Dalam dunia rumah tangga kadang tidak seindah yang kita bayangkan dan juga kadang tak sejalan seperti yang kita harapankan. Setiap perjalanannya pasti menemui kerikil - kerikil tajam yang menghalangi jalan, namun sebenarnya bukan seberapa banyak kerikil yang diharus dihindari untuk mempertahankan sebuah hubungan melainkan seberapa besar kemauan untuk menyingkirkan kerikil - kerikil tajam itu.
Seperti sebuah kisah dalam keluarga Bramantio dan Nadya. Mereka adalah sepasang kekasih yang saling mencintai dan telah menikah atas dasar cinta. Pada masa - masa baru menikah mereka sama seperti pasangan pengantin baru lainnya. sangat mesra dan membuat iri mata yang melihatnya.
Setelah mengarungi bahtera rumah tangga yang hampir enam bulan akhirnya Nadya hamil, dan tentu saja berita ini sangat mengembirakan bagi kedua keluarga besar. Namun rupanya dari sini lah awal terjadinya maslah dalam pernikhannya Nadya dan Bram.
Sejak memasuki kehamilan yang cukup besar Bram semakin sering pulang terlambat bahkan pernah beberapa kali tidak pulang. Sampai hari Naas itu terjadi.
"Pak ... tolong segera siapkan mobil ya, saya mau ke kantornya Mas Bram," ucap Nadya.
"Baik Bu," ucap Pak Mamat yang memang sudah lama bekerja untuk keluarga Nadya.
Nadya sengaja tak mengabari suaminya kalau ia mau datang ke kantor sekalian minta diantarkan cek up kandungan.
Disepanjang perjalanan menuju ke kantor suaminya Nadya tak henti-hentinya tersenyum karena membayangkan suaminya akan terkejut dan senang.
Tak lama mobil pun segera merapat ke halaman loby kantor, dan Nadya pun turun. Semua karyawan menunduk memberi hormat kepada pemilik perusahaan tempat mereka berkerja sekaligus istri dari CEO mereka Pak Bram.
Nadya membalas sapaan setiap karyawan yang ditemuinya, yah Nadya adalah seseorang yang sangat baik, ramah, dan tegas. Meskipun ia punya kedudukan yang tinggi dan harta yang melimpah tak menjadikan seorang Nadya orang yang sombong.
Nadya segera memasuki lip khusus untuk CEO dan tamu - tamu penting, ia segera menuju ke lantai 25 tempat suaminya berada. Dan ...
"Ting ...." suara pintu lip terbuka, Nadya segera keluar dan langsung menuju ruang suaminya meski perutnya yang sudah besar memasuki usia kandungan delapan bulan jalan sembilan bulan.
"Selamat siang Toro, apa Bapak ada?" tanya Nadya.
"Ada Bu, tapi ...." Belum selesai Toro bicara, Nadya segera berlalu dan masuk keruangan suaminya.
"Haduhhh mati gue, tamat riwayat gue," ucap Toro Kalut.
Nadya melihat ruangan suaminya kosong, dan ia berjalan menuju meja suaminya dan ia mendengar suara yang sangat tak pantas untuk didengar.
"Ahhh lagi Mas lebih cepat kamu hebat Mas," ucap seseorang didalam kamar istirahat diruangan suaminya.
"Oh ... kamu masih sempit Yan." Itu suara suaminya.
Hati Nadya sangat hancur berkeping - keping, meski begitu ia memberanikan diri untuk membuka pintu itu yang memang dia punya kunci serepnya.
"Klek," suara pintu terbuka namun kedua orang yang sedang memadu kasih itu tak mendengarnya.
Air mata Nadya sudah berlinang namun dengan kasar ia menyekanya seolah ia tegar dan tak menagis. Nadya duduk disofa didekat ranjang itu ia menyaksinya semuanya sampai mereka selesai. Saat sedang asyik berciuman setelah memadu kasih itu, Bram segera tersadar dan seperti tersambar petir disiang hari, ketika ia melihat istri sahnya yang sangat ia cintai duduk santai disofa.
