Apa itu hidup??
Apa itu rasanya kebahagiaan??
Apa itu rasa dihargai??
Dan apa itu rasanya bisa mendapatkan sesuatu yang kita inginkan dengan mudahnya??
Bisakah aku mendapatkan itu semua tanpa harus menyiksa diri sendiri?? Tanpa harus mengorbankan seseorang bahkan diri ku sendiri??
Aku selalu ingin mencapai semua keinginan itu untuk diri ku dan untuk yang lainnya. Namun ada kalanya aku merasa bahwa aku ingin berhenti, aku ingin pergi, dan aku ingin keluar dari zona yang membuat ku terus hidup dalam kesepian dan kesunyian ini.
Seakan aku hanya hidup sendiri dan hanya berjuang sendiri. Aku masih ingin itu terjadi pada ku. Tapi...
Lagi-lagi hanya tapi yang akan ku ucapkan.
Apakah aku bisa merasakan itu semua?? walau ku tau hal itu hanyalah imajinasi ku saja.
Ya.. hanya ilusi saja yang bisa menjerat seseorang dalam-dalam dan bahkan membuat orang tak bisa keluar dari ilusi itu.
Seperti Mawar biru yang sangat mustahil dan penuh ketakutan. Dan aku masih hidup dalam rasa seperti itu.
...
" Jul.. hei, kau bangun ini sudah jam berapa?? bukankah kau harus pergi cari kerja? kalau kau tak cari kerja gimana bisa ngehidupin keluarga! Sudah bangun.." Kata seorang ibu yang membangunkan anaknya dengan sedikit kasar.
Dan tiba-tiba...
Byuurrr..
Guyuran air tumpah di atas tubuh seorang gadis yang baru saja lulus sekolah. Membangunkannya dari tidur lelapnya.
" Hah! hah.. iya.. aku akan cari kerja.." Ucap ia dan langsung beranjak pergi dari kamarnya.
Ya, begitulah kehidupan ku. Aku yang selalu menurut apa yang diperintahkan dan selalu mengatakan ya, walau hal yang tak baik itu terjadi pada ku dan aku terus terkurung dalam situasi seperti ini.
Aku selalu seperti ini seakan hidup ku ini hanya seperti boneka. Yang tak bisa berbuat apa-apa dan hanya bisa digerakkan oleh orang.
Julianti itu lah nama ku, aku sering dipanggil Juli. Hidup ku, ya seperti ini.. Selalu seperti ini aku tak bisa bebas seperti orang pada umumnya. Orang tua ku terlalu takut jika aku kenapa-kenapa diluar sana. Padahal mereka sendiri yang ingin aku segera punya kerjaan. Dan bisa sendiri.
Ya, aku hanyalah orang biasa, orang miskin yang baru lulus sekolah dan baru ingin memasuki dunia kerja. Orang tua ku hanya seorang buruh biasa bahkan terkadang mereka sering mendapat tawaran membantu di rumah keluarga kaya, ya.. bisa sebagai tukang kebun atau sebagainya. Aku pun terkadang membantu mereka dengan segala cara yang ku bisa.
Bahkan aku pernah mendapatkan bantuan pendidikan di tempat les ku dulu. Walaupun orang tua ku itu bekerja biasa tapi mereka ingin anaknya bisa menjadi pintar dan layak seperti orang-orang. Untungnya pihak les ku itu mereka berinisiatif membantu kami walaupun hanya membayar setengah harga. Kadang pula mereka menggratiskan untuk ku seorang.
Aku pun merasa sangat beruntung akan hal itu, bahkan ketika aku melihat Emak ku menangis didepan ku, aku ikut menangis sampai akhirnya Emak ku berkata " Kenapa kau ikut menangis??"
mendengar itu aku hanya diam. Terus diam. Sampai suatu ketika Bapak ku sangat marah dan berkata " Sudah, berhenti saja.. buat apa les-les segala tapi ga bisa buat dia pintar dan bahkan semakin bodoh!.."
Bapak ku memang orang yang sangat tempramen apalagi ketika dia sedang darah tinggi. Pernah hal itu terjadi pada ku bahkan itu berulang kalinya.
Waktu itu aku sedang main dirumah tetangga, saat itu umur ku masih 7 tahunan. Aku main sampai siang hari ditempatnya. Hingga tetangga ku itu menawari ku makan siang dirumahnya.
" Jul, makan dulu yuk.. Nie, ada mie.. udah kamu makan saja disini dulu.. kan masih main ini.."
" Tapi, Bu.. saya tidak bisa.. saya takut jika orang tua saya akan memarahi saya."
" Sudah tak apa.. kan hanya makan ini.. biar saya yang bilang pada mereka."
Karena situasi ku yang masih kecil itu dan sudah terpojokkan. Aku pun memakan mie itu. Tak lama setelah aku habiskan makanan itu aku pulang.
" Hei, kau habis makan ya di rumah orang??"
Brrakk..
Diri ku langsung didempetkan ditembok.
" Ayo jawab!.. kau habis makan kan di rumah orang??"
Baagghh..
" I.. iya.. iya.."
Buughh..
Tubuh ku langsung terjatuh saat ia mendorong ku dengan kencang.
" Sudah dibilang berapa kali.. jangan makan dirumah orang, walaupun kita miskin tapi, bukan berarti kita ga punya uang.. kita masih bisa makan pake uang sendiri.!! Ahhkk!!"
Ia pun langsung pergi begitu saja. Dan aku menangis, sangat kencang tangisan ku itu.. Namun, walau begitu mereka terkadang sangat menyayangi ku. Hingga aku bingung harus bersikap dan harus seperti apa. Bahkan hal yang selalu ku ingat adalah kata-kata mereka.
Mereka selalu berkata.
" Kau harus segera menikah, agar ada yang menghidupi mu kedepannya. "
" Kau harus menjadi sosok pintar berbicara pada orang, dan selalu kuat agar kau bisa hidup dilingkungan yang kejam ini. Dan jangan berbuat salah sedikit pun.."
Itulah, yang selalu mereka ucapkan pada ku. Bahkan sampai aku sudah lulus sekolah ini.
Aku pun akhirnya menerima itu semua sampai saat aku pulang dari mencari kerjaan.
" Assalamualaikum.."
" Loh tumben ada orang? siapa mereka??" Gumam ku dalam hati seraya masuk kedalam dan bertanya pada