NovelToon NovelToon

Stay With Me

Bab 1

Hay aku kembali lagi 😁

kali ini aku harap novel ini lebih layak untuk dibaca ya dari yang sebelumnya masih berantakan.

terima kasih untuk yg selalu mendukung aku @arya95 motifasiku baget .

oke selamat membaca 😁😘

aku tunggu like dan komennya

♥️♥️♥️

Luciana Safira Texeira, gadis cantik berusia dua puluh dua tahun. Gadis cantik berambut panjang berwarna coklat kehitaman itu memiliki kulit bersih, sepasang mata berwarna coklat dan bibir tipis yang membuat ia terlihat sempurna.

Bukan hanya paras cantik yang dimiliki oleh gadis Blasteran Prancis-Indonesia ini. Tapi kepintaran yang dimilikinya juga membuat semua orang iri terhadap kesempurnaan dirinya, bagaimana tidak gadis cantik ini mampu meraih beasiswa disalah satu universitas ternama di kota London ini.

Tinggal bersama ayah dan ibu tak membuat Luciana menjadi anak yang manja,  ia tak ingin hanya duduk berdiam diri dan meminta uang untuk keperluannya sehari-hari.

Usia Luciana masih terbilang remaja memang jika harus mencari uang tambahan, karna ke bayakan remaja seusia Luciana lebih senang menikmati masa remajanya dengan bersenang-senang dan menghabiskan waktu untuk berkumpul bermain.

Tidak untuk Luciana gadis cantik ini tak mengenal rasa gengsi, di sela aktifitasnya yang padat dengan mengikuti setiap kelas di. kampus ia juga bekerja paruh waktu  disalah satu restoran.

&&&&&

Matahari mulai menampakan sinarnya, masih sama dengan pagi sebelumnya. Ia tersentak karna membiarkan alarmnya terlalu lama bernyanyi untuk membangunkannya.

Saat hendak menurunkan kaki jenjangnya untuk menyentuh lantai dan jari jemarinya menarik handuk.

Terdengar sayup sayup suara Gina “Ana sarapan sudah siap sayang”.

Luciana bergegas mandi lalu bersiap untuk pergi ke kampus hari ini.

“Ana.. kamu ada kelas pagi kan hari ini” suara Gina dari balik pintu.

“I…iya bunda, ini Ana sudah siap” sambari mengoles lipsglos dibibirnya dan meraih tas serta buku kampus yang akan dibawanya, ia sedikit kelabakan mengigat waktu yang terasa cepat sekali berjalan dan teriakan ibunya yang selalu memanggilnya dari tadi.

Sesampainya dimeja makan, ia langsung menyambar roti selai kacang kesukaanya yang sudah disiapkan Gina.

“Duduk..!” satu kata yang terdengar tegas dan mengerikan, tapi sebenarnya hanya diucapkan dengan santai dan tenang oleh Harry.

“Maaf ayah” senyuman Luciana yang membalas tatapan tajam Harry.

Bibir Luciana masih penuh dengan  roti dan susu dengan cepat Luciana mencuri ciuman dari Gina dan Harry,sebelum menerima amukan kaki Luciana sudah cukup cekatan untuk berlari.

“Ana sudah terlamabat yah.. ana pergi dulu” seru Luciana yang mulai menjauh dan menghilang dari balik pintu.

&&&&

Kelas pertama telah usai.

Luciana keluar dari kelas menuju taman dan duduk dibangku taman dibawah pohon rindang dengan ponsel ditangannya.

Merasa bosan duduk sendiri Luciana mengalihkan pandangan dari ponsel. Lalu bola mata dengan bulu mata lentik itu melihat sosok yang dia sangat sayangi. Siapa lagi jika bukan Alexsandria.

“Alexsa….!!” Suara Luciana mengambil alih separuh udara ditaman.

Lalu ia melambaikan tangan sebagai tanda bahwa suara yang baru saja mengudara adalah dia.

Tapi teriakan Luciana tak juga mendapatkan respon dari Alexsa, Luciana buru-buru meraih tasnya dan berlari kearah alexsa.

