NovelToon NovelToon

My Duda

Eps 1

"Gathan, sini boy makan dulu." Panggil Gavin.

Yap, sedikit informasi Gavin adalah seorang duda beranak satu. Usia Gavin belum terlalu tua, karna ia menikah diusia 24 tahun. Dan kini usianya sudah menginjak 30 tahun. Putranya tampannya kini berusia 5 tahun.

Gavin menjadi duda karna pisah dengan istrinya usai melahirkan baby Gathan. Saat itu istri Gathan pergi meninggalkan Gavin dan buah hati mereka, dengan alasan karna Gavin masih menumpang dirumah orang tuanya dan masih belum memiliki pekerjaan tetap.

Istri Gavin pun menggugat cerai Gavin, dan tak ada niatan untuk mempertahankan baby Gathan. Meninggalkan keluarga kecilnya demi seseorang yang lebih kaya daripada Gavin.

Setelah putusan disahkan pengadilan, keduanya resmi bercerai dan hak asuh baby Gathan jatuh ke tangan Gavin, karna Gavin tak mau anaknya ditelantarkan oleh ibunya sendiri. Setelah itu, MANTAN ISTRI Gavin langsung pergi ke luar negeri dengan kekasih barunya tanpa memperdulikan darah dagingnya sendiri.

Kini Gavin yang dulu sudah berubah menjadi Gavin yang sukses, mapan, dan kaya raya berkat kerja keras dan kegigihannya dalam bekerja. Menjadi orang tersohor di dunia pebisnis. Dibalik semua kerja kerasnya ada seorang buah hati yang selalu menjadi penyemangatnya untuk bangkit.

kembali ke awal~

"Gathan, sini boy makan dulu." Panggil Gavin.

"Daddy Athan enyang, ndak mau mum agi." Ucap bocah tampan itu pada sang ayah.

"Satu suap lagi oke, ini tinggal dikit abis sayang." Bujuk Gavin sambil menyodorkan sendok makan itu didepan mulut putranya.

"enyang dad." Tolak Gathan sambil membungkam mulutnya menggunakan kedua tangan mungilnya.

"Sesuap lagi oke, janji sesuap aja abis itu kita langsung ke rumah kakek sama nenek." Ucap Gavin. Gavin memang selalu menyiapkan keperluan anaknya sendiri tanpa campur tangan orang lain, jika dirinya ke kantor, Gavin akan menitipkan Gathan kepada kedua orang tuanya.

Dan Gavin harus ekstra sabar saat mengurus anaknya, karna Gathan memiliki nafsu makan yang berbeda-beda. Belum lagi dengan mood anaknya yang suka berubah-ubah.

"Anji yah?" Ujar Gathan sambil mengangkat jari kelingkingnya didepan Gavin.

"Iya, janji." Balas Gavin sembari mengaitkan jari kelingkingnya pada jari mungil putranya.

Dan akhirnya Gathan pun mau menerima suapan terakhir dari ayahnya.

Setelah itu seperti biasa, Gavin akan mengantar putranya ke rumah kedua orang tuanya dan dia pergi ke perusahaan untuk bekerja.

Note: Itu Perusahaan milik Gavin sendiri, Namanya Galaxy Group.

*****

"Bang Sat buruan gua telat woyy." Teriak Ghea didepan teras.

"Adek ngomongnya disaring!!" Teriak sang bunda dari dalam rumah.

"Bund, ayah, abang berangkat dulu ya, Si Monyet udah teriak-teriak soal nya." Ucap Satya berpamitan pada sang bunda dan sang ayah.

"Astaga adik sama kakak sama-sama aneh ternyata, Si adek ngomongnya disuruh nyaring bang, cewe soalnya loh. Ntar nggak ada yang minat kan repot ayah sama bunda." Jelas Sang bunda.

"Iya bund, yaudah berangkat dulu assalamualaikum." Ucap Satya.

"Waalaikumsalam." Balas ayah dan bunda bersamaan.

Satya pun keluar menuju keluar rumah menemui sang adik.

"Lu abis ngapain sih lama bener, luluran lu ya? Nggak tau apa, ini gw mau telat, tau gini ya tinggal lu ah." Dumel Ghea pada Satya.

"Ghea kalo situ ngemeng terus, bukan kamu doang yang telat, tapi abang juga." Balas Satya.

