"Ziaaa! Bangun sudah siang!" Teriak Bu Nurul dari dapur yang tengah memasak.
Mendengar suara ibunya yang nyaring Zia pun tergeragap dari tidur nya. Dilihat nya jam yang tergantung di seberang tempat tidurnya menunjukan pukul 05.00 WIB. Akhirnya dia pun segera bangun menuju kamar mandi dan mencuci muka.
Seperti biasa, Fauzia atau akrab dipanggil Zia ini akan membantu ibunya terlebih dahulu untuk menyiapkan sarapan dan membereskan rumah. Jika masih ada waktu dia akan sempatkan untuk menyapu halaman depan juga. Setelah itu baru dia akan mandi dan bersiap untuk berangkat sekolah.
"ada kegiatan apa kamu pakai baju itu, bukan nya ini udah hari tenang?" Tanya Bu Nurul saat melihat anak perempuannya telah siap dengan seragam PDL-nya.
"iya hari tenang buat yang gak dapet tugas, kalau aku dan timku kan istimewa di saat yang lainnya santai-santai kita kerja rodi" jawab Zia sekenanya.
"emang ada kegiatan apa?" tanya Bu Nurul lagi.
"pembekalan kelas XI sebelum berangkat PKL, yaudah ya bu, aku berangkat dulu nanti keburu telat soalnya mau breefing dulu sama tim, assalamu'alaikum" Zia pun mencium punggung tangan ibu nya dengan takdzim dan ngacir menggunkana sepeda motor berangkat sekolah.
"dasar itu anak, setiap disuruh sarapan pasti langsung kabur" gerutu Bu Nurul.
¤¤¤
Tak butuh waktu lama, hanya 10 menit perjalanan menggunakan sepeda motor Zia telah sampai di halaman sekolah. Sesuai peraturan yang berlaku di sekolahnya. Setiap siswa yang mengendarai sepeda motor harus turun dan menuntun motornya saat memasuki gerbang menuju parkiran. Itung-itung olahraga pagi sebelum ikut pelajaran.
"Zia, tungguin woy" teriakan yang udah gak asing lagi di telinga Zia. Dia pun segera berhenti dan menunggu pemilik suara semerdu kaleng kerupuk tersebut menghampirinya.
"bisa gak sih kamu gak teriak-teriak gitu, malu tahu dilihat kakak kelas, kayak di hutan aja" gerutunya saat pemilik suara itu telah mensejajarkan jalannya dengan Zia.
"ya maaf kelepasan, lagian kamu dipanggil-panggil gak berhenti" jawab gadis tersebut, yang tak lain adalah Titis teman satu ekstra nya.
"masak?" Zia pun memarkirkan motornya di bawah pohon agar terlindung dari panas.
"air" sahut Titis.
"terserah, langsung ke UKS aja ya nunggu yang lain"
"ok, let's go"
Mereka berdua pun segera menuju ruang UKS yang berada di dekat lapangan upacara. Ternyata disana sudah cukup ramai dengan beberapa anggota PMR seangkatannya dan juga kakak kelas. Karena ruang UKS bersebelahan dengan ruang OSIS maka suasana semakin ramai. Tak ketinggalan anak-anak paskibra yang terlihat sibuk di lapangan tengah menyiapkan perlengkapan upacara pembukaan kegiatan ini.
Setelah breefing pembagian tugas selesai. Semua anggota PMR berpencar menuju tempat tugas masing-masing. Tak lama kemudian siswa kelas XI masuk ke lapangan upacara untuk membentuk barisan sesuai kelas dan jurusan masing-masing. Disusul anggota OSIS yang membantu mereka dan anggota paskibra yang bertugas untuk upacara pembukaan.
Kedisiplinan yang ditanam sejak awal masuk SMK Pelita selalu diterapkan dengan baik oleh setiap siswa. Dilihat dari kesiapan mereka saat akan upacara, 5 menit sebelum upacara dimulai mereka telah siap membentuk barisan. Dan saat bel berbunyi upacara pun bisa langsung dimulai.
¤¤¤
Upacara pembukaan telah usai dari beberapa menit yang lalu. Saat ini kegiatan diambil alih oleh Ndanramil langsung dan dibantu juga oleh dua tentara. Anggota OSIS dan Paskibra hanya memantau dan sedikit membantu kerja petugas dari koramil. Sedangkan anggota PMR melihat dari kejauhan dan antisipasi kalau-kalau ada yang pingsan atau pura-pura pingsan tepatnya.
