NovelToon NovelToon

The Sweetest Dream

Disukai dan Dibenci

(*Seluruh tokoh, tempat, waktu, dan kejadian sebagian besar hanyalah karya fiksi penulis)

Selena, seorang gadis cantik dari kelas 2-2 di SMA Hanaya adalah siswi terpandai dan digemari oleh teman-temannya.

Meskipun ada juga para siswi yang iri hati dan terobsesi untuk berbuat tidak baik kepadanya, gadis itu selalu bersikap ramah dan positif kepada semua orang.

Karena sikapnya yang juga tegas, dia pun menjadi seorang ketua OSIS. Ketika menjadi ketua OSIS pun ia menjalankan tugas-tugas dan kewajibannya dengan sangat baik dan disiplin.

Ia benar-benar tak bercela. Begitulah pikir para gadis yang sangat ingin menjatuhkannya karena berbagai alasan pribadi yang sebenarnya bisa juga tidak masuk akal. Namun, mereka kesal karena selalu gagal.

"Hei, bagaimana jika kita mengerjainya?" tanya siswi A suatu ketika.

"Memangnya kau yakin akan berhasil?" balas siswi B.

"Tentu saja! Kau tidak yakin pada diriku?"

"Haha, kalau begitu terserah kau saja. Aku juga ingin tahu apakah idemu akan berhasil kali ini. Beritahu aku hasilnya ya."

"Eh, tunggu dulu! Kau juga harus membantuku."

"Memangnya kenapa? Bukankah kau sangat percaya diri dengan kemampuanmu?"

"Aku yakin bisa, tapi.. anak itu kan sangat aneh. AHHHH! Dia itu makan apa sih kok bisa sesempurna itu?!" kata siswi A dengan nada suara lantang dan memekakkan telinga.

"Stt, dia sudah datang tuh." bisik siswi B.

Dua orang gadis itu seperti sedang merencanakan sesuatu yang buruk terhadap Selena. Mereka bahkan bersembunyi di balik semak-semak di halaman taman tengah sekolah untuk menjalankan rencana mereka.

Selena yang saat itu sedang berjalan ke arah ruang kelasnya sambil membawa sebuah piala besar itu hendak mereka sandung langkahnya dengan sebuah tali tipis berwarna hitam yang nampak kuat.

Selena berjalan mendekat lalu.. GREK

Gadis itu hanya lewat begitu saja tanpa terjatuh atau terluka sedikitpun.

"Ah, sial! Kenapa sih dia selalu tidak bisa diganggu?!" seru siswi A sebal.

Akhirnya, Selena pun berhasil tiba di ruang kelas dengan selamat. Gadis itu telah memenangkan juara pertama dalam sebuah olimpiade sains dan matematika.

Itulah yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari Selena. Meskipun selalu dibilang sempurna oleh banyak orang, ia tidak pernah memikirkan hal-hal yang setinggi langit mengenai dirinya sendiri.

Selena bersekolah hingga siang hari, lalu malam harinya setelah menyelesaikan tugas-tugas sekolah, makan, mandi, dan tidur sebentar, ia memainkan gitarnya sambil bernyanyi di dalam kamarnya bersama adik laki-lakinya yang bernama Ben.

Ben masih kecil, namun ia sudah tertarik untuk mendengarkan kakaknya bernyanyi.

"Kakak. Kalau Ben sudah besar, apakah kakak akan mengajari Ben bermain gitar?" tanya bocah tampan dan imut yang berusia 5 tahun itu.

"Tentu. Kakak akan mengajarimu sekarang. Kemarilah."

"Sungguh? Hore!"

Walau selisih umur kakak-beradik itu amat banyak, Selena lebih suka berkumpul berdua dengan Ben dibandingkan teman-teman sebayanya.

Setelah beberapa saat mengajarkan kepada Ben cara bermain gitar dan beberapa kunci gitar, Selena pun berkata kepada adiknya; "Ben, kamu harus segera tidur. Cepatlah ambil segelas air dan sikat gigimu sebelum tidur, kau mengerti?"

