NovelToon NovelToon

Dokter Hatiku

SATU

Di salah satu jalan bebas hambatan di kota Jakarta, Ada seorang perempuan sedang mengendarai mobil kesayangannya sedang bertolak ke kota Bandung. Perempuan itu bernama Adinda Maheswari dia seorang desainer yang memiliki butik sendiri bernama Maheswari botique. Ia memiliki asisten yang juga merupakan sahabatnya yang bernama Yola. Ia juga bersahabat dengan Vivian dan Safira. Vivian berprofesi sebagai dokter hewan sedangkan Safira berprofesi sebagai model.

Drrtt.. Drrtt..

Tiba tiba ponsel Adinda berdering tanda ada telfon yang masuk.

"Halo.." Jawab Adinda

"Lo dimana? kok lama banget sih gak nyampe nyampe?" Tanya Yola

"Gue lagi makan dulu. laper.. hehe.." Jawabnya sambil cengengesan.

"Lo berangkat jam berapa tadi dari Jakarta. ini udah jam 8 loh."

" Gue tadi selesai ketemu klien jam 6 sore. dan gue belum sempet makan dari tadi siang. makanya gue kelaperan banget ini."

"Kok lama banget ketemunya. bukannya kalian janji temu jam 2 siang tadi?"

"Iya. gue ketemu klien rese tuh tadi jam 2. kalo gak inget kalo itu klien udah gue remes remes tuh mukanya. jutek banget soalnya. ribet banget pokoknya. Ampir semua desain gue dia tolak. dia bilang kalo desain gue kurang glamor. jadi dia ngajak ketemu lagi nanti senin di cafe yang sama jam 10 pagi. Ada 2 desain yang dia setuju. tapi dia minta 1 desain lagi yang lebih glamor. kepala gue serasa mau pecah ngadepin klien rese tadi."

"Sabar.. ini ujian." Ujar Yola sambil terkekeh.

" Ya udah gue mau lanjut jalan. lo mau titip sesuatu?"

"Gue pengen martabak keju sama martabak telur." Teriak Safira di belakang Yola.

"Gak usah teriak teriak gila lo. gue gak budek ya. Ya udah gue jalan." Adinda langsung menutup telfonnya.

Di sisi lain ada 1 pemuda yang sedang memperhatikan Adinda. Dia adalah Vino Abraham Dinata. Dia seorang dokter spesialis bedah di salah satu rumah sakit ternama di kota Jakarta. Ia adalah anak dari pasangan Andrew Dinata dan Falia Dinata. Andrew merupakan pemilik rumah sakit tempat Vino bekerja. Ia sedang bersama 3 sahabatnya yang bernama Kevin, Raka dan Axel. Kevin merupakan dokter spesialis anak. Sedangkan Raka merupakan dokter spesialis kandungan dan Axel merupakan dokter spesialis bedah seperti Vino.

"Liatin apa sih lo serius banget?" Tanya Axel yang melihat Vino fokus melihat kedepan sambil tersenyum.

"Tau aja kalo ada yang bening." Sanggah Raka sambil melihat ke arah pandang Vino.

"Gak tau kenapa gue seneng aja liat dia marah marah." Jawab Vino.

"Gue baru liat lo merhatiin cewe sampe kaya gitu."Ujar Kevin.

"Yah dia pergi. Kalo gue bisa ketemu lagi sama dia. gue pasti pepet sampe bisa dapetin dia." Ucap Vino lagi.

"Kenapa gak tadi aja lo pepet. biasanya lo gercep kalo liat yang bening bening." Balas Axel lagi.

"Gue liat dia sambil makan sambil nelfon. makanya gue gak berani deketin dia. apalagi dia bilang kalo lagi kesel sama klien rese nya." Balas Vino

"Kenapa lo tumben banget liat situasi sebelum bertindak? takut di tolak ya lo." Balas Kevin di ikuti gelak tawa dari sahabatnya.

"Ga usah rese. buruan makannya. gue pengen tau dia tinggal dimana." Ucap Vino sambil beranjak dari kursinya

Vino dan para sahabatnya berada dalam satu mobil. Mereka mengikuti Adinda secara diam diam. Dan ternyata Vila tempat Adinda menginap berada tepat di sebelah tempat Vino dan para sahabatnya menginap.

"Wah ternyata kita tetangga loh di sini. bisa sering sering liat dia dong." Ucap Vino.

