NovelToon NovelToon

Legend Of Lightning Warriors

Pertarungan Terakhir Sang Legenda

"Sekarang kau sudah dalam keadaan terpojok Pendekar Guntur. Bagaimana mungkin kau bisa bertahan dengan pasukanku yang mencapai jumlah 200 orang dengan Pendekar Surgawi tahap tujuh dan aku sendiri Pendekar Dewa tahap enam?" teriak seorang pria berbaju merah, semerah darah. Dengan tampang bengis di usianya yang sudah tua, dia terlihat seperti iblis yang haus darah.

"Sudahlah Pendekar Guntur, tak usah kau mengorbankan nyawa hanya demi satu buah kitab, berikan saja kitab itu kepada kepala tetua Raja Iblis Merah," teriak salah seorang Pendekar Surgawi.

"Cuihh...” Pendekar Guntur meludah. “Tidak sudi aku memberikan kitab ini kepada makhluk terkutuk seperti kalian. Lebih baik kitab ini aku bawa mati bersama denganku jika memang takdirku harus mati ditangan manusia busuk seperti kalian semua. Tapi aku rasa tidak mungkin aku akan mati ditangan kalian," jawab seorang pria tua yang memakai pakaian serba putih, terlihat sudah banyak darah yang terlukis di tubuhnya.

"Hemm ... keras kepala sekali kau. Mungkin kau memang sangat kuat, tapi bagaimana mungkin kau dapat mengalahkan kami semua? Apakah ucapanmu hanyalah sebuah keputusasaan karena kau akan mati?" terlihat senyuman mengejek Raja Iblis Merah kepada Pendekar Guntur.

"Tidak usah banyak bicara Raja Iblis Merah, rasakan jurus pamungkasku ini," jawab Pendekar Guntur dengan nada serius.

Pendekar Guntur pun mengeluarkan jurus yang ia pakai jika hanya dalam keadaan genting. Kemudian langit berubah menjadi gelap, awan putih menjadi kelabu. Ditemani suara guntur yang menggelegar di alam semesta. Membuat suasana begitu menyeramkan.

Seolah dia mempunyai perasaan, suara guntur itu semakin keras dan semakin menyeramkan, petir mulai bermunculan di mana-mana, seolah bagai pertanda bahwa ini adalah hari akhir dunia.

Melihat hal ini, Raja Iblis Merah bergidik ngeri, begitu juga dengan pasukannya. Mereka tidak menyangka bahwa Pendekar Guntur mempunyai kekuatan mengerikan seperti ini.

Mereka baru pertama kali melihat Pendekar Guntur mengeluarkan jurus ini.

"Apa yang akan terjadi, bagaimana mungkin dia berubah menjadi kuat tiba-tiba? Semuanya bersiap!" Raja Iblis Merah terlihat kebingungan, dia memerintahkan pasukannya untuk bersiap.

"Percuma saja, kalian sudah aku kurung didalam ruangan tak kasat mata. Aku sebenarnya tidak ingin menggunakan jurus ini, tapi apa boleh buat. Kalian yang memaksa." Pendekar Guntur berucap dengan nada serius.

Dia mengumpulkan tenaga dalamnya pada telapak tangan, lalu didorong ke atas langit. Dia berteriak, "Amarah Raja Guntur".

Tiba-tiba semuanya terasa berhenti sejenak, langit semakin bergemuruh bagaikan monster yang mengamuk, tak lama kemudian ...

"BOMMM"

Suara petir yang begitu mengerikan memekakkan telinga, seolah langit benar-benar marah, apapun yang ada di bawahnya hancur berantakan disambarnya, termasuk pohon di sekitar hutan tempat mereka bertarung. Petir itu tidak terhitung berapa banyak jumlahnya.

Hutan yang tadinya rimbun akan pepohonan, mendadak tandus bagaikan gurun pasir yang luas. Seolah langit melampiaskan amarahnya. Pasukan yang dipimpin oleh Raja Iblis Merah semuanya mati mengenaskan dengan tubuh gosong sebelum mereka mampu membalas serangan.

