NovelToon NovelToon

Putri Zhu Qira Han

01

"Kamu itu dari mana ha? lihat jam berapa sekarang! " Sambil menunjukan jam yang masih nunjukin angka 19.17 wib.

"Kamu itu ya, nggak pernah dengerin kata ibuk. " sambil mengarahkan telunjuknya kewajahku

Aku masih menundukkan kepalaku sambil menahan sakit hati sekaligus emosi yang sudah diujung pertahanan yang rasanya udah meronta ronta.

"Besok kalo kamu masih kayak gini nggak usah sekolah jauh lagi. Kamu sekolah aja di Sma 05 di samping ini aja..!" Bentak ayahku.

Ku usap kasar wajah ku, Rasanya sangat dingin, baju yang aku gunakan basah kuyup karena kehujanan. " Bu, Yaa. tadi kan udah Qiqi bilang Qiqi dari rumah sakit jengukin Febrina. Soalnya tadi pagi dia ketabrak mobil pas nemenin ayahnya joging, ayahnya sakit jantung. Terus tadi Qiqi udah bela belain cepet pulang tapi kehujanan, Qiqi aja udah basah kuyap kayak gini demi cepet pulang." Dengan sedikit gemetar menahan isak tangisku.

"Berhenti ikut ekscool atau ekstrul apapun itulah. Atau kamu nggak usah sekolah lagi!" Bentak ayahku.

Ku hembus napas kasar terus masuk ke dalam kamar. Aku berfikir kayaknya udah capek nangis, ngelu, ini, itu.

Sejak kecil dilarang ini itu sama nyokap sama bokap. Nggak boleh ini lah itulah.

Huuu... Ku hembus nafas kasar.

Aku menggantikan bajuku yang basah, masih bisa aku dengar suara ayah dan ibuku yang masih menggema di luar sana. Sudah berapa kali aku berfikir ingin kabur, tapi lari diri masalah itu bukan diriku.

Ku hembus lagi nafas kasar. Lalu aku banting pinggungku kekasur, aku memejamkan mataku, setidaknya aku bisa melupakan masalahku meskipun sesaat...

Kok kokok kok...

brummmmmmmbrumm..

Pertanda bahwa hari sudah pagi.

Aku bangun dari kasurku dengan malas. Aku buka pintu untuk bersiap siap untuk berangkat sekolah.

"Dasi udah, topi? Hm kan udah ada dilaci supaya nggak ketinggalan hehe, trus kayaknya udah ya, " Ku lihat cermin, Aku memutar tubuhku kekiri dan kekanan untuk melihat penampilanku.

Aku tersenyum secera mentari pagi, gigi ku yang putih bisa dilihat dan di ukur dua jari lebarnya. "Semangat, huuu..."

Aku membuka pintu kamarku, ku lihat adikku dan ayahku di meja depan.

"Ayah adek mau berangkat dulu ya." Ucap adek perempuan ku yang bernama Kasih Samuel Hendrik, seorang gadis imut yg hitam manis, mata bulat, muka oval, umurnya masih 7tahun.

Sambil cium tangan ayahku dan ayah ku mengelus kepalanya dengan lembut dan berkata" Hati hati. Jangan nakal ya." sambil senyum.

"Iya ayah bye bye..."Sambil mencium pipi ayah kami. Ayahku pun tersenyum dan melambaikan tangan kearahnya.

Aku mendekat dengan ayahku. "Ya Ibu dimana? "Tanyaku, sambil lirik kiri kanan.

"Kenapa? mau berangkat? Mau minta uang? " Sahut ibu yang entah datang dari mana. Ia melirikku dengan sinis. Aku hanya ngehela nafas, soalnya memang benar hehe miris tapi hati gue.

"Iya Buk, Yaa Qiqi mau berangkat." Dengan nafas agak berat, sambil menahan supaya tidak menjatuhkan air mata. Sesak rasanya. Hati ku bagaikan di himpit batu besar.