" Modus lo." Balas Kevin sambil menoyor kepala Vino.

"Berisik kalian debat mulu. udah mending tidur. biar besok pas kita ke main gak ke siangan." Ucap Axel sambil berlalu ke kamar.

Keesokan harinya.

"Buruan Dinda.. Lama banget sih." Ujar Vivian

"Bentar napa buru buru amat." Balas Adinda.

"Nanti keburu siang. pake 2 mobil aja ya. biar enak bawa sepeda nya." Lanjut Vivian

"Siap bos." Balas ke tiga sahabatnya sambil cengengesan.

Mereka bertolak ke tempat favorit mereka saat bermain sepeda downhill. mereka berangkat menuju Cikole Downhill Track. Sesampainya di sana mereka langsung memarkirkan mobilnya. Dan menuju atas dengan angkutan khusus.

"Gue mau sarapan dulu sebentar. Siapa yang mau ikut? Di sana ada yang jualan bubur ayam. lumayan lah buat ganjel perut." Ujar Adinda.

"Gue ikut. " Balas Yola.

"Gue juga" Lanjut Safira dan Vivian bersamaan.

Mereka langsung menuju tempat penjual bubur dan memesan bubur untuk mereka berempat. Di tempat yang sama ada Vino beserta 3 sahabatnya yang juga akan bermain di Cikole Downhill Track.

"Liatin siapa lo. senyum senyum sendiri lagi? Lo masih waras kan? Lo ga gila kan Vin?" Tanya Kevin.

"Sialan lo. gue masih waras dan gue ga gila. gue lagi liat bidadari hati gue. ketemu lagi kita disini. kayaknya kita memang jodoh." Ujar Vino.

"Ngarep lo." Balas Axel

"Udah buruan naik. kasian tuh supirnya nunggu." Ucap Raka.

"Bisa gak kalo kita ke atasnya bareng mereka. nunggu dulu gitu." Balas Vino.

"Terserah. gue mau ke atas duluan. lo mending buruan naik. sepeda lo udah di atas mobil tuh." balas Raka lagi.

"Iya iya." Pasrah Vino

Mereka bermain di track cikole. saat akan kembali naik ke atas, secara tak sengaja bersamaan dengan Adinda dan para sahabatnya yang juga akan mulai bermain. Sepeda Adinda dan para sahabatnya sudah naik ke atas mobil angkutan sepeda.

"Pak kita mau ke atas lagi. masih cukup gak?" Ujar Vino saat tahu sepeda Adinda sudah berada di atas mobil angkutan.

"Bisa Den. Masih muat buat 4 orang lagi." Ucap Si supir.

"Ok. Yuk buruan naik." Lanjut Vino dengan semangat.

Mereka bermain downhill lagi dan lagi. hingga tak terasa ini sudah mau putaran ke 5 mereka bermain.

" Udah ini balik yuk. gue harus ngerjain desain belum selesai 1 lagi." Ujar Adinda saat ada di atas mobil yang membawa mereka

"Udah deh Din ini tuh kita mau have fun. Lo masih aja mikirin kerjaan." Ujar Safira.

"Gara gara klien rese itu tuh. Gue besok harus meeting lagi sama tuh klien rese. bikin gaun pernikahan buat anaknya aja ribet setengah mati. pusing gue mikirin desain yang gimana lagi." Keluh Adinda. Sedangkan Vino dan sahabatnya hanya mendengarkan.

"Mukanya imut banget. Makin cantik juga karena dia lagi merajuk. Jadi pengen bawa pulang." Batin Vino.

"Tapi kalo kalian masih mau main ga apa apa sih. gue balik sendiri aja." Lanjutnya.

"Gak usah. Kita juga mau balik kok. Matahari udah mulai tinggi. Gak kerasa udah hampir tengah hari." Jawab Vivian

"Ok deal ya. kita cuma sekali balikan lagi." Jawab Adinda antusias

Mereka pun sampai di atas dan mulai menuruni track satu per satu.

DUA

Saat menuruni track. tiba tiba Adinda jatuh terpelanting ke arah depan. hingga membuat ia meringis dan para sahabatnya yang mendengar suara Adinda ikut berhenti.

"Aaa...." Bruk "Aduh." Ujar Adinda

Yola yang berada di belakang Adinda langsung berhenti dan melihat kondisi dari sahabatnya tersebut.

"Lo ga apa apa Din? Duh gimana nih. sikut kiri lo bengkak." Ujar Yola dengan nada khawatir.