Yang tersisa hanyalah Raja Iblis Merah, itu pun tidak dalam kondisi yang lebih baik. Seluruh tubuhnya mengalami luka bakar yang parah. Dia berusaha bangkit dan mencoba untuk pergi secepat yang dia bisa saat ini.

Sementara itu, Pendekar Guntur sudah tidak ada lagi di tempatnya, ia pergi lebih dulu ketika petir menyambar bumi dengan ganasnya.

Ia sekarang berada di dalam goa dengan kondisi kritis. Pendekar Guntur membuat pelindung di depan mulut goa dengan sisa tenaga dalamnya. Membuat goa itu jadi tidak terlihat oleh siapa pun, dia pun bisa berdiam diri di dalam goa tersebut.

Setelah kejadian beberapa ratus tahun tersebut, Pendekar Guntur yang bisa memanggil petir dengan jumlah tak terhitung serta bisa membunuh ratusan pendekar Surgawi tahap tujuh dan satu Pendekar Dewa tahap enam, menjadi legenda di hingga saat ini.

Kekaisaran Wei

Pagi hari di sebuah tempat yang bernama Desa Guntur, terlihat orang-orang akan pergi untuk melakukan kegiatannya kembali. Ada yang menjadi pedagang, petani, dan lain sebagainya. Desa ini masuk dalam wilayah Kekaisaran Wei.

Raja Kekaisaran bernama Kaisar Wei Lhuo, dia dikenal dengan sosoknya yang lemah lembut kepada rakyat dan juga bijaksana. Hal ini membuatnya dicintai dan semakin disegani oleh rakyatnya.

Suasana di wilayah kekaisaran terlihat damai sebelumnya. Namun semenjak beberapa waktu terakhir ini, muncul berbagai macam masalah. Salah satunya telah terjadi kekacauan di wilayahnya yang diakibatkan oleh sekte aliran hitam.

Meskipun masalah itu masih bisa diatasi oleh pihak Kekaisaran, tetap saja kaisar tidak tenang dan terlihat khawatir. Dia merasa tidak tega melihat rakyatnya yang tidak bersalah meregang nyawa dengan tanpa sebab oleh sekelompok aliran hitam.

'Apa sebenarnya tujuan kelompok aliran hitam itu ke sini, siapa sebenarnya mereka?' gumam Kaisar Wei Lhuo terlihat kebingungan di dalam kursi singgasananya.

Suasana di sana hening, Kaisar dan yang lainnya tampak kebingungan tentang masalah yang terjadi saat ini. Hingga akhirnya salah satu prajurit kerajaan datang untuk melaporkan sesuatu kepada raja.

"Lapor Kaisar," ucap prajurit itu sembari memberi hormat kepada kaisar.

"Ada apa prajurit? Berita apa yang kau dapat dari mata-mata kita?" tanya kaisar Wei Lhuo kepada prajurit.

"Hamba mendapatkan laporan dari mata-mata, bahwa kelompok aliran hitam yang menyerang wilayah adalah sekte Tengkorak Kegelapan," kata prajurit.

"Hmmm... Tengkorak Kegelapan, apa yang mereka inginkan dari wilayahku?" tanya kaisar, dia nampak kebingungan karena sebelumnya yakin tidak ada masalah dengan kelompok Tengkorak Kegelapan.

"Mereka datang ke sini selain merampas harta rakyat ternyata untuk mengetahui lokasi salah satu kitab pusaka. Yaitu Kitab Halilintar," prajurit itu memberikan laporan dengan sedikit rasa takut.

"Hmmm, baiklah. Perketat lagi benteng pertahan di perbatasan!" perintah Kaisar.

"Perintah akan segera hamba laksanakan," prajurit itu langsung undur diri dari hadapan kaisar yang dibalas dengan anggukan.