"Sayang ... maafkan aku ... aku hilaf ... aku merindukannmu tapi karena dokter melarang kita untuk berhubungan beberapa minggu ini membuat aku tersiksa ... maafkan aku ... ." ucap Bram menyembah dikaki Nadya hanya dengan balutan selimut.
Sedangkan yang perempuam adalah Yani pegawai resepsionis dikantor mereka karena sudah tertangkap basah ia dengan senang hati jujur pada Nadya.
"Maafkan saya Nyonya, saya memang sudah lama jatuh cinta pada Pak Bram, dan kami sudah sering melakukan ini" ucap Yani tersenyum sinis merasa diatas angin, dia tidak tahu bahwa pemilik perusahaan ini adalah Nadya bukan Bram.
Nadya sudah tak bisa berkata - kata ia hanya memandang tajam pada suaminya dan Yani yang akan segera menjadi mantan suami dan mantan karyawannya.
Nadya berjalan keluar dengan tubuh yang lemas dan hampir terjatuh, beruntung ada Toro yang sigap menangkapnya. Sebenarnya Toro sangat kasihan melihat Bu Nadya namun ia tak berani untuk memberitahu kebusukan suaminya.
"Biar saya antarkan Bu," ucap Toro menawarkan diri.
"Tidak usah Toro, dan tolong tutup masalah ini dari siapapun termasuk media. Mereka adalah mantan suamiku dan mantan karyawanku mulai detik ini," ucap Nadya bergetar.
Nadya segera turun dan menuju loby namun tiba - tiba perutnya sangat sakit, dan ia mulai mengeluarkan banyak darah. Nadya terkulai lemas dan pinsan. Dengan sigap Semua pegawai yang ada dibawa berusaha memberikan pertolongan terbaik untuk menyelamatkan istri bos mereka.
Nadya telah dibawa kerumah sakit dan ia pun rupanya akan segera melahirkan. Hari kelahiran putrinya seharusnya menjadi hari yang sangat membahagiakan bagi Nadya tapi justru sebaliknya ia akan mengenang hari ini sebagai hari terburuk dalam hidupnya.
Nadya melahirkan seorang putri yang sangat cantik, buah cintanya bersama Bram. Sejak kejadian itu Bram tidak diperbolehkan lagi untuk menginjakkan kaki dikediaman mereka. Meski Bram berulang kali berusaha untuk memohon maaf dari Nadya, namun tak pernah berhasil.
Meskipun terlihat kejam Nadya masih berbaik hati memberikan sebuah apartemen untuk Bram dan sebuah perusahaan kecil milik Nadya untuk Bram kelola. Karena Nadya tahu Bram tidak punya apa-apa, ia membawa Bram dari sebuah desa yang kecil dan mereka saling jatuh cinta.
Namun sekarang tinggal kenangan bagi Nadya meski ia sangat mencintai Bram yang sekarang mantan suaminya bagi Nadya.
Putri kecil Nadya diberi nama Fatimah Ananbra. Dimana Ananbra adalah singkatan anak Nadya dan Bram, hanya itu cara Nadya untuk terus mencintai mantan suaminya itu.
Fatimah putrinya biasa dipanggil Fatim, karena tumbuh tanpa sosok Ayah memaksa Fatim bersifat tomboy karena ia ingin menjadi anak sekaligus lelaki bagi Ibu yang sangat dicintainya. Sifat suka menolong dan tidak sombong Fatim menurun dari Ibunya, dan sifat suka hal -hal yang menantang atau jiwa petualang diwarisi dari Ayahnya.
Fatim sedari sekolah Taman Kanak - kanak sudah terlihat tomboy, meski ia tak suka potongan rambut pendek. Rambut Fatim sangat lebat dan hitam ia suka dikepang dua, saat pertama melihatnya pasti orang - orang akan mengira ia gadis manis yang sangat feminim.