Tapi sialnya tanpa sengaja Luciana menabrak sosok tinggi hingga ia hampir terjatuh, jika saja tangan kokoh itu tak memeluknya pasti tubuh mungil itu sudah jatuh tersungkur ditanah.

“Apa kau baik baik saja” Luciana masih terdiam merasakan deru nafas hangat pria tampan yang menerpa wajahnya, sepasang mata biru indah itu menatapnya lekat.

Untuk sementara waktu Luciana membiarkan posisi ini, bahkan ia berharap jika waktu berhenti dan dia masih tetap dengan posisi pria ini menahan tubuhnya.

Karna saat ini Luciana telah terpesona oleh sosok tinggi dengan tubuh yang terlihat kekar, bisa terasa dari tangan kokoh yang mendekap tubuh munggilnya.

“Luciana …!!” suara cempreng itu terdengar sangat familiar ditelinga Luciana, ia mencoba mengabaikan suara cempreng itu tapi lagi lagi suara itu terdengar nyaring sekali ditelinganya.

“Lucianaaaaa…!!” Luciana tersadar suara cempreng itu adalah suara sahabatnya Alexandria. Lalu ia memutar matanya melihat sekeliling dan yang terlihat Alexsa berdiri tepat didepan mereka berdua.

Lucia yang seolah mendapatkan kembali kesadarannya setelah larut dalam lamuan yang terlalu tinggi, lalu ia melepaskan pelukan pria itu secepat kedipan mata dan melihat sekeliling. Bersyukur hanya ada beberapa orang yang ada ditaman.

“Ma…maaf” Luciana menyelipkan rambut didaun telinganya dan membungkuk sedikit lalu menarik pergelangan tangan Alexsa untuk pergi menjauh dari pria yang Luciana yakini bukan mahasiswa dari kampus ini.

Luciana berlari menjauh dengan wajah merah padam. Bisa bisanya ia terjatuh di depan pria asing yang bahkan namanya saja Luciana tak tau.

Alexsa masih bingung dengan sifat sahabatnya, tiba tiba menarik tangannya dan berlari menjauh dari sosok pria tampan itu.

 

@@@@

Aldevano Jhonatan Packer melepaskan jaket yang ia kenakan dan melemparnya secara asal, lalu menjatuhkan tubuhnya di atas kasur berbahan lembut dan empuk ini.

Mengusap wajahnya dengan kasar untuk meredam emosi yang saat ini sedang memuncak, karena suara ponsel sialan ini terus saja berbunyi menganggu ketenanganya.

Jam menunjukan pukul lima pagi, baru saja Vano ingin masuk kealam mimpi untuk  menghilangkan lelahnya.

Tapi ponsel ini seperti alaram konyol yang terus saja berbunyi sebagai penyambut pagi.

Ia lelah! Karena ia baru saja sampai dirumah setelah letih bekerja.

Menjadi salah satu keturunan dari keluarga Packer  bekerja hingga pagi itu adalah sebuah hal yang sangat mustahil, bagaimana tidak keluarga Packer adalah satu keluarga terpandang dinegeri ini.

Ets.. tunggu dulu,  Vano memang menyandar nama Packer tapi tak membuat pria keturun Australia ini menikmati kekayan orang tuanya begitu saja.

Pria tampan dengan potongan rambut undercut ini  lebih suka hidup tanpa bergantung dengan kekayaan orang tuanya. Ia lebih suka hidup mandiri tanpa aturan yang harus dia turuti.

Bebas….!!

Ia lebih suka dengan kehidupan bebas yang tanpa adanya sedikit pun aturan,paksaan dalam setiap hal yang akan ia lakukan.

Bahkan Vano tak sungkan bekerja di salah satu club malam yang terkenal dikota ini, untuk mencukupi hidupnya walau sebenarnya perusahaan keluarga Packer membuka pintu lebar untuk ia masuki. Bukan hanya sekedar masuk tapi Vano akan menjadi penerus mengantikan posisi ayahnya.

Vano bekerja diclub malam sebagai bartender, bartender merupakan orang yang ahli dalam meracik sebuah minuman yang mampu mencipkan daya tarik kepada sipeminum itu sendiri dalam menikmati setiap tetes minuman yang masuk kedalam tenggorokan dan mencipkan rasa nikmat kepada sipeminum.