"Yaudah hayuk berangkat!" Ucap Ghea.

"Hayuk atuh." Balas Satya.

"BUNDA AYAH, GHEA BERANGKAT DULU ASSALAMUALAIKUM CINTAKUUU!" Teriak Ghea dari luar.

"Waalaikumsalam." Seru Ayah dan bunda dari dalam rumah.

Merekapun akhirnya berangkat bersama. Bukan Sang kakak yang mengantar adiknya, tapi adik yang mengantar kakaknya.

Yap, biasanya Satya berangkat ke kantor tempatnya kerja menggunakan mobilnya sendiri. Tapi karna ada masalah dengan kendaraannya, Satya akhirnya nebeng adiknya ke kantor menggunakan motor adiknya.

"Makasih adikku, ntar sore jangan lupa jemput yah, inget jam tiga titik lima belas." Ucap Satya menekan waktu jam.

"Yeu, inget kaga gratis sodara. Itu nanti harus ada bayarannya." Ucap Ghea.

"Lu mah jadi adek kaga ikhlasan, dikiit-dikit minta imbalan ." dumel Satya pada adiknya.

"Didunia ini nggak ada yang gratis sodara." Balas Ghea.

"Iya-iya, ntar abang beliin cilok segerobak sekalian, puas anda. Udah sono buruan ke kampus, belajar yang pinter supaya bisa ngurus perusahaan ayah." Ucap Satya.

"Mana ada gua ngurus perusahaan ayah, yang ada itu lu, Bang Sat. Anak sulung, cowo, nah udah pas tuh ngurusin perusahaan ayah. Lagian lu bukannya kerja ditempat keluarga sendiri, malah kerja ditempat orang lain, aneh lu mah heran gua." Omel Ghea pada abangnya.

Ya selama ini, Satya bekerja di perusahaan milik orang lain dengan alasan ingin mandiri dan menambah pengalaman sebelum benar-benar memimpin perusahaan keluarganya. Dan kebetulan perusahaan itu milik Gavin, yaitu Galaxy Group.

"Udah sono, gua mau kerja. Lu buruan berangkat ke kampus belajar yang bener, ntar sore jangan sampe telat, okay." Pamit Satya sambil menepuk-nepuk puncak kepala adiknya.

"Okay, bye Bang Sat, semangat." Balas Ghea sambil membenarkan helm dikelolanya.

Kedua adik kakak itu pun memulai aktivitas masing-masing. Ghea melanjutkan perjalanannya menuju kampus, dan Satya mulai bekerja menjadi asisten Gavin dikantor.

*****

Sore hari, pukul 15.00 waktu setempat.

Sesuai janji, Ghea akan menjemput abangnya dikantor. Seperempat jam lagi abang nya akan keluar kantor. Karna cuaca masih agak panas, Ghea memilih untuk menunggu abangnya di lobby kantor.

"Si Bang Sat lama lagi nih, dahlah nasib punya abang lemot kek dia." Gerutu Ghea sambil memainkan ponsel pintarnya

"Mana kebelet pipis lagi nih, akhhhhh..... buruan keluar woyy, Bang Satya!!!" jerit Ghea dalam hati, tak mungkin ia menjerit keras di situasi banyak orang sibuk berlalu-lalang.

Karna sudah tak tahan lagi, akhirnya Ghea memutuskan untuk bertanya dimana letak kamar mandi pada salah satu ob yang lewat.

"Mas-mas." panggil Ghea. Yang dipanggil pun menoleh.

"Iya dek, adek panggil saya ya?" tanya ob itu.

"Eee.ee iya gitu, mau nanya kamar mandi sebelah mana ya?" Tanya Ghea.

"Oh kamar mandi ada disebelah sana dek, lurus aja terus belok kiri deket sama ruang pantri." Jelas ob itu.

"Oh oke-oke, makasih mas. Kalo gitu saya permisi dulu." Pamit Ghea, dan diangguki oleh ob itu.

Ghea pun segera melangkah menuju kamar mandi sesuai arah yang ditunjukkan ob tadi.

"Akhirnya legaaaa." guman Ghea sambil mencuci tangannya diwastafel.

Setelah selesai dengan urusannya dikamar mandi, Ghea pun kembali keluar untuk menunggu abangnya. Namun saat akan keluar melewati pantri, ia merasa seperti ada sosok kecil yang mengikutinya dari belakang.