Fatim kerap kali berkelahi dengan anak laki - laki yang suka menganggu temannya. Tak jarang Nadya dipanggil kesekolah dan harus bertanggung jawab terhadap anak yang berkelahi dengan Fatim dan mereka terluka.
Sekarang Fatim kecil sudah beranjak remaja ia tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik, rambut yang tetap tebal, hitam, dan panjang. Kini ia sudah mulai bersekolah di SMA unggulan di kotanya. Dan ini adalah hari sekolah pertamanya.
"Tok ... tok ... Fatim ... bangun sayang, ini kan hari pertamamu sekolah," ucap Nadya lembut.
"Krik ... krik ... krikkk." Sepi tak ada jawaban.
Nadya sengaja ingin membuat Fatim terkejut dan segera bangun agar ia tak telat, makanya ia sengaja berteriak keras - keras.
"Ya Tuhan rupanya sekarang sudah jam 8 dan aku telat ke kantor." teriak Nadya histeris.
Dengan cepat Fatim melompat dari tempat tidurnya dan bergegas kekamar mandi hanya menggosok gigi saja dan cuci muka saja habis itu langsung ganti baju, rambut diikat asal, pakai sepatu dan menyambar tas segera berlari menuju pintu keluar. Dan dipintu luar Mamanya sudah menunggu untuk menghentikan anak gadisnya.
Dan semua pembantu mereka sudah hafal dengan kelakuan ibu dan anak itu setiap pagi dan setiap hari, mereka sudah meyaksikan drama ini sejak non Fatim kecil.
"Awasss Maa Fatim lewattt telattttt." Berlari dengan tergesa-gesa dari kamarnya.
"Stop ... stop ...." ucap Nadya.
"Plis Ma Fatim udah telat nih," ucap Fatim memohon.
"Sarapan dulu, dan biarkan Mama merapikan rambutmu," ucap Nadya.
"Tapi Ma ...." ucap Fatim terputus.
Nadya segera menyodorkan jam yang memang sudah disiapkannya.
"Mamaaa!" teriak Fatim kesal karena merasa tertipu.
Nadya hanya tersenyum sambil menarik tangan gadis kesayangannya menuju meja makan. Fatim menikmati sarapannya dengan santai dan Nadya mengepang rambut putrinya dengan rapi.
"Sayang kamu mau berangkat diantar Pak Mamat atau sendiri?" tanya Nadya lembut.
"Sendiri aja Ma, nanti dikira Fatim anak orang kaya lagi main anter segala," ucap Fatim.
"Ma ... Fatim naik motor ninja itu ya pleassss!" Rayu Fatim.
"Hmmm tapi nggak pake ngebut, dihari pertama dan please jangan buat masalah oke!" ucap Nadya sambil menatap putrinya memohon.
"Inshaa Allah, janji Ma." ucap Fatim mengacung dua jarinya.
Dan Fatim pun segera memacu kendaraannya menuju sekolah barunya lengkap dengan jaket kulit plus helm kesayangannya.
Setelah sampai ditempat parkir Fatim segera markirkan motornya dan berdiri tepat didepan gerbang sekolahnya. Well come to Our Second Home ( selamat datang dirumah kedua kita).Tulisan itu terpampang sangat besar dipintu masuk sekolahnya.
"Yap semoga betah dan tak bermasalah," ucap Fatim melangkah masuk menuju sekolah barunya.
Thanks for reading 😍
Mohon like, komen, and votenya untuk karya keduaku. 😍
Semoga readers loversku sehat dan bahagia selalu, aamiin.
Salam Manis,
🤗
Author
Sambil menunggu novelku yang ini UP, baca juga novelku yang lain serta novel author lainnya yang tak kalah seru.
SMA UNGGULAN ....