Terus ku ambil nafas dan ku hembus kasar.

"Ya memang kalo kamu itu..!" Belum sempat ibu ku ngelanjutinnya aku udah tau apa yang bakal dia omong, persetanan soal hati ku, sesak ngejalar seluru hati ku. Aku langsung pergi tanpa ingin mendenger ocehan pagi....

Saat aku sampai didepan rumah, aku masih melihat adik ku belum pergi.

'Kok belum pergi? ' Batin ku

Saat aku mendekat, ku lihat mobil berwarna hitam berhenti tak jauh dari adik ku. Dia dengan berlari menarik adik ku, Adik ku yang ditarik meronta dan meningis. Masih dalam mode terkejutnya, dia hanya diam dan menangis.

Aku yang melihat itu langsung berlari ke arah penculik itu. Tepat pas di dekat pintu itu aku tendang pintu nya supaya tertutup.

Aku memutar badanku hingga menghadap sang penculik itu. Ku tendang perutnya hingga si empu tersungkur jatuh. Tapi sayangnya adikku belum ia lepas.

Adikku yang shok langsung berterik memanggil ayah dan ibuku.

Aku ingin mengambil adikku tapi teman dari penculik itu turun dari mobil sebanyak 2 orang salah satunya sambil membawa pisau langsung menyerangku.

Untungnya aku masih dalam mode waspada hingga hanya mengenai kulit lengan atasku, dapat ku lihat baju lengan atasku sobek. Tak pikir panjang aku tendang tangan si penculik itu dan pisau itu sudah terbang ke arah belakang hingga bisa ku pukul dengan banyak pukulan dan ku banting.

Ayah ku yang mendengar teriakan itupun keluar dan langsung ingin membantu kami, dia menghajar penculik yang masih menggendong kasih, hingga Ayah ku bisa mengambil adik ku.

Tanpa ia sadari salah satu dari penculik itu menendang ayah ku hingga Ayah dan adik ku terdorong ketengah jalan, pada saat yang sama aku sadar bahwa dari arah berlawanan ada mobil yang dengan kecepatan tak terkendali.

Tak ada yang ku pikir kan selain menyelamatkan mereka. Dengan cepat aku menendang penculik yang membuat Ayah dan adik ku ketengah jalan. Langkah kakiku tak ter kendali berlari menuju mereka, ketika Aku melihat mobil sudah berada beberapa meter dari kami. Langsung ku lompat dan ku dorong adik dan ayahku.

tiiiiiiiiittttttttt........

brrraaaaggghhh....

bugh...

"Uhuk uhuk. " Mulutku mengeluarkan banyak darah. Yang ku rasah sakit sekujur tubuhku. Bisa ku lihat adik ku dan ayah ku yang mendekat sambil berteriak dan menangis.

"Qirana....! Nak bangun nak. Nak YaTuhan. maaf kan ayah nak. Bangun. Bangun." Ia menggoyangkan tubuhku berkali-kali.

Aku menatap Ayahku. Aku angkat tanganku, ku elus pipi ayahku yang menangis dengan Jempol kecilku, Dia orang yang selalu memarahiku selama ini, Melarangku ini dan itu, Ia yang selalu memukulku dan juga merawatku.

"Uhuk uhuk..."Lagi lagi darah keluar. Aku memaksakan diri untuk tersenyum dan berkata, " Maaf kan Qiqi ayah. " Suara itu sangat pelan, tapi bisa didengar Oleh ayah Qirana.

Saat itu rasanya aku tak bisa menahan sakit. Sakit yang tak terkendali.

Bisa ku dengar Ibu ku berterik memanggil nama ku. Serta ayah ku yang menangis sambil menggoyang goyangkan badan ku. Mereka memeluk tubuh ku dengan isak tangisnya...

Kenapa harus saat terakhir kau memelukku dengan kasih sayang ayah..?.