Cuaca hari ini cukup terik, banyak siswi yang 'pingsan'. Bahkan tim kesehatan sampai kualahan. Sedangkan OSIS dan Paskibra apalagi hanya bisa teriak tak sedikitpun ingin membantu.
"bisa kali, gak usah teriak langsung angkat kesini, gak liat apa ini juga lagi kualahan" gerutu kak Tia.
"enak banget tinggal teriak-teriak kita juga bisa keles" kak Devi mulai panas juga terus di teriaki oleh OSIS dan paskibra. "enak ya jadi mereka, tinggal teriak tapi selalu dapet yang sepesial, nah kita?" imbuh kak Seno.
"dapet sepesial juga kali kak Sen, snack cap l*ng" sahut Titis.
"yang kayak ada pedas-pedas semriwingnya gitu" Zia yang mendengar keluhan anggota PMR pun ikut menimpali menirukan logat sebuah iklan air mineral. Akhirnya mereka yang awalnya kesal melihat anggota OSIS yang sok itu pun tertawa terbahak.
"udah-udah, jangan ketawa terus. Nanti kering tuh gigi, udah di pelototin tuh sama ketos pengganti sampai matanya mau loncat" kak Fina pun memperingatkan anggotanya tersebut.
"siap komandan" jawab mereka serempak sambil memberikan hormat dan bubar menuju spot mereka masing-masing.
Saat Zia tengah memperhatikan kelas XI yang sedang mengikuti kegiatan. Tiba-tiba ada sebuah tangan yang menepuk pundaknya. Dan ada wangi maskulin yang diterpa angin mampir di indera penciumannya.
"serius banget lihatnya, sampai tak berkedip" sebuah suara bass mampir ditelinga nya. Membuat Zia langsung menoleh kesumber suara.
"e-enggak, biasa aja" jawab nya sedikit gugub. "astaga, mimpi apa semalam aku bisa disapa doi, ngebayangin aja gak pernah" batinnya.
Pria tersebut hanya tersenyum dalam diam membuat Zia mengernyit heran. Apa coba maksudnya tadi menyapa seperti itu lalu diam seribu bahasa berdiri disampingnya.
Dengan sedikit ragu, Zia pun memberanikan diri buka suara menanyakan maksudnya dia nerdiri disebelahnya. "maaf nih ya kak, ngapain disini? bukan nya seharusnya kakak di tengah lapangan sana?."
"sekali-sekali boleh lah ikut berteduh disini sama kalian" ucap pria tersebut mengerlingkan mata kearahnya.
"haduh, meleleh bang hati adek, padahal cuma dikedipin doang, gimana kalau ditembak" batin Zia. Padahal disana bukan hanya Zia saja melainkan ada 3 petugas lain. Titis, kak Seno dan Deni.
"gak boleh, udah pergi sana, loe kan OSIS udah sewajarnya loe panas-panasan di tengah lapangan, kalo kita kan tim medis jadi suka-suka kita lah mau berteduh atau ikut ke tengah lapangan" Kak Seno yang meskipun seorang pria tapi cerewetnya sudah seperti emak-emak komplek pun mengusir pria tersebut.
"yaelah, Sen. Sekali doang, gitu aja loe usir" jawab pria tersebut.
"berisik, udah loe pergi sana, kalau enggak jatah snack loe gue ambil" ancam Kak Seno.
Zia dan Titis pun hanya memandangi dua orang pria yang tengah berdebat dihadapan mereka. Tak ada niatan sedikit pun untuk menengahi. Akhirnya setelah lelah berdebat pria tadi pun memilih untuk kembali ke tengah lapangan bersama yang lainnya.
Tapi sebelum pria itu pergi masih sempat membisikan sesuatu di telinga Zia.
$
$
$
$
Hai semuanya, aku kembali lagi. Masih dalam tahap terus belajar yak jangan di bully.
Dukung karya kedua aku ya dengan like, komen, dan vote nya.
Kalau perlu beri kritik dan saran yang membangun biar authornya lebih semangat lagi untuk belajar dan up.
11.00 WIB
Seluruh peserta diberi waktu sejenak untuk meluruskan badan. Tentunya istirahat sepesial ala Semakensa. Sedangkan seksi konsumsi sedang membagikan Snack dan nasi kotak pada seluruh panitia dan petugas.
