NovelToon NovelToon

Menjemput Bahagia Bersamamu

Perawan Pulau Bangka

Kanaya Davilla Myezha adalah gadis cantik berwajah mungil dengan tinggi badan 160 cm, kulitnya yang kuning gading dan rambut ikalnya yang selalu tertata rapi. Usainya baru enam belas tahun. Dia tinggal di daerah Bukit Intan, Pangkal Pinang, Kepulauan Bangka Belitung. Dia tinggal berdua dengan kakeknya yang sekarang berusia tujuh puluh delapan tahun, seorang pensiunan PT Timah. Sejak kecil dia di asuh oleh kakeknya setelag kematian sang ibu saat dia masih duduk di kelas dua sekolah dasar. Kedua orang tuanya bercerai dan maminya kembali ke Pangkal Pinang kerumah orang tuanya.

Sebenarnya dia masih punya seorang Papi yang berada di daerah Lembang, Bandung. Namun dia jarang sekali bersama Papinya. Maklum, Papinya sudah memiliki keluarga baru disana. Dia hanya sesekali mengunjungi Papi nya saat liburan sekolah, itupun jika Papinya mengirimkan ongkos untuknya kesana. Jika tidak dia hanya menghabiskan liburannya dirumah.

Dia merupakan idola disekolahnya. Selain karena cantiknya, dia juga pintar dan selalu masuk rengking lima besar dikelasnya. Bagi Naya, kakeknya adalah orang tuanya. Yang membesarkan dia seorang diri, pengganti mami dan papinya.

Saat ini kondisi kakeknya akhir-akhir ini kurang baik. Dia sering sakit sakit-sakitan. Tubuh rentanya tak sanggup lagi bekerja. Dia hanya menghabiskan hari-harinya diatas tempat tidur. Untuk berjalan kakek agak sulit dan terseok-seok. Makanya Naya menyiapkan segala kebutuhan kakek dikamarnya. Kamar mandi ada didalam kamar, jadi kakek tak perlu jauh-jauh kekamar mandi. Dengan berjalan pelan-pelan dia bisa melakukannya sendiri.

"Kek, Naya berangkat sekolah dulu ya ... "

Kanaya pamit pada kakeknya, dia berangkat sekolah dengan berjalan kaki. Jarak sekolahnya tidak begitu jauh dari rumahnya. Dia sudah terbiasa hidup sederhana bersama kakeknya. Sepulang sekolah Naya langsung melakukan pekerjaan rumah, beberes rumah, mencuci, memasak dan semua pekerjaan rumah tangga lainnya bisa dia kerjakan dengan cekatan.

*****

"Kek, makan malam sudah siap. Mau Naya bawakan kekamar?"

"Iya, Nak. Terima kasih" ucap Kakek.

Naya mengambilkan sepiring nasi dengan sayur bening hangat dan sepotong tempe goreng kesukaan kakeknya. Naya menunggui kakek selesai makan. Lalu membereskan piring makan dan kembali ke kamarnya untuk mengerjakan PR setelah memastikan kakek minum obat dan tidur.

Dia menutup pintu kamar perlahan-lahan agar kakek tidak terbangun. Memeriksa semua pintu dan jendela rumah, memastikannya sudah terkunci dengan baik.

"Mami ... Naya kangen mami ... "

Naya terpaku pada poto Mami nya yang terpajang di meja kamarnya. Dia selalu berharap mempunyai keluarga yang utuh, dalam khayalannya keluaga yang utuh akan memberinya kebahagiaan. Dia tak tahu kenapa dulu Mami dan Papinya berpisah. Yang dia dengar mereka tidak pernah menemui kecocokan. Saat dia baru berumur sebulan, Papinya menggugat cerai sang Mami. Lalu Mami kembali ke Pangkal Pinang.

"Seandainya aku menikah nanti, aku ingin mempunyai suami yang penyayang, dan sholeh. Yang bisa membimbingku ke jalan kebahagian didunia dan akhirat. Kalau aku bertemu dengan sosok laki-laki itu, akan aku perjuangkan dia sampai akhir hayatku"

Lamunan Naya kembali berjalan di dunia hayalnya. Dia sampai lupa menulis rumus matematika yang harus dia kerjakan. Sadar dari lamunannya dia langsung mempercepat mengerjakan PR nya. Lalu pergi tidur.

Pagi-pagi sekali sebelum adzan subuh, Naya sudah terbiasa bangun dan mengurus keperluan rumah. Memasakkan sarapan dan makan siang buat kakeknya. Lalu mempersiapkan keperluannya buat sekolah.