Hanya samar samar ku dengar keributan sekeliling dan.

Blab...

Tak ada yang bisa ku lihat selain kegelapan....

02

Sakit...

Itu yang di rasakanku saat ini. Rasanya kepaku pusing seperti berputar putar. Inginku buka mata ku, tapi ini sangat menyilaukan. Sakit mata dan kepala ku menjadi jadi.

Aghh...

Cekk...

Ku pegang kepalaku. Aku mencari posisi yang nyaman, hingga beberapa menit, aku buka lagi mataku yang tak jadi ku buka tadi karena sakit dikepalaku dan silau...

"Dimana ini? " Diam dan ku ingat apa yang terjadi padaku. Aku ingat apa yang terjadi kepadaku saat menolong adikku.

'kuno banget interior rumah sakit ini'... Batinku

Ceklek

Pintu terbuka menampilkan seseorang gadis yang menggunakan hanfu kuno china yang atasannya berwarna putih dan bawahan berwarna pink. Kayak pakaian pelayan gitu.

Alisku menyatu 'Hmm kayaknya totalitas banget ni rumah sakit, sampai Perawatnya aja pakek baju kuno gini lagi " Batin ku.

Dia melihatku dan langsung berhenti. Bisaku lihat tangannya gemetar, dia langsung berlari didepan ku dan bersimpu.

"Putri anda udah bangun?, anda sudah sadar? Hu uu uu." Dia sambil menangis dan cigukan.

Aku menatap gadis didepanku ini . 'What kok dia pakek bahasa china? apa aku lagi di china? ' fikir ku. Dan ah kok aku bisa mengerti. ini aneh bukan. Apa aku lagi di RS china?.

Saat itu kepala ku kembali sakit. Sakit ini seperti terhantam batu besar, ini sangat sakit. Aku tarik rambut ku "akh sakit ahk... " teriak ku.

"Putri ada apa? dimana yang sakit? Pengawal...! pengawal..! panggilkan tabib...! cepat! yang mulia putri sudah bangun...! " Teriak wanita didepanku.

'Ingatan siapa ini? apa ini? yaTuhan.! ' Batinku

ingatan ini bukan milikku melainkan pemilik tubuh asli ini. Dia bernama Zhu Qira Han. Dia putri dari raja bernama Alexon dari kerajaan langit, dia memiliki kakak laki-laki dan saudara kembar laki laki. Ayah dan kakak laki laki pertamanya yang menjabat sebagai putra mahkota sangat membencinya. karena mereka mengatakan bahwa putri Zhu Qira Han penyebab permainsuri Zhizhi xiaoli Han meninggal. Disaat beliau melahirkan Zhu Qira Han dia sudah di peringatkan untuk tidak mempertahankannya. Karena dia telah lemah seusai melahirkan saudara kembar nya Qira, tapi ibunya menolak untuk membunuh putrinya dan dia masih bertahan hingga akhirnya dia meninggal. Disaat dia masih kecil dia diracuni hingga badannya menjadi jelek dan semua badannya dipenuhi dengan kudis, tak satupun orang yang mau bermain dengannya, dia dikucil, dilempar, dia selalu disiksa oleh saudara2 dan ibu tirinya. dia sering diberi nasi basi oleh ayahnya, setiap kesalahan dimata ayahnya dia yang bersalah, padahal bukan dia dan dia hampir setiap bulan terkena cambuk, saudara kembarnya dipisahkan dengannya. di umur 12 tahun ayahnya mengasingkannya di hutan kematian dikarenakan difitnah mencuri roti di dapur dan difitnah ingin membunuh saudaranya, disana dia dibawah oleh prajurit. Dan yang paling parah ayahnya menyuru pembunuh bayaran untuk membunuhnya, siapa sangka dia masih hidup. meski kaki dan tulang pinggangnya patah karena tragedi itu, yaa yang hidup sekarang bukan dia Tapi Qirana Samuell yang dari tahun 2020 . berumur 17tahun dan cerdas dalam berbagai bidang.

