Nifa adalah seorang gadis yang dianggap sial oleh keluarganya. Saat Nifa dilahirkan, Bu Sari alias ibunda dari Nifa harus merenggang nyawa. Pak Hamzah atau ayah dari Nifa saat itu sangat terpukul dengan kepergian istrinya. Begitu juga dengan ketiga kakak Nifa yang bernama Panji, Della, dan Faris juga ikut terpukul dengan kepergian ibundanya. Kepergian Bu Sari atau ibunda Nifa untuk selama lamanya membuat semua keluarga membenci Nifa.
Sejak kecil, Nifa dirawat oleh Mpok Maimunah seorang asisten rumah tangganya. Mpok Maimunah sangat menyayangi Nifa seperti cucunya sendiri. Nifa juga menjadi seorang yang rendah hati dan pekerja keras karena didikan dari Mpok Maimunah. Nifa sangat bersyukur Mpok Maimunah sangat menyanyanginya seperti neneknya sendiri.
Hingga saat ini usia Nifa sudah menginjak 18 tahun. Nifa ingin melanjutkan kuliah seperti ketiga kakaknya. Bagi Nifa, dengan sukses kuliah mungkin Nifa bisa membahagiakan keluarganya. Namun sayangnya, Pak Hamzah tidak bangga sama anak bungsunya itu. Pak Hamzah yang sangat membenci Nifa menyatakan tak sudi membiayai kuliah Nifa.
"Ayah, Nifa ingin melanjutkan kuliah," ucap Nifa
"Apa? kau mau kuliah? sebaiknya kamu urus saja rumah ini jika masih ingin tinggal disini," ucap Pak Hamzah
"Ayah, Nifa juga ingin seperti kakak. tolong izinkan Nifa kuliah. untuk biaya, ayah tidak usah khawatir. Nifa akan berusaha mendapatkan beasiswa sehingga tak membebani ayah," jawab Nifa
"Terserah, aku tidak peduli. kamu adalah gadis pembawa sial di rumah ini. melihat wajahmu saja aku sangat muak," ucap Pak Hamzah
Pak Hamzah pergi meninggalkan Nifa menuju kamarnya. Sementara Nifa, dirinya hanya terduduk menangis di sofa ruang tamu karena sakit di hatinya.
"Ya Tuhan, mengapa ayah dan kakak selalu membenciku? apakah aku tak pantas dilahirkan di dunia ini?" batin Nifa
Nifa terus menangis di ruang tamu hingga saat itu dirinya terkejut tiba tiba Della kakak perempuanya memanggili namanya.
"Nifa !!! Nifa!!!! " teriak Della
"Iya Kak, sebentar," jawab Nifa
"Nifa !!! cepat !!!" teriak Della
Nifa berlari menuju kamar Della dengan terburu buru. Sesampainya di kamar, Nifa kemudian bertanya maksud Della memanggilnya.
"Kak Della, ada apa?" tanya Nifa
"Kamu itu budeg atau bagaimana sih? lelet banget dari tadi dipanggili," jawab Della
"Maaf Kak, Nifa sudah berusaha secepat mungkin untukmemenuhi panggilan Kak Della," ucap Nifa
"Makanya punya tubuh itu di jaga, Dasar Cebol," jawab Della
"Iya Kak," ucap Nifa
"Sekarang kamu bersihkan sepatuku sampai mengkilat. jangan sampai ada noda. Hari ini aku mau menghadiri pesta," ucap Della
"Iya Kak," jawab Nifa
"Gak pakai lama, Cepetan *** Cebol !!! jangan matung mulu didepan pintu," saut Della
"Iya Kak," jawab Nifa
Mendengar kata Cebol lagi lagi membuat hati Nifa terasa teriris. Cebol adalah panggilanya saat di sekolah. Nifa dipanggil Cebol oleh teman temanya karena memang dirinya memiliki tubuh yang pendek dan gendut. Namun Nifa tidak pernah membalas karena sadar akan kekuranganya. Nifa bukan tipe orang yang pendendam. Justru Nifa selalu mendoakan yang baik baik untuk seseorang disekitarnya.
Beberapa menit kemudian, Nifa sudah selesai tugasnya membersihkan sepatu Della. Setelah membersihkan sepatu Della, Nifa merasa lapar. Tanpa berpikir panjang, Nifa berjalan menuju dapur melihat sisa makanan. Dan kebetulan saat di dapur Nifa bertemu dengan Mpok Maimunah.
