Perkenalan namaku Reizaki Kazura biasa dipanggil Kazura, umurku 25 tahun. Seorang budak pekerja yang tak kenal lelah di salah satu sebuah perusahaan game terkenal di Kota Tokyo.
Malam itu tepat pada tanggal 12 Juni Tahun 20xx. Aku yang sedang berada di apartemenku baru saja pulang kerja sedang berbaring santai di tempat tidur karena sudah tiga hari aku kerja lembur berturut-turut akibat terlalu banyak bug di dalam project game yang sedang aku kerjakan saat ini.
Malam itu entah kenapa sangat nyaman sekali aku tertidur hingga tak memimpikan apa-apa dan tak teringat apapun juga. Namun secara tiba-tiba saat aku membukakan mataku, aku sudah terbangun di sebuah hamparan padang rumput yang luas.
Aku akhirnya dengan perlahan mengubah posisi tidur terlentang menjadi duduk dengan kaki yang masih selonjoran, "Ahh sekian lama aku hidup, ini baru pertama kali aku memimpikan hal seindah ini."
Begitulah ucapan yang aku lontarkan di dalam pikiranku saat ini.
Ada hembusan angin sejuk meniup pelan ke arahku yang membuat ragaku semakin nyaman untuk tidur lebih lelap. Aku merubah posisi duduk ku kembali menjadi tiduran, merentangkan tubuhku kembali di atas rumput sambil terus menikmati impian ini.
Akan tetapi entah mengapa tiba-tiba angin yang bertiup pelan menyejukkan perlahan berubah menjadi tiupan angin kencang sampai-sampai mengibaskan rambut dan pakaian kerjaku dengan kencang.
Serta angin kencang ini pula berhasil membuat tubuhku menjadi merasakan kedinginan hingga sampai terasa menusuk-nusuk tulang tubuhku.
"Kenapa ini!? Kenapa tiba-tiba ada tiupan angin kencang begini? Dan juga kenapa angin dalam mimpi ini seperti nyata? Ataukah aku menyalakan ac kamarku terlalu kencang yah."
Banyak pertanyaan dalam batinku di situasi yang sedang ku alami ini. Namun entah bagaimana aku harus memastikan ini.
"Sial! Entah mengapa angin kencang ini semakin terasa dingin oleh kulitku di dalam mimpiku ini, aku harus segera bangun dari mimpi yang tak menyenangkan ini."
Aku menggerutu terus, karena ini mulai menyebalkan. Situasi ini sangat menggangu istirahat aku yang tidak seberapa ini.
Aku memejamkan mataku dengan usaha sangat keras supaya aku bisa bangun kembali dari tidurku ini.
Akan tetapi entah mengapa aku tidak bisa tidur kembali dan dari situ hatiku mulai curiga akan keadaan yang ku saat ini serta aroma dari rumput liar ini tercium oleh hidungku dengan sangat nyata.
"Apa jangan-jangan ini menjadi nyata! Ahh mana mungkin itu terjadi, hahaha ?!"
Aku tertawa ragu akan hal yang mustahil ini, tapi ini memang sangatlah nyata saat ini, detik ini.
terhitung dengan hitungan detik saja ekspresi tawa ragu ini seketika memudar dan terdiam kembali.
Aku benar-benar nampak sangat bingung sekarang. aku tidak bisa berbicara apa-apa, tidak bisa berkata apa-apa dan tidak bisa melakukan apa-apa. Otakku seperti berhenti bagaimana komputer yang terlalu banyak menyimpan data.
Hingga pada akhirnya aku mulai teringat akan teori dari salah satu artikel di website yang pernah aku kunjungi dan aku baca. Di situ ada cara akan membedakan dunia nyata serta dunia impian dengan cara mencubit kulit diri sendiri dengan sangat keras, karena kulit sifatnya sangat sensitif akan rangsangan sakit, jika memang terasa sakit berarti itu sebuah kenyataan dan jika cubitan itu tidak terasa sakit itu adalah cuma khayalan atau mimpi.
Aku langsung mencubit kulit lengan kiriku dengan sekencang-kencangnya. Namum belum sangat keras aku mencubit kulitku.
"Aaaawww...!"
"aku teriak keras, ini terasa terbakar, mungkin karena aku terlalu keras mencubit diriku sendiri ini. Akan tetapi dari kejadian ini aku mulai menyadari bahwa yang ku rasakan saat ini adalah sebuah kenyataan.
jika dibilang aku tidak panik, itu adalah suatu hal yang bodoh kalian pikirkan. Disini aku tentu saja panik dong. Kejadian yang ku alami ini tidak tahu bagaimana awal judulnya yang tiba-tiba aku bisa masuk ke dunia yang aku tidak kenal ini.
"Sial ternyata ini adalah nyata. Dimana ini!? Oh tuhan dimana aku sekarang ini!? Ahhhhh !!!"