"Sakit Yol.. sakit banget." Ucap Adinda tak terasa air matanya menetes membasahi pipinya.

"Sabar Din. gue cari bantuan." Ujar Yola lagi.

Safira dan Vivian yang sudah berada di depan ikut kembali mendengar suara teriakan Adinda.

"Lo kenapa? Kok bisa jatuh?" Tanya Vivian.

"Tadi ada kucing lewat. gue refleks tarik rem depan. jadi ya gini." Jawab Adinda sambil meringis kesakitan.

"Tolongin dong Vi. lo kan dokter." Sahut Safira.

"Iya gue emang dokter. tapi dokter hewan. gue gak ngerti cara ngobatin orang."Ujar Vivian.

Dari arah belakang datang Vino dan kawan kawan.

"Kenapa kok pada berhenti?" Tanya Vino.

"Lo yang dari tadi barengan sama kita kan?" Tanya Yola. Vino membalas dengan anggukkan kepala.

"Temen gue jatuh. sikut kirinya membengkak. bisa minta tolongin gak?" Lanjutnya

Vino langsung melepaskan sepedanya dan berjalan ke arah depan untuk melihat siapa yang jatuh. Vino langsung berlutut untuk mensejajarkan tinggi tubuhnya dengan Adinda yang sedang terduduk.

"Lo kenapa bisa jatuh? Sini biar gue liat." Ujar Vino.

"Ga usah ga apa apa kok. Gue nyari klinik aja." Jawab Adinda.

"Gue dokter kok tenang aja. temen gue yang lain juga seprofesi sama gue. Sini biar gue liat. siapa tau bisa di kasih pertolongan pertama dulu." Ujar Vino sambil memberikan kartu namanya.

Adinda memperbolehkan Vino untuk memeriksanya.

"Nama gue Vino. Lo?"

"Adinda."

"Ok Dinda ini udah gue bebat seadanya. gue gak tau pasti ini kenapa. karna gue gak bisa liat dalemnya gimana. tapi yang pasti sekarang mending kita ke rumah sakit terdekat. biar bisa di rontgen dan segera di tindak lanjuti." jelas Vino.

Vino melihat para sahabatnya sudah mendekat ke arah nya.

"Kenapa?" Tanya Kevin

"Dia jatuh. kayanya ada masalah di sikut kirinya. bengkak banget soalnya. gue takutnya patah. tapi mudah mudahan ga kenapa napa." Jelas Vino.

"Perlu di anter ke rumah sakitnya?" Tawar Raka

"Ga usah. gue bawa mobil kok ada di parkiran." Jelas Adinda.

"Ya udah. Kalian bawa kendaraan?" Tanya Vino ke arah sahabat Adinda

"Gue bawa kok. udah gak usah hawatirin kita disini. mending cepet bawa Adinda ke rumah sakit. gue gak tega liatnya." Ujar Safira

"Ok. gue titip sepeda gue sama Adinda ya. Gue anter Dinda ke rumah sakit dulu. Yuk Din." Ajak Vino.

"Masalah sepeda tenang aja. disini banyak temen lo juga. Gue titip sahabat gue ya. Maaf gue gak bisa anter. gue ada pemotretan nanti sore." Ujar Safira

"Ga apa apa kok. tenang aja. Oia Yol kalo gue gak bisa dateng besok. lo gantiin gue dulu ya. nanti sketsanya gue kirim ke email lo kalo udah jadi." Sambung Adinda.

"Lo tuh yah lagi sakit juga masih aja mikirin kerjaan. Udah tenang aja. pasti gue beresin kerjaan lo." Jawab Yola.

"Bikinin desain juga dong. ya ya." Ucap Adinda dengan wajah merajuknya.

"Big no untuk itu. lo mau klien kita ngamuk liat desain gue. lo tau sendiri gue gak bakat buat desain baju. apalagi baju pengantin." Jawab Yola

"Baiklah. Gue usahain jadi nanti malem."

"Udah sana cepet ke rumah sakit. jangan malah ngobrol mulu." Ujar Vivian

Adinda berjalan sambil sesekali meringis karena pergerakan pada tubuhnya.

"Hati hati. atau mau gue gendong aja?" Tanya Vino

"Gak usah. Gue jalan aja kalo pelan pelan kayanya gak masalah.

Mereka berjalan ke arah mobil Adinda. Saat Adinda hendak masuk ke kursi pengemudi, Vino seketika menghentikan Adinda.