Untuk siswa kelas XI, instruksi diambil alih oleh bagian kesiswaan. Dan tamu dari koramil pun dipersilakan menuju ruang yang telah disediakan untuk menikmati jamuan makan siang.
Sayup-sayup dari dalam ruangan tempat istirahat panitia dan petugas. Pak Heri memberikan instruksi pada siswa kelas XI.
"bagaimana kegiatan pembukaan hari ini? masih semangat?" tanya pak Heri menggunakan pengeras suara dengan semangat berapi-api.
"SEMANGAT!" teriak seluruh siswa.
"SMK!"
"BISA!"
"SMK!"
"BISA!"
Dan mereka semua pun menyanyikan yel-yel Semakensa dengan semangat. Meskipun terik matahari menyengat kulit tapi semangat mereka tetap berkobar.
Itu lah beda nya dari anak SMK. Anak SMK itu tahan banting disegela situasi. Bukan sekedar ilmu akademik dan non-akademik yang diajarkan disini. Melainkan juga mental mereka diasah disini.
Saat sedang asik menikmati nasi kotak dengan backsong yel-yel dari kelas XI di lapangan. Tiba-tiba tanpa permisi ada seorang pria yang duduk disebelah Zia. Dan wangi itu, Zia sangat familiar.
"boleh kan duduk disini?" ucap pria yang tadi menyapanya di pinggir lapangan.
"kan udah duduk, masih juga minta ijin" gumam Zia yang masih bisa terdengar oleh pria tersebut.
"kenapa gak dateng ketempat yang aku bilang tadi?"
"gak enak sama yang lain, lagian kakak juga udah disinikan?"
Pria itu pun akhirnya tertawa mendengar ucapan Zia. Baru kali ini dia merasa dicuekin seorang cewek. Padahal biasanya juga tanpa susah payah cewek-cewek mendatanginya.
Siapa sih yang bisa menolak pesona mantan ketua OSIS tahun lalu itu. Setiaji wicaksana yang penuh kharisma. Tapi Zia sadar diri, bahwa dia bukan siapa-siapa. Jadi dia berusaha menepis perasaannya sendiri dan mengagumi sosok mantan ketos tersebut dalam diam.
"aku pengen ngobrol sama kamu, boleh enggak?" tanya Aji.
"kan ini juga udah ngobrol," jawab Zia yang masih asik menikmati makan siang nya. Karena sejatinya menjadi tim kesehatan itu sangat menguras tenaga. Ditambah lagi tadi pagi dia tidak sarapan. Jadi dobel rasa laparnya.
"nama kamu siapa?" tanya Aji lagi dengan mengulurkan tangannya. "aku Setiaji, kamu bisa panggil aku Aji aja".
"aku Fauzia," dengan canggung Zia meraih tangan Aji untuk menyalaminya tanda perkenalan mereka.
"namanya cantik, kayak orangnya" ucap Aji.
"wah raja gombal lagi disini, anak orang woy jangan digombalin mulu," tiba-tiba teman Aji gabung bersama mereka berdua.
"berisik banget sih, gue tabok juga loe" ketus Aji karena merasa momen berdua nya bersama Zia diganggu oleh teman kampretnya itu.
"whis, santai bro." cowok tadi pun menghindar saat tangan Aji ingin menaboknya. "eh hati-hati loe sama nih ketos jangan sampai baper, dia itu raja gombal siapa aja digombalin sama dia"
"waah gak sopan nih anak, minggir gak loe, ganggu orang aja, pakek ngompor-ngomporin gak jelas lagi" Aji pun memiting temannya itu.
"woy lepasin, KDRT nih namanya, bisa gue laporin ke KPAI ini" cowok tersebut masih berusaha berontak melepaskan diri dari pitingan Aji.
Zia yang sudah menghabiskan nasi kotaknya pun segera beranjak dari tempatnya duduk. Dia ingin membuang sampah box ketempat sampah tanpa memperdulikan dua orang yang tengah berdebat sampai terjadi pemitingan tersebut.
Sedangkan Aji dan temannya itu menjadi pusat perhatian tim kesehatan dan beberapa anggota OSIS yang lalulalang disekitaran ruangan tersebut
Beberapa saat kemudian Aji baru menyadari bahwa Zia sudah pergi.
"ah elah. Gara-gara loe nih dia jadi pergi" ucap Aji kesal.
"salah sendiri, ngapa loe miting gue, kan gue cuma bercanda, lagian itu juga kenyataannya, biar dia gak kaget kalau mau deket sama loe" jawab cowok itu. Yang tak lain adalah Haris.
