CINTA PERTAMA SETELAH YANG KEDUA...
Perjalanan cinta yang sempat terhenti oleh waktu kini mulai kembali bersama, meski ada hal yang mungkin sulit untuk di lupa.
sesuatu yang pernah di takdirkan bersama lalu pergi untuk selamanya, meninggalkan kisah yang dalam beserta semua kenangan dalam bayang-bayang.
kini kehidupan baru yang Tasya mulai dengan berdasarkan Cinta Pertama setelah yang kedua, dia berusaha membuka pintu hati untuk Riko kembali....
"Sya kamu tidak perlu memaksa diri untuk bisa menerima aku..." Lirih Riko dengan lembut.
Tasya tersenyum tipis, dia merasa sangat sakit jika kebersamaan mereka saat ini adalah perjuangan Rikardo yang merelakan Tasya untuk hidup dengan Cinta pertamanya...
Tasya sendiri tidak dapat memungkiri bahwa dirinya masih mencintai Riko.
akan tetapi dia juga mencintai Rikardo
dia tak menyangka jika Hatinya memiliki dua cinta dari orang yang berbeda.
kini Tasya mulai sadar jika Rikardo adalah lelaki yang paling dia cintai, meski dia baru tersadar saat semua sudah berbeda.
"Terima kasih untuk pengertian mu mas. aku akan kembali membuka hati untuk kamu, semoga saja di kehidupan ini kamu tidak lagi membuat ku menangis..." ucap Tasya.
"Perpisahan kita yang terlalu lama sudah menyadarkan aku bahwa kamu adalah Berharga. aku akan menjaga mu dan melindungi kalian seperti yang pernah Rikardo lakukan dulu..." ucap Riko dengan memandang wajah Tasya.
"Jangan kamu sebut nama dia di hadapanku mas, semua itu akan membuat ku sulit untuk melupakan dia dan kenangan diantara kami. jujur aku sangat sulit melupakan lelaki yang sangat mulia seperti Dia...." Tasya menangis kembali dengan ingatan tentang masa lalu.
Tok tok...
Tasya dengan cepat menyeka air mata dan membuka pintu.
"Mami...." Ucap April.
"Ada apa sayang? apa kamu sudah pulang sekolah?."
"Sudah, tadi kakak yang menjemput aku di sekolah. kata kakak mami belum makan ya? mari kita makan bersama...." ajak April dengan menggandeng lengan Tasya.
"Bolehkah Papa ikut?" Sambung Riko yang tiba-tiba muncul di belakang Tasya.
April diam, dia tidak tau harus berkata apa karna baginya tidak akan ada satu orang pun yang bisa menggantikan posisi sang Ayah di dalam hidupnya.
"Hemmmt..." cetus April.
"April itu tidak baik nak..." Ucap Tasya.
"Sudahlah tidak apa-apa kalau begitu mari kita makan bersama..." sambung Riko dengan memendam rasa sakit di dalam hatinya.
Menerima seseorang yang baru itu tidak akan mudah.
April bisa menerima jika Riko saat ini adalah suami dari maminya, akan tetapi dia tak mau menerima Riko sebagai ayah barunya.
"April kamu mau makan ini nak? papa ambilkan ya..."
Riko memberikan sepotong ayam goreng di piring April.
"Tidak, aku tidak suka ayam goreng..." cetus April lalu meletakkan kembali ayam yang di berikan kepada dirinya.
"Kalau begitu April mau ikan ini...?" Ucap Riko dengan menunjuk ikan goreng.
"Maaf saya lebih suka makan sayur hijau seperti ayah saya..." ucap April.
"April...." bentak Tasya.
Tasya benar-benar sudah tidak tahan dengan sikap April yang menurutnya sudah kelewat batas.
"Mami membentak diriku? mami jahat...." April berlari dan menangis.
"April tunggu...." Ucap Tasya dengan berjalan ke arah April.
"Sya biar aku coba bicara sama April, aku yakin dia adalah anak yang baik." ucap Riko dengan menghentikan langkah sang istri.
"Tapi mas..."
Belum sempat Tasya berkata, Riko sudah lebih dulu menutup mulut Tasya dengan jari telunjuknya.
"Kamu percaya padaku kan?" lirih Riko.
Tasya menarik nafas, dia pun mengangguk.
meski ada sedikit rasa khawatir tentang diri April yang sepertinya belum bisa menerima sepenuhnya dengan kenyataan ini.
hal yang paling menyakitkan bagi Tasya adalah saat April berkata jika dia hanya punya satu ayah( Rikardo ).
Riko berusaha untuk mendekati April yang menangis di kamar.
"April boleh papa bicara sebentar?" lirih Riko dengan duduk di tepi ranjang.