Pukul enam empat puluh lima menit dia sudah berangkat kesekolah. Sekolahnya masuk pukul tujuh lima belas menit dan pulang pukul satu siang.

******

Tamu Istimewa Kakek

Pukul sepuluh pagi, kakek duduk di tepi tempat tidurnya. Dia berusaha bangun dan mengambil segelas air minum. Tenggorokannya terasa kering sekali.

Tok ... Tok...

"Assalamualaikum ... "

"Waalaikumsalam ... " Kakek menjawab salam dari dalam kamar. Kakinya tak cukup kuat untuk berjalan.

"Siapa?? Masuklah!!" teriak Kakek dari dalam kamar.

Cekreeeeekkk ...

Suara pintu depan terbuka. Lalu suara langkah kaki seseorang mendekati kamar. Dari balik gorden kamar muncul seorang laki-laki muda, umurnya sekitar 27 tahun. Dia tersenyum dan menghampiri kakek.

"Apa kabar, Kek?" sapa seorang laki-laki muda.

"Kabarku seperti inilah, Nak. Maaf anak ini siapa ya?"

"Saya Adrian, Kek. Putra dari bapak Syahril Nugraha"

"Syahril Nugraha? Astaga.... Kamu cucu nya Pak Zai rupanya. Rian?"

"Betul, Kek. Saya Rian. Adrian Fauzy Nugraha"

"Ya, Tuhan... Kamu rupanya. Dulu waktu kakek bertemu terakhir kali denganmu, kamu masih SMA"

"Kakek apa kabar? Rian dengar kakek sedang sakit??!"

"Iya, nak. Sakit tua. Biasalah ... "

"Kakek tinggal sendirian?" tanya Rian.

"Tidak. Ada cucu kakek. Tapi dia sedang sekolah. Nanti siang baru pulang. Maaf, kakek tidak bisa menyuguhkan apa-apa. Untuk berjalan saja kakek sulit"

"Tidak apa-apa, Kek. Rian hanya mampir sebentar. Rian habis menengok makam Papa dan Mama. Kebetulan libur beberapa hari jadi menyempatkan diri untuk mampir"

"Kamu menginap dimana, Nak?"

"Dipenginapan didekat sini, Kek"

"Kenapa harus di penginapan. Ini juga rumah mu. Kalau kesini, menginap saja dirumah ini"

"Terima kasih, Kek. Nanti merepotkan kakek"

Kakek dan almarhum kakek Rian adalah mantan karyawan dan atasannya di PT Timah. Kakek Rian adalah seorang manajer yang sangat jujur. Sedangkan ayahnya hanya seorang pegawai negeri biasa. Hubungan yang sangat dekat antara kakek dan Pak Zai, kakek Rian, terbilang sangat dekat. Pak Zai merupakan panutan bagi seluruh karyawan.

Sejak kematian ayahnya akibat kecelakaan sepeda motor lima belas tahun yang lalu, Rian dan ibu nya yang hanya ibu rumah tangga hidup dari pensiun Papanya disebuah rumah kontrakan sederhana. Lima tahun kemudian Mamanya meninggal dunia. Rian yang saat itu sedang berkuliah di Bandung, memutuskan untuk menetap disana setelah kematian mamanya. Rian lulus kuliah di ITB dengan beasiswa prestasi full hingga dia lulus dengan cumlaude sebagai lulusan terbaik.

Dan baru kali ini lagi dia menjejaki tanah kelahirannya. Tempat dimana kedua orang tuanya dimakamkan.

******

"Assalamualaikum, Kek ... Maaf Naya terlambat. Tadi ada tugas tambahan disekolah. Jadi kami kerja kelompok sebentar" ucap Naya sambil meletakkan tas ranselnya. Wajahnya terlihat penat dan letih.

"Waalaikumsalam, tidak apa-apa nak. Bersihkan dirimu lalu makanlah!"

"Makan?" tanya Naya sedikit terkejut.

"Iya, tadi nak Rian yang memasakkan untuk kakek. Dia pintar sekali memasak"

"Rian?? Siapa dia, Kek?!"

"Cucu atasan kakek di Timah dulu. Tadi dia mampir kesini"

Waahh... Kebetulan kalau sudah ada yang masak, aku memang sedang capek sekali, pikir Naya. Tapi ternyata bukan hanya masak, rumah dan peralatan masaknya sudah dibersihkan.

"Sering-sering aja begini" batin Naya.

Naya berjalan halaman belakang, dilihatnya beberapa potong seragam dan baju kakek yang tadi pagi direndamnya sudah terjemur. Dia berniat mencucinya sepulang sekolah.

