angkuh, sombong dan sangat pilih-pilih dalam berkawan. Jangankan meminta Liu duduk disampingnya, melihat Liu saja seperti sangat jijik dengannya. Oleh karena itu, Liu sangat berterima kasih kepada Lily yang baru atas keramah tamahannya dan menganggap Liu sebagai temannya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!