"Papa kumohon, bangun papa. Jangan tinggalkan aku sendiri, Mama sudah pergi kemarin. kumohon papa." Mawar berbalik menguncang dokter yang menunduk menyembunyikan mata nya yang berkaca kaca.
Bagaimana Mawar hanyalah anak berusia dua belas tahun yang baru dua hari lalu ikut menguburkan ibu nya karena kecelakaan mobil yang menimpa orangtua nya.
Kecelakaan itu mengakibatkan ibu sang Mawar meninggal ditempat, sementara ayah nya kritis di ICU , tapi mawar tetap berharap ayahnya bangun dan sembuh karena dia tidak punya siapa pun. Mawar anak tunggal, begitu pun dengan orangtua nya. Sedangkan kakek nenek nya sudah lama meninggal dunia. Jika ayahnya meninggal juga, Mawar akan menjadi sebatang kara dan dia tidak ingin sendirian.
"Lakukan sesuatu dokter, tolong papaku, hanya dia yang aku punya, Kumohon... tolong aku dokter, Jangan diem saja."
"Maafkan kami nak, luka-lukanya terlalu berat dan kami sudah melakukan semuanya semampu kami nak, tidak ada lagi yang bisa kami lakukan." Dokter itu tidak mampu menatap mata Mawar.
Para perawat yang mengangkat kepalanya juga tidak benar-benar menatap gadis kecil itu. Mata merekapun berkaca-kaca. Beberapa perawat beranjak melepaskan selang-selang yang melilit tubuh kaku Hary ayah mawar.
"Jangan! Tanpa alat alat itu papaku tidak akan bisa bertahan." Mawar bergerak menghalangi para perawat.
"Dia akan bangun, percayalah padaku. Dia sudah berjanji akan mengajakku ke pantai minggu ini. Dia tidak pernah mengingkari janjinya. Mendadak Mawar menyerang salah satu perawat yang hendak menutup wajah ayahnya dengan selimut putih.
"Biarkan papamu pergi Mawar, dia sudah terlalu lelah, biarkan dia beristirahat. Bukankah kau menyanyanginya seperti kami yang yang juga sayang padanya." Yuyun memeluk Mawar dan dengan perlahan menjauhkan Mawar dari jasad ayah nya.
Perempuan itu segera membawa Mawar keluar ruangan dengan dibantu bambang, Suaminya.
"Kita harus menyiapkan satu pemakaman lagi mas. " Ujar Yuyun dengan lirih. Tangisnya ikut pecah ketika dia merangkul Mawar yang terkulai lemas.
Kalau ada orang lain yang merasakan kesedihan sedalam Mawar itu pasti Yuyun. Karena dia telah ikut keluarga Mawar dari sebelum Mawar lahir.
"Kita harus pulang sayang," Yuyun kembali mengelus-elus rambut Mawar. Baginya Mawar seperti anak nya sendiri. Karena sejak menikah dengan Bambang 10 tahun lalu tidak kunjung diberi momongan. Mereka tidak ingin memeriksa kedokter, mereka terlalu takut jika hasilnya akan melukai salah satu dari mereka.
°Keesokan hari nya
"Kau butuh sesuatu? mau ku buat coklat panas lagi?" Yuyun muncul diambang pintu.
Mawar bangkit dari ranjangnya, matanya masi tampak bengkak. Kemarin siang dia menagis begitu lama dipusara ayahnya yang berdampingan dengan makan ibunya.
"Kau ingat yun, papa sering menyanyi untukku saat perasaan ku sedang buruk, Meskipun suara nya tidaklah bagus." ujar Mawar dengan lirih.
"Kadang aku berfikir lebih baik dia tidak usah menyanyi. Karena aku yakin burung-burung pun akan langsung terbang." Yuyun duduk dipinggir ranjang sambil tersenyum.
"Sayang, Terkadang ada beberapa hal yang tidak selalu bisa kita miliki. Sering kali kita harus melepaskan apa yang ingin kita miliki dan sering kali juga kita harus menerima apa yang sangat kita benci. Hidup adalah memberi dan menerima. Jika kita kehilangan sesuatu. Nanti kau akan mendapatkan yang lain jauh lebih baik sebagai gantinya." Yuyun menguatkan mawar sembari mengegam tangannya.
"Benarkah?" tanya mawar.