Fatim berjalan perlahan sambil melihat ke kiri dan ke kanan memperhatikan pemandangan sekolah barunya, dan menurut pengamatannya lingkungan sekolah barunya sangat nyaman. Dan ia sangat berharap suasana kelasnya nanti juga nyaman.
Sedang asyik berjalan karena pandangnnya tak fokus membuat Fatim menabrak seseorang yang berdiri tegak didepannya.
"Loe nggak punya mata, segede gini
badan gue loe tabrak," ucap seseorang yang berbadan tegap dan tinggi berdiri tepat didepan Fatim.
"Eh ... iya ... maaf gue nggak liat loe soalnya gue asyik menikmati pemandangan sekolah ini sangat asri," ucap Fatim sedikit merasa. bersalah.
"Ya ... kali ini gue maafin loe secara kayaknya loe anak baru ya," ucapnya.
"Iya ... gue baru masuk kelas 10," ucap Fatim mantap.
"Itu artinya loe harus hormat pada gue secara gue adalah kakak kelas loe," ucapnya dengan wajah sedikit tersenyum nggak ikhlas.
"Oke," ucap Fatim sambil mengambil sikap hormat seperti hormat pada bendera.
"Woi loe kira gue bendera apa, pakai sikap hormat segala," ucap Rangga kesal.
Fatim yang memang usil tak sedikitpun merasa bersalah.
"Loh bukannya tadi loe yang nyuruh gue hormat pada loe, pas dihormatin malah nyalahin bendera, plis deh capek gue, permisi," ucap Fatim segera berlalu.
Gila tu anak berani bener ngelawan gue, apa dia nggak tahu kalau gue ketosnya disini, untung aja cakep tu muke kalau nggak dah gue marahin habis-habisan, rutuk rangga dalam hati.
Ranga tersenyam-senyum sendiri, dia merasa dapat manggsa baru yang menantang.
*****
Kantin....
Rangga masuk ke kantin karena pagi ini ia belum sempat sarapan dirumah karena tidak ingin datang terlambat di hari pertama penerimaan murid baru disekolahnya.
Sambil menikmati makannya ia tersenyum sendiri dan sahabat - sahabat pengurus osis yang lain menatap heran padanya.
"Tos ... loe kesambet ya," tanya Dimas.
"Apaan sih loe masak gue loe bilang kesambet, buktinya mana," sewot Rangga.
"Habisnya loe dari tadi senyam-senyum sendiri, gimana nggak gue bilang kesambet coba?" tanya Dimas membela diri
"Gue abis ketemu bidadari galak turun didepan gerbang," Rangga tersenyum manis mengingat wajah Fatim yang memang sangat cantik, mulus, dan kinclong.
Tiba-tiba suara bel panjang berbunyi.
"Tettttttt." Mendengar suara bel berbunyi maka semua anak berbaris rapi dihalaman sekolah yang luas dan cukup asri.
Setelah semua anak berbaris kepala sekolah memberikan sambutan kepada semuanya terutama anak - anak yang baru bergabung di SMA Unggulan.
"Assalamualaikum wr. wb. welcome untuk anak-anakku yang baru datang di SMA Unggulan. Selama seminggu kedepan kalian akan mengikuti MOS, dan bapak sangat memgharapkan acara MOS nanti akan berjalan dengan baik dan tidak ada unsur kekerasan yang akan merugikan pihak sekolah ataupun diri kalian sendiri. Dan untuk acara selanjutnya nanti akan bapak serahkan pada pengurus osis. Bapak rasa demikian saja sambutan dari bapak, dan semoga kalian berkenan dan bangga nantinya dapat menjadi bagian dari sekolah Unggulan ini, wasaalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh," ucap kepala sekolah mengakhiri sambutannya.
Setelah sambutan bapak kepala sekolah sekarang acara beralih ke pengurus osis dan semua pengurus osis yang tergabung dalam panitia MOS sudah berdiri didepan barisan anak - anak baru.
"Perhatian adek-adek semua kita akan memulai acara MOS kita pada pagi hari ini," ucap ketos.