Dan disinilah dia sekarang, disebuah aparteman bernuansa coklat dengan sofa hitam, berisikan sedikit warna cerah agar ruangan ini terasa nyaman dan terlihat elegan.

Ets… tunggu dulu, kalau kita lihat ini bukan apartemen murahan. Kita lihat saja ini sangat mewah dan tidak mungkin orang yang bekerja hanya diclub malam mampu menempati apartement semewah ini.

Ia begitulah walau Vano masih belum mau meneruskan bisnis dari keluarga Packer, tapi Elizabet ibu Vano tak ingin melihat anak semata wayangnya tinggal disebuah tempat kecil tak layak dihuni serta hidup kekurangan.

Karena itu fasilitas dari keluarga Packer tetap diberikan oleh Elizabet pada putranya.

Vano selalu menolak fasilitas yang diberikan oleh Elizabet padanya, tapi penolakan itu tak pernah dihiraukan oleh Elizabet.

Hingga akhirnya Vano terpaksa menerima semua fasilitas itu, tapi dari semua fasilitas yang diberikan hanya apartement dan sebuah motor Harley Davidson CVO Limited Standard yang digunakan oleh Vano.

Siapa yang tak tau kendaran itu, sebuah sepeda motor yang harganya sangat fantastis seharga hampir tiga miliar lebih, yang dibuat oleh salah satu perusahaan terkenal di Australia milik keluarga Packer.

BAB 2

💗💗💗💗💗💗

Dering ponsel masih menguasai ruangan ini,dengan rasa kesal dan emosi yang memuncak Vano meraih ponselnya.

"Hhmm” guman Vano setelah menggeser tombol hijau di ponselnya dan menaruhnya sembarangan, karena  matanya masih ingin terpejam dengan kantuk yang tak bisa tertahankan.

Tapi ia tetap  menjawab telpon yang tersambung dengan line speaker aktif yang mengganggu tidurnya.

“Sayang” suara manja dan menggelikan yang menusuk telinga Vano.

“Kemana saja kau seharian ini tak memberiku kabar”ucap gadis dari sebrang line telpon dan terdengar sangat familiar ditelinga Vano.

“Aku sibuk” rupanya Vano sudah tak cukup sabar untuk meladeni bayi besar ini, karena rasanya kata gadis dewasa sangat tak cocok untuk di sandang oleh Larry, calon istri Vano.

Larry gadis yang selalu saja menghantui keseharian Vano, dari menelpon setiap hari hingga menghampiri Vano ketempat kerja hanya untuk sekedar bertemu.

Tanpa peduli keadaan sekitar Larry selalu datang dan duduk di bar konter untuk sekedar menyapa dan menggoda Vano.

Tapi sayangnya Vano tak pernah menanggapi kehadiran Larry yang setiap hari mengganggu kesehariannya.

Dan Larry menjadi salah satu alasan mengapa ia memilih hengkang dan tinggal di tempat kecil ini.

Kecil jika dibandingkan dengan hunian keluarga Packer.

Ya rumah megah yang entah berapa luasnya,karna terlalu indah tempat ini hingga lebih pantas disebut Istana.

Seperti keluarga kaya pada umumnya, pernikahan bisnis hal biasa bagi mereka.

Perjodohan bukan lagi masalah besar, bahkan perjodohan hal biasa dilakukan para pengusaha besar di kota ini.

Selain untuk mendapatkan menantu dari kalangan atas, pernikahan bisnis juga dilakukan untuk memperluas bisnis mereka dan meningkatkan saham yang dimiliki.

“Iiihh kok kamu gitu sihh—“ucap manja Larry

“Ribut” Vano langsung mematikan line telpon secara sepihak dan kembali melempar ponselnya dan melanjutkan tidurnya.

Bisa dikatakan Vano sangat benci dengan gadis yang dengan suka rela memberikan dirinya pada seorang pria.

Karna selain Vano tak ada rasa pada Larry, gaya hidup Larry yang benar benar glamor membuat Vano kadang berpikir dua kali untuk menikahi gadis manja ini.Jangankan menikahi untuk melihatnya saja Vano merasa jijik.