"Gue yang nyetir. Lo pasti susah nyetir dalam keadaan gini." Ujar Vino sambil menuntun Adinda ke kursi penumpang di sebelahnya.

Di perjalanan mereka hanya terdiam. Adinda melihat ke arah jendela sambil terus memeluk tangan kirinya yang cedera. Sedangkan Vino dia serius menyetir.

Sesampainya di rumah sakit Adinda langsung di bawa Vino ke UGD. Adinda langsung menerima penanganan dari pihak rumah sakit. Setelah melakukan serangkaian pemeriksaan. Dari hasil rontgen dapat di lihat bahwa sendi sikut Adinda bergeser. Saat dokter akan membebat tangan Adinda. tiba tiba Adinda memeluk Vino yang tepat di sebelahnya.

"Ga akan kenapa napa kok. udah jangan nangis." Ujar Vino sambil membelai kepala Adinda yang tepat berada di dadanya.

"Sakit Vin.." Ucap Adinda

Vino tidak menjawab pernyataan Adinda. Ia hanya terus membelai kepala Adinda. Setelah selesai di bebat Adinda sudah di perbolehkan pulang namun melihat Adinda yang sangat pucat. dokter menyuruhnya untuk beristirahat terlebih dahulu.

Vino segera memesan kamar untuk Adinda.

"Ngapain pesen kamar Vin? Sayang loh uangnya di buang buang kayak gitu." Ucap Adinda.

"Gue juga pengen istirahat. Kalo di UGD gue gak bisa istirahat. Kalo disini gue juga bisa tiduran di sofa kayak gini. udah sana istirahat dulu." Ujar Vino sambil membaringkan tubuhnya di sofa

"Makasih ya lo udah bantu gue. dan Maaf gue udah ngerepotin lo." Ucap Adinda sambil berbaring di ranjang rumah sakit.

"Hhhmmmm." Jawab Vino.

Tak lama Adinda menutup matanya. Sedangkan Vino hanya berbaring tanpa tertidur. Vino melirik ke arah Adinda. Ia bisa melihat wajah Adinda sepuasnya. Ia sangat senang bisa dekat dengan Adinda, Karena memang itu yang ia inginkan. Saat ini waktu menunjukkan pukul 3 sore. Adinda terbangun dari tidurnya mendapati Vino yang duduk di kursi sebelah ranjangnya sambil memainkan ponselnya.

"Sorry gue ketiduran."

Mendengar suara Adinda. Vino langsung membalik tubuhnya mengahadap Adinda.

"Ga apa apa kok. Masih sakit?"

"Sakitlah pasti, tapi udah mendingan sekarang gak sesakit tadi. Makasih ya."

tiba tiba ponsel Adinda berdering. Adinda langsung mengangkatnya.

"Halo." Ujar Dinda.

"Lo gimana sekarang? Udah baikan?" Jawab Safira

"Gue udah mendingkan kok setelah di tangani dokter dan minum obat. Lo dimana? kok rame banget?" Tanya Adinda.

"Sorry gue sama yang lainnya balik ke Jakarta. Gue ada pemotretan. Harusnya sih sekarang. tapi berhubung gue masih di jalan pemotretannya di undur jadi nanti malem. Sorry banget ya Dinda Sayang." Balas Safira

"Tega banget sih sahabat sahabat gue. Tau gue lagi sakit malah di tinggal balik. trus gue balik gimana? Gak mungkin kan gue nyetir dalam keadaan gini. Kenapa salah satu di antara kalian gak ada yang tinggal nemenin gue." Rajuk Adinda

"Sorry sayang" Balas Safira

"Sayang sayang. kalo lagi ada salah aja bilang sayang." Ucap Adinda kesal.

"Vino masih sama lo kan? Lo minta dia nyetirin lo aja sampe ke Jakarta. Gue udah ngobrol sama temen temennya. Ternyata mereka juga berasal dari Jakarta. Lumayan kan nemu supir yang ganteng."

"Tau ah. gue marah sama lo." Ujarnya sambil menutup telfon.

"Kenapa?" Tanya Vino

"Gue di tinggal sama yang lain."

"Ga usah sedih gitu dong. ada gue juga disini."

"Ya tapi kan ga mungkin aku ngemudi balik ke Jakarta sendiri."

"Gue juga balik ke Jakarta kok. bareng gue aja. Biar gue yang setirin buat lo."