Walaupun dia cerdas secara academic, tetap saja mental dan psikologinya seperti gadis kecil yang beranjak remaja. Mawar belum mengerti sepenuhnya semua penjelasan yang diberikan Yuyun. Tapi mawar selalu menemukan kenyamanan saat Yuyun mengenggam tangannya dan berbicara padanya layaknya perempuan dewasa.
"Tapi aku belum lega, dadaku masi terasa sesak seperti ada seseorang yang memukulinya dengan keras." Mawar kembali memeluk Yuyun begitu erat, matanya pun kembali berkaca kaca.
Yuyun menarik nafas panjang, seolah berusaha mengeluarkan rasa sakit yang juga menyesak kan dada nya. Dia beruntung memiliki Bambang orang yang selalu mengenggam jemarinya selama proses pemakaman kemaren. Pengalaman hidup dan usia yang matang juga membuat mereka bisa berfikir logis dan lebih kuat menerima kepahitan ini.
Tapi Mawar? Dia hanya gadis kecil yang bahkan tidak tahu apa yang harus dilakukannya setelah semua tradegi ini.
"Kurasa aku benar-benar mengganggu kalian, dasar para wanita melow." goda Bambang.
"Diamlah mas, kaupikir semua hadir di pemakaman buta ya? Kau pria paling cengeng disana." Yuyun menyeka air mata yang mengalir di pipi Mawar.
"Ya baiklah, aku memang sedikit cengeng. Tapi aku pria cengeng yang sangat tampan." canda Bambang.
Kalian harusnya bangga bisa menjadi gadis-gadisku." Lanjut Bambang dengan ekspresi wajah bangga yang dibuat-buatnya lucu.
Yuyun mengangkat bahu dan kedua tangannya.
"Sebaiknya kau banyak berdoa mas, semoga mereka yang berada dibawah makam tidak tergila-gila pada ketampananmu dan mereka mengejar mu sampai kesni." Sambil berpura-pura menatap suaminya itu serius.
"Astaga! Aku tidak berfikir sampai kesitu. Tapi apa kau serius? Maksudku apa itu bisa terjadi?" wajah Bambang mendadak pucat dan cemas sambil mendekati Yuyun dan Mawar yang sedang tertawa.
"Tidak, aku hanya menggoda mu... " sahut yuyun dan mawar pun ikut tersenyum.
"Om sudah tua untuk merasa ketakutan seperti itu." goda Mawar sambil tersenyum kecil.
"Dan lagi kalau pun itu terjadi kurasa mereka yang akan ketakutan duluan melihat Yuyun dengan sapunya itu."
"Kau dengar yun? Gadis tersayang mu sekarang sudah bisa menghina ketuaanku! Dan aku tau dari mana dia belajar itu." Bambang sambil melirik istrinya itu sambil tertawa. Tapi dia benar, kau sangat horor dengan sapumu itu." sahut Bambang sambil tertawa.
Akhirnya mereka bertiga pun tertawa, Hal yang sangat beda dan tidak mereka lakukan sejak kesedihan itu.
"Aku sangat lapar, yun apa kau tega melihat pria tampan ini mati kelaparan? Oh, dunia pasti akan kehilangan diriku."
Merekapun kemabali tertawa.
"Oh ya! tadi pak Sigit menelpon siang ini kita harus pergi kekantor nya." Kata Bambang ditengah asik makan nya.
"Aku tidak bisa meningalkan Mawar sendirian dirumah." Yuyun menatap Mawar dengan bimbang.
"Tidak apa apa yun, pergilah." Mawar menarik kursi dan ikut duduk.
"Tidak apa apa om, aku tidak akan bunuh diri." lanjut Mawar seperti mengerti arti tatapan Bambang.
"Aku juga akan mengunci pintu rapat rapat dan tidak akan membukanya untuk orang yang tidak ku kenal." ujar Mawar lagi sambil tersenyum.
Itulah pesan Yuyun yang sangat dia hapal. Bahkan ketika Yuyun hanya keluar untuk berbelanja atau sekedar pergi ke ATM terdekat.
"Juga kunci semua jendela." Tambah Bambang.
Kedua orangtua mawar memang super sibuk. Ayahnya selalu menghabiskan waktu nya diperkebunan nya, sementara ibu nya sibuk mengurus angka-angka diperusahaan nya.
keseharian mawar hanya ditemani Yuyun, dan hanya Yuyun.