"Jendral Gui Huo, apakah ada kemungkinan sekte Tengkorak Kegelapan melakukan serangan besar-besaran ke wilayah kita hanya karena Kitab Halilintar yang belum pasti di mana lokasinya?" tanya kaisar yang terlihat kebingungan sekaligus khawatir.

"Kemungkinan besar semua bisa saja terjadi kaisar, namun hamba yakin. Mereka juga tidak akan langsung menyerang wilayah kita. Mereka pasti akan mencari tahu dulu kebenarannya. Yang jelas, tujuan mereka saat ini adalah merampas harta rakyat, dan membuat kekacauan," ucap jendral Gui Huo.

"Kalau begitu, perketat keamanan di wilayah kita. Kirim beberapa pendekar Langit tahap akhir dan satu Pendekar Surgawi ke masing-masing lokasi rawan di setiap wilayah kekaisaran!" perintah Kaisar Wei Lhuo.

Dia melangkah menuju salah satu ruangan dan meninggalkan singgasananya. Kaisar pusing tujuh keliling, sehingga yang bisa dilakukan untuk saat ini adalah memperketat penjagaan. "Hahh..." Kaisar menghela nafasnya.

###

Di tengah hutan larangan, seorang anak tengah berlari tak tentu arah. Anak itu sedang dikejar-kejar harimau merah yang ingin memangsanya.

Awlanya anak itu niat berburu ayam hutan untuk makan malamnya nanti. Namun siapa sangka, bukannya berburu, yang ada malah sebaliknya. Dia terus dikejar oleh seekor harimau merah yang seukuran sapi dewasa tanpa henti.

Hingga pada akhirnya, bocah yang berumur sekitar tiga belas tahun itu kelelahan juga. Harimau merah yang mengejarnya terlihat semakin dekat dan siap untuk memangsanya, harimau itu berjalan mendekat. Dia terus menunjukkan taringnya yang sangat tajam bagaikan mata tombak kepada bocah itu.

Anak kecil tersebut terpojok di sebuah tumpukan bebatuan, mirip dengan goa yang terlihat menyeramkan dan dipenuhi ilalang setinggi satu meter. Tak perlu waktu lama, harimau merah itu semakin dekat dan akhirnya dia berhasil menggigit bagian punggung bocah malang itu.

Luka gigitan harimau merah nampak dalam, darah keluar dengan deras, hingga akhirnya ia pingsan tak sadarkan diri dengan luka yang mengenaskan.

Saat melihat bocah buruannya sudah pingsan karena terlalu banyak kehilangan darah, harimau merah itu bersiap untuk langsung memakannya.

Namun siapa sangka, saat harimau merah akan mencabik-cabik bocah yang tak sadarkan diri itu, sebuah petir menyambar telak tubuhnya. Harimau merah itu mati mengenaskan dengan tubuh gosong.

Kondisi bocah yang pingsan tadi semakin buruk, darah terus keluar dari luka akibat gigitan harimau merah. Hingga pada akhirnya, sesuatu aneh pun terjadi.

Penerus Sang Legenda

Tubuh bocah itu mendadak terbang memasuki tumpukan batu yang ternyata adalah sebuah pintu untuk masuk ke dalam goa yang nampak berusia sudah sangat tua. Namun, sebelum tubuhnya terbang memasuki goa, hal yang nampak mengerikan terjadi.

Langit mendadak gelap, gemuruh guntur dan sambaran halilintar terdengar di mana-mana. Bersamaan dengan itu, tumpukkan batu yang hanya terbuka sedikit tersebut mendadak terbuka lebar.

Bersamaan dengan itu, tubuh bocah tadi melayang memasuki ke dalam goa. Setelah memasuki goa, gemuruh guntur dan sambaran halilintar kembali terdengar. Seolah tertuju tepat kepada goa itu.

Gemuruh guntur dan sambaran halilintar perlahan menghilang, senada dengan hilangnya goa tersebut dari pandangan. Goa itu lenyap bagai ditelan bumi. Yang tersisa hanyalah tumpukan batu yang terlihat sudah berumur tua.