"Eh, Non Nifa disini. Non Nifa butuh sesuatu?" tanya Mpok Maimunah
"Nifa belum makan siang Mpok, apa masih ada makanan?" tanya balik Nifa
"Ada Non, sebentar ya Mpok hangatkan dulu. Non Nifa duduk disini dulu saja," jawab Mpok Maimunah
"Iya Mpok," saut Nifa
Beberapa menit kemudian, makanan sisa makan siang tadi sudah di hangatkan Mpok Maimunah.
"Non, ini makananya," ucap Mpok Maimunah
"Iya, terima kasih Mpok. Nifa akan memakanya," jawab Nifa
Nifa saat itu hendak menyendok makananya kedalam mulutnya. Namun, belum juga masuk dalam mulut, Nifa dikejutkan dengan teriakan kakak laki lakinya Faris yang memanggilnya.
"Nifa !!! Nifa !!! " teriak Faris
"Iya Kak !!!" teriak Nifa
Nifa tak jadi melanjutkan makanan karena dirinya harus bergegas berlari menuju kamar Faris. Sesampainya di kamar Faris, Nifa menanyakan maksud Faris memanggilnya.
"Kak Faris, ada apa?" tanya Nifa
"Jahitkan celanaku dalam waktu 5 menit, aku sudah telat mau kumpulan," jawab Faris
"Kak, aku akan jahitkan. tapi kakak pakai celana lain saja sementara. karena nanti lama jika nunggu Nifa selesai jahit," ucap Nifa
"Hei, aku bilang cepat ya cepat !!! jangan banyak omong," jawab Faris
"Baik Kak, Nifa usahakan bisa cepat," ucap Nifa
Nifa segera mengambil peralatan jahit kemudian menjahit celana Faris yang robek dibagian tengah. Namun, saat itu sudah lewat dari 5 menit Nifa menjahit. Faris sangat kesal dan lagi lagi memarahi Nifa.
"Hei Cepetan !!! ini sudah 5 menit lebih," ucap Faris
"Iya Kak, tunggu sebentar lagi," jawab Nifa
Tak butuh waktu lama, Nifa berhasil menjahit celana Faris walaupun dalam waktu 7 menit.
"Kak, ini sudah selesai," ucap Nifa
"Gih, dasar cebol lelet banget, pembawa sial yang tak berguna," jawab Faris
Faris saat itu mengambil celananya kemudian berganti ke kamar mandi. Sementara Nifa dirinya kembali menuju dapur melanjutkan makan siangnya di sore hari. Di tengah menyantap makan siangnya, Nifa lagi lagi meneteskan air matanya mengingat kata kata menyakitkan dari Faris tadi.
--------------
@@@@@
Yuk dukung author dengan like, coment dan vote novel ini !!!!
Rate, Like, Coment dan Vote kalian sungguh berharga
Malam hari, menu makan malam sudah siap untuk disantap di meja makan. Pak Hamzah, Panji, Della, dan Faris sudah bersiap di meja makan. Mereka berempat terlihat kompak dan penuh tawa saat berkumpul bersama. Saat itu, Pak Hamzah mengumumkan akan mengajak keluarganya berlibur di Raja Ampat. Tentu semua orang di meja makan sangat antusias menyambutnya.
"Wah, ayah beneran kita akan berlibur ke Raja Ampat?" tanya Della
"Iya Della, kita akan berlibur bersama. tolong kosongkan jadwalmu minggu depan," jawab Pak Hamzah
"Siap ayahku," saut Della manja
"Panji, Faris kalian juga harus kosongkan jadwalnya minggu depan," ucap Pak Hamzah
"Iya ayah," jawab Panji dan Faris bersamaan
Panji adalah anak pertama Pak Hamzah yang bekerja sebagai direktur bank. Kemudian Della adalah anak kedua Pak Hamzah yang masih kuliah semester akhir. Dan Faris adalah anak ketiga Pak Hamzah yang juga masih kuliah semester tiga.
Saat menyantap makan malam saat itu Panji mengingat adiknya Nifa. Panji memang juga membenci Nifa seperti keluarganya yang lain. Tapi Panji berbeda dari keluarganya yang lain yang suka menyuruh nyuruh. Panji memilih membenci Nifa dengan mendiamkanya tanpa bicara.