Semua peserta cewek sudah sangat heboh pasalnya yang memberi sambutan adalah salah seorang Raja ketampanan disekolah Unggulan. Dan lagi yang membuatnya tambah keren dia adalah ketua OSIS alias Ketos.
Dari sekian banyak peserta cewek hanya Fatim yang tampak gusar pasalnya dia merasa sedikit sial karena pagi-pagi dia sudah memarahi seseorang dan celakanya lagi itu adalah sang Ketos pujaan gadis - gadis.
Ya Allah apes benar nasib gue ternyata yang tadi gue marahin itu si Ketos, abis gue tamat riwayat hidup gue, batin Fatim.
Dan sekarang mereka sudah dibagi dalam beberapa kelompok, Fatim tergabung dalam kelompok B. Karena memang wajah Fatim yang sangat cantik dan ditambah penampilannya yang terkesan anggun membuat Fatim sangat berbeda dari teman - teman barunya, dan ini membuat panitia OSIS yang cowok berebutan untuk mendekati Fatim dan membuat kakak - kakak yang perempuan merasa gerah.
"Tos ... loe liat nggak bidadari dikelompok B, gile bener-bener bening tuh anak, gue mau jadiin dia pacar ah," ucap Dimas.
Rangga tersenyum sinis melihat Dimas," kita lihat aja loe atau gue yang dia pilih ... he ... he .... ," Rangga segera berlalu meninggalkan Dimas menuju panitia yang lain.
"Aduhhh alamat patah hati sebelum waktunya gue kalau saingan ama Ketos mah," ucap Dimas sedikit frustasi.
"Baiklah adik-adik semua kita sudah bagi kelompok menjadi 6 dimana 3 kelompok cowok dan 3 kelompok cewek, dan masing - masing harus mememiliki kakak pembina," ucap Rangga selaku Ketos.
"Selanjutnya kita akan memilih 6 orang untuk menjadi pembina setiap kelompok, dengan cabut lot supaya tidak ada manipulasi," ucap Rangga tegas.
Akhirnya cabut lot pemilihan Pembina pendamping kelompok pun dimulai.
"Silahkan kelompok A ambil satu kertas dan sebutkan nama pembinannya," ucap Siska pengurus OSIS yang sangat cantik dan seksi menurut kacamata Fatim.
Pemimpin kelompok A maju dan mengambil sebuah kertas.
"Dimas."
Semua bertepuk tangan karena Dimas pun tak kalah tampan dari Rangga. Dengan lemas Dimas terpaksa berdiri didepan kelompok A.
"Selanjutnya kelompok B."
Perwakilan kelompok B maju dan mengambil kertas.
"Rangga."
Dengan bangga Rangga maju kedepan kelompok B, dan matanya menatap lekat ke mata Fatim.
"Aduhhh mati gue ... mati ... kenapa harus Ketos itu sih, dasar nasib gue apes banget," rutuk Fatim kesal hampir tak terdengar siapa pun.
Dan Rangga tersenyum jahat penuh kemenangan.
"Kelompok C Siska."
"Kelompok D Dina."
"Kelompok E Ali."
"kelompok F Wilson."
"Mulai hari ini semua kegiatan kalian diatur oleh pembina kelompok masing-masing dan nanti dihari ke enam baru kita gabung bersama lagi," ucap Siska.
Kelompok B sudah diambil alih oleh Rangga dan tempat pertama yang Rangga kenalkan adalah ruang OSIS dan semua kegiatan yang dilakukan oleh OSIS. Semua anak terlihat sangat bersemangat karena Rangga yang memimpin mereka langsung dan Fatim terlihat lesu karena ia memang sedari dulu kurang menyukai metode ceramah. Dan ia terlihat ogah-ogahan sampai ia terkejut saat Rangga memanggilnya.
"Hei ... kamu...."
Fatim ikut menoleh kekiri dan kekanan mencari siapa yang Rangga panggil.