"berisik" Aji pun meninggalkan Haris yang masih mengoceh sambil merapikan baju dan rambutnya yang acak-acakan.
¤¤¤
Kegiatan hari ini berakhir pukul 13.00 WIB setelah acara apel siang. Setelah siswa kelas XI membubarkan diri. Seluruh panitia dan petugas evaluasi bersama waka kesiswaan. Selesai dengan waka kesiswaan, setiap line evaluasi bersama organisasi masing-masing.
Zia baru bisa pulang sekitar jam 15.00 WIB. Saat menuju parkiran, Zia menyempatkan untuk membuka ponselnya yang sedari pagi ia non-aktifkan. Suara notifikasi chat beruntun ketika ponselnya telah berhasil menyala.
Ternyata setelah dibuka pesan dari grub kelasnya. Mereka sedang heboh membahas remidial ulangan semester 1 yang mereka ikuti selama 1 minggu kemarin. Zia yang sedari pagi tidak menjumpai teman sekelasnya pun melihat daftar nama peserta remidial yang sudah selesai di teliti oleh guru mapel.
Tengah fokus mengecek nama-nama yang masuk dalam remidial tes pada ponselnya. Zia tersentak karena wangi khas seseorang menguar tajam menusuk hidungnya. Tapi dengan sekuat tenaga dia menahan diri untuk tidak mendongak mencari sumber keharuman yang memabukan itu.
"kok belum pulang?" tanya orang tersebut yang tak lain adalah Aji.
"belum, nyatanya aku masih disini! lagian kakak sendiri juga belum pulang" balas Zia masih menekuri ponselnya untuk menyembunyikan rasa gugub dari Aji.
Aji pun hanya mengulum senyum. "lihat apa sih, diajak bicara kok lihat ponsel terus?" dia pun mengintip dari balik punggung Zia.
"apaan sih kak, gak sopan banget"
"abisnya kamu diajak bicara mainan ponsel terus sih"
"maaf, aku masih lihat pengumuman remidial soalnya"
Mereka pun akhirnya mengobrol meskipun Zia masih sedikit canggung. Apalagi jika mengingat perkataan Haris tadi. Dia takut kalau tiba-tiba ada kakak kelas mendatanginya dan melabraknya.
"udah sore kak, aku pulang duluan ya," saat Zia melihat dari kejauhan ada segerombol cewek OSIS menuju parkiran.
"yaudah, barengan aja yuk keluarnya" Aji pun mengambil motor sportnya yang berada di ujung parkiran, sedangkan Zia sudah berlalu pergi menuntun motornya kearah gerbang keluar.
Aji yang sadar perkataannya tak diindahkan oleh Zia pun mempercepat langkahnya mendorong motornya menyusul Zia. Tapi karena arah rumah mereka berlawanan akhirnya mereka berpisah di depan gerbang.
¤¤¤
"mana, mana, mana..." Aji masih sibuk mengotak-atik ponselnya mencari sesuatu "ah sial! perasaan gue tadi udah minta nomor ponselnya deh kok gak ada sih" gerutunya saat yang dicari tak di temukan.
Aji yang kesal karena lupa meminta kontak Zia pun membantik ponselnya seketika. Disusul dengan tubuhnya yang lelah ambruk kearah kasur empuknya.
"bodoh banget sih gue," Aji masih saja merutuki kebodohannya hingga tak terasa matanya terpejam dengan sendirinya.
¤¤¤
Sedangkan Zia yang baru sampai di rumah pukul 16.00 langsung mandi sebelum ibunya mengomeli dirinya tiada henti. Selesai mandi dan badan juga sudah segar kembali. Zia pun langsung merebahkan badannya di depan tv menonton film kartun kesukaannya sikotak kuning dengan rumah nanasnya.
"gak makan dulu, Zi?" tanya ibu yang sudah duduk disebelahnya.
"nanti aja bu, tadi udah makan nasi kotak di sekolah" jawab Zia yang masih asik ketawa ketiwi melihat kartun kesukaannya.
Bu Nurul pun membiarkan anak sulungnya itu. Dia tahu kalau anaknya tersebut pasti sangat kelelahan mengikuti kegiatan hari ini.