Namun belakangan ini, Panji mulai menyadari kalau kepergian ibunya adalah takdir sang kuasa. Perlahan, Panji mulai tidak menyalahkan Nifa atas kepergian ibundanya. Sehingga bagi Panji, sudah saatnya dirinya dan keluarganya mulai menerima Nifa dalam keluarganya. Dalam perbincangan keluarga saat itu, Panji tanpa ragu ingin ayahnya mengajak Nifa.
"Ayah, apa sebaiknya kita juga mengajak Nifa?" tanya Panji
Pak Hamzah menghentikan aktvitas makan malamnya kemudian menjawab pertanyaan Panji.
"Mengapa kamu menanyakan gadis pembawa sial itu?" tanya Pak Hamzah
"Maaf, aku hanya merasa sudah saatnya kita harus menerima kepergian ibu itu adalah takdir sang kuasa," jawab Panji
"Panji, kamu jangan membuat ayah tak berselera makan karena membicarakan gadis itu," jawab Pak Hamzah
"Iya nih, Kak Panji apa apaan sih ngomongin si cebol itu," saut Della
"Cebol? maksudmu?" tanya Panji
"Si Cebol maksud Kak Della itu panggilan si anak pembawa sial itu," jawab Faris
"Haha...memang cocok banget itu panggilan," saut Della
"Sudah sudah, jangan bicarain dia lagi ayah sangat eneg membicarakanya. lanjutkan makan kalian," saut Pak Hamzah
"Okey ayah," jawab Della
Mendengar Nifa dipanggil Cebol oleh keluarganya, entah mengapa Panji merasa tidak senang mendengarnya. Panji merasa tidak terima Nifa dibully oleh keluarganya sendiri. Selera makan malamnya tiba tiba hilang.
"Aku sudah kenyang, aku mau ke kamar," ucap Panji
"Panji, makanan di piring kamu masih banyak," jawab Pak Hamzah
"Maaf ayah, aku sudah kenyang. aku juga ingin istrirahat ke kamar saja," ucap Panji
"Hmm...baiklah," jawab Pak Hamzah
Panji meninggalkan meja makan lalu bergegas berjalan menuju kamarnya
--------------------------------
Tengah malam, jam sudah menunjukan pukul 00.00 WIB. Nifa saat itu terbangun dari tidurnya karena hujan yang sangat lebat. Seperti biasa, Nifa sangat takut suara petir. Sebelum mendengar suara petir, Nifa bergegas keluar dari kamarnya menuju kamar Mpok Maimunah. Namun sesampainya di kamar, Nifa tak melihat Mpok Maimunah.
"Dimana Mpok Maimunah?" tanya Nifa
Nifa berkeliling di setiap sisi rumah, tapi tidak menemukan Mpok Maimunah. Sehingga terpaksa Nifa kembali ke kamarnya dengan perasaan takut karena tidak ada siapa siapa yang menemaninya. Biasanya sejak kecil Mpok Maimunah adalah pelindungnya saat hujan lebat. Namun sekarang tidak ada lagi yang melindunginya. Semua keluarganya membencinya dan menganggap dirinya pembawa sial. Nifa hanya bisa pasrah, tiba tiba lampu kamar padam dan suara petir yang menggelegar mengagetkan Nifa.
"Duar..." (bunyi petir)
"Aaaaa...." teriak Nifa
Nifa meringkuk kedalam selimut dan menutupi kepalanya dengan bantal. Namun, tak lama kemudian, Nifa merasa ada seseorang yang mengelus punggungnya. Nifa yakin pasti orang itu adalah Mpok Maimunah. Tanpa ragu, Nifa bergerak cepat memeluk seseorang yang mengelus punggungnya.
"Mpok...Nifa takut..." rengek Nifa
"Sudah tidak apa apa, tidak perlu takut," jawab seseorang
Nifa terkejut mendengar suara laki laki yang tak asing ditelinganya. Nifa kemudian mendongakan kepalanya kemudian sadar siapa yang dipeluknya sontak langsung melepaskan pelukanya.