"Apaan tuh? jangan bilang, kantor semewah ini melihara tuyul." Batin Ghea jedag-jedug.

sunyi, senyap, sepi...

Ghea memberanikan diri menoleh ke belakang, dan ternyata tidak ada apa-apa. Ghea pun kembali menoleh kedepan sembari mengatur nafasnya.

Gubrakkk

Ghea terlonjak kaget, tiba-tiba keringat dingin keluar dari pori-porinya. Senakal-nakalnya Ghea, gadis itu tetap takut namanya setan.

"K-K k keluar lu woyy!! lu kira gw takut ha!! sini lu!" sentak Ghea memberanikan diri. Padahal sebenarnya jantungnya tengah maraton kesana-kemari.

"G-gw itung ampe tiga kalo lu kaga keluar, gw yang keluar nih!" Seru Ghea.

Tak disangka-sangka tiba-tiba keluar sosok pria berbadan mungil dari belakang pintu pantri.

"Astagfirullah tuyulnya ganteng juga disini." Guman Ghea mengomentari pria kecil itu.

"Eee lu manusia beneran atau manusia jadi-jadian?" Sempat-sempatnya Ghea menanyakan hal itu, jelas-jelas kakinya menapak lantai, apalagi kalo Bukan manusia. Sedangkan pria kecil itu diam menunduk sambil memainkan jemari mungilnya.

"Hiks hiks..hiks Daddy."

Eh? Ghea jadi gelagapan mendengar bocah itu menangis. Gimana kalo dia jadi tersangka dan dituduh nakalin tuh bocah? mampus ama abang nya ntar.

Spontan Ghea pun mendekati bocah itu dan menyejajarkan tingginya dengan tinggi bocah itu. Reflek tangannya pun terulur untuk meraih tubuh kecil itu dan merengkuhnya dengan hangat.

"Cup cup maafin kakak ya, kakak nggak tau kalo itu kamu, abis nya kamu ngumpet segala sih. Ngomong sama kakak, kamu mau kemana? Ayah atau bunda kamu dimana biar kakak anter." Ucap Ghea meminta maaf karena merasa bersalah membuat bocah itu ketakutan.

"I want to dad." Guman bocah itu pelan, tapi masih bisa didengar oleh gendang telinga Ghea.

"Daddy kamu kerja disini?" tanya Ghea sembari melepas pelukannya dan menatap bocah itu, sedangkan bocah itu mengangguk sebagai jawaban.

"Yaudah kita cari daddy kamu gimana, mau?" tawar Ghea, Bocah imut yang sedari tadi diam itu mendongak menatap Ghea. Bola mata berwarna biru itu menatap Ghea dengan binar.

Beuhh baru pertama ditatap saja membuat Ghea terpesona dengan mata indah itu.

"Ayo." Ajak Ghea sembari menggandeng pria tampan itu, namun bocah itu tak bergeming sambil memasang ekspresi sulit ditebak.

"Mau gendong?" Tanya Ghea ragu-ragu sambil merentangkan kedua tangannya. Tak disangka pria kecil itu mengangguk malu-malu sambil mendekatkan tubuhnya pada Ghea.

"Anak ganteng bisa malu-malu juga hehehe, ganteng banget lagi, pengen bawa pulang kan." Guman Ghea pelan sambil mengangkat tubuh bocah itu kedalam dekapannya.

.

.

.

.

Eps 2

Sedangkan ditempat lain, Satya tengah menggerutu tak jelas karna adiknya tak kunjung menemuinya, dihubungi pun nomornya tidak aktif.

"Awas aja kalo sampe nggak dateng nih anak." Batin Satya.

"Abang." Panggil seseorang dengan suara sangat kecil dan pelan sambil menepuk pundak Satya. Satya pun menoleh ke belakang, dan ternyata didapati sang adik tengah menggendong bocah laki-laki, terlihat bocah itu nyaman bersandar dibahu Ghea sambil memejamkan matanya, dan lucunya bocah itu terlelap dengan mulut menganga.

Baru saja Satya akan mengeluarkan kalimatnya, Ghea sudah terlebih dahulu mencelanya.

"Abang jangan berisik bayi gua lagi tidur." Bisik Ghea dengan suara kecil.

Eh sejak kapan anak bosnya diangkat jadi anak adiknya? pikir Satya.