°°°°
----Mohon dukungan nya ----
°Jangan lupa
Rate bintang 5
Like
dan jejak komentar
°Terimakasih
°Siang Harinya
Tepat jam dua siang itu, Yuyun dan Bambang berangkat ke kantor pak Sigit. Rumah kembali sunyi, Mawar menonton tv untuk sekedar mengisi waktu nya sambil menunggu Yuyun dan Bambang kembali.
Tidak lama terdengar suara bel berbunyi,sejenak dia sedikit ragu, karena teringat pesan Yuyun. Terlebih dia tengah sendirian dirumah. Tapi dengan langkah pelan dia memutuskan untuk melihat siapa yg datang.
Mawar sedikit mengintip dari tirai jendela yang tertutup, teryata yang datang adalah om Alan salah satu klien ibu nya dulu. Mawar mengenal nya dan memutuskan membukakan pintu tetapi tidak akan mempersilakan untuk masuk.
Udara diluar terasa dingin menusuk kulit, sudah sejak pagi tadi cuaca mendung dan kadang diselingi rintik hujan.
"Selamat siang Mawar, Saya turut berdukacita atas meninggalnya orangtuamu." Alan ter senyum sambil mengulurkan tangan ke Mawar.
"Terimaksih atas perhatiannya om. " Sambut Mawar membalas uluran tangan Alan.
"Yuyun kemana? Biasanya dia yang menyambut saya." Tanya Alan
"Yuyun sedang tidak di rumah om, tapi sebentar lagi dia kembali." Mawar terpaksa berbohong karena perasaan nya mulai tidak enak.
Sedari tadi Alan selalu menatap Mawar dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Apa kamu tidak menyuruhku masuk?
Saya haus menempuh perjalanan ini sangat melelahkan mawar." Ucap Alan.
Mawar yang polos dan tidak mengerti rencana Alan pun mempersilakan Alan masuk dan membuatkan minum untuknya. Tapi belum juga Mawar sampe didapur, ternyata Alan mengikuti langkah Mawar.
"Kau sangat cantik, saya tahu kamu sedang sedih, saya bisa menghiburmu Mawar." Alan melangkah maju sambil tersenyum mencurigakan.
"Saya tidak butuh hiburan, saya minta om keluar dari rumah saya," Jawab Mawar dengan muka panik dan pucat pasi.
Dengan gerakan cepat dan tiba-tiba Alan berusaha mencium Mawar.
"Hentikan om, lepaskan saya. Tolooonngg.....!" Mawar mulai menjerit dan menangis.
"Berteriaklah sekeras mungkin, tidak akan ada yang mendengarmu!" Alan semakin kuat dan kasar mendorong tubuh Mawar.
Saat Mawar menemukan kesempatan untuk melawan, dia menedang aset Alan dan mengigit lengannya yang sedari tadi mencengkram bahu Mawar. Cengkraman Alan pun mulai mengendor, itu digunakan Mawar untuk lari.
"Dasar gadis Sialan!" Berusaha mengejar Mawar.
Baru beberapa langkah, tangannya pun berhasil ditangkap oleh Alan. Dua kali tamparan dilayangkan kepipi mulus Mawar. Tidak sampai disitu Alan juga menjambak rambut Mawar.
"Kamu kira kamu siapa, Hah! Berani sekali kamu menendang saya. Alan melampiaskan amarahnya terhadap Mawar.
"papa tolong Mawar, Yuyun kumohon.." ucap Mawar dalam hati.
Tangan kecilnya mencoba mengapai-gapai, tanpa sengaja tangan kecilnya menyentuh vas bunga. Dengan sisa tenaga yang dia punya, Mawar mengapai vas tersebut dan diayunkan sekuat tenaga kekepala Alan. Lelaki itu langsung jatuh dengan kepala yang berlumuran darah segar.
Mawar beringsut kepojok ruangan, memeluk kedua kaki dan kepala nya dibenamkan diantara kadua lututnya. Rasa sakit dan takut membuat air matanya tidak berhenti mengalir.
°°°°
°Sore Harinya
Ketika Yuyun dan Bambang sampai di rumah mereka langsung curiga melihat pintu terbuka lebar. Alangkah terkejutnya mereka melihat pemandangan mengerikan diruang tengah.
Ruangan itu berantakan dan darah yang membanjiri lantainya. Dipojokan mereka mendegar suara tangisan Mawar dengan tubuh yang bergetar hebat. Menangis dengan tubuh penuh luka. Yuyun segera menghampiri Mawar.