Ketika semua ingatan itu terserap. Qirana bisa merasa sakit kepalanya mereda.

"Huuuu ternyata nasib kita hampir sama ya Qir hehe. nama sama, hidup sama, tapi gue lebih mendingan dari pada hidup lo, cxcxcx kasian banget si loo. " Batinnya Qirana.

"Putri huu huu. putri. harus kuat huu huuu uu. " Pelayan sambil terisak.

"Hey jangan menangis, aku udah nggak sakit lagi kok." ucapku untuk menenangkannya, dan eh kok aku bisa pakek bahasa china ya? atau bawaan dari tubuh ini? ahkk mungkin yaa.

"Ada apa dayang Shu Jin? " Lelaki tua itu datang dari balik pintu. Ia bertanya sambil melirik ke arahku " Oh putri sudah bangun," sambil mendekat " salam putri mari saya periksa. "Katanya.

"Syukurlah putri sudah siuman setelah satu minggu ini. Dewa masih menyayangimu putri dan jangan terlalu sering bergerak supaya tulang pinggang anda cepat sembuh putri. Dan ini obat yang harus putri minum." ucapnya sambil meletakkan Mangkok berisi cairan di depanku. Ia membantuku untuk meminumkannya.

Dayang Shu jin menatap tabib itu lalu berkata

" Terimakasih tabib, karena mu putri kami baik-baik saja, hiks hiks kami tak tau harus membayar pakai apa dan terimakasih atas tempat ini. Anda sangat murah hati tabib Chen. " ucap dayang Shu Jin sambil menenangkan dirinya dengan memegang dadanya yang masih sesegukan.

"Terimakasih tabib . Jika tidak ada engkau mungkin aku sudah tak bisa melirik matahari lagi." Ucapku lemah dan menatap tabib Chan dengan senyum tipis, yang dibalas dengan senyum lembut olehnya.

" Ini sudah menjadi tugas saya putri ." Ucapnya, " Saya harus pergi ke hutan mencari obat untuk tuan putri dulu. Saya undur diri putri, semoga tuan putri lekas sembuh." Ucapnya

aku pun menganggukan kepalaku lalu dia pergi.

"Shu Jin bagaimana kita membayar rumah ini. ?" ucapku. Seingat ku ayah tak pernah memberikan uang padanya.

"Putri tak usah khawatir Karena tabib Chan adalah orang baik. Dia tak meminta imbalan. "Ucapnya " dia juga yang membantu permaisuri melahirkan anda putri. Dia tabib setia nya ibunda putri dahulu." Lanjut nya

"Meski begitu aku tak ingin Merepotinya, nanti ketika putri ini sembu, kita harus pergi dari sini, kita tidak boleh merepotin orang lain," Ucapku " Dan Kita akan mulai hidup baru." ucapku dengan tegas.

"Huu uu uu pilutri.." Shu Jin menangis.

"Mengapa kamu menangis?" Ku pegang tangan Shu Jin lalu ku tatap lembut.

"Hamba. Hamba bahagia putri, karena putri sudah ingin kembali hidup, tidak seperti dulu putri... " Langsung ku potong " ya aku akan hidup dengan damai terimakasih Shu Jin. " Ucapku.

Ya dulu Zhu Qira Han tak pernah ada aura hidup, selalu manggis dan selalu diam bagai mayat hidup, yang menunggu kematian yang abadi..

komen ya buat yang baca. soal nya Autor baru belajar. Terima setiap keritikan ko.

terimakasih karena sudah ingin membaca karya abal abal ini.

03

"Benarkah itu putri?, hiks hiks pasti permaisuri sekarang bahagia melihat putri semangat seperti ini." Ucapnya. Qira hanya membalas dengan senyuman tipis.