"Rajin sekali orang ini. Jarang sekali ada laki-laki serajin dia. Bisa melakukan pekerjaan rumah sendiri. Katanya dia cucu mantan atasan kakek. Kok aku tak pernah tahu ya" pikir Naya.

Naya mengambil piring dan menuju meja makan. Dia membuka tudung dan diadalamnya sudah tersedia sayur, nasi dan lauk pauknya. Naya mengambil nasi dan sayur dan meletakkannya kedalam piringnya.

"Hmmm...enak sekali. Rasanya pas. Orang itu pintar masak juga rupanya"

******

Permintaan Kakek

"Naya ..." panggil kakek hari itu. Naya baru saja selesai menggosok semua pakaiannya. Dia buru-buru merapihkan gosokan nya. Lalu bergegas menemui kakeknya dikamar.

"Ada apa, Kek?" Naya segera menghampiri kakeknya dikamar.

"Sedang apa kamu, nak?"

"Baru saja selesai menggosok baju, Kek. Ada apa, Kek"

"Duduklah, Nak. Kakek ingin bicara"

"Baik, Kek" Kanaya duduk di sebelak kakeknya. Mendengarkan baik-baik apa yang hendak dibicarakan kakeknya pada dirinya.

"Nak, ... Kakek ini sudah tua dan sakit-sakitan. Kakek takut umur kakek tidak lama lagi. Kakek khawatir sama kamu, Nak. Nanti jika kakek tak ada, siapa yang akan menjaga mu kelak. Kakek tak mungkin mempercayakan mu pada Papimu. Sedangkan dia sendiri tak pernah menemuimu kesini, jika tidak kamu yang kesana" papar Kakek memulai pembicaraan.

"Papi mu pun tak pernah mengirimkan nafkah buat mu, Nak. Selama ini kita hanya hidup dari kita dari hasil dagang kakek diwarung. Dan sudah sebulan sejak kakek sakit warung kita tutup , Nak. Jika kakek tidak ada bagaimana, nasibmu nanti. Siapa yang akan melindungimu, yang akan menjagamu?" jelas Kakek lagi.

"Kakek, jangan terlalu mengkhawatirkan hal itu. Percayalah Naya akan baik-baik saja" Naya mulai terbawa suasana. Hatinya terenyuh mendengar kata-kata kakeknya tadi.

"Bukan begitu. Anak perempuan tanpa mahram akan sangat berbahaya. Akan banyak fitnah, Nak. Kakek berniat menikahkan mu dengan seseorang. Kakek tahu benar latar belakang keluarganya. Dan kakek yakin dia akan bisa menjagamu dengan baik" ucap Kakek kemudian.

"Menikah?? Tapi kan Naya masih sekolah, Kek. Mana bisa"

"Kalau hanya ijab kabul secara agama saja bisa. Nanti setelah kamu cukup umur baru kalian urut surat nikah kalian ke KUA"

"Tapi, Kek ... "

"Kakek harap kamu tidak menolaknya kali ini. Ini semua demi kebaikan kamu"

"Bagaimana dengan Papi, Kek. Dia kan wali nikah Naya. Apa Papi setuju?"

"Kamu bicaralah baik-baik dengan Papimu"

" Ya Tuhan ... tak terbayang olehku harus menikah diumur enam belas tahun" batin Naya.

******

Naya mencoba menghubungi Papinya. Namun Papinya sedang berada di luar negeri untuk urusan bisnis. Dia mengirimkan pesan melalui email pada Papinya. Meminta Papi datang menikahkan dia.

"Papi sedang sibuk, lain kali saja kita bicara" jawabnya sambil memutus hubungan telepon nya.

Naya mencoba mengirimkan pesan WhatsApp ke ponsel papinya. Hanya di read tanpa di balas. Dan untuk kesekian kalinya papinya tidak mengindahkannya.

Naya mencoba menghubungi ibu tirinya, mengatakan niat nya dan meminta mereka hadir nanti. Cuma respon negatif yang diberikan ibu tirinya. Dua hari kemudian baru datang balasan pesan WhatsApp dari Papinya.

"Lalukan sesukamu, Papi sedang banyak urusan. Kalau sudah mau menikah ya menikahlah. Wakilkan saja dengan wali hakim. Kamu selalu saja mengganggu pekerjaanku" bentak Papinya saat Naya mencoba menghubungi nya lagi.

Naya terdiam. Hatinya sangat sedih.