Anak itu pun mengangguk dan menuruti nasihat kakaknya. Namun, setelah siap untuk tidur di dalam kamarnya pada pukul 10 malam, Ben merasa kesepian dan takut untuk tidur seorang diri.

TOK TOK TOK

"Ada apa, Ben?" kata Selena yang membukakan pintu.

"Kakak, bolehkah Ben tidur di sini?" tanya bocah itu sambil menengadahkan kepalanya memandang Selena.

"Hm? Maksudmu kau ingin tidur bersama kakak?"

Anak itu mengangguk, lalu mengucek matanya karena mengantuk.

"Baiklah, masuklah Ben."

Wajah anak itu langsung menjadi ceria. Meskipun mengantuk, ia menempel di sisi kakaknya hingga tertidur lelap.

"Selamat tidur, adikku yang manis." ucap Selena gemas kepada Ben.

Kemudian, Selena mematikan lampu dan tertidur bersama-sama dengan adik kecilnya hingga pagi hari.

Liburan

Tak terasa saat ini sudah hari Natal di kota Surabaya, yakni tanggal 25 Desember pada tahun 2019. Sekolah pun diliburkan hingga kurang lebih dua bulan lamanya.

Selena dan keluarganya berencana untuk pergi ke luar kota untuk menikmati masa liburan yang panjang.

Mereka pun telah menyewa sebuah penginapan di kota Malang, tepatnya di Kebun Bunga.

Kamar-kamar di penginapan yang bernuansa alam hutan dan taman rahasia itu dibagi menjadi beberapa kamar yang dinamai dengan nama-nama bunga.

Kamar yang didapatkan oleh Selena dan keluarganya adalah Kamar Melati; yakni kamar yang diberi bunga melati palsu di beberapa sudut ruangannya, disediakan berbagai jenis sabun beraroma melati, diberi nuansa kayu dan warna putih dari bunga melati, serta terdapat beberapa peralatan yang diukir dengan bentuk yang menyerupai bunga melati.

Selain itu, seorang staf dari penginapan tersebut memberikan beberapa cangkir teh hangat beraroma melati dan sebuah parfum wangi melati gratis sebagai ucapan selamat datang dan selamat Natal.

"Wah, penginapan ini benar-benar indah. Sungguh di luar dugaan, kamar ini akan sewangi dan senyaman ini." ucap Selena.

"Penginapan ini bersih ya, Kak." ujar Ben, si adik kecil.

Kedua orang tua mereka tersenyum puas melihat kedua anak itu menikmati tempat yang dipilih mereka tersebut.

"Bagaimana kalau kita keluar melihat-lihat?" Selena mengajak adiknya.

"Ayo Kak, Ben mau. Ben mau!" ucap adiknya girang seperti kelinci kepanasan yang melompat-lompat.

Mereka pun keluar dari kamar Melati setelah diizinkan oleh kedua orang tua mereka. Tak lama kemudian, ketika sedang melihat-lihat..

"Kakak, coba lihat ini!" seru Ben.

"Ada apa, Ben? Apa yang kau temukan?" tanya Selena sambil berjalan mendekati Ben yang seperti menggenggam sesuatu dalam tangannya.

Seketika, mata Selena membelalak terkejut. Ia pun bertanya kepada adiknya; "Ben, darimana kamu mendapatkan batu permata itu?"

"Aku menemukannya, Kak."

"Kakak rasa kita harus memberi tahu Papa dan Mama. Mungkin saja benda ini adalah milik seseorang yang kehilangan dan sedang mencari-carinya."

Ben pun menurut dan mengurungkan niat asalnya untuk menyimpan sesuatu yang dianggap sebagai penemuan berharganya tersebut.

Beberapa saat kemudian, mereka kembali ke kamar mereka dan menunjukkannya kepada sang Papa dan Mama.

"Kurasa ini asli." kata Papa.

"Benarkah? Kalau begitu, pasti akan ada yang mencari barang tersebut." ujar Mama.

Selena dan Ben duduk di kursi sambil menonton televisi. Namun, Selena melihat bahwa raut wajah adiknya sedikit murung. Ia pun bertanya kepada si adik kecil; "Ben, kenapa kamu murung? Apa kamu ingin ditemani oleh kakak melakukan sesuatu yang lain?"