Angin berhembus kencang Pohon pohon seakan akan menari yang berlenggok kesana kemari. Pertanda bahwa sebentar lagi akan turun hujan. Qira yang sekarang duduk di depan rumah tabib Chan mendongakkan kepalanya untuk memandang langit. tak ada bintang ataupun bulan, yang ada hanya kegelapan.

Bisa didengar bunyi hujan yang berperang melawan atap rumah pertanda bahwa sudah turun hujan, Qira mengulurkan tangannya untuk merasakan hujan. Tak terasa sudut bibirnya tertarik nyenampilkan senyum.

"Sudah satu bulan gue di zaman apa ini, ck zaman kuno, apa yang harus gue lakuin. huuu," Diam lalu " Gue harus bales dendam atau nggak yaa?" Sambil mijitin pangkal hidungnya "Gue cuma pengen idup damai, tapi kasian sama Zhu Qira Han hm, udah ah jalanin aja apa yang ada dulu."

Ia Melangkahkan kaki nya masuk dan menemui tabib Chen.

Qirana menatap tabib Chen, Lalu berganti menatap Shu Jin yang hanya menundukan kepala, Tabib Chen mempunyai umur kepala empat mungkin atau lebih.

Sedangkan Shu Jin berumur 29tahun, dia belum menikah dan sejak umur 14 tahun ia setia kepada permaisuri Zhizhi. Ia ditugaskan untuk menemaniku, dia yang tak pernah jijik sama tubuh ini dan selalu merawat Zhu Qira dengan sangat baik seperti anaknya sendiri.

"Paman Chen, terimakasih karena sudah mau membantu saya dan keluarga saya. Saya sudah berhutang banyak terhadap paman." Ucap Qira.

Shu Jin serta pengawalku pun mendongak melihat Qiqi, bisa dilihat di mata mereka yang berkaca kaca, Shu jin saat itu sangat merasa bahagia karena ia tidak di sebut pelayan tapi ' keluarga' begitupun dua pengawalnya.

"Putri tidak usah berterima kasih kepada tabib ini, sudah menjadi tanggung jawab tabib ini." Ucupnya sambil membungkuk bungkukkan kepalanya beekali kali.

"Paman sepertinya besok saya akan pergi ke hutan kematian untuk melanjutkan hukuman saya. Saya akan hidup disana bersama Shu Jin dan lainnya, sebab saya tak ingin merepotkan paman lagi." Qiqi memberi senyum tipis atas keputusannya.

"Putri ada baiknya putri tinggal disini saja, sebab tabib ini tidak ingin terjadi sesuatu yang lebih buruk dari kemarin. Jika saja Shu Jin dan pengawal putri tidak menemukan putri dan membawah kesini, entah apa yang terjadi. Tinggallah bersama tabib ini disini, tabib ini disini hanya sendiri," Ucapnya bisa ku lihat ketulusan dimatanya.

"Paman Qira berterimakasih kepada paman atas kemurahan hati paman terhadap Qira, tapi paman Qira hanya ingin hidup dengan damai dan memulai dengan baru. Kebaikan paman kepada Qira tak akan perna Qira lupakan."

"Baiklah putri, jika itu keputusan putri.Di hutan kematian itu tabib ini punya satu gubuk untuk istirahat dan berteduh jika hujan, tabib ini sering mencari obat disana, tapi tabub ini hanya berani di pinggirannya saja tidak berani masuk terlalu dalam. Putri dan lainnya bisa tinggal disana, jika putri tidak keberatan tinggallah disana saja." Ucap tabib Chen sambil memegang janggutnya yang berwarna hitam dan warna putih pemanisnya.

"Sungguh paman memang yang terbaik." Ucap Qira sambil tersenyum lebar dan memeluknya, "Tidak apa tabib Chen, ini tanda bahwa saya sudah menganggap paman sebagai ayah saya." Ucapku karena bisa ia rasakan tabib yang tegang.

"Putri tabib ini sangat tersanjung." Sambil membalas pelukannya.