"Sayang, apa yang terjadi? Bicaralah padaku." Yuyun mendekat hendak memeluk, namun Mawar menolak dan menjauh, ketakutan.
"Pergi, pergi! Jangaaaan sentuh saya. Teriaknya histeris.
"ini aku sayang, Ku mohon...!"
°°°°
°10 tahun Kemudian
Udara masi terasa sejuk walaupun matahari telah menanjak naik. Mawar mengancingkan jaketnya hingga ke bawah leher, Sebab di perkebunan nanti pasti lebih dingin. Hari ini Mawar akan berkeliling kebun untuk memastikan kondisi perkebunan nya.
"Kau akan ke perkebunan lagi?" tanya Yuyun berjalan mendekati Mawar.
"Aku menyukai perkebunan, aku juga suka pemandangan nya. Sahut Mawar sambil memakai sepatu nya.
"Kenapa bukan kehidupan pribadimu yang kau perhatikan?" Tanya Yuyun lagi dengan nada sedikit mengeluh.
"Ayolah, kita sudah sepakat untuk tidak membicarakan masalah ini?" Sahut Mawar sambil berdiri.
"Aku tidak akan mati tanpa pria, setidaknya aku sudah hidup dengan tenang untuk sekarang ini. Mawar mulai menaiki mobilnya dan keluar dari perkaran rumah nya.
Yuyun bernafas panjang. Bukan salah Mawar jika gadis itu tidak ingin menjalin hubungan dengan seorang pria. Setelah kejadian naas itu, kondisi kejiwaannya beberapa tahun ini sudah banyak kemajuan di banding saat pertama kali masuk kepusat rehabilitasi kejiwaan.
Jarak antar rumah dan perkebunan tidak terlalu jauh, hanya sekitar 20 menit ditempuh dengan mobil. Tidak banyak yang diliat di sepanjang jalan hanya ada pepohonan dan ladang berumput dengan bukit kecil yang memanjakan mata. Saat memasuki area perkebunan, beberapa pekerja melambaikan tangan menyapanya, yang dibalas Mawar dengan senyuman. Bagi mawar mereka bukan hanya pekerja tapi sudah seperti keluarga. para pekerjanya inilah yang selalu setia tetap bertahan, meski ayahnya telah tiada dan diganti kan oleh om Bambang.
Mawar menuju sebuah bangunan kecil yang dikelilingi oleh beberpa bunga yang indah. Bangunan itu hanyalah ruangan besar berbentuk persegi dengan teras kecil tempat beberapa perkakas perkebunan itu. Ayah Mawar sengaja membangun tempat itu untuk para pekerja yang ingin beristirahat saat makan siang atau tempat berteduh saat hujan turun.
"Hai om, ada yang bisa saya bantu?" tanya Mawar muncul dari balik pintu.
Bambang yang sedari tadi serius memeriksa laporan pembukuan langsung berdiri menghampiri Mawar.
"Oh! Mawar kecilku yang cantik," goda Bambang merangkul bahu mawar sambil tersenyum lebar.
"Kau datang sendiri? Tidak membawa kan ku cemilan? Aah.. kau tega sekali terhadap pria kelaparan ini"
"om selalu lapar, memangnya aku ini petugas katering? Lagi pula om sudah tua kurangi makan yang berlebihan." Canda Mawar.
Bambang menarik kursi untuk Mawar duduk.
"Lalu sedang apa gadis cantikku ini kemari?" tanya Bambang.
"memang nya tidak boleh?" Mawar balik bertanya.
"Huh, harusnya kau itu mulai belajar membuka diri untuk seorang pria. Apakah kau tidak ingin membuat someone tertarik padamu?" pancing Bambang.
"Yah kalau someone itu baik hati mungkin bisa ku berteman dengannya."
"Mawar sayang kau tidak akan pernah tau orang itu baik atau jahat tanpa mengenal mereka. Lbih baik kau coba membuka hatimu dan diri mu. Aku dan Yuyun sangat sayang padamu, kami semakin tua, tidak mungkin selalu menemani mu." Bujuk bambang
"Mungkin itu benar, tapi Mawar belum tertarik untuk itu. Lagian om tidak setua itu." jawab Mawar dengan bibir cemberut.