Di tempat lain, tetua tertinggi sekte Pemuja Iblis yaitu Raja Iblis Merah merasakan firasat buruk ketika melihat ke atas langit. Seolah kejadian seperti ini terasa tidak asing baginya, ia berusaha untuk mengingat-ingat tentang kejadian tersebut.

Setelah berpikir dan mengingat cukup lama, akhirnya Raja Iblis Merah teringat akan kejadian berberapa ratus tahun lalu ketika dirinya hampir kehilangan nyawa.

Menyadari hal tersebut, firasat buruknya semakin menjadi, seolah ini semua sebagai pertanda bahwa kematiannya tidak lama lagi.

"Celaka, pertanda ini berarti bahwa Kitab Halilintar telah ditemukan lokasinya, Aku harus bergerak cepat bertambah kuat sebelum terladi sana dia bergumam sendiri dengan serius, hatinya menjadi sangat gelisah dan pikirannya kacau tidak karuan.

Sementara di dalam kekaisaran, suasana yang tadinya tenang mendadak ricuh. Semuanya kaget dengan fenomena ini, termasuk Kaisar Wei Lhuo sendiri.

Dia tak tahu apa yang sedang terjadi, Kaisar Wei Lhuo merasa sangat khawatir. Apalagi saat ini sedang ramai sekali kekacauan yang diakibatkan oleh sekte Tengkorak Kegelapan. Dia khawatir fenomena ini ada sangkut pautnya dengan aliran hitam.

Mengingat hal itu, Kaisar menjadi semakin panik. Dia memutuskan untuk memasuki ruangan singgasananya dan bertanya kepada abdinya, siapa tahu disana ada yang mengetahui tentang fenomena ini.

"Penasihat Mu, menurutmu pertanda apakah ini semua? Apakah pertanda baik atau buruk? Aku merasa khawatir sekali. Terlebih mengingat sekarang sedang banyak terjadi kekacauan di wilayah kita," tanya Kaisar kepada penasihat yang bernama Mu Ying.

Mu Ying merupakan Penasihat Kekaisaran Wei, usianya sekitar 230 tahun. Tapi berkat kepandaiannya yang mumpuni, ia masih bisa terlihat sekitar 50 tahun. Hanya rambut dan janggutnya saja sudah putih semua, dia merupakan salah satu Pendekar Dewa tahap tiga yang ada di Kekaisaran Wei.

"Menurut hamba ini semua pertanda baik kaisar, mengingat pertarungan legenda Pendekar Guntur dengan Raja Iblis Merah dahulu kala ditandai dengan kejadian yang mirip seperti sekarang. Saya rasa, ini akan menjadi awal bahwa sang legenda telah menemukan seorang murid sebagai penerusnya."

"Namun di sisi lain kita juga harus waspada, ketika Pendekar Guntur mengangkat seorang murid maka sudah dipastikan keberadaan tentang Kitab Halilintar telah diketahui, dan sekte aliran hitam akan mencarinya untuk mendapatkan kitab tersebut. Jadi kita harus benar-benar meningkatkan pertahanan kita dan berjaga-jaga jika kelompok aliran hitam menyerang, karena saya merasa tempatnya tepat berada di hutan larangan di belakang wilayah kekaisaran," Penasihat Mu Ying menjelaskan.

"Dari mana Penasihat Mu tahu tentang semua itu?" tanya kaisar.

"Aku mengetahui semuanya dari guru hamba si Elang Hitam Zhou Zi, ciri-ciri yang diberikan olehnya sangat persis dengan yang terjadi sekarang," kata Penasihat Mu.

Mendengar hal itu kaisar hanya menganggukkan kepalanya tanda ia faham. Sekarang dia merasa lega setelah mendengar penjelasan Penasihat Mu. Tapi di sisi lain Kaisar Wei Lhuo juga merasa khawatir, karena jika semua benar berarti wilayahnya akan menjadi arena pertumpahan darah.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!