Aku nampak frustasi aku teriak dengan sangat histeris. Teriakkan keras itu tidak ada yang mendengar sama sekali. Bagaimana tidak ada yang mendengar, karena saat ini di sekitarku saat tidak ada sama mahluk hidup.
Jika kalian ingin tahu juga disini hanya ada satu buah pohon beringin besar jaraknya sekitar tiga meter di belakangku serta hamparan rumput hijau sejauh mata memandang.
Aku memegang kedua kepalaku sambil terus melihat ke kiri dan ke kanan karena panik bercampur dengan bingung akan keadaanku saat ini. Ini membuatku frustasi.
"Tuan anda sekarang berada di Taman Abadi." Sesosok wanita berparas cantik yang muncul dengan cara yang tidak biasa tepat ada di depanku, mempunyai rambut pirang panjang dengan rambut belakangnya yang dikepang.
Kulitnya putih bagaikan sutera, postur tubuh anggun nan bahenol, bermata indah bewarna kuning ke'emasan dan memakai sebuah gaun hitam selutut yang berenda nampak sangat elegan berkata tiba-tiba seperti itu kepadaku.
Karena ucapnya yang yang tiba-tiba muncul di hadapanku sontak membuat aku sangat terkejut bukan kepalang sampai-sampai jantungku seakan ingin berhenti.
"Wah kau mengagetkanku!"
Lalu aku melanjutkan kembali perkataanku, "Ehh dari pada itu dari mana kamu datang?! kenapa tiba-tiba kamu sudah ada di hadapanku?!"
Mendengar pertanyaan ku dia hanya tersenyum indah dan tak menjawab pertanyaanku dan berkata, "Tuan Kazura silahkan anda ikut denganku."
"Ehh...!" Suara yang keluar dari mulutku yang secara reflek karena di kejutkan kembali akan dirinya yang mengetahui namaku. Lalu aku bertanya kembali kepadanya, "Bag..., bagaimana kamu mengetahui namaku?"
"Untuk lebih detailnya nanti akan dibahas oleh tuanku. Pegang Lah tanganku."
Ucapnya yang berada di hadapanku bersamaan dengan mengulurkan tangan kanannya. Akun merasa ragu akan hal ini. Dengan ragu-ragu dan rasa penasaran Kazura memegang tangan wanita itu bersamaan dengan keringat dingin yang mulai keluar dari pori-pori kepalanya.
"Wah terasa halus sekali tangannya." Begitulah perkataan yang terlintas di pikiranku setelah memegang tangan wanita yang saat ini ku pegang.
"Hehehe terima kasih atas pujiannya."
Dengan senyumnya yang imut, Wanita itu menjawab apa yang ku ucap dalam pikiranku.
"Eh...?"
Aku dikejutkan kembali akan dia yang tau ucapan dalam pikiranku. Entah sudah berapa banyak kejutan yang tak terduga dalam waktu yang singkat ini hingga membuat kepalaku pun terasa pusing serta banyak pertanyaan.
Dalam waktu cepat melebihi kedipan mata aku serta wanita yang ada di sampingku sekarang telah ada di dalam sebuah ruangan dengan pintu yang besar dan tinggi karena berteleportasi.
Wanita itu melepaskan tanganku. Kemudian melangkah ke arah pintu dan mengetuk pintunya.
"Nona Angela, aku telah datang membawa tuan Kazura kemari."
"Silahkan masuk kesini."
Ucap seorang wanita bersuara halus nan menenangkan yang berada di dalam ruangan di hadapan kami berdua.
Wanita yang membawaku langsung membuka pintunya, lalu ia melangkah masuk kedalam dan aku mengikutinya dari belakang.
"Terima kasih Claudia telah mengantarnya kemari." Begitu ucap seorang wanita yang sedang duduk elegan di kursi mewah di ruangan.
"Sama-sama nona Angela, ini sudah tugas saya untuk menuruti perintah nona." Ucap wanita yang naru saja membawaku bernama Claudia sambil membungkuk tanda memberi hormat kepada Angela.
Aku yang berdiri di belakang Claudia sontak sangat terpana akan wanita bernama Angela yang ada di hadapanku saat ini.
Parasnya begitu cantik bahkan cantiknya melebihi Claudia. Rambut panjangnya berwarna perak berkilau yang diurai, mata bulatnya yang indah bewarna biru laut dan memakai gaun biru gelap yang dihiasi oleh manik berkelap-kelip seperti langit malam yang di penuhi bintang-bintang yang bersinar.
Jika ada orang yang bilang ia adalah Dewi aku pasti akan bilang setuju. Karena dari wajah serta pancaran aura dari tubuhnya sudah sangat melebihi dari seorang manusia.