"Yah kamu ... apa ada lagi orang dibelakangmu?"
Dasar kutu kupret kenapa resek banget sih nih Ketos gue tonjok baru tau rasa geram Fatim dalam hati.
"Kenapa masih diam? Ayo kamu kedepan!"
Dengan berat hati Fatim melangkah dan kedepan, dan banyak yang merasa Fatim beruntung bisa berada dekat Ketos pujaan mereka, sedangkan bagi Fatim ini bencana bukan keberuntungan.
"Ayo perkenalkan namamu, alamat, no hp, sekolah asal loe."
Ya Tuhan nih orang udah kayak intel saja main tanya alamat sama nope aku lagi, awas saja kalau selesai acara gue bejek tu Ketos batin Fatim.
"Nama gue Fatimah Ananbra, alamat rumah gue di jalan Sudirman 2, dan sekolah asal ku SMP Kencana."
"No Hp loe?"
"Gue nggak punya Hp," ucap Fatim berbohong.
Fatim langsung kembali Kebarisannya.
"Eh ... siapa yang nyuruh loe balik ke barisan karena loe melanggar aturan, loe dapat hukuman yaitu membersihkan ruangan Ini," ucap Rangga tersenyum penuh makna.
"Whaattttt!"
"Nggak ada protes kalau protes ditambah bersihin WC, mau?!!"
"Ogah." jawab Fatim kesal.
"Yang lain silahkan lanjutkan menuju lapangan basket," ucap Rangga.
"Lah gue masak ditinggal sendiri nih kak," ucap Fatim kesal.
"Yah ... nanti gue yang temenin kalau yang lain sudah beristirahat," ucap Rangga berjalan meninggalkan Fatim yang melonggo tak percaya.
Dasar Ketos mentang - mentang tadi pagi gue marahin apa dia mau balas dendam ke gue, awas saja ya gue bukan cewek yang dapat loe tindas, batin Fatim sambil menyeringai .
Bersambung ....
Love you readers lover 😍
Maaf ya kalau masih banyak typo karena author baru belajar.
Sambil nunggu UP baca juga karyaku Nyanyian Takdir Aisyah ya. dan novel apik author lainnya.
Ruang Osis ....
Wajah Fatim sangat kesal karena harus membersihkan ruang Osis yang besar dan luar sendirian. Tapi bukan Fatim namanya kalau ia mudah menyerah, tak ada kata menyerah dalam kamus hidupnya. Fatim memulai perkerjaannya dengan bersenandung seolah yang dia kerjakan bukan hukuman, sebenarnya ia sedang berusaha menikmati hukumannya dengan sabar dan ikhlas.
Suara Fatim sangat merdu ia tak menyadari jika sang Ketos sudah sedari tadi memperhatikkannya.
Nih anak tahu apa nggak ya kalau ia sedang dihukum, kok kayaknya menikmati sekali seperti tak ada beban, dan aku baru kali ini nemu makhluk cewek yang sangat aneh, aku makin penasaran sama nih anak, batin Rangga.
Saat sedang asyik menyapu tiba - tiba ada yang menyentuh pundaknya, dan Fatim secara reflek lansung memegang dan menangkap tangan tersebut dan ....
"Bammmmm" suara tubuh seseorang telah terbanting dilantai.
"Akhhhhh sakittttt tahu" ucap Rangga meringis menahan sakit.
Fatim sangat terkejut kalau yang ia banting kelantai adalah sang Ketos.
Ya Tuhan ... habislah aku ... mengapa harus dia lagi sih, apa sebegitu senangnya aku cari masalah sama si ketos ini, tamatlah riwayatku tolong aku Tuhannn. batin Fatim.
"Maaf kak aku nggak sengaja, reflek saja soalnya, maaf ... sekali ... lagi
maaf," ucap Fatim merasa bersalah.