"Apa jawaban Papi kamu, Nak?" tanya Kakek. Kakek melihat ekspresi sedih dari wajah Naya.

"Papi sedang banyak pekerjaan, Kek. Dia sedang ada di Singapura"

"Kalau begitu biar penghulu saja yang menikahkan mu nanti"

Naya menatap kakeknya. Dalam hatinya terdapat ribuan pertanyaan dan kegundahan. Tapi dia sungkan menolak permintaan kakeknya.

"Kek, apakah kakek yakin dengan pilihan kakek? Apakah laki-laki itu bisa membahagiakan Naya, Kek?"

"Percayalah pada kakek, Nak"

Naya kembali kekamarnya. Dia menangis tanpa besuara. Sesak dadanya memikirkan kelanjutan hidupnya kelak. Dia masih ingin bersekolah dan menikmati masa remajanya.

******

"Ada apa kakek memintaku datang kesini?" tanya Rian pagi itu.

"Maafkan kakek yang sudah menggangu pekerjaanmu, Nak Rian"

"Ah, tidak Kek. Kebetulan masa cuti ku belum habis. Jadi aku masih berada Bangka. Lusa aku baru kembali ke Riau daratan, Kek"

"Kamu terlihat gigih bekerja. Sama percis seperti almarhum kakekmu" Kakek memuji calon cucu menantunya itu. Dia benar-benar yakin kalau Adrian adalah orang yang tepat buay Naya.

"Kakek, bisa saja. Aku sudah terbiasa hidup mandiri, Kek. Karena tak ada lagi kerabat yang aku punya didunia ini"

"Begini, Nak Rian. Sebenarnya kakek mau minta tolong sama nak Rian" Kakek membuka kata obrolan.

"Jika aku bisa bantu akan ku bantu, Kek. Katakan saja ada apa?" jawab Rian.

"Dua tahun yang lalu kakek di diagnosa menderita penyakit kangker kelenjar getah bening. Waktu itu masih stadium awal. Namun kakek tak pernah memeriksakan kesehatan kakek lagi. Bahkan, Naya cucu kakek tak tahu tentang masalah ini. Belakangan ini kakek merasa, tubuh kakek semakin lemah, kakek tak berani menceritakannya pada Naya, kakek takut dia khawatir. Naya adalah cucu kakek satu-satunya. Anak dari Maryam, putri tunggalku. Dia sebenarnya mempunyai seorang ayah, namun sejak lahir dia tak pernah mengurus Naya. Bagi Naya sekarang hanya kakek lah satu-satunya keluarga yang dia punya. Kakek takut umur kakek tidak panjang. Kakek takut tidak ada yang akan menjaga dan melindungi Naya jika kakek tiada nanti. Jadi kakek ingin meminta mu untuk menjadi suami Naya, menikah dengannya. Agar ada seseorang yang bisa kakek percaya untuk menjaganya kelak" papar Kakek panjang lebar pada Rian.

"Menikah?" Rian mengerutkan kedua alisnya.

"Iya, Kakek yakin kamu bisa menjadi imam yang baik untuk Naya. Sekarang Naya baru berusia enam belas tahun. Kakek mau kalian menikah secara agama dulu. Jika Naya sudah cukup umur dan selesai sekolahnya, barulah kalian urus surat nikah kalian nanti" jelas Kakek lagi.

"Naya masih sekolah?" tanya Rian.

"Iya"

"Tapi kek, apakah Naya mau menerimaku. Aku ini hanya seles penjualan biasa. Gajiku tak besar. Lagian kami pun belum pernah bertemu sebelumnya" Rian merendahkan diri.

"Itu tidak masalah. Urusan rezeki Tuhan yang mengatur. Kakek yakin kamu punya rasa tanggungjawab yang besar sebagai seorang laki-laki"

"Tapi bagaimana perasaan Naya, Kek?" tanya Rian lagi.

"Kakek rasa dia mau menerimamu sebagai suaminya. Bagaimana denganmu nak, Rian?"

"Kek, ... Izinkan aku bicara dari hati ke hati dengan Naya"

Kakek belum sempat menjawab permohonan Rian dia sudah merasa tubuhnya lemas dan berkali-kali memuntahkan semua isi perutnya. Rian membantu kakek membersihkan diri dikamar mandi. Lalu membimbingnya kembali ke tempat tidur. Rian menuju dapur dan membuatkan teh panas agar kakek merasa lebih nyaman. Rian meminta kakek untuk berobat ke rumah sakit namun dia menolaknya. Akhirnya Rian menungguinya hingga kakek tertidur.

******

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!