"Selamat datang tuan Reizaki Kazura di Istana Taman Suci kediamanku. Jadi boleh kamu mendekat kepadaku Tuan Kazura." Ucapannya dengan nada suara yang sangat lembut dan hangat, hingga tanpa sadar aku pun mendekatinya.
Lalu setelah aku jarak diriku dengan dekat, secara tiba-tiba Angela mengulurkan tangannya dan berkata kembali, "Apakah aku boleh memegang tanganmu?"
Suara yang lembut membuat wajahku menjadi agak memerah saat mendengarnya.
"I..., iya boleh."
Aku memegang tangan Angela dengan perasaan yang tenang, seakan aku percaya bahwa dia adalah bukan orang jahat.
"Ada banyak hal yang ingin anda ketahui kan. Namun sebelum itu saya ingin tanyakan seberapa jauh anda mengingat masa lalu anda?"
Ucapnya sambil melepas kembali genggamannya dari tanganku
"Ehh bukannya Claudia yang mem...."
Di pertengahan ucapanku yang belum selesai, tiba-tiba kepalaku merasakan pusing yang begitu hebat rasanya begitu sakit seperti ada sebuah tali kokoh melilit kencang kepalaku
"Arrķ!!"
Aku berteriak dengan sangat keras karena tidak bisa menahan rasa sakit kepala ini. Dan sebuah bayangan terlintas di dalam kepalaku. Bayangan itu berisikan tentang bagaimana diriku mati di kamarku karena terlalu keras bekerja.
"Ahh seperti yang anda bayangkan tuan Kazura, bahwa anda telah mati."
"Jadi apakah sekarang aku ini berada di alam kematian."
"Seharunya memang begitu, akan tetapi jiwa anda bukannya terkirim ke alam baka melainkan terkirim ke alam reinkarnasi Taman Abadi dan aku pun tidak tau apa penyebabnya. Karena panik aku menyuruh Claudia membawa jiwamu yang tak stabil kemari dan di saat berpegangan tadi aku memberimu kekuatan untuk bisa bertahan di dunia ini."
Begitu jawab Angela kepadaku. Aku memandang telapak tangan kananku dan merasakan ada sesuatu yang janggal dalam tubuhku.
"Tubuhmu sekarang sudah menerima setengah kekuatan dariku!"
"Ahh pantas saja tubuhku merasa seperti ada kekuatan yang aneh,"
"Tuan Kazura karena aku tak bisa menghidupkan kembali ke bumi, jadi kamu akan di reinkarnasi kembali ke dunia lain yang penuh akan sihir. Apakah kamu bersedia?"
"Baiklah kalau begitu, jika memang aku akan di reinkarnasi." Jawab Kazura dengan gagah.
"Yasudah kalau begitu mari ikuti aku."
Angela beranjak dari kursinya menuju sebuah pintu yang berada di belakangnya lalu membukanya. Cahaya terang nampak setelah pintu itu dibuka
"Baiklah Tuan Kazura silahkan anda masuk kesini."
Aku menuruti perkataannya dan melangkah menuju cahaya terang di balik pintu. Hingga tibalah aku sudah berada di tengah-tengah hutan belantara dengan keadaan malam hari.
"Aku memberimu beberapa kekuatan sihir, jika kau ingin melihatnya tinggal berkata 'Open Status'. Jadi semoga kau bahagia hidup di kehidupanmu yang kedua ini." Seru Angela yang suaranya ada di dalam pikiranku.
Tak lama suaranya pun menghilang. Aku mencoba perkataan Angela yang barusan dia katakan.
"Open Status." dan munculah sebuah layar status di hadapanku yang seperti di dalam game fantasi yang berisikan.
Nama: Kazura Reizaki.
Umur: 25 Tahun.
Ras: Manusia.
Lv : 1.
HP: 100/100.
MP: 50/50.
ATK : 7
DEF: 6
AGI : 8
INT : 6
LUCK : 9
Gelar : Manusia yang di reinkarnasi, Mendapatkan berkah Dewi Pelindung Angela.
Skill : Manipulasi sihir, Sihir Air, Sihir Tanah , Sihir Api, Sihir Angin, Sihir Petir, Sihir Kontrak, Sihir Ruang Penyimpanan.
Setelah melihat layar statusku yang membuatku kaget kepayang bahwa Angela adalah seorang Dewi. Aku menyentuh layar status yang ada di hadapanku dan layar statusku langsung menghilang, kemudian aku berjalan mengikuti jalan setapak untuk keluar dari hutan.
(BERSAMBUNG)
Malam ini. Tepat dimana di dunia yang baru saja aku terlempar kesini dan juga dimana tempat aku akan hidup kali ini.
Bulan terlihat begitu bulat penuh dengan cahaya terpancar begitu terang benderang tergantung di atas langit tanpa terhalang oleh awan sama sekali.