Entah kenapa mata Vano seketika tak mau terpejam, pikiran Vano dipenuhi dengan bayang bayang gadis cantik yang menampilkan wajah cantik malu malu saat mereka bertabrakan dan membuat gadis itu hampir terjatuh.

Membayangkannya saja mampu membuat gurat senyum dibibir Vano tercipta, dan mata ini tak mau di ajak berkompromi untuk melanjutkan tidurnya lagi.

 

Sementara  disisi lain, Larry seperti orang yang kerasukan. Wanita itu membuang ponsel itu secara asal ke atas ranjang king size di kamarnya.

Mengacak acak semua barang yang berada tepat di meja rias yang berada tepat di depannya. Hal itu biasa dilakukannya, setiap Vano bersikap cuek dan memberikan penolakan padanya.

Itu dia lakukan sebagai pelampiasan emosinya, itu bukan hal baru bagi Larry dia pasti akan menghancurkan semua barang yang berada dihadapannya saat emosinya benar benar memuncak.

Mungkin di dunia ini, bisa dikatakan tak akan ada yang mampu menolak kecantikan paras dan tubuh sexy yang dimiliki Larry.

Apalagi dengan kekayaan yang dimiliki orang tuanya semakin menambah kesempurnaan dalam dirinya, dan membuat para pria di luaran sana saling berlomba untuk mendapatkan gadis cantik ini.

Tapi hal itu tak berlaku untuk seorang Aldevano Jhonatan Packer, yang selalu berkata ketus dan selalu mencampakkan kehadiran Larry dihadapannya.

Dari tahta hingga paras cantik yang  dimiliki oleh Larry. Jadi atas dasar apa sebenarnya Vano selalu menghindarinya lalu dengan terang terangan Vano menolak perjodohan ini.

Larry menghempaskan tubuhnya keatas ranjang king size yang di dominasi dengan warna dusty pink.

Menatap keatas langit langit seperti memikirkan sesuatu hal yang akan dilakukan.

“Kita lihat saja Aldevano, kau akan ku baut bertekuk lutut di hadapanku. Akan ada saatnya sikap dinginmu akan berubah menjadi rasa sayang dan akan ku buat kau mengemis cinta padaku, jangan pernah sebut namaku jika aku tak bisa melakukan apa yang aku mau sayang”Larry menatap tajam keatas langit langit kamar dengan tersenyum licik.

Larry Aliana Dimitri adalah gadis cantik yang merupakan putri tunggal dari keluarga Dimitri.

Siapa yang tak mengenal keturunan cantik dari keluarga Dimitri ini, putri semata wayang yang selalu dimanjakan oleh Wiliam dan Elena.

Kemanjaan itu yang membaut Larry hidup dengan glamor dan senang menghamburkan uang sesuka hatinya.

Semua hal yang mampu ia miliki dan mampu dia dapatkan dengan mudah.

Apa lagi hanya untuk mendapatkan seorang Vano yang memang akan dinikahkan dengannya.

Yang membuat Larry semakin mudah mendapatkanya, hanya dengan meminta tolong pada ayahnya. Sudah pasti ayahnya tak mampu untuk menolak keinginannya.

Larry meraih handphone yang tadi ia buang secara asal dan mencari nama Ayah dihandphonenya, dan menekan tombol hijau yang menghubungkan sambungan telepon itu.

Tapi sayangnya beberapa kali ia mencoba menghubungi Wiliam, tak kunjung Wiliam menerima telpon dari Larry. Yang membuat Larry  meraih tasnya yang tergantung di samping pintu kamar, dan pergi menemui Wiliam dikantornya.

 

Hati Larry semakin memanas, emosinya semakin memuncak. Berulang kali dia mendapatkan penolakan dari Vano, tapi kali ini emosinya sudah tak bisa tertahankan. Dan ia akan membalaskan semua yang telah Vano lakukan padanya.

Larry tiba digedung pencakar langit, ia langsung melangkahkan kakinya menuju lift yang memang khusus untuk para pemilik saham dan direktur di Dimitri grub ini.