"Eh, Kak Panji disini," ucap Nifa
"Kamu tidak apa apa?" tanya Panji
"Iya, aku tidak apa apa. terima kasih Kak Panji sudah datang kesini," jawab Nifa
"Baiklah, sekarang tidurlah. aku akan kembali ke kamarku setelah kamu tidur," ucap Panji
"Kak Panji istirahat di kamar saja. maaf aku merepotkan. nanti aku bisa sama Mpok Maimunah saja jika ada petir," jawab Nifa
"Tadi malam, Mpok Maimunah izin pulang ke rumah karena keluarganya ada yang sakit," ucap Panji
"Eh, pantas saja tadi gak ada," jawab Nifa
"Sudahlah, cepat tidur sebelum ada petir lagi," ucap Panji
"Iya, terima kasih ya Kak Panji," jawab Nifa menangis
Nifa saat itu menangis karena terharu dan tidak menyangka kakak pertamanya masih peduli dengan dirinya. Selama ini, Nifa tidak begitu dekat dengan Panji. Bahkan sekedar bicara saja baru kali ini Nifa bisa bicara panjang dengan Panji. Biasanya Panji selalu mendiamkanya dan berjaga jarak dengan dirinya.
"Ya Tuhan, terima kasih. ternyata masih ada keluargaku yang peduli denganku," batin Nifa
--------------
@@@@@
Yuk dukung author dengan like, coment dan vote novel ini !!!!
Rate, Like, Coment dan Vote kalian sungguh berharga
Nifa saat itu menangis karena terharu dan tidak menyangka kakak pertamanya masih peduli dengan dirinya. Selama ini, Nifa tidak begitu dekat dengan Panji. Bahkan sekedar bicara saja baru kali ini Nifa bisa bicara panjang dengan Panji. Biasanya Panji selalu mendiamkanya dan berjaga jarak dengan dirinya.
"Ya Tuhan, terima kasih. ternyata masih ada keluargaku yang peduli denganku," batin Nifa
Panji saat itu tidak tahu alasan Nifa tiba tiba menangis. Melihat Nifa yang menangis, tangan Panji tergerak menghapus air mata Nifa. Bahkan Panji juga dengan lembut bertanya alasan Nifa tiba tiba menangis.
"Ada apa? kok nangis?" tanya Panji
"Tidak ada Kak, aku hanya terharu. terima kasih untuk hari ini," jawab Nifa
"Iya sama sama, boleh aku tanya sesuatu?" saut Panji
Nifa bingung dengan Panji yang tiba tiba ingin bertanya sesuatu padanya.Tanpa berpikir panjang, Nifa mengaggukan kepalanya isyarat setuju.
"Baiklah, aku mulai. mengapa kedua kakakmu Della dan Faris memanggilmu dengan sebutan seperti itu? tanpa menyebutnya kamu pasti paham maksudku," tanya Panji
"Oh itu, tidak apa apa Kak. aku sadar diri kok dengan kekurangan yang ada pada diri Nifa," jawab Nifa
"Maksudmu?" tanya Panji
"Iya, kakak pasti tahu Nifa ini beda dari yang lain. Kak Panji, Kak Faris itu ganteng dan Kak Della itu cantik. Nifa seneng punya kakak yang ganteng dan cantik. Nifa sadar kok Kak kalau Nifa ini seorang gadis yang pendek dan gendut," jawab Nifa
Nifa menarik nafasnya dalam dalam kemudjan meghembuskanya dengan kasar. Kemudian, Nifa melanjutkan ucapanya.
"aku minta maaf ya Kak, jika aku bikin malu kakak sama keluarga. aku gak marah jika kakak sama keluarga membenci Nifa," ucap Nifa
"Nif, apa maksudmu bicara seperti itu?" tanya Panji
"Aku sadar Kak, kalau kehadiran Nifa ini tidak diharapkan oleh kakak dan yang lain. Nifa sendiri jika seandainya waktu bisa diputar, lebih baik Nifa tak dilahirkan biar Ibu saja yang tetap hidup bersama kalian. jadi Nifa minta maaf untuk semuanya," jawab Nifa menangis
Panji yang mendengar ucapan Nifa saat itu ikut tersentak hatinya. Panji merasa dirinya egois menyalahkan adiknya yang menyebabkan kepergia ibunya. Selama 18 tahun, dirinya tak pernah menyentuh Nifa. Namun saat ini, Panji langsung inisiatif memeluk Nifa untuk yang pertama kalinya.
"Nifa, jangan salahkan dirimu lagi ya. semua yang terjadi adalah takdir sang kuasa. jangan berkata seperti itu lagi ya, karena aku yang seharusnya minta maaf sama kamu," ucap Panji
Nifa yang mendapatkan pelukan dari kakaknya sungguh terkejut dan tak menyangka. Karena memang Panji baru kali ini memeluk Nifa.