Ben menggelengkan kepala dan hanya diam saja.

"Ben, ada masalah apa? Ceritakan kepada kakak."

"Kakak.. sebenarnya, Ben ingin memberikan batu itu kepada kakak. Soalnya Ben belum pernah memberikan hadiah apapun untuk kakak. Padahal kakak selalu membelikan hadiah untuk Ben setiap kali Ben berulang tahun."

Mendengar perkataan si adik kecil, Selena langsung tersadar bahwa hari ulang tahunnya adalah yang paling dekat dengan hari natal dan tahun baru imlek, yakni pada tanggal 9 Maret. Sedangkan, hari ulang tahun Ben adalah tanggal 11 November. Kemudian, ayah dan ibu mereka sama-sama berulang tahun pada bulan Agustus.

"Terima kasih, adikku yang pengertian. Namun, karena kamu masih kecil lebih baik tidak usah mengkhawatirkan hal-hal yang belum saatnya. Bagaimanapun, kakak senang karena Ben memikirkan kakak, tapi akan lebih baik jika Ben tidak bergumul untuk membalas kebaikan kakak."

Ben hanya menatap kakaknya sambil termenung.

"Lalu, bila kita sudah besar, apa kakak mau menerima hadiah dari Ben?" ucap Ben tiba-tiba.

Selena mengangguk, lalu tersenyum dan berkata; "Ben, apa kamu begitu menyayangi kakak?"

"Tentu saja. Ben ingin selalu bersama kakak. Sebab kakak selalu baik dan mau mengajari Ben banyak hal. Selain itu, hanya kakak yang mau mendengarkan Ben. Soalnya Papa dan Mama sibuk bekerja." jawab anak itu polos dan jujur.

"Begitu ya?" ucap Selena berpura-pura baru mengerti.

"Benar, kakak adalah pahlawan Ben."

"Pahlawan? Ben suka pahlawan wanita?"

"Tidak, tidak suka." Ben menggeleng.

Selena menahan tawa karena merasa gemas kepada adiknya, dan ia pun berkata; "Lalu?"

"Kalau sudah besar, Ben mau mengatakan kepada semua orang bahwa kakak memberikan semangat terbaik untuk Ben. Sebab Ben ingin menjadi seorang pemain gitar yang handal."

Tanpa berkata-kata lagi, Selena memeluk adiknya. Selena tidak menyangka bahwa ia akan mendengar perkataan yang mendalam dari lubuk hati seorang anak berusia 5 tahun tersebut.

Malam harinya..

"Selamat Natal!"

Orang tua mereka mematikan sebagian besar lampu di kamar itu, menyalakan beberapa tangkai lilin, dan membawakan dua buah kado natal untuk Selena dan Ben.

Mereka masing-masing mendapatkan hadiah menarik yang sangat mereka sukai. Lalu, mereka berdua dengan girang mengucapkan terima kasih dan berkata bahwa kedua orang tua mereka itu adalah yang terbaik di seluruh bumi.

Kedua orang tua mereka pun sepakat berkata; "Kalian juga adalah pemberian Tuhan yang terbaik dan kebahagiaan yang paling sempurna bagi kami."

Inspirasi

Sejak kecil impian Selena adalah menjadi seorang dokter. Apalagi, setelah menonton beberapa film drama Korea, gadis remaja itu jadi semakin tertarik dan terinspirasi.

Salah satu dari berbagai karya film kedokteran Korea Selatan yang paling disukai oleh Selena adalah drama yang berjudul Doctor Romantic.

Dalam drama tersebut, diceritakan mengenai seorang paman dokter yang sangat berbakat dan mengerti dengan baik tujuannya untuk menjadi seorang dokter, serta dua orang dokter muda yang diubahkan dan dididik olehnya menjadi seorang dokter sejati menurut masing-masing karakter dan bakat mereka.

Melalui film drama tersebut, Selena amat terinspirasi bahwa untuk menjadi seorang dokter, hal yang terutama adalah tujuan yang mulia.