"Mawar kau tidak akan pernah tau yang namanya umur sayang." Ujar Bambang lagi.
"Sudalah, om capek selalu mendegar jawabanmu. Kebetulan kau datang, Apakah kau sudah memikirkan usul om untuk menggunakan jasa accounting kudengar roy cukup handal."
"Aku tidak butuh dia, aku masi bos kan?
aku masih percaya dengan om, om lakukan saja seperti selama ini om lakukan. Beres kan! Lagi pula aku tidak menyukai nya."
"Kau baru sekali bertemu dengannya, tidak adil jika kau langsung menilainya begitu." Tanya Bambang heran.
"Aku tidak perlu berkali kali bertemu dengan nya untuk mengetahui seperti apa dia." jawab Mawar dengan wajah kesal.
"Memangnya dia seperti apa?" Tanya Bambang penasaran.
°°°°°
----Mohon dukungan nya ----
°Jangan lupa
Rate
Like
dan jejak komentar
°Terimakasih
"Seperti anjing kelaparan yang meneteskan air liurnya. Aku tidak suka cara dia menatapku dan aku tidak suka cara dia berbicara, Pokoknya aku tidak suka semuanya!" Jawab Mawar tegas.
"Wah buruk sekali ya.." Bambang berfikir apa yang membuat Mawar begitu tidak sukanya.
"Apakah semua pria seburuk itu?"
"Tidak semua. Aku menyanyangi om. Bagiku om seperti ayahku sendiri, om dan Yuyun adalah keluarga ku." Jawab Mawar.
"Kalau begitu mau kah kamu mempertimbangkan lagi untuk membuka diri terharap seorang pria?
demi aku dan yuyun?" Sahut Bambang kemudian.
"Ya, Ya, Ya... Akan ku pikirkan nanti." Jawabnya malas.
Hati nya sedikit tidak enak saat om nya itu berulang kali menanyakan hal seperti itu terus. Mawar mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Bagaimana keadaan perkebunan om?" Seperti nya kita harus menambah orang untuk masa panen. Mawar liat tahun ini semua berbuah sangat lebat.
Padahal sebelumnya tidak pernah seperti ini om." Mawar mengarahkan mata nya melihat pohon-pohon buah nya melalui jendela.
"Itu berkat Putra, Dia sarjana pertanian.
Tapi memutuskan untuk bekerja diperkebunan sebagai bawahanku. Tapi aku sangat bersyukur, keberadaannya benar-benar membawa banyak perbaikan disini. Padahal baru setahun dia kerja disini.
"Apa Putra yang itu?" gumam kecil Mawar tapi masi bisa didengar om Bambang.
"Apakah kau perna melihatnya? " Tanyanya ragu.
°°°°
Mawar mengenal Putra dari Yuyun, senyumnya langsung mengembang. Membayangkan ekspresi Yuyun saat melihat Putra.
"Yampun anak itu, lebih pantas jadi model." pekik Yuyun saat itu.
"Berlebihan!" Mawar menekuk bibirnya tanda tak setuju. Itu kan menurut Yuyun, aku tak perduli.
"Mungkin tidak ada salahnya kau berkenalan dengannya. Kelihatannya dia seorang pria baik.
"Tidak. Terimakasih." Jawab Mawar cepat
"Ya baiklah, tapi bila kau mulai menyukainya, bicaralah dengan om. Om akan dengan senang hati memperkenalkan nya denganmu, atau kau mau dijodohkan?" Tanyanya lagi
"Iiihhh Big No! Seribu tahun lagi!" Sembur mawar frustasi
Belakangan ini Bambang dan Yuyun memang sering mengungkit-ungkit masalah pasangan. Tapi kalau sampe dijodohkan kan segala, aih Mawar rasa dia belum setua itu untuk dijodohkan.
Akhirnya Mawar memutuskan untuk mengelilingi perkebunan nya, Sambil menikmati udara seger sore itu. Cukup lama Mawar berjalan sendirian sampai dia berhenti dibawah pohon teduh.
Pikirannya melayang jauh sampe dia mengingat desakan om Bambang dan Yuyun untuk segera menikah. Ah seandainya saja ada toko yang menjual pria, pasti dia dengan senang hati membelinya.
"Pagi, bu Mawar." terdengar suara berat menyapa.
Mawar yang kaget langsung membalikkan badan nya. Seorang pria berjalan dengan sedikt membungkuk sambil memikul karung, otot-otot nya yang kokoh semakin terlihat.Wajahnya pun sama sekali tidak bisa di bilang jelek.