"Jangan pernah panggil diri kamu sebagai papa. karna sampai kapanpun Ayah ku hanya satu dan itu bukan kamu paman...." Cetus April.
Kata yang keluar dari mulut April bagaikan tamparan yang menyakitkan untuk Riko, kini dia harus benar-benar berjuang untuk mendapatkan hati Tasya dan juga April.
Riko tidak menyangka jika semua akan menjadi sangat sulit seperti saat ini, akan tetapi dirinya bertekat untuk melindungi, menjaga, dan menyayangi Mereka layaknya Rikardo yang dulu telah berjuang demi Tasya dan Revaldi.
"Baiklah kamu boleh tidak menganggap aku sebagai papa kamu, karna kebenarannya aku bukan ayah kandung mu. tapi nak, papa mohon anggap saja papa sebagai sahabat ataupun buku, bagaimana?" Riko tersenyum.
"Buku? apa maksudnya?" April memandang wajah Riko dengan penuh rasa penasaran.
"Emmmmt...tapi kamu harus janji dulu sama papa untuk tidak menyakiti hati mami lagi!" jelas Riko dengan menjulurkan jari kelingking.
"Jangan pandang aku seperti anak kecil. aku tidak suka dengan yang namanya janji...." cetus April lalu berpaling muka.
"Permainan yang paling sering di gunakan orang dewasa untuk menghibur anak kecil seperti itu tidak akan mempan untuk diriku...." April ngedumal dalam hati.
"Begini nak, jadikan papa seperti Buku. kamu bisa menceritakan semua isi hati kamu kepada papa, dan kamu juga bisa berbagi air mata di buku ini jika kamu sedang merindukan Ayah. percayalah nak papa akan senantiasa menjaga semua yang kamu katakan pada papa, bagaimana kamu setuju jika papa jadi buku untuk kamu?." Tanya Riko dengan mengusap Kepala April.
"Jangan sentuh kepala ku. hanya ada satu tangan yang layak berada di atas kepala ini, dan itu adalah Ayah bukan kamu...." April kembali marah, dia pun menangis mengingat Ayahnya yang sering melakukan itu saat dia sedang sedih.
"Baiklah papa minta maaf sayang...." Riko bersimpuh di hadapan April dengan merendahkan harga dirinya.
"Mas, berhenti jangan lakukan itu...."
Tasya yang tak sanggup melihat Riko memohon pada April atas kesalahan yang tidak masuk akal.
begitu pemikiran Tasya...
"Kamu tidak pantas bersimpuh di hadapan April mas, ayo berdiri....." Tasya membantu Riko untuk berdiri.
"Mami ini bukan salah April. sungguh!" April berusaha meyakinkan Tasya untuk semua yang terjadi.
"Keterlaluan kamu April, memangnya mami tidak mendengar semua percakapan kalian, asal kamu tau mami sudah berada di sana sejak tadi. kamu tau jika Ayah mu ada di sini dia tidak akan pernah memaafkan kamu atas perilaku kamu yang seperti ini. cepat minta maaf pada papa...." bentak Tasya.
"Tidak mau, dia bukan papa ku. kalian berdua jahat...." April pun menangis.
"Sya jangan kasar seperti itu, hanya saja dia butuh waktu untuk menyesuaikan semua ini. dan aku tidak apa-apa jadi kamu jangan bertindak seperti ini...." ucap Riko dengan memeluk tubuh April.
Tasya tidak mampu berkata lebih dari itu, karna selama ini baru pertama kalinya Tasya begitu murka pada April, dia sangat menyesali semua perkataan yang pasti akan menyakiti hati anaknya.
"Maafkan mami nak...." lirih Tasya dengan meraih tangan April.
"Mami sayang padamu tapi mami mohon jangan berlaku seperti itu nak, biar bagaimanapun Ayah telah memberikan beban berat pada papa Riko atas kehidupan kita. mami tau kamu sangat kehilangan Ayah. sama mami juga nak, tapi kita harus tetap bahagia dan menjalani kehidupan ini...ingat pesan-pesan Ayah untuk kamu dulu. jadi tolong nak terima semua ini...." Jelas Tasya dengan meneteskan air mata.
"Mami maafkan April, mami jangan menangis lagi...." ucap April dengan menyeka air mata Tasya.
"Paman, ijinkan aku untuk perlahan menerima kamu sebagai ayah ku. beri aku waktu untuk ini....." lirih April.
"Papa akan menunggu saat kamu memanggil diriku dengan sebutan papa, papa tidak akan memaksa kamu nak...." ucap Riko.
"Mas....." Tasya menatap wajah Riko.
Riko hanya mampu tersenyum dan menganggukkan kepala.
dengan semua itu Tasya sudah tau dengan maksud Riko...
"kalau begitu kamu makan dulu ya, biar papa ambilkan...."