"Bisanya cuma ngomong maaf doang apa, bantu in gue bangun napa," sunggut Rangga kesal, ia tak menyangka akan berakhir terbanting dilantai. Tadi khayalannya saat dikagetkan Fatim akan terkejut dan jatuh dalam pelukkannya. Namun kenyataannya sangat jauh dari ekspektasinya.
Dengan gesit Fatim mengulurkan tangannya untuk membantu Rangga bangkit dari atas lantai, namun saat sedang menarik Rangga tiba-tiba ponselnya berdering dan segera Fatim mengangkatnya, ia lupa kalau tangganya sedang memegang seseorang yang akhirnya.
"Buckhhh." suara seseorang terjatuh. Dan ....
"Akhhhhh." erang Rangga.
Segera Fatim menoleh dan menepuk keningnya tanda ia lupa kalau sedang menolong seseorang yang karena dilepaskannya sekarang terjatuh kembali dilantai dan tak bergerak.
Fatim segera berlari menghampiri sang Ketos. Fatim menjadi sedikit panik masak hanya jatuh sebegitu aja langsung pingsan, rasanya nggak mungkin. Pasti ini hanya akal-akalan Ketosnya saja.
Rasa in loe emang enak gue kerja in, semoga gue dapat nafas buatan dari loe he ... he, batin Rangga.
Fatim semakin yakin setelah memeriksa nafas Ketosnya kalau ia hanya pura-pura.
Loe pikir bisa apa ngerja in gue, tunggu aja. gue akan ngerja in loe balik.
Fatim segera mengguncang-guncangkan tubuh sang Ketos, agar ia yakin kalau Fatim merasa bersalah dan panik. Fatim keluar ruangan dan kebetulan bertemu Dimas.
"Kak ... kak ... boleh minta tolong," ucap Fatim pura-pura berekspresi panik.
Dimas yang melihat kesempatan emas ini tentu tak menyianyiakannya.
Tumben si Ketos lenggah begini terhadap mangsanya, pikir Dimas.
"Eh iya ada apa dek, apa yang bisa kakak bantu," tanya Dimas lembut.
"Itu kak didalam ada yang butuh nafas buatan," ucap Fatim seperti orang panik beneran.
Wah kebetulan banget nih, pucuk dicinta ulam pun tiba, batin Dimas.
"Ayo kita harus segera membantunya," ucap Dimas berlari kedalam ruangan Osis mengikuti Fatim, saat sampai diruang Osis Dimas sangat kaget melihat siapa yang sedang butuh nafas buatan.
Kenapa Ketos jadi pingsan gini ya, kok gue jadi curiga gitu, batin Dimas.
Meskipun merasa tidak yakin akhirnya Dimas tetap mau membantu Fatim. Dimas segera mengambil tindakan, saat mulut Dimas sudah monyong untuk memberi nafas buatan semakin dekat ke mulut Ketos ...
Kenapa bau nya si Fatim kok mirip baunya Dimas si resek ya,batin Rangga.
Dan saat Rangga membuka mata ternyata yang ada didepan mukanya benar-benar Dimas. Rangga pun dengan segera berteriak dan mendorong tubuh Dimas hingga terpelanting kebelakang.
" Aaaaaaaaaaa," teriak Rangga.
" Buckhhh." Tubuh Dimas pun terpelanting.
"Mau ngapain loe hah?" tanya Rangga.
"Loe mau menodai kesucian bibir gue." Menutup mulutnya dengan tangan.
" Busettt, sakit dodol," maki Dimas.
"Gue mau nolongin loe lah, masak gue jeruk makan jeruk, nggak banget," ucap Dimas kesal, karena posisi jatuh yang tidak siap membuat badannya sakit.
"Siapa suruh loe pakai acara pur .... ," ucapan Dimas terputus karena dengan cepat Rangga membekap mulut Dimas.
"Mulut loe bisa diem nggak, gue nggak mau Fatim sampai tahu kalau gue cuma pura-pura *****," ucap Rangga kesal.