Ting…

Pintu lift terbuka,Larry melangkahkan kakinya seperti bejalan berlenggak lengok seperti berada di atas catwalk.

Banyak mata yang tertuju pada Larry, karna lekuk tubuh dan pakaian sexsinya, yang membuat hampir seluruh isi kantor memperhatikan kedatangnnya.

Bagaimana tidak, dengan pakaian yang super ketat dan mengexpos punggung Larry membuat kata sexy keluar dari bibir disetiap orang yang melihatnya.

Come on gils, siapa yang tidak tau gadis cantik dan sexy ini. Jadi jangan pada iri dengan tubuh dan paras cantik yang Larry miliki. Karna Larry bukan seorang gadis yang suka dengan tingkah sikap sopan santun.

Larry kembali melangkahkan kakinya tanpa peduli dengan tatapan disekitar. Lenggak lenggok langkah kakinya terlihat seperti berjalan dicetwork dengan tanpa peduli keadaan disekitar.

“Apa ayah ada diruangan” tanya Larry pada sekertaris ayahnya.

“Maaf nyonya tuan sedang ada meeting penting, mungkin malam baru selesai” Larry langsung meninggalkan sekretaris ayahnya dan pergi meninggalkan kantor itu.

Rasa kesal dan emosi semakin memuncak pada diri Larry.

Yang membuat Larry memukul stir mobilnya dan mengumpan.

"Sial semua rencanaku berantakan"

Larry menginjak pedal gas yang membuat mobil itu melaju kencang memecah kota London ini.

BAB 3

💗💗💗

Pagi telah tiba, tapi sayangnya matahari masih bersembunyi dibalik awan. Luciana terbangun dari tidurnya, melangkahkan kaki jenjangnya kedekat jendela melihat cuaca mendung diluar sana. Kicauan burung menyambut pagi yang dingin dengan desiran angin yang sedikit kencang membuat cuaca pagi terasa dingin menusuk hingga tulang.

Saat sedang asik menikmati udara pagi dengan kicauan burung yang bernyanyi, terdengar sayup sayup suara Gina yang selalu membangunkan Luciana setiap pagi bak alaram pagi yang selalu berbunyi.

"Ana sayangg ayo bangun hari sudah siang" Luciana melangkahkan kaki jenjangnya untuk bergegas meraih handuk pink yang tergantung disebelah lemari.

Hampir tiga puluh menit Luciana bersiap dan sudah rapi dengan dress putih bunga bunga bertali tipis dengan panjang diatas lutut yang memperlihatkan lekuk tubuhnya, ditambah cardigan merah yang membuat penampilan Lucian terlihat sempurna.

"Pagi ayah, bunda" ucap Luciana menarik kursi dan duduk di samping kanan ayahnya.

"Mau kemana, anak bunda sudah rapi saja jam segini" Gina mengoleskan slai kacang kesukaan Luciana diatas roti tawar.

"Bukannya hari ini kamu libur" ucap Harry yang selalu membaca koran sebelum sarapan pagi.

"Hari ini Ana ingin bertemu dengan teman teman bun yah, sekalian ngerayain ulang tahun Margaret" meraih roti yang berisi slai kacang buatan Gina.

"Asal hati hati jangan ngebut " ucap Gina.

"Siap bos" ucap Luciana yang memberikan senyum manisnya.

"Habiskan makananmu" ucap Harry.

Sederhana tapi bahagia, itulah yang terjadi dikeluarga ini. Perusahan Dimitri baru saja merintis binisnya selama dua tahun terakhir ini. Karna itu keluarga ini masih dipandang rendah oleh beberapa rekan bisnis diluaran sana yang sudah mendunia.

Walau masih terbilang baru, Harry tak pernah menyerah untuk membuat binisnya semakin maju dan berkembang.

Atas kegigihannya ini yang mampu membuat bisnisnya sedikit demi sedikit menjadi semakin maju.

♥️♥️♥️

Sedangkan disisi lain Vano masih asik dengan kasur empuk dan alam mimpinya.

Come on boy ini sudah hampir jam dua belas siang masih asik aja dialam mimpi.

"Aku yakin beruang kutup itu masih ada dialam mimpi" ucap Richard yang menikmati minumannya.