Aku memandangi bulan malam ini bersamaan akan pikiranku yang masih sulit untuk percaya bahwa aku sudah mati dan dihidupkan kembali di dunia lain ini. Tapi tidak percaya pun juga sudah terlanjur aku telah datang ke dunia ini, dunia baru ini.
Beberapa puluh menit berlalu, semakin ku pikirkan semakin pusing kepalaku memikirkan hal yang tidak bisa terpikir oleh nalar ini. Disaat aku melihat ke tanah yang kupijak, di tanah terlihat ada bekas tapak kuda serta tapak roda yang ku kira itu pasti adalah tapak bekas dari sebuah kereta kuda yang melintas.
"Nampaknya masih ada harapan untuk ku tidak menginap di hutan belantara ini, mungkin."
Aku bergumam sendiri. Aku berharap dapat dengan cepat serta perjalanan yang sebentar untuk bisa sampai ke salah satu desa agar tidak perlu aku istirahat dengan rasa waspada serta rasa cemas.
Aku berjalan, menyusuri bekas tapak roda kereta kuda yang melintas itu. Suara burung hantu terdengar keras sangat menyeramkan untuk sebagian orang dan angin malam yang dingin menemani langkahku.
Akan tetapi itu tak menurunkan mental diriku, karena untungnya aku sudah sangat berpengalaman dalam menjalani keadaan seperti ini akibat pengalamanku di kehidupan ku sebelumnya.
Karena saat aku hidup di duniaku sebelumnya, aku sering mengikuti perkemahan serta penjelajahan alam liar dengan kolegaku di kantor dan juga pelatihan wajib militer saat aku muda dulu di tempat kelahiran ayahku, aku di tinggalkan di hutan belantara selama seminggu dan harus bertahan hidup mencari makan sendiri.
Saat aku melangkah mengasikkan diriku sendiri di berpetualang malam ini. Tiba-tiba di sebelah kanan yang agak jauh dariku terdengar suara gerakan mencurigakan di balik semak-semak.
Dengan sikap waspada aku melirik ke arah semak-semak itu. Jantungku mulai berdetak kencang karena aku takut jika itu adalah bukan sebuah hewan biasa yang ada di kehidupan ku sebelumnya namun sebuah monster buas seperti yang ada di game-game yang ku mainkan.
Aku seketika mulai meningkatkan kewaspadaan diriku, karena takut akan sesuatu yang ada di balik semak-semak itu menyerang secara tiba-tiba.
Detak jantungku yang tadinya biasa pun mulai meningkat. Semakin lama aku fokus mendengarkan suara gemericik semak belukar itu, suara yang ditimbulkan malah semakin kencang.
Hingga kemudian secara tiba-tiba, muncullah seekor kelinci gunung dengan matanya yang bewarna merah bagaikan darah, di tengah kepala, atau lebih tepat di dahinya ada sebuah tanduk berbentuk spiral cukup tajam jika dilihat.
Kelinci ini melompat ke arahku. mungkin monster kelinci ini berniat menyerang ku, akan tetapi dengan kewaspadaan yang berada di tahapan puncaknya.
Aku secara refleks langsung memukul, menghantam kelinci itu oleh tangan kananku tepat ke arah bola mata sebelah kanan wajah monster kelinci. Kelinci pun terkapar.
Karena terkapar aku tidak menyia-nyiakan dan langsung menyerang kelinci itu sambil berteriak mencoba sebuah mantra Sihir dan juga membayangkan sihir yang pernah ku mainkan di sebuah game.
"Wind Cutter!"
Tegasku dan munculah tekanan angin tajam berbentuk bulan sabit keluar dari tanganku mengarah tepat ke kelinci itu
Dan seketika leher kelinci itu terpotong oleh serangan sihir anginku yang setajam pedang dan kelinci itu mati seketika.
"Ahh aku sangatlah kaget bukan kepalang. Aku kira yang akan muncul itu tadi adalah seekor monster buas. Namun ternyata hanya seekor kelinci saja kah."
Menghela nafas panjang dan menghembuskannya secara perlahan sambil menempelkan tangan kananku di dada, mencoba menenangkan kembali diriku ini.
Setelah cukup merasa tenang, aku berjalan, mengambil kelinci yang terpenggal oleh sihir anginku.
"Melihat bentukannya, ini seperti kelinci gunung pada umumnya, akan tetapi yang membedakan ada sebuah tanduk, apakah kelinci ini bisa dimakan yah?"
Aku bergumam sendiri gelap malam ini. Aku mencoba memegang tanduk monster kelinci ini, ini bertekstur keras seperti tanduk pada umumnya namun berbentuk spiral juga bagaikan cangkang siput.