"Kakak, Kakak memeluku..." panggil Nifa
"Iya Nifa, kamu itu juga adiku. kamu jangan sedih lagi ya, sekarang kakakmu ini akan selalu ada bersamamu di keluarga ini," jawab Panji
"Kak, terima kasih untuk semuanya," ucap Nifa
"Iya, sekarang kamu tidur ya, hujan sepertinya udah reda. kakak tinggal ya," jawab Panji
"Iya Kak," jawab Nifa
-------------------------
Pagi hari karena Mpok Maimunah pulang kampung, Nifa harus menyiapkan sarapan pagi untuk keluarga sendirian. Untung saja Nifa sudah terbiasa, jadi urusan dapur sudah biasa baginya. Setelah menu sarapan selesai dibuat, Nifa menyajikanya di meja makan.
Di meja makan, Pak Hamzah, Panji, Della dan Faris sedang menunggu sarapan tiba. Saat makanan sudah tiba, Della yang merasa lama menunggu langsung memarahi Nifa.
"Kamu itu lelet banget sih, sengaja ya buat kami semua menunggu," ucap Della
"Harap maklum Kak, dia kan cebol makanya lemot," jawab Faris
"Maaf, aku sudah berusaha secepat mungkin," saut Nifa
"Makanya punya badan itu diajaga. kamu itu cewek. jangan malu maluin keluarga," ucap Della sinis
"Nah bener Kak Del, lagian cowok mana yang mau sama dia," jawab Faris
"Brakk" (Suara gebrakan meja)
Della dan Faris menghentikan obrolanya saat mendengar suara gebrakan meja. Gebrakan meja saat itu berasal dari meja Panji. Panji sangat kesal dengan kedua adiknya yang menghina adik bungsunya.
"Apakah kalian bisa menghargai usaha seseorang?" tanya Panji
"Kak Panji, ngapain sih bela si cebol itu? dia itu gadis pembawa sial," jawab Della
"Jaga bicaramu, kamu sendiri juga wanita. seharusnya kamu belajar mandiri seperti Nifa untuk keutuhan rumah tanggamu kelak," ucap Panji
"Mandiri? lebih tepatnya pembantu iya,," saut Della
"Panji, lanjutkan sarapanmu. dan kamu Della, Faris jangan banyak bicara saat makan," saut Pak Hamzah
Panji saat itu menatap Nifa yang masih berdiri ditempat menyuruhnya ikut makan.
"Nifa, sini duduk ikut sarapan," ajak Panji
"Panji, lanjutkan makanmu. jangan bikin ayah marah," jawab Pak Hamzah
"Sudahlah Kak Panji, jangan ramah sama gadis pembawa sial itu," saut Della
"Della, urusi dirimu sendiri sebelum mencela orang lain," jawab Panji
"Kak Panji, sebaiknya Nifa sarapan di dapur saja. Kak Panji lanjutkan saja sarapanya. permisi," ucap Nifa
Nifa pergi meninggalkan semua orang di meja makan menuju dapur. Setelah kepergian Nifa, Panji saat itu juga memilih pergi.
"Maaf aku tak berselera makan. aku permisi," ucap Panji
"Panji, kamu belum makan satu suap makananmu," jawab Pak Hamzah
"Tidak masalah, aku bisa makan di kantin. kalian lanjutkan saja," saut Panji
Panji yang merasa kesal dengan keluarganya memilih untuk pergi dan tidak ikut sarapan.
Panji saat itu berjalan cepat menuju mobilnya. Namun baru saja hendak masuk mobil, Nifa menghentikan langkah Panji.
"Kak Panji, tunggu sebentar..."ucap Nifa
"Ada apa Nif?" tanya Panji
"Kakak belum sarapan. ini aku bawakan bekal makanan untuk kakak," jawab Nifa
Melihat apa yang dilakukan adik bungsu yang dibenci keluarganya kepadanya, tentu saja membuat Panji terharu. Panji saat itu menerima bekal dari Nifa kemudian mengatakan sesuatu.
"Terima kasih ya, aku akan makan nanti," ucap Panji
"Iya Kak, aku juga berterima kasih sama kakak yang mmelindungku tadi," jawab Nifa
"Itu sudah keharusan kakak untuk menjagamu.kamu jangan lupa makan ya, jangan telat," saut Panji
"Iya Kak," jawab Nifa
--------------
@@@@@
Yuk dukung author dengan like, coment dan vote novel ini !!!!
Rate, Like, Coment dan Vote kalian sungguh berharga
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!