"Aku rasa begitu" Ucap Alvin yang meraih ponselnya dan mencari nama Vano dideretan kontak ponselnya.

"Aaahh tak bisakah orang orang ini tak menggangu tidurku" ucap Vano kesal karna ponsel ini terus saja berbunyi menganggunya.

Vano meraih ponselnya dan menggeser tombol berwarna hijau.

"Hai, beruang kutup apa kau masih berhibernasi" ucap Alvin dari seberang telpon.

"Bisakah kau tak menggangguku pagi hari seperti ini" ucap Vano dengan nada kesal.

"Apa kau tak memiliki jam, matahari bahkan sudah hampir terbenam" ucap Richard yang merampas ponsel Alvin.

"Sial sudah jam dua belas ternyata" guman Vano yang melihat jam di ponselnya.

"Come on boy, apa kau terkena serangan amnesia mendadak" Richard semakin menjadi jadi menggoda Vano.

"Apa maksudmu b*d*h"

"Oohh tidak nampaknya beruang kutub satu ini memang terkena serangan amnesia mendadak" ucap Richard dengan menggunakan line speaker aktif agar Alvin bisa ikut meledek Vano.

"__" taka ada jawaban dari Vano.

" Kami tunggu kau ditempat biasa dalam waktu sepuluh menit, jika tidak kau harus membayar semua waktuku yang terbuang " ucap Alvin dan mematikan sepihak line telpon. Mereka pun tertawa puas karna bisa menggoda Vano.

"Sial kenapa aku bisa lupa jika ada janji dengan dua manusia b*d*h itu" guman Vano yang langsung melangkahkan kakinya menuju kamar mandi.

Sepuluh menit apa mereka bercanda jarak tempat ini dengan Restoran tempat mereka sering berkumpul cukup jauh. Nampaknya mereka memang tak punya otak.

Selang beberpa menit Vano bersiap dan meraih kunci motor yang selalu dikendarainya. Jangan tanyakan lagi berapa kilometer per jam kecepan motor yang dikendarai oleh Vano untuk sampai ditempat itu.

Gara gara ulah dua manusia itu kini Vano harus melajukan motornya dengan kekuatan diatas rata rata.

Hingga hanya beberapa menit ia bisa sampai ditempat itu dan memarkirkan motor kesayngannya.

Jangan tanyakan hampir semua mata para gadis yang berada disana tertuju padanya.

Kaos hitam ketat yang memperlihatkan lekuk tubuh kekarnya ditambah parah tampan mampu menghipnotis para wannita disekitaran dan rasa ingin memilikinya pasti ada disemua benak para wanita.

Saat Vano berjalanan menghampiri Alvin dan Richard ponselnya terus berbunyi.

"Sial, tak bisakah ponsel ini berhenti berbunyi" guman Vano yang meraih ponsel yang berada disakunya.

Brraaakk

"Tak bisakah kau berjalan dengan hati hati tuan" Ucap Luciana yang bajunya sudah basah karna tambahan minuman.

"Maafkan beruang kutub ini nona" ucap Richard sembari mengulurkan selembaran tisu untuk gadis yang berada dihadapannya.

"Apa maksudmu" ucap Vano yang tak terima dengan perkataan Richard barusan.

Beruang kutup ?? kau cari mati boys, bisa saja Vano mematahkan kaki jenjangmu hanya dengan satu sentuhan jarinya.

"Terimakasih" ucap Luciana meraih tisu itu, merasa tisu itu tak cukup untuk membersihkan tumpahan minuman yang mengotori dress cantik yang dikenakannya. Akhirnya gadis itu pergi ke toilet.

"Maaf, kurasa aku harus membersihkan ini" baru saja kakinya melangkah Luciana hampir saja terjatuh karena tumpahan minuman diatas lantai, untung saja tangan kokoh milik seorang lelaki tampan melesat maju hingga gadis itu masuk kedalam pelukan hangatnya.

Waktu terasa berpihak pada mereka berdua, waktu terhenti itu yang mereka rasakan, Tatapan mata saling pandang satu sama lain.