"Bagaimana sekarang yah, aku belum terlalu lapar, tetapi monster kelinci ini nampaknya bisa di makan ,Namun hari gimana ini? Aku harus menyimpan dimana kelinci buruanku ini yah."
Aku berpikir, mencoba mengingat-ingat akan game yang sudah banyak ku mainkan.
Tak memakan waktu lama berfikir, aku teringat bahwa di dalam game juga pasti akan ada ruang penyimpanan, "ahh baiklah akan kucoba yang ini 'Storage Room'."
Tiba-tiba munculah lubang berwarna hitam tepat di samping kanan ku, kemudian aku masukkan kelinci mati itu ke dalam lubang hitamnya.
Setelah ku memasukkan kelinci mati itu munculah sebuah layar kembali di hadapanku. Namun layar iru berbeda dari yang sebelumnya. Di layar itu terlihat banyak sekali kotak-kotak kecil kosong dan di samping atas kiri ada satu yang terisi, yaitu kelinci yang ku bunuh barusan. Kemudian aku menggeser layar itu dengan tanganku ke arah kanan dan layar itu pun menghilang.
"Hmm... jadi begitu caranya yah." Gumamku sambil memegang dagu.
Setelah mulai memahami akan kerja layar kerja penyimpanan dan layar statusku, aku berjalan kembali mencari tempat peristirahatan yang nyaman bersamaan dengan mencari ranting kayu untuk memasak kelinci yang kudapatkan.
***
Di perjalanan mencari tempat untuk beristirahat, aku pun sekalian memungut beberapa batang dan ranting kayu kering yang tergeletak di pinggir jalan.
Hingga tak terasa ranting serta batang kayu yang ku pungut telah terkumpul banyak. Karena sudah merasa cukup, aku memasukkan ranting kayu itu ke 'Storage Room.'
Dan tak lama aku berjalan, aku menemukan tempat untuk ber'istirahat. Tempat beristirahat ku adalah di sebuah tempat di bawah pohon beringin yang besar nan rindang daunnya dan juga ada sebuah danau di belakang pohon beringin besarnya.
Sebelum aku memutuskan untuk beristirahat, aku berjalan ke danau dulu untuk membersihkan kelinci itu dengan sebuah batu yang tajam aku buat sewaktu di perjalanan. Setelah selesai membersihkan kelincinya, aku melangkah kembali kebawah pohon beringin.
Lalu aku mengeluarkan ranting serta batang kayu kering yang ku taruh di 'Storage Room' ku, kemudian aku menyusun ranting-ranting dan kemudian ia membuat api unggun secara tradisional.
Beberapa menit usahaku untuk menyalakan api unggun pun akhirnya terbayar. Api dengan perlahan mulai membesar, membakar batang dan ranting pohon. Setelah itu, aku mulai menaruh kelinci yang sudah ku bersihkan sebelumnya di atas bara api bisa dikatakan aku sedang memanggangnya saat ini.
Tak lama aroma yang keluar dari daging kelinci gunung yang dibakar menggugah rasa lapar ku. Aku mengangkat daging kelinci bakarnya mencoba mengecek kondisi daging apakah sudah matang atau belum. Aku mencubit sedikit daging kelinci. Kurasakan tekstur lembut saat ku cubit daging kelinci itu menandakan bahwa si daging kelinci sudah matang. Dari api unggun dan langsung melahapnya selagi panas-panas.
Terasa seperti daging ayam setelah aku memakannya, tekstur daging yang agak kenyal yah walaupun sedikit ada bau amis, namun sedikit bau amis itu tak bisa membuatku berhenti karena rasa lapar ku yang sudah stadium 4. Aku terus mengunyah dan mengunyah sampai tak terasa sudah habis hanya menyisakan tulangnya saja.
"Eeeeuuu...!" Suara sendawa yang ku keluarkan dari mulutku karena rasa lapar ku sudah terpenuhi menjadi rasa kenyang.
Secara perlahan aku menyender ke pohon beringin yang ada di belakangku, sambil menutup mataku yang mulai terasa berat karena serangan oleh rasa kantuk sehabis makan. Perlahan kelopak mataku mulai berat terasa, hingga akhirnya aku tertidur lelap.
***
Tak terasa Bulan sudah digantikan oleh terangnya Matahari pagi yang bersinar terang. kicauan burung terdengar sangat ramai diatas pohon sampai membangunkan dari tidurku yang nyenyak.
Aku menguap bersamaan me lenting kan badan dan mengangkat kedua tanganku tinggi-tinggi.
Aku kemudian berdiri dan berjalan menuju pinggir danau untuk membasuh mukaku yang masih setengah sadar.
Terasa segar air danau di tengah hutan yang ku pakai untuk membasuh wajahku ini dan saking segarnya membuat air itu dapat bisa diminum.
Setelah membasuh mukaku, dan membersihkan sisa menginap ku semalam, aku langsung melanjutkan kembali perjalanan untuk dapat mencapai kota terdekat di dunia ini.