"Makasih ya. Oia bisa anter ke vila ga? Gue mau ambil barang barang gue dulu. sekalian pengen mandi dulu. badan rasanya lengket semua."

"Baiklah. Ayo."

Mereka pun bertolak kembali ke vila untuk mengambil barang sebelum kembali ke Jakarta.

TIGA

Sesampainya di vila Adinda hendak masuk ke vila yang awalnya ia tempati namun penjaga mengatakan jika Safira sudah memindahkan semua barang karena ada yang akan menyewa vila itu. Setelah berpamitan kepada penjaga vila Adinda langsung menelfon Safira.

"Halo Din.." Jawab Safira

"Barang gue lo simpen dimana? Gue ke vila katanya udah lo pindahin."

"Hehe iya.. sorry gue lupa bilang. barang lo gue titip di vila nya Vino. Sorry sayangku."

"Dasar ya. udah tega ninggalin gue yang lagi cedera. barang gue juga main pindahin seenaknya."

"Jangan marah dong sayangku."

"Ga ada sayang sayang. kalo sayang harusnya jangan ninggalin gitu aja."

"Nanti gue traktir makan siang deh."

"Murah amat cuma di sogok sama makan siang."

"Trus apa dong?"

"Lo harus jadi model gue buat baju bulan depan. Tapi tanpa bayaran ya. gimana?"

"Baiklah.. asalkan sayangku yang satu ini gak ngambek lagi."

"Ok.. bye sayangku. Nanti gue kabarin kalo bajunya udah siap."

"Iya."

Adinda menutup telfonnya dan kembali ke depan dimana Vino berada.

"Mana barang lo?"

"Katanya Safira udah di titip di tempat lo."

"Oia? gue gak tau. ya udah masuk dulu aja yuk."

Adinda membuntuti Vino masuk ke dalam Vila.

"Oia itu ada barang gue. Bener bener ya sahabat ga ada akhlak. main seenaknya aja titip barang orang."

Vino hanya tersenyum mendengar celotehan Adinda

"Vin. gue mau ikut mandi boleh gak?"

"Boleh yuk masuk." Ucap Vino sambil membuka pintu kamarnya dan menuju kamar mandi.

"Maksud gue mandi di kamar mandi terpisah bukannya barengan sama lo. Makin kenal sama lo makin mesum ya otak lo."

"Gue kira mau mandi bareng sama gue."Ucap Vino sambil terkekeh.

"Enak aja. yang boleh liat badan gue cuma suami gue nanti. gak boleh ada yang liat."

"Ya udah nikah yu. biar gue bisa liat tubuh lo."

"Ih dasar dokter mesum. kasian gue sama pasien lo bisa dapet dokter yang mesum kaya lo. Cepetan Vin gue boleh mandi di mana? Udah gerah banget gue. badan gue udah lengket."

"Tuh di kamar sebelah. kalo ada apa apa panggil gue aja ya."

Setelah itu Adinda pergi ke kamar yang di tunjuk oleh Vino dan Vino masuk ke kamar nya yang tepat berada di sebelah kamar yang di pakai Adinda. Setengah jam telah berlalu, Sekarang Vino berada di dapur ia berfikir untuk membuat pasta untuk dirinya dan Adinda karena sekarang waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore. Ia berpendapat untuk makan terlebih dahulu sebelum melanjutkan perjalanan ke Jakarta. Satu jam sudah Adinda berada di dalam kamar. Vino mendekati kamar yang di pakai Adinda dan menempelkan daun telinganya di depan pintu kamar itu.

Tok.. tok.. tok..

"Din.. lo tidur?" Tak ada jawaban

Tok.. tok.. tok..

"Din lo baik baik aja kan? lo udah 1 jam di dalem. Gue masuk ya."

Saat masuk di lihatnya kamar dalam keadaan kosong. Lalu beberapa saat kemudian Adinda keluar dari kamar mandi.

"Lama banget lo mandi. lo bertapa atau lo tidur di dalem kamar mandi?"

"Mandi lah lo fikir gue ngapain di dalem. Gue kesulitan ngelepas terus memakai pakaian gue tadi. makanya jadi lama."

"Lo kan bisa minta tolong gue kalo susah."

"Enak aja. Enak di lo gak enak di gue kalo gitu. Gue kan udah bilang. tubuh gue yang boleh liat cuma suami gue."

"Ya udah tinggal nikah. gue siap kok jadi suami buat lo."