Gadis itu sangat menyukai beberapa kalimat kutipan dari tokoh utama film drama tersebut yang berbunyi; "Apapun jabatan seseorang atau siapapun orang itu di masyarakat, bagi seorang dokter, semua pasien adalah sama. Semua pasien layak untuk diselamatkan, terlepas dari kondisinya. Lalu, seorang dokter harus mengesampingkan alasan dan pergumulan pribadi saat sedang bekerja, sebab nyawa sang pasien bergantung kepadanya."

Selena menganggap tokoh paman dokter dari film drama itu sebagai panutannya secara virtual. Kemudian, menyimpulkan bahwa ayahnya yang seorang dokter adalah panutan utamanya.

Ayahnya itu adalah seorang dokter bedah umum yang berwatak sabar dan mampu menenangkan hati para pasiennya yang sedang ketakutan atau khawatir dalam menghadapi penyakit atau realitas kehidupan.

Sebagai seorang dokter, ayah Selena itu telah menyembuhkan banyak sekali orang lain bukan hanya melalui pengobatan dan penanganan tertentu, melainkan juga melalui dorongan hidup yang ia berikan bagi orang-orang tersebut secara psikologis.

Sang ayah yang juga religius dan saleh itu membuat banyak pasien mengantri untuk dibantu dan disembuhkan secara kedokteran olehnya.

"Selena, Ben, ingatlah perkataan ayah. Sebagai seorang anak Tuhan, kita harus melakukan segala yang terbaik. Ingatlah untuk selalu memiliki gairah yang positif dalam hidup kalian, disiplin yang tinggi, kepercayadirian dan keberanian untuk menghadapi setiap permasalahan, sebab Tuhan beserta kalian, selalu dan selamanya." tutur sang ayah.

Perkataan itu selalu diingat dan dapat dirasakan secara pribadi oleh Selena, walaupun Ben belum bisa memahaminya karena belum pernah mengalami hal-hal semacam itu.

Sedangkan, ibu dari Ben dan Selena adalah seorang ibu rumah tangga. Ia pun juga menjalankan tugasnya sebagai seorang ibu dan istri dengan baik.

Nasihat terbaik yang pernah didengar mereka dari sang ibu adalah; "Walau kalian nantinya telah dewasa dan masing-masing menjadi seorang yang sukses, kalian tetaplah seorang anak bagi kami. Bila kalian berbakti atau membalas budi kepada orang tua, itu bukanlah karena paksaan, melainkan karena kewajiban dan rasa sayang kalian kepada orang tua. Bila kalian menghormati kami hingga kami tua, berkat kalian tidak akan berkekurangan."

Baik Selena maupun Ben, keduanya bertumbuh dengan prinsip hidup yang mirip. Walaupun mereka terpaut dengan perbedaan usia, jenis kelamin, dan karakter mereka.

Kakak beradik tersebut selalu mengutamakan hal-hal yang bersifat keluarga di atas kepentingan pribadi. Salah satu contohnya seperti; mengesampingkan jadwal dan keinginan pribadi mereka untuk bermain atau menonton drama ketika kedua orang tua mereka sedang repot atau meminta tolong kepada mereka secara tiba-tiba.

Secara pribadi, hal yang paling disukai sekaligus dibenci oleh Selena adalah ketika dirinya mulai tergoda untuk memikirkan atau menginginkan seorang kekasih. Baginya, hal itu masih dini dan sedikit memalukan untuk diceritakan kepada keluarganya.

Akan tetapi, ada banyak sekali gadis lain berusia sekitar 16 tahun seperti Selena yang jauh berbeda dengan gadis itu. Mereka telah beberapa langkah lebih cepat dalam hal jatuh cinta serta berpacaran, bahkan ada yang terjatuh dalam hubungan yang tidak seharusnya atau belum saatnya, dan mengalami kejadian yang buruk.

Melalui kejadian ini dan itu yang diamati oleh Selena selama masa pertumbuhannya, gadis itu belajar untuk berhati-hati dalam mengambil tindakan, bertanggung jawab, berdamai dengan diri sendiri, mengatur prioritas, berani mengevaluasi diri dan menerima teguran yang baik, serta menantang dirinya sendiri untuk menjadi lebih maju dan berhasil.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!