***
Satu jam aku telah berjalan. Namun tujuan yang ku harapkan yaitu kota terdekat masih belum sampai juga. Wajahku sudah terasa panas bisa dibayangkan olehku sendiri saat ini pasti wajahku sedang memerah akibat panas .Matahari siang ini dan badanku sudah mulai terasa lengket karena keringatku mengalir deras menempel di pakaian kantorku. Karena tak kuat akan cuaca panas, aku akhirnya membuang jas dan dasiku agar dapat mengurangi rasa panas yang kurasakan saat ini.
"...long..., Tolong..." Teriak suara wanita yang meminta tolong keras terdengar jauh di arah sebelah barat ku.
Namun untuk pertama aku menghiraukan teriakan wanita itu, karena ku anggap suara itu mungkin hanya halusinasiku.
"Tolong...!! Tolong...!!" Suara teriakan seorang wanita terdengar kembali, sekarang nampak sedikit lebih keras dan lebih jelas dari sebelumnya.
Aku secara spontan langsung berlari dengan cepat menuju arah teriakan wanita itu. Semakin aku mendekat ke arah suara itu berasal, semakin keras pula suara teriakan itu.
Hingga sampailah aku di depan gua dimana sumber suara itu berasal. Tanpa banyak berpikir, aku langsung masuk ke dalam gua. Namun karena keadaan dalam gua yang tampak sangat gelap, aku pun susah sekali untuk melihat jalan di gua ini.
"Bagaimana ini? Kalau begini caranya aku tidak bisa cepat-cepat menyelamatkan wanita yang berteriak minta tolong itu." Gumamku sendiri.
Aku diam untuk sesaat dan memutar otakku, agar bagaimana caranya dapat melangkah cepat di go'a yang gelap ini. Dan muncullah satu buah ide dalam pikiranku.
"Sial kenapa tidak terpikir sebelumnya olehku, aku tinggal memakai sihirku saja untuk mencoba menerangi gua ini."
Aku langsung merentangkan tangan kananku ke arah depan dan mencoba membayangkan sebuah api ada di tanganku dan berkata,"'Fire.'"
Muncullah api besar berkobar keluar dari telapak tanganku, membuatku kaget dan panik.
"Ahh sial... gawat, gawat... bagaimana caranya aku mematikan api besar ini!" Ketus yang salah tingkah dan aku langsung mengepalkan tangan kanan ku yang mengeluarkan api dan api yang keluar itupun seketika padam.
"Fyuuuhh... akhirnya padam juga api nya." Aku Pun bernafas lega karena apinya bisa padam. Kemudian aku membuka kembali telapak tanganku dan membayangkan sebuah api kecil menyala di tanganku dan berkata "'Fire.'"
Dan munculah api kecil seperti nyala sebuah obor, kemudian setelah berhasil aku berjalan tanpa adanya halangan kegelapan di pandanganku.
Tak lama suara wanita yang meminta tolong itu terdengar kembali. Suara minta tolongnya semakin keras sampai bergema di dalam gua. Aku melangkahkan kakiku lebih cepat, karena takut aku tidak sempat menyelamatkan hidupnya.
Hingga akhirnya terlihatlah tiga monster berbadan tegap, berkulit hijau, bertelinga runcing, serta wajahnya yang seram dan mengerikan.
Mereka monster di dalam game yang biasa disebut dengan nama Goblin. Goblin itu sedang mengepung seorang gadis yang berteriak meminta tolong di pojok gua.
Tanpa pikir panjang aku mengeluarkan Sihir"'Wind Cutter.'" ke arah kepala tiga Goblin itu dan sihirku berhasil memenggal kepala goblin-goblin itu hingga tergeletak di tanah.
Darah yang keluar dari tubuh para goblin melumuri tubuhku dengan gadis itu. Karena kaget gadis itu langsung terduduk lemas tak bisa berkata apa-apa.
"Ahh akhirnya aku selamat." Ucap dalam pikiran wanita yang ku selamatkan.
Tak lama muncul kembali puluhan goblin dari lubang-lubang kecil yang ada di sekitar. Melihat situasi aku terkepung, aku pun menggunakan Sihir api ku dan membakar semua goblin yang mengepungku sampai mereka semua mati terpanggang.
Setelah aku mengalahkan sekumpulan monster goblin. Aku langsung melirik ke arah wanita yang tadi berteriak meminta tolong. Dia terlihat terdiam namun gemetar duduk lemas yang jaraknya tidak jauh di belakangku.
"Apakah kau baik-baik saja nona?" Kataku untuk mengkonfirmasi keadaannya.
"u... ak-aku baik-baik saja."
Aku bernafas lega kalau orang yang ku tolong ini baik-baik saja.