Kegiatan pembekalan hari kedua masih tidak jauh berbeda dengan hari pertama kemarin. Cuaca yang panas dipagi sampai siang hari berbanding terbalik dengan sore hari yang sering turun hujan. Dan lengkap sudah penderitaan bagi Zia hari kedua kegiatan ini. Dia lupa membawa topi, alhasil dia harus panas-panasan dibawah terik matahari.
"pakai ini!" Sebuah topi dengan wangi maskulin yang sangat familiar mendarat tepat di atas kepala Zia.
"tapi..." Ucapnya sambil mencoba melepaskan topi dan bermaksud mengembalikan pada empunya.
"udah pakai aja, aku masih ada satu di dalam tas" potong pria itu saat Zia akan melepas topinya. "aku masuk barisan dulu ya, bantu yang lainnya." Tanpa menunggu jawaban, pria itu sudah tunggang langgang menuju barisan meninggalkan Zia di pinggir lapangan.
"terimakasih" Batinnya. Dia terpaku menatap topi dengan bordiran bertuliskan OSIS dengan wangi maskulin yang dua hari ini telah menjadi candu bagi hidungnya. Ada seulas senyum terbit di sudut bibirnya.
"woy...!" Titis tiba-tiba menepuk pundak mengagetkannya. "ngelamun aja, . . . eh bentar deh, ini kan topi OSIS, punya siapa?" Tatapan Titis tajam penuh selidik.
Zia tak mau menjawab, dia hanya tersenyum dan berlalu pergi menuju ruang kesehatan. Titis pun mengejar Zia, dia masih penasaran ingin mencari jawaban.
¤¤¤
Aji di tengah lapangan sedang membantu mengatur jalannya kegiatan bersama OSIS dan Paskibra. Dari tengah lapangan dia curi-curi pandang ke arah dimana Zia dan beberapa tim medis berdiri di pinggir lapangan.
"bener-bener beda sama yang lainnya." Gumam Aji.
"gimana, udah ada kemajuan?" Bisik seorang cowok yang menggunakan seragam sama seperti anggota OSIS lainnya.
"santai, tunggu aja kabar baiknya" Jawab Aji sombong.
"ok, gue tunggu kabar baiknya sebelum malam tahun baru" Balas cowok tersebut dan berlalu meninggalkan Aji.
Aji pun hanya mengacungkan jempolnya kearah cowok tersebut.
Saat jam istirahat lagi-lagi Aji mendatangi ruang kesehatan mencari keberadaan Zia. Dia tak menghiraukan tatapan dari kelas XI yang tadi sempat pingsang maupun tim medis dan anggota OSIS serta paskibra yang berseliweran melewati ruang kesehatan.
"kali ini gue harus bisa dapetin nomor tuh cewek" Batinnya. "tapi dimana sih tu cewek, tumben-tumbenan amat gak ada disini" Dia pun menggerutu sendiri, matanya masih mencari-cari keberadaan Zia.
Akhirnya setelah putus asa mencari di ruangan tersebut dan menunggu sampai beberapa menit tapi tak kunjung melihat batang hidung Zia. Aji pun menemui ketua tim medis yang seangkatan dengan dirinya.
"eh, anak buah loe yang namanya Zia mana?" Tanya Aji pada Fina.
"eh, ada mantan ketos, ngapain loe nyari dia?" Fina bukannya langsung menjawab tapi malah balik bertanya.
"ah ribet loe, jawab aja lah dia dimana sekarang?" Aji terus saja mendesak Fina untuk menjawab pertanyaannya.
"tadi sih katanya mau ke perpus, ada urusan gitu"
"yaudah, makasih"
Aji langsung berlari menuju perpus yang berada di belakang deretan gedung yang digunakan untuk kegiatan ini. Tapi sesampainya di perpus, ia tak menemui seorangpun di sekitaran perpus. Saat masuk pun, perpus nampak sepi hanya ada beberapa anak saja.
Aji berinisiatif untuk bertanya pada petugas perpus daripada dia harus mencari keliling perpus.
"mas, tadi ada anak dari timkes masuk sini gak?" Tanya Aji.
"siapa? Zia?" Pertanyaan dijawab dengan pertanyaan. Itulah petugas perpus yang menyebalkan. Tapi itu mempermudahkannya dalam mencari Zia. Dia pun langsung mengagguk saat nama Zia disebutkan.
"itu tadi masuk keruangan Bu Putrin, tunggu aja disini, palingan bentar lagi juga keluar" lanjut petugas perpus tersebut.
"Zia sering datang kesini ya mas?"
"hampir setiap hari, tapi kalau pas lagi gak ada praktik di lab."