"Modus lo."

"Yuk makan. gue udah masak pasta."

"Lo masak? Serius?"

"Bukan gue. hantu yang masak. Ga percaya banget gue masak."

"Ok lah gue percaya. yuk makan. udah laper juga gue."

Mereka memakan makanannya tanpa ada yang bersuara. hanya terdengar bunyi dentingan piring dengan sendok yang saling beradu.

"Makasih makanannya Pak Dokter."

"Apa sih lo. Oia lo gak ngasih orang tua lo kalo lo kecelakaan? nanti mereka khawatir liat tangan lo di bebat kaya gini."

"Sayangnya udah ga ada orang yang mengkhawatirkan gue selain para sahabat gue. Karena orang tua gue udah meninggal 3 tahun yang lalu karena kecelakaan."

"Sorry gue gak tau. Nambah 1 orang yang bakalan mengkhawatirkan lo."

"Siapa?"

"Gue. kerjaan lo apa sih?"

"Gue punya butik. Tenang gue bukan pengangguran kok. gue gak akan bikin temen atau sahabat gue kesusahan karena gue. karena penghasilan gue lumayan lah untuk menghidupi diri gue."

"Gue gak keberatan kok kalau harus nanggung hidup lo."

"Makasih pak dokter. Tapi gue masih sanggup kok menghidupi diri gue sendiri. Balik sekarang?"

"Nanti aja kalau udah gak hujan. di luar hujan lumayan deras loh. Gue gak mau ambil resiko berkendara saat hujan deras kayak gini."

"Baiklah." Ujar Adinda sambil berjalan ke arah pintu keluar.

"Mau kemana?" Sergah Vino

"Mau ngambil sketchbook di mobil. gue harus menyelesaikan desain baju pengantin. besok harus udah selesai soalnya. lumayan lah sambil nunggu hujan reda."

"Biar gue yang ambilin. Lo tunggu disini aja. Lo pasti susah dengan tangan kayak gini.Di simpen dimana bukunya?"

"Di jok belakang. Makasih ya."

Vino hanya tersenyum sambil berjalan ke arah mobil Adinda. Setelah ia mengembil sketchbook ia berlalu ke ruang televisi untuk menonton. Di ikuti Adinda yang juga ikut mendudukan dirinya di samping Vino. Ia langsung mendesain pakaian yang akan ia serahkan ke kliennya besok. Di saat Adinda fokus dengan kegiatannya. fokus Vino hanya pada Adinda. Ia sesekali melirik desain yang Adinda gambar dan kadang ia memperhatikan wajah Adinda yang terlihat sangat cantik.

"Andai gue bisa milikin hati lo. Gue pasti bahagia banget saat ini. Dengan bisa berada di dekat lo aja gue udah seneng banget. Apalagi bisa jadi seseorang yang berarti di hidup lo. Gue janji sama diri gue sendiri. Gue bakalan lakuin apapun buat bikin lo bahagia." Batin Vino

"Selesai." Ujar Adinda. Ia kaget saat melihat jam dinding. "Wah udah jam 9 malam ternyata. mau balik sekarang ato besok aja Vin? Kalo gue sih gak masalah. balik besok asal pagi kalo lo?"

Saat Adinda melihat ke arah Vino di lihatnya Vino sedang tertidur dengan posisi menghadap ke arahnya sambil memeluk kedua kakinya dengan badan sebelah kirinya bersandar pada sandaran sofa. Adinda ikut bersandar ke sandaran sofa sambil menonton televisi. Tiba tiba sketchbook Adinda di ambil oleh Vino.

"Ngagetin aja lo Vin."

"Hehe.. Sorry.. Gue penasaran isi sketchbook lo. gue mau liat isinya. boleh ya?"

"Liat aja. Lo gak akan niru juga. Gimana yang barusan gue buat bagus gak?"

"Bagus. terlihat lebih mewah dari yang lain. Kita balik ke Jakarta besok ga apa apa kan? Soalnya udah malem ini. gue ngantuk banget."

"Iya ga apa apa kok. besok aja. tapi harus pagi banget dari sini. Soalnya gue ketemu klien jam 10 pagi."

"Baik lah. sekarang mending kita tidur. biar besok gak kesiangan."

"Ya udah. Good Night Vin."

"Good Night. Mimpi indah Din."

Mereka berlalu ke kamar masing masing dan mejemput mimpi indah mereka.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!