Dimas tersenyum menyeringgai merasa Ketosnya termakan umpannya sendiri. Fatim yang menyaksikan merasa perutnya sakit karena menahan tawa dan matanya sampai mengeluarkan air. Namun Fatim masih menjalankan perannya dengan pura - pura bodoh. Fatim pun mendekati keduanya.
"Wah kakak hebat sekarang Ketos udah siuman, terima kasih banyak ya kak, aku sampai panik gitu tadi." Seringai Fatim penuh kemenangan.
"Sekarang loe boleh pergi gabung sama anak-anak yang lain di lapangan basket," ucap Rangga kesal.
"Terima kasih kak." Fatim segera berlari keluar ruangan Osis dan barulah ia dapat menyalurkan hasratnya untuk tertawa lepas.
"Ha ... ha ... ha ... dikiranya gue nggak faham apa soal beginian, rasa in senjata makan tuanya," ucap Fatim dan segera menuju lapangan basket.
Sampai disana semua anak-anak kelas 10 sudah berkumpul untuk mendengarkan arahan berikutnya. Fatim segera membaur ke kelompoknya.
"Heii loe dari mana sih? Sedari dihukum Ketos loe baru nonggol sekarang," ucap Yati teman satu regu Fatim.
"Gue ya didalam ruangan Osis itu lah bersih-bersih," jawab Fatim sekenanya.
"Kenalin nama gue Yati dan loe?"
"Gue Fatim, loe masih belum inget tadi pagi gara-gara kenalan juga gue kena hukuman." Fatim tersenyum.
"Eh iya ya kok gue sampai lup gitu, maaf ya," ucap Yati Tulus.
"Nggak apa-apa, santai aja lagi," ucap Fatim menepuk pundak Yati.
Sejak hari itu Fatim dan Yati menjadi sahabat. Acara Mos berakhir untuk hari ini dan Mereka dapat beristirahat sebelum mengikuti acara bakti sosial sekolah mereka yang rutin diadakan setiap tahunnya dan bertepatan dengan acara MOS ini.
"Fatim kita ke kantin yuk, laper banget nih perut gue," ucap Yati.
"Boleh, yuk cabutttt."
"Loe main cabut aja kayak ayah gue ngabutin singkong," ucap Yati seperti kebinggungan.
"Udah ah nggak usah dibahas, yuk!" Menarik tangan Yati.
Kedua cewek bening itu pun pergi menuju kantin. Suasana kantin sangat ramai karena memang waktunya istirahat. Banyak kakak - kakak kelas yang makan disana.
Fatim dan Yati menempati tempat yang sangat strategis yaitu dipojokan ujung karena langsung menghadap ke taman sekolah yang indah. Sambil menunggu pesannya Fatim dan Yati asyik bercengkrama, ya mereka cepat akrab karena Fatim memanh tipe yang supel.
Tiba-tiba ....
"Heh ... minggir nggak kalian berdua, ini meja langganan kita dan ngga ada yang berani duduk disini selain kita," ucap gadis berkuncir satu dengan roknya yang minim lebih mirip artis mau konser dari pada anak sekolah, bila dilihat dari gaya penampilannya sepertinya dia orang kaya, dia adalah Gladis sang primadona kece nan seksi disekolah mereka.
Fatim dan Yati menatap tak percaya ternyata kejadian seperti ini bukan hanya terjadi disinetron atau komik dan juga novel saja melainkan didunia nyata juga ada, seperti yang mereka alami saat ini.
Tadinya Fatim ingin bermain-main dengan Gladis, namun tiba-tiba ia teringat pesan ibunya untuk tak membuat masalah disekolah. Akhirnya Mereka berdua mengalah dan lebih memilih damai hari ini namun tidak untuk hari esok.
Bersambung.....
Terimakasih sudah membaca.
Sambil menunggu novelku yang ini terbit, baca juga yuk novel ku Nyanyian Takdir Aisyah.
Dan Novel Author lain yang tak kalah menarik :
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!