"Pelukan ini sangat terasa sangat nyaman" guman Luciana dalam hati.

"Kenapa jantung ini berdetak sangat kencang" guman Vano yang merasa bingung kenapa jantungnya berdebar tak karuan.

Richard dan Alvin hanya tersenyum melihat sahabatnya yang tak berkedip melihat gadis cantik yang sekarang berada dipelukannya.

"Apa kau akan terus diposisi itu kawan" ucap Alvin yang melipat kedua tangannya, dan memberikan senyuman liciknya.

Vano seketika melepaskan tangan kokohnya dari pinggang munyil Luciana.

"Terimakasih" ucap Luciana dan pergi meninggalkan tiga pria tampan itu dengan wajah merah padam seperti jambu air.

"Nampaknya, beruang kutub satu ini sedang jatuh cinta" ucap Richard yang memberikan senyuman liciknya.

"Apa yang kau katakana" ucap Vano yang menjitak kepala Richard.

♥️♥️♥️

Sedangkan disisi lain Luciana masih sibuk membersihkan noda yang tercipta dibaju yang ia kenakan.

"Aaah jadi basah semua ini baju, haruskah aku pulang hanya untuk mengganti baju" ucap Luciana sambil membersihkan noda bajunya.

Luciana berjalan keluar dari toilet, tapi seketika langkahnya terhenti karna seorang lelaki menyodorkan kotak berbalut pita gold.

"Apa ini" tanya Luciana pada lelaki yang telah menciptakan noda dibajunya.

"Kau buka saja sendiri" ucap Vano datar memberikan kotak itu.

Hai, boy bisakah kau tak secuek itu, wajah datarmu tak menghilangkan ketampananmu.

"Hai tunnggu" teriak Luciana pada Vano, tapi rasanya telinga Vano seketika menjadi tuli dan ia terus berjalan tanpa perduli teriakan Luciana.

Luciana tak mampu menutup mulutnya, melihat isi kotak merah berbalut pita gold itu.

CANTIK hanya kata itu yang keluar dari bibir Luciana.

Dress biru langit berpadu dengan bunga bunga merah putih dan beberapa daun berwarna hijau yang mempercantik dress itu, untuk harga jangan tanyakan lagi dress itu dibuat oleh salah satu perusahaan fasion terkenal dinegeri ini MULER itu nama perusahaan fasion itu.

Siapa yang tak tau keluarga MULER, Alvino Steven Muler itulah nama penerus dari Perusahaan MULER.

Jadi bukan hal yang mudah untuk Vano mendapatkan dress cantik itu secara cuma Cuma dari Alvin,karna memberikan satu buah baju pada sahabatnya yang ceroboh ini tak akan membuatnya kehilangan perusahaan fasionnya yang sudah memiliki cabang di beberapa belahan dunia.

"Ukuran yang pas" guman Luciana setelah memakai dress yang diberikan oleh Vano.

Dan saat Luciana lewat didepan Vano yang sedang berkumpul dengan teman temannya, mata Vano tertuju pada Luciana yang memberikan senyuman manis pada Vano.

"CANTIK" ucapan yang keluar dari bibir Vano yang tanpa disadarinya.

"Hai, dude aku berani taruhan beruang kutub ini tak akan berani mendekati gadis itu" ucap Richard pada Alvin yang sedang menikmati minumannya.

"Aku rasa tidak, ku rasa dalam hitungan detik beruang kutub ini akan menaklukan gadis itu dengan pesonanya" jawab Alvin dengan nada santainya.

"Baiklah, bagaimana jika ku menang aku mendapatkan motor terbarumu itu"

"Baiklah, tapi jika aku yang menang kau siap memberikan mobil sport terbarumu"

"Kenapa kau jadikan aku barang taruhan" ucap Vano kesal kepada kedua sahabatnya yang menjadikan dia sebagai taruhan.

Richard dan Alvin hanya tertawa melihat sahabatnya yang tak henti hentinya memandang ke meja sebelah untuk melihat gadis itu.

Dan tanpa disadari Luciana pun memandangi Vano sesekali.

Hai kalian jika memang suka tak perlu hanya saling pandang langsung saja, bikin gereget saja.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!