"Paman boleh Qira meminjam cermin." Ucapku sambil melepaskan pelukan kami.

"Tunggu sebentar ya putri, biar tabib ini ambilkan." Beranjak dan pergi. Beberapa menit dia kembali. Ia membawa cermin dan memberikan kepada ku.

Sesungguhnya dari Qira bangun dia sangat penasaran dengan wajahnya, tapi kamarnya tak ada cermin, hanya bau obat-obatan yang menyengat. Ku tatap muka ku di cermin, bisa ku lihat bintik bintik hitam di seluruh permukaan wajahku, kulit berwarnah sawo matang, bentuk mukaku oval, pipi yang tirus, bisa ku lihat cekung di pinggiran mukaku, pertanda bahwa muka ini tak terawat, mata bulat, pupil berwarna biru laut . Yaah, hanya pupil ini yang sangat cantik, selebihnya sempurna dalam kategori hancur.

Putri macam apa ini, tubuh kurus tubuh tak terawat dan muka jelek. Yaaa tak ada yang lebih kacau dari ini.

"Tenang putri, kulit putri seperti ini karena diracuni, tabib ini sudah memberi obat untuk permukaan kulit putri supaya cepat kering dan memberi obat supaya penyakit putri tak berbekas di kulit putri!" Ucapnya " mungkin beberapa bulan kulit putri sudah akan membaik. Racun itu tidak bisa dikeluarkan karena sudah menjalar keseluru tubuh dan darah putri, bahkan sudah banyak racun didalam tubuh putri sehingga saya hanya bisa mrmberi penawar supaya racun itu tidak berfungsi lagi. Tapi dewa menyayangi putri, racun dalam tubuh putri menyatu dalam darah putri sehingga darah putri menjadi racun, dan putri tidak usah kawatir karena putri tidak akan mempan sama seluru racun lagi. Racun dalam tubuh putri bukan hanya mematikan tapi juga bisa membuat kulit orang membusuk jika terkena darah putri." Ucapnya.

" Benarkah paman" Mata Qiqi langsung membesar dan penuh semangat.

" Iya putri itu benar" Ucap tabib Chen, dan ku balas senyum.

"Baik paman saya dan yang lain akan bersiap siap. Besok pagi kami akan berangkat dari sini dan paman harus mengantar kami." Ucapku.

" Baik putri, sebaiknya anda istirahat"

" Baiklah, terimakasih tabib Chen. Saya istirahat ya, selamat malam." Senyum ku mengembang dan pergi ke tempat tidur.

"Gege berdua kembar ya?" Ucapku sambil menatap dua pengawalku yang hampir mirip, yang membedakan hanya satu kurus dan satu labih berisi, mereka tampan, hitam manis, hidung mancung, rahang koko, bisa dilihat dari luar bahwa didada mereka ada bidang bidang kayak petakan sawah hehe.

"Ii iiya putri kami kembar. Perkenalkan nama saya Chao kakak dari Chio, kami ditugaskan untuk melindungi putri." Ucapnya yang lebih berisi. bisa ku lihat tanda luka di pelipis kanannya.

Bisa Qirana lihat mereka gugup, lalu Qirana balas dengan senyum sinis dan " pengawal? atau suruhan kaisar Untuk memastikan saya hidup atau belum?" ucapku.

"Ampun putri kami hanya menjalankan tugas" Ucapnya sambil bersujud.

" Ikut denganku dan tinggalkan tita kaisar, atau pergi dari kehidupan saya." Ucapku secara tegas.

Mereka membalas dengan saling pandang "Kami akan mengikuti putri dan melindungi putri." Ucapnya sambil terbata bata.

Qiqi turun dari kasurnya dan berkata" beneran? saya bisa baca fikiran kalian lo." Ucapku sambil menat nakuti mereka

"Aaam ampun putri. Kami bersungguh sungguh." Bisa dirasaan mereka gemetar dalam berbicara.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!