"syukurlah kalau begitu."
"Te-terima kasih atas pertolongannya ini." Jawabnya begitu dengan suara gemetar bergelombang.
Wanita yang di hadapanku mencoba untuk bangkit dari duduknya. Namun karena badannya masih lemas, baru sedikit dia mengangkat badannya, ia pun tak sanggup bangkit dan terjatuh duduk lagi.
"sini biar aku bantu berdiri." Ucapku begitu sambil mengulurkan tanganku dan melihat ke arah wajahnya, walaupun aku tak bisa melihat dengan jelas raut wajahnya wajahnya.
"Ahh maafkan aku. Tapi aku bisa bangkit sendiri." Wanita yang sudah ku tolong berkata begitu menolak untuk ditolong lebih.
Ia pun berusaha berdiri, akan tetapi baru setengah berdiri ia sudah terjatuh kembali. Beberapa menit telah berlalu, wanita di hadapanku masih terus berjuang untuk berdiri namun terus gagal dan sikap kerasnya itupun akhirnya membuat kesabaranku pun habis.
"Sudahlah. Lebih baik kamu ku gendong saja." Ketus kepadanya bersamaan dengan tanganku fi taruh di punggung serta di belakang lutut kedua kakinya bisa diartikan dengan istilah menggendongnya dengan gaya ala tuan putri.
"Uwaa... aa..!" Nampaknya dia terkejut akan tindakanku.
"E-ehh... tuan. Padahal kau tak perlu sampai segini nya tuan." Ucap nya dengan suara seperti orang yang grogi.
Namun aku menghiraukan perkataannya dan kemudian mulai berjalan melangkah ingin cepat-cepat dari gua yang gelap dan bau aroma dari darah goblin ini.
Tak lama aku melangkah cahaya terang dari sinar matahari pun terlihat di arah depanku, menandakan bahwa aku telah dekat dengan lubang keluar gua. Aku langsung menaikkan kecepatan langkah kakiku, bergegas untuk keluar.
Sampainya di luar gua, pertama kali aku menyipitkan mataku untuk sesaat karena merasa silau akan cahaya matahari.
Setelah penglihatan ku kembali normal tak merasakan silau kembali. Aku pun melihat kearahnya beralih-alih ingin melihat wajahnya.
Namun sangat di sayangkan, keinginanku tidak dapat terkabulkan, karena saat ini dia sedang menutup wajahnya dengan kedua tangannya, sehingga aku tidak bisa melihat wajah dia yang seutuhnya.
Aku menghela nafas dan bertanya kepadanya, "Apakah anda sekarang sudah bisa berjalan nona?"
"Umm... badanku masih lemas tuan penyelamat, bisakah anda sedikit lagi menggendongku?" Jawabnya wanita di pangkuan dengan nada yang lemah.
"Ahh baiklah kalau begitu. Untuk sekarang mari kita mencari sumber air terdekat untuk membersihkan noda darah goblin yang menempel ini."
Lalu aku sambil menggendong seorang gadis berjalan kembali. Keheningan menyelimuti perjalan kami saat mencari sumber air untuk membasuh badan kami yang penuh dengan darah goblin. tubuh gadis yang ku gendong gemetaran sehingga membuatku tak bisa berkata apa-apa lagi padanya.
Setelah cukup jauh aku berjalan, akhirnya aku menemukan sebuah sungai kecil dengan air mengalir sangat jernih sampai terlihat dasar sungainya.
Aku menurunkan wanita di pangkuanku secara perlahan di atas rumput hijau, setelah itu aku langsung menceburkan diri ke dalam sungai untuk membasuh pakaianku yang terkena darah serta membersihkan badanku yang sudah lengket.
Tak memakan waktu lama, aku telah selesai akan tujuanku yaitu membersihkan badan serta pakaianku dari darah goblin. Dan dengan sihir yang ingin ku coba yaitu sihir angin yang dapat mengeringkan bajuku. "Dry." Rapal sihirku bersamaan dengan membayangkan bentuk sihir yang ingin ku pakai di dalam pikiranku. Lalu Angin muncul langsung mengelilingi tubuhku dan secara instan langsung mengeringkan tubuh dan pakaianku yang basah.
"Ternyata mempunyai kekuatan sihir enak juga yah." Gumamku sendiri.
Lalu Aku melirik ke arah gadis itu yang terus menatapku sampai-sampai membuatku tak nyaman dan langsung berkata dengan ketus, "Jadi ada apa yah anda menatap saya dengan sangat tajam begitu?"
Wanita yang ku tolong tersentak, terkejut karena nada omonganku yang ketus, "Seb, sebenarnya aku ingin kamu menyingkir dulu dari sini, karena aku ingin membasuh tubuhku yang lengket karena darah dan kotoran."