"oalah, rajin juga tuh anak" gumam Aji.
Sambil menunggu Zia keluar dari ruangan Bu Putrin yang berada di perpus. Aji memutuskan untuk duduk-duduk di teras sambil menikmati snack untuk mengganjal perut. Waktu terus berjalan sampai jam istirahat selesai digantikan dengan persiapan apel siang sebelum kegiatan hari ini berakhir. Sedangkan Zia tak kunjung keluar dan anak-anak yang berada di dalam perpus sudah pada pulang tinggal 3 orang yang tengah asik membaca.
Mau tak mau, Aji meninggalkan perpus untuk mempersiapkan apel siang. Meski hatinya masih belum tenang karena tak kunjung mendapatkan apa yang ia cari.
Sampai apel selesai dan dilanjut dengan evaluasi. Zia masih tak kunjung menampakkan batang hidungnya. Jurus yang terakhir, Aji pun menunggunya di parkiran.
"Ji, ngapain disini? Kok gak langsung pulang?" Tanya cewek berseragam OSIS.
"lagi nunggu orang." Jawab Aji cuek.
"nungguin gue ya, yaudah yuk pulang kalau gitu" tanpa basa-basi cewek itu pun langsung merangkul mesra lengan Aji.
Bertepatan dengan itu muncul lah Zia dari arah gedung perpus. Dia bersama Titis tengah asik berbincang saat baru menyadari ada keributan kecil di ujung parkiran.
"dasar play boy cap kadal!" batin Zia.
"Zi, bukannya itu kak Aji ya, yang tadi topinya kamu pakek itu kan?" Tanya Titis sambil menajamkan pandangan ke ujung parkiran.
"may be" Jawab Zia sambil mengedikan bahu acuh.
"dasar ya cowok. Bisanya baperin anak orang sana sini"
"emang siapa yang dibaperin, udah pulang aja yuk, capek aku habis ngadepin Bu Putrin"
Akhirnya mereka berdua pun berjalan melewati sepasang anak manusia yang sedang bermesraan di lingkungan sekolah. Aji yang menyadari keberadaan Zia pun berusaha melepas rangkulan cewek tersebut.
"lepasin gak!" Perintah Aji dengan tatapan matanya yang tajam kearah cewek tersebut.
Mau tak mau, cewek tersebut melepaskan rangkulannya. Dan Aji pun mengejar Zia yang masih kasak kusuk dengan Titis.
"Zi. . .! Zia. . .!" Aji berteriak memanggil Zia tapi tak mendapat respon "Fauzia. . .!" Sekali lagi dia meneriaki namanya.
Dengan terpaksa Zia pun menoleh kebelakang dan menghentikan langkahnya.
"ada apa kak?" Tanyanya saat Aji telah berdiri di depannya dengan nafas sedikit ngos-ngosan.
"kenapa dipanggil dari tadi gak berhenti sih" Keluh Aji.
"maaf gak denger" Kilahnya "emangnya ada apa?"
"aku mau minta nomor kamu!"
"nomor apa? Baju, sandal, sepatu atau nomor apa nih?"
"terserah deh mau kasih nomor apa, tapi yang terpenting nomor ponsel kamu dulu"
"oh, buat apa? Bukannya di grub WA udah ada ya"
"masak?"
"cari aja dulu di grub, kalau gak ada besok aku kasih, sekarang udah sore aku mau pulang soalnya udah capek juga"
Zia pun langsung pulang, sedangkan Titis sudah pulang ke kos terlebih dahulu tadi saat Zia masih ngobrol dengan Aji. Tanpa Zia sadari ada sepasang mata yang menatap kepergiannya dengan penuh kebencian.
¤¤¤
Sesampainya di rumah, kali ini Zia tidak langsung mandi. Dia memilih untuk merebahkan badannya di atas kasur kesayangannya. Melepas penat, karena seharian mengikuti kegiatan dan harus mengkonfirmasi nilai ujian fisika yang tidak sesuai. Nilai ujian hariannya tidak ada, padahal dia tidak pernah absen saat ada ujian. Kerja kerasnya masak hilang begitu saja, dan harus mengulang sendiri.
Alhasil setelah menjelaskan pada guru pengampu. Memperlihatkan buku agenda miliknya yang berisi catatan nilai setiap ujian harian. Guru tersebut pun menyadari ada kesalahan teknis saat pemasukan nilai sebelum-sebelumnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!