Dengan alis tebal yang melengkung tegas diatas mata yang terlihat teduh ditambah hidung mancung ean bibir tipis, Putra tampak menarik. pantas saja Yuyun sering berdecak kagum.
"Pagi juga Putra." Mawar menjawab enggan.
Yang membuat Mawar semakin kaget adalah ekspresi Putra yang lebih terlihat enggan dan acuh tak acuh. Bahkan Putra sama sekali tidak menghentikan langkahnya. Putra begitu berbeda dari kebnyakan pria. Dengan cepat Mawar memutuskan bertanya pada Putra, Setidaknya dia menilai kalau Putra tidak berbahaya, minimal untuk sementara ini.
"Tunggu Putra, apa yang kau bawa?" tanya Mawar akhirnya.
Putra menghentikan langkahnya dan berbalik badan ke arah Mawar.
"Hanya sekarung pupuk bu, saya akan menyimpan nya di gudang." Jawab Putra
lagi-lagi tanpa melihat mata Mawar.
Saat karung pupuknya diturunkan, tubuhnya tampak menjulang tinggi, keringat yang membasahi kausnya membuat tonjolan otot-otot nya tercetak jelas. Sejenak Mawar ragu atas keputusannya. Putra terlihat maskulin dan tampan dengan tubuh tegapnya. Mawar merasa sedikit terintimidasi dengan postur tubuh Putra. Tapi melihat Putra yang enggan melakukan kontak mata dengannya menjadikan semacam pendorong keberanian bagi Mawar.
"Apakah Putra begitu pemalu?" batinnya.
Mawar masih menatap Putra intens.
Tiba tiba sebuah ide terlintas dibenak mawar. Ide yang sedikit gila, Tapi patut dicoba..
Apakah Putra orgnya? Setidak nya itu yang saat ini ada dipikiran Mawar.
Menurut Mawar Putra juga takut pada lawan jenis, Mawar berdiri dan memutuskan untuk mengorek sedikit informasi Putra.
"Sudah berapa lama bekerja di sini?"
"Baru setahun, Bu." jawab Putra singkat.
"Apakah kau keberatan kalau saya bertanya sedikit prihal dirimu, Putra?"
"Oh, silahkan saja bu, Apa yang ingin ibu tau?"
Putra melepaskan karungnya dan menangkup tangan di depan badannya sementara kepalanya masih setia tertunduk.
"Sudah pernah bekerja sebelumnya? kudengar kau pernah kuliah, Maaf, bukannya aku lancang tapi masa sarjana mau melakukan pekerjaan kotor seperti ini." Tanya Mawar lagi.
"Perkebunan bukan tempat yang kotor, Bu. Saya menyukai nya, Sebelumnya saya bekerja sebagai karyawan swasta. Tapi takdir saya tak ber jalan dengan baik disana. Lalu kakek saya menyarankan untuk kesini dan mencoba bekerja di perkebunan ini." ucap Putra.
"Apa kau merasa nyaman dengan pekerjaan ini?"
"Ya, Saya nyaman dan saya sangat menyukai suasana perkebunan. Mulanya saya melakukannya karena ingin mencoba kehidupan yang benar-benar baru, Lama kelamaan saya semakin menyukai nya. Dan lagi saya sama sekali tidak menyesal bekerja di sini, Pak Bambang sangat baik. Beliau mempercayaiku melakukan inovasi di perkebunan ini".
Jadi Putra juga menyukai suasana perkebunan. Hm, kabar baik, Pikir Mawar. Putra pun dilihat semakin malu karna dia berbicara tanpa menatap Mawar.
"Kau punya keluarga, Putra ?" Tanya mrawar lagi
"Hanya seorang kakek, dan itupun sudah meninggal enam bulan yang lalu. Saya tidak punya keluarga lagi." Jawab Putra pilu.
Tak disangka Putra juga sebatang kara, Sama seperti dirinya. Ternyata ada banyak kesamaan di antara merekaa.
Dan kalau Putra tidak tertarik pada seorang wanita, Berarti tambah lagi satu kesamaan mereka. Mawar pun mulai melihat sebuah kemungkinan itu.
"Baiklah, bisakah kau datang nanti sore ke rumah ku? Aku ingin Membicarakan sesuatu denganmu, kau bisa?" Tanya Mawar lagi.