"Baiklah kalau begitu, aku akan diam di balik pohon itu. Setelah selesai panggil aku yah!"
"Ba, baiklah...."
Aku berjalan ke sebuah pohon yang berada di belakangku kemudian duduk di balik pohon itu dengan tenang. Kemudian Aku menutup mataku secara perlahan dan beristirahat untuk beberapa saat karena tubuhku sudah mulai terasa lelah akibat perjalananku hari ini.
Lalu tak lama kemudian wanita yang ku tolong pun memanggil ku dengan omongan yang kasar.
"Hey kau aku sudah selesai, sekarang kau boleh muncul." Ucap seorang gadis yang ku tolong itu.
Perlahan aku membuka mataku lalu berdiri sambil menepuk-nepuk celana bagian belakangku dan setelah itu aku berjalan menghampirinya.
"Ahh bisakah kau tak berkata kasar padaku, padahal aku sudah meno-!"
Aku terkejut saat melihat sosoknya. Ternyata gadis yang ku tolong berwajah cantik jelita dan juga terlihat lebih muda dariku.
Rambutnya berwarna emas dengan merah marun yang ada di ujung rambutnya, payudaranya yang tidak besar maupun kecil terbentuk di balik uniform berwana merah putih, dan sebuah pedang rapier tergantung di pinggangnya.
"Jadi kau ini siapa?!" Ucapnya terhadapku dengan wajah yang jutek.
"Hei! Jika kau ingin kenal dengan seseorang, pertama-tama kenalkan lah dirimu dulu! Aku sudah repot-repot menolong mu, namun balasannya sikap yang tak berakhlak begini yah!" Balasku dengan nada ketus juga sambil mengerutkan alis di wajahku.
Setelah mendengar perkataanku raut wajahnya pun berubah melunak dan berkata, "Maafkan aku, Perkenalkan namaku Christie, aku adalah seorang petualang."
"Aku Keizaki Kazura, panggil saja aku Kazura. Salam kenal."
"Ehh...!"
Setelah mendengar namaku, Christie memiringkan kepalanya dengan ekspresi yang terkejut, bingung sekaligus heran.
"Keizaki... Kazura. Aku baru mendengar nama yang aneh seperti itu seumur hidupku."
Melihat tingkahnya yang begitu, aku cepat-cepat mengalihkan pembicaraan.
"Oh iya Christie-san, tadi kau menyebut bahwa kau seorang petualang benarkan?" Dengan senyum canggung.
"Iya itu benar. Memangnya kenapa Kazura-san?"
"Ahh tidak ada apa-apa. Cuman bertanya saja. Jadi..., berarti sekarang kita sudah di dekat suatu kota atau desa kan? Dan juga tak perlu formal itu memanggilku. Panggil saja Kazura."
"Baiklah kalau begitu Kazura. Yah sebenarnya kalau kota masih lumayan jauh sih, kira-kira sekitar satu hari lagi dari sini."
Mendengar perkataan Christie membuatku lemas karena masih begitu jauh ke sebuah kota.
"Jika kau ingin kesana kita jalan bersama saja, kebetulan aku juga mau pulang untuk membuat laporan ke guild."
"Yasudah kalau begitu mohon bantuannya Christie-san."
Lalu aku dan Christie melanjutkan perjalanan menuju ke desa.
Di perjalanan aku terus mengobrol dengan Christie. Dan sekarang ini Kota yang akan kami kunjungi sekarang bernama Elato. Kota Elato adalah sebuah kota kecil yang terletak di bagian utara dari Kerajaan Vótana yang makmur begitu yang kutahu dari Christie.
Kemudian kami beruntung saat menempuh perjalanan menuju Kota Elato. Tiba-tiba ada sebuah kereta kuda untuk mengangkut barang terhenti di depan kami.
"Christie-chan kamu mau kemana?" Ucap si kusir laki-laki tua sekitar umur 40an.
"Ahh ternyata Gion-san, aku mau pulang ke desa karena quest yang kujalani sudah selesai." Jawab Christie dengan senyuman.
"Ohh begitukah. Jadi siapa pemuda yang ada di sampingmu itu?" Ucap Gion kembali yang melihat ke arahku dengan rasa penasaran.
"Ahhh, pria ini adalah Reizaki Kazura. Dia katanya tersesat dari perjalanannya menuju ke Kota Elato, Gion-san." Begitu ucap Christie yang tidak tau akan kebenaran bahwa aku berasal dari bumi.
"Ohh begitukah, yasudah kalau begitu kalian naik, kebetulan aku juga akan kembali ke desa sehabis mengantarkan barang dari ibukota."
"Benarkah! Terima kasih Gion-san."
Lalu Christie dan Aku naik ke kereta kuda yang terbuka dan duduk di berdampingan dengan Christie, kemudian berangkat kembali melanjutkan perjalanan.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!