"Itu anak orang kenapa nemplok sama lu?" Tanya Satya sambil berbisik, sedangkan Ghea hanya menggeleng sebagai jawabannya.

Tak cuma Satya yang heran karna anak bossnya nempel pada adiknya, banyak karyawan yang lalu lalang menatap ke arah Ghea dengan tatapan heran, aneh, dan sinis.

"Abang anaknya kepisah sama daddy nya, gimana dong, katanya daddy nya kerja disini. Temen lu kali, coba lu tanyain." Ucap Ghea pada abangnya suaranya kini sudah agak normal tidak berbisik lagi. Sesekali Bayi lima tahun itu menggeliat dalam dekapan Ghea, namun sesaat kemudian kembali anteng lagi di pundak Ghea.

"Bentar, gua lapor boss dulu." Ucap Satya kemudian mengetik sesuatu didalam ponselnya.

"Abang ini anak orang ilang kok malah telpon boss sih?" Gerutu Ghea.

"Gua ngehubungin bapaknya, monyet. Tuh bocah anak boss gua, udah lu tunggu dulu duduk di kursi kalo cape. Bentar lagi pasti turun bapaknya." Jelas Satya.

"Oh begono, lu kenapa kaga bilang daritadi kalo nih bocah anak boss lu, capek gua kali." Dumel Ghea sambil melangkah menuju kursi disekitarnya. Satya tak lagi mendengarkan gerutuan adiknya, kini ia tengah sibuk menghubungi bossnya perihal anaknya yang ada bersama adiknya.

Benar saja tak lama, datanglah ayah dari bocah lima tahun itu dengan diikuti beberapa bodyguard yang ditugaskan mencari anaknya tadi.

"Kamu serius nemuin Gathan, Sat?" Tanya Gavin to the point.

"Iya pak, tuan muda ada disana sama adik saya kebetulan." Jawab Satya dengan sopan sambil menunjuk adiknya yang tengah duduk sambil menepuk-nepuk punggung baby Gathan dengan lembut.

"Eumh.......

"Sutttt, bobo lagi anak ganteng, ini udah di puk-puk sama kakak cantik." Guman Ghea sambil menepuk-nepuk punggung baby Gathan saat bocah itu menggeliat mencari posisi nyaman untuk bersandar. Dan benar saja perlakuan Ghea tadi langsung membuat baby Gathan terlelap lagi.

"Ehem permisi, dek?" Panggil Gavin. Alasan Gavin memanggil Ghea dengan panggilan 'dek' karna Gavin pikir Ghea masih sekolah dibangku menengah atas. Tak bisa dipungkiri, diusia ke 23 tahun wajah Ghea masih sama seperti saat ia berusia belasan tahun lalu.

"Iya? kenapa pak?" Balas Ghea. Sungguh ghea terpukau dengan ketampanan pria di depannya, Ghea bisa menebak jika usia pria itu tak jauh dari usia abangnya.

"Eum gini, yang adek gendong itu anak saya. Sini, biar saya yang gendong." Ucap Gavin.

Ghea tak percaya jika pria di depannya sudah punya anak, apalagi anaknya sangat imut dan tampan. Buah jatuh tak jauh dari pohonnya.

"Oh ini anak bapak, ini silahkan eh-

"Mau bobok hiks." Ghea tak jadi melepas bocah lima tahun itu dari dekapannya, karna tiba-tiba bocah itu bangun dan terisak.

"Cup cup cup, anak ganteng bobok lagi ya, ini di puk-puk lagi. Jangan nangis ganteng, anak ganteng temennya banyak, okay bobok lagi yuk." Ucap Ghea menenangkan Baby Gathan.

Sedangkan Ghea tak menyadari jika interaksinya dengan baby Gathan ditonton banyak pasang mata, termasuk Gavin sendiri dan juga Satya. Satya tak menyangka jika adiknya yang bar-bar itu, mampu menenangkan bocah yang tengah menangis.

Eh?

"Eee ini gimana ya? baby nya nggak mau lepas, kalo dipaksa bangun kasian, baru tidur soalnya." Jelas Ghea dengan kikuk, grogi karna banyak orang menatapnya. Ghea menatap sang kakak guna meminta bantuan, tapi Bang Sat malah mengedikkan bahu seolah tak mau ikut campur.

"Abang laknat!" batin Ghea.