"Saya akan datang sekitar jam 4 sore. "
"Oke Putra, Aku akan menunggu mu. "
Putra pun kembali mengangkat karung nya itu kepunggungnya dan berjalan meninggalkan mawar. Benar-benar pria yang tidak banyak bicara, pikir Mawar. Mungkin saja rencananya bisa berhasil.
°°°°
Mawar tidak butuh orang yang akan membawa nya kedalam sebuah masalah. Dia tidak ingin terlibat dalam sebuah hubungan pernikahan. Misalnya.
Selama setahun ini Mawar sudah berusaha menghilangkan traumanya dan mulai mengejar ketinggalan nya selama sepuluh tahun kemarin. Tapi tetap saja belum cukup.
Jam baru menunjukkan pukul empat kurang tiga puluh menit. Mawar sudah siap menunggu tamu nya di ruang keluarga. Dengan memakai dress sutra selutut dan rambut ikal nya yang dibiarkan tergerai, Sungguh menambah kesan elegan pada dirinya.
Baru saja Mawar menjatuhkan dirinya pada sofa besar yang ada di sana, sekilas dia mendengar suara langkah kaki yang mendekati nya.
"Seperti yang sudah kuduga, Kau selalu tampak cantik. Tak peduli jenis baju yang kau pakai". Ternyata yang datang Roy
"Kau tak bilang jika ingin datang, Silahkan duduk Roy, tapi aku tidak bisa berbicara denganmu lama-lama, karena saya menunggu seorang tamu." Jawab Mawar santai.
"oh, tidak apa-apa. Mungkin lain kali kita akan berbincang bincang." Roy tiba-tiba duduk disebelah Mawar dan secara spontan Mawar langsung berdiri.
"Aku akan meminta Yuyun membuatkan mu minuman, kau ingin minum apa?" pertanyaan Mawar disambut Roy dengan senyuman.
Jelas senyuman yang sangat Mawar tidak
sukai. Walaupun begitu Mawar tetap berusaha bersikap tenang. Sepertinya Roy tau gadis itu sangat gugup.
"Tadi aku sudah bertemu dengannya.
Duduklah aku hanya ingin ngobrol sebentar, kenapa denganmu? Apa kau gugup?" Tebak Roy melihat wajah panik Mawar.
Sekarang Mawar tidak hanya gugup tapi juga takut. Bagaimana mungkin Roy bisa menebak dengan sangat tepat apa yang dia rasakan.
"Tidak apa-apa, aku hanya terkejut dengan kedatanganmu yang tiba-tiba." Jawab Mawar setenang mungkin.
Mawar duduk berpindah kesofa yang single, jadi Roy tidak akan bisa mendekat.
"Kau jelas-jelas menghindariku, apa kau takut dengan diriku? Kau jangan takut Mawar, aku tidak akan menyakiti mu, justru aku akan membuatmu nyaman." ujar Roy dengan senyum penuh arti.
"Saat aku menyentuh mu, kau akan sangat menyukai nya". Jawab roy penuh gairah.
Mawar merasa jijik mendengar ucapan Roy. Dan ada guratan kecemasan dan ketakutan.
"Dengar Roy, jika kau ingin mengumbar kata kotor mu itu, Silahkan keluar dari rumahku. Karena aku sama sekali tidak tertarik denganmu". Mawar berdiri meninggalkan Roy.
Setengah melompat Roy berhasil menyambar lengan Mawar.
"Jangan marah, aku hanya mengatakan dengan jujur. Kau jangan jual mahal".
Dengan berani Roy merangkul pinggang Mawar dan menarik gadis itu semakin dekat dengannya sampai jarak mereka hanya beberapa inci.
"Lepaskan aku Roy!! Kurang ajar kamu".
Mawar terus meronta.
sebelah tangan Roy naik ke tengkuk Mawar.
"Kau pernah ciuman?" Wajah Roy semakin dekat.
Air mata Mawar sudah tidak bisa ditahan lagi dan lagi tubuh nya mulai bergetar. Ya Mawar kembali mengingat peristiwa itu.
Tidaaaaakkkk....
jangan lagi!
Kumohon......
Siapapun itu,
Tolong aku......
jeritan hati mawar
°°°°
----Mohon dukungan nya ----
°Jangan lupa
Rate
Like
dan jejak komentar
°Terimakasih
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!