"Tidak usah biar April ambil sendiri saja..." ucap April dengan bergegas turun dari tempat tidur.
"Emmmmt, mari kita makan bersama...." ajak April.
Tasya dan Riko pun mengiyakan ajakan April dan makan bersama.
Setelah kepindahan mereka ke EROPA
Revaldi memutuskan untuk tinggal di rumah barunya yang sudah di siapkan oleh sang Opa.
Letak rumah Revaldi tidak begitu jauh dari rumah Riko, dan hanya berjarak 50 meter...
Hendardi tidak ingin anak dan cucunya hidup dengan ketergantungan, Beliau ingin mereka hidup mandiri dan membina rumah tangga mereka sendiri.
"Mas aku khawatir dengan mami saat ini...." lirih Criztine yang bersandar pada bahu Revaldi.
"Aku juga khawatir sayang. tapi kamu ingat pesan Ayah kepada kita?."
"Ayah ingin kita tinggal terpisah dengan mereka karna ayah ingin menyatukan Cinta mereka yang pernah terpisah selama beberapa tahun, dan ayah juga ingin membuat Mami kembali tersenyum bahagia." jelas Revaldi.
"Lalu bagaimana dengan April mas?" Tanya Criztine.
Revaldi seketika bungkam.
tak pernah terpikir olehnya dengan perasaan yang saat ini Adiknya rasakan.
"Aku terlalu sibuk dengan kepindahan ini tanpa aku memikirkan perasaan April saat ini....." Revaldi mengacak rambut frustasi.
"Bagaimana cara kita untuk meyakinkan April mas? dia menerima pernikahan itu hanya karna pesan dari Ayah. lalu akankah April mau menerima Papa sebagai ayahnya...?" Ucap Criztine khawatir.
"Aku juga tidak tau sayang, tapi menurutku papa harus berjuang keras untuk mengambil hati April. jujur aku saja belum sanggup menerima kenyataan pahit ini....jarang ada lelaki yang seperti Ayah, beliau adalah sosok malaikat tuhan di dunia. dan untuk melupakan Ayah itu sangat tidak mungkin, apalagi dengan usia April yang baru menginjak usia 12 tahun. pasti dia akan sulit untuk menerima semua ini..." jelas Revaldi.
Drt drt....
tiba-tiba ponsel Revaldi bergetar
dia pun melihat pesan singkat yang ternyata itu dari sahabatnya.
"Astaga jimmy sungguh luar biasa...."
"Ada apa dengan jimmy mas?" tanya Criztine khawatir.
"Coba kamu lihat..." Revaldi menyodorkan ponsel.
"Jadi dia berpacaran sama asisten kamu dulu mas? ya ampun jimmy keren..." ucap Criztine dengan memandangi foto yang di kirim oleh jimmy sendiri.
"Dia itu memang hebat sampai-sampai asistenku saja tergoda sama rayuan dia!"
"Sama kamu juga...." cetus Criztine dengan mencubit pipi Revaldi.
"Apa kamu masih ingin di hukum?" Revaldi memeluk tubuh Criztine.
"Silahkan....wekkk"
Criztine hendak berlari akan tetapi Revaldi lebih dulu meraih tangannya, hingga kini Criztine duduk di pangkuan sang suami....
"Aku tidak akan melakukan kesalahan ku yang dulu lagi, aku sudah jera dengan tragedi kita yang dulu. saat ini aku hanya ingin kamu dan anak kita sehat dan hidup bahagia bersama...Criz kamu janji ya jika kamu akan tetap tinggal di sampingku seumur hidup." ucap Revaldi dengan mengusap perut Buncit Criztine.
Kehamilan Criztine sudah memasuki bulan ke 5. hingga dirinya kini merasa susah bergerak dan gampang lelah...
dia jadi lebih manja pada suaminya sehingga sering kaki Revaldi harus bolak balik dari kantor ke rumah demi memenuhi semua keinginan sang istri dan anak yang sedang di kandung.
"Janji mas...." Criztine mencium pipi Revaldi secara tiba-tiba.
"Kami membuat ku ingin....." Revaldi tersenyum dan memberi kode mata.
"Dasar mesum! awas aku mau ambil minum..." ucap Tasya dengan beranjak dari pangkuan sang suami.
"Kamu yang sudah membangkitkan Hasrat ini dan kamu harus bertanggung jawab...." Revaldi membopong Criztine ke atas ranjang.
"Mas...." lirih Criztine.
Tatapan mata Revaldi membuat dia tak dapat menolak apa yang saat ini tengah di inginkan sang suami, dan mereka pun memadu cinta...
sentuhan demi sentuhan yang Revaldi berikan membuat Criztine terbang melayang tinggi bersama jalinan cinta diantara mereka.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!