"Coba saya gendong dulu, siapa tau mau Gathan nya." Ujar Gavin, sambil merentangkan tangan guna mengambil alih tubuh Gathan dari dekapan Ghea. Namun sia-sia karena baby Gathan kembali bangun dan merengek.

"Athan mau bobok dulu ih !!" Teriak bocah itu marah, bahkan membuat Gavin terlonjak kaget dengan sikap putranya. Menurutnya semarah-marahnya Gathan tak sampai membentak orang atau berteriak seperti itu tadi.

"Ganteng jangan marah-marah gitu nggak boleh sayang." Tegur Ghea dengan lembut sembari membelai pipi halus milik Gathan.

"Gathan sama daddy aja ya, kakaknya mau pulang, kalo Gathan ngantuk kita pulang, ntar daddy temenin Gathan bobok dikamar sama dibacain dongeng sama daddy." Ucap Gavin dengan lembut sambil berjongkok didepan Ghea yang tengah duduk diatas kursi sambil memangku Gathan.

"Athan mau bobok cini, daddy." Jawab Gathan lirih sambil menyandarkan kepalanya dibahu Ghea, seolah menunjukkan jika bahu Ghea adalah tempat ternyaman untuk tidur.

Gavin berjongkok sambil memijit pelipisnya, pria itu mencoba berpikir mencari cara agar anaknya mau ikut pulang dengannya. Sedangkan yang lain hanya diam tanpa berkomentar melihat perbincangan ayah dan anak itu. Termasuk Ghea, entah kenapa ia juga merasa nyaman dan senang jika ada di dekat baby Gathan. Padahal ini first time mereka bertemu, tapi sudah seperti ibu dan anak yang lengket bagaikan perangko.

"Ee gimana kalo, tuan muda lanjut tidur dirumah. Tapi pulangnya dianter adik saya, biar nggak rewel dijalan, itupun kalo boss ijinin sih." Usul Satya. Ghea langsung melebarkan bola matanya menatap tajam abang nya yang maen bikin acara sendiri.

"Matanya besar, Athan tatut kak." Ucap Gathan pada Ghea, menyadari hal itu membuat Gathan ketakutan Ghea langsung merubah ekspresinya semanis dan secantik mungkin dihadapan Gathan agar bocah itu tidak takut padanya.

Satya berusaha menahan tawanya adiknya ternistai karna ucapan tuan mudanya.

"Gathan mau pulang sama kakak nya kan?" Tanya Gavin pada putranya.

"Mau dad." Jawab Gathan sembari mengangguk antusias sambil menatap binar kepada Ghea.

"Tapi janji abis itu langsung bobok dirumah ya, kasian kakaknya kalo gendong Gathan terus, Gathan kan udah besar." Ucap Gavin. Gathan terlihat tengah menimang-nimang tawaran ayahnya itu.

"Janji dad." balas Gathan.

"Ee kamu bisa nemenin saya sama Gathan pulang kerumah saya nggak, dek?" tanya Gavin pada Ghea.

"Tapi saya bawa motor pak, gimana ya?" Bingung Ghea.

"Kamu kesini buat jemput abang kamu kan? biar motor kamu dipake abang kamu, kamu ikut saya sebentar dimobil saya sampe rumah, biar abang kamu yang bawa motor kamu dan ngikutin mobil saya dari belakang. Ntar sampe rumah saya, kamu bisa langsung pulang sama abang kamu atau biar dianter supir saya. Sebelumnya saya minta maaf kalo lancang, saya juga nggak maksa kalo kamu nggak mau."

Sungguh Ghea merasa pusing berada di situasi seperti ini.

"Tapi ntar Gathan harus janji ya kalo abis dianter pulang sama kakak, Gathan langsung tidur dirumah." Ucap Ghea menatap Gathan.

"Iyah." Jawab Gathan.

Eps 3

Sesuai kesepakatan, Ghea akhirnya ikut mengantarkan Gathan pulang bersama Gavin juga. Mereka bertiga menggunakan satu mobil yang sama, dan disopiri oleh sopir pribadi Gavin.

Sedangkan Satya, pria itu dari arah belakang mengikuti mobil bossnya dengan mengendarai motor milik adiknya.

"Gathan nggak mau bobok lagi? Bobok lagi ya, nanti kakak puk-puk kayak tadi." Ucap Ghea, karna sedari tadi didalam mobil, Gathan masih betah terjaga.

"Ndak mahu, Mahu main." Jawab bocah itu.

"Tadi kan udah janji mau tidur kalo dianter pulang sama kakak, anak ganteng nggak boleh ingkar janji, ntar dapet dosa loh.," Ucap Ghea berusaha membujuk Gathan.

Gathan hanya diam karna ketahuan bersalah.

"Sini-sini peluk lagi sama kakak, jangan sedih oke. Ntar janji ya sampe rumah harus bobo?" Ucap Ghea sembari menyandarkan kepala Gathan di dadanya dan mengelus lembut rambut bayi lima tahun itu.

"He'um." guman Gathan sembari mengangguk pelan dan pangkuan Ghea.

"Maaf jadi ngerepotin kamu, dek." Ucap Gavin merasa tak enak hati karna telah menyusahkan adik dari asistennya itu.

"Hehe, nggak papa kok pak. Lagian saya juga seneng bisa kenal sama anak bapak. Lucu banget soalnya, pengen saya jadiin anak sendiri malahan." Ghea tak sadar dengan apa yang barusan ia ucapkan.

"M m-maksud saya jadi anak-anakan saya gitu, eee kalo nggak, jadi adik angkat juga nggak papa hehe." ralat Ghea merutuki kebodohannya.

"Iya saya paham, kamu bisa anggap Gathan kaya anak kamu, atau adik kamu juga nggak papa." Balas Gavin tersenyum hangat, Ia senang karna ada orang yang bisa memberikan kasih sayang pada putranya dengan tulus.

"Sadar Ghe sadar, ini laki orang jangan lu embat juga. Udah punya anak juga woy!" batin Ghea menguatkan imannya agar tak kebablasan baper kepada Gavin.

Sesaat kemudian dalam mobil dilanda keheningan. Namun tak lama terdengar gumanan kecil dari mulut mungil baby Gathan.

"Mommy i miss you." Guman Gathan sambil mengeratkan tangan mungilnya yang melingkar di Leher Ghea.

Eh?

"Sayang, jangan kenceng-kenceng peluknya, leher kakak nya sakit nanti." Ucap Gavin memperingati putranya agar tak melukai Ghea.

"Gathan kangen mommy nya kali pak, sampe kebawa mimpi gini." Ucap Ghea dengan suara pelan agar tak mengusik tidur Gathan. Mendengar ucapan Ghea barusan membuat Gavin terdiam menampilkan wajah datar, bahkan aura dingin itu muncul dari wajah tampan Gavin.

Merasa ada perubahan dari raut wajah Gavin membuat Ghea merasa bersalah, apakah dirinya salah berbicara? Atau ada hal yang membuat Gavin kesal dengan ucapannya, kiranya itu yang ada dibenak Ghea.

"Eum saya nggak tau ada masalah apa, tapi saya minta maaf kalo ada ucapan saya barusan yang menyinggung perasaan bapak." Ucap Ghea tulus sambil mengamati wajah tampan bocah dihadapannya, tak berani menatap wajah Gavin karna itu terlalu menakutkan menurutnya.

Sedetik kemudian Gavin menoleh kepada Ghea, Ia tak boleh menyalahkan Ghea, karna disini Ghea tak tau tentang masalah masa lalunya. Tapi ia salut, karna Ghea berinisiatif meminta maaf walau belum tau kesalahannya terletak dimana.

"Ini bukan salah kamu, tapi salah saya yang masih belum bisa bersahabat dengan masa lalu saya dan ibu Gathan. Maaf, karna masa lalu saya membuat kamu tidak nyaman." Guman Gavin dengan suara rendah.

Disini Ghea bisa menyimpulkan jika ada sebuah masa lalu buruk yang terjadi antara Gavin dan mommynya Gathan. Karna ia dapat melihat perubahan ekspresi Gavin saat Ghea menyinggung tentang Mommnya Gathan tadi. Tapi Ghea tak mau ikut berfikir terlalu dalam tentang permasalahan keluarga itu.

"Hal yang harus dilakukan ketika memiliki masa lalu buruk, ialah berusahalah untuk memiliki semangat tinggi meraih kehidupan masa depan yang lebih baik." Secara tiba-tiba mulut Ghea melontarkan kalimat bijak itu.

"Iya saya tau itu, dan saya sudah berusaha untuk melupakan masa lalu kelam saya dan merubah masa depan saya agar menjadi lebih cerah, bersama Gathan." Ucap Gavin menimpali sambil menatap kearah Ghea.

"Makasih, sudah mau mendengar sepenggal kisah hidup saya. Entah kenapa setelah sedikit bercerita dengan kamu, hati ini terasa lebih lega dan plong. Merasa jika beban yang saya pikul selama ini sudah hilang entah kemana." Ucap Gavin.

"Hehe, santai aja pak. Saya bisa menjadi pendengar sekaligus temen sharing yang baik, jadi bapak nggak usah sungkan-sungkan kalo mau curhat sama saya, anggap aja saya kayak adik sendiri." Balas Ghea dengan ramah, Gavin membalasnya dengan senyuman hangat dan juga anggukan kecil di kepala.

Mereka pun hanyut dalam pikiran masing-masing sambil menikmati perjalanan menuju kediaman Gavin. Sedangkan baby Gathan masih anteng dipangkuan Ghea.

Karna merasa bosan berdiam membisu, Ghea pun membuka ponselnya. Ternyata ponselnya masih dinonaktifkan, sehingga tak mengetahui panggilan telpon dari Satya tadi.

Disana Ghea hanya sibuk geser sana sini, dan scroll atas bawah layar ponselnya.

pluk

Ghea merasa ada sesuatu menimpa bahu kirinya. Dan benar saja saat ia menoleh ke kiri, wajah nya langsung berhadapan dengan wajah Gavin. Pria itu tengah tertidur sambil menyandarkan kepalanya ke bahu kiri miliki Ghea.

Jantung Ghea jadi berdetak tak karuan saat melihat wajah Gavin secara dekat. Tak bisa dipungkiri kalo wajah Gavin memanglah tampan.

Setelah menetralisir detak jantungnya, Ghea menghela nafas. Mau dibangunkan tapi tak tega, karna terlihat jelas dari raut wajah Gavin kalo pria itu sedang kelelahan.

Ghea akhirnya memilih diam dalam posisi tak berkutik seperti itu.

Saat menoleh ke kanan, Ia mendapati wajah polos Gathan tengah tertidur pulas di dadanya. Dan saat menoleh ke kiri , Ghea mendapati Gavin juga tertidur dengan teduh di bahunya.

Situasi macam apa ini? pikir Ghea.

*****

"Tuan kita sudah sampai dirumah." Ucap pak supir memberitahukan. Namun masih tak ada sautan, dari Gavin maupun Ghea.

Sopir itu mengumpulkan keberanian untuk melirik tuannya melalui kaca mobil. Dan yang ia lihat ternyata tuannya tengah tidur dengan pulas sambil memeluk tubuh wanita yang tengah memangku tuan mudanya. Mereka bertiga tidur layaknya sebuah keluarga kecil, saling merangkul satu sama lain. Sang sopir itu jadi tersentuh melihat pemandangan dibelakang itu.

Tok

Tok

Tok

kaca mobil itu diketuk Satya dari luar, pria itu penasaran kenapa dari tadi bossnya tidak turun dari mobil, juga adiknya.

"Iya mas?" Ucap pak supir.

"Pak boss kok nggak turun-turun, ngapain?" tanya Satya.

"Anu tuan ketiduran, tuan muda kecil juga ketiduran, nona yang dibelakang juga ikut tidur mas." Jelas Pak sopir apa adanya dengan suara pelan agar tak menganggu tidur majikannya.

Satya yang mendengar penjelasan sopir itu langsung mengintip melalui pintu pengemudi.

"Hadeuhh, malah pada nemplok ke adek gw, mana kek cicak lagi. Astagfirullah itu boss gw, ntar dipecat mampus gw. Mana uwuuww banget lagi, gw kan iri." batin Satya menggerutu tak jelas.

"Ghe, Ghea bangun woy malah molor. Udah nyampe nih." Panggil Satya pelan sambil menepuk-nepuk pipi adiknya.

Merasa ada yang memanggilnya, Ghea mulai mengumpulkan kesadarannya. Yang ia rasakan sekarang tubuhnya pegal-pegal semua. Setelah agak sadar, Ghea segera membuka matanya lebar-lebar.

"Astagfirullah." pekik Ghea. Ghea menengok ke kanan kemudian beralih ke kiri. Tubuhnya terasa sesak karna dipeluk erat oleh kedua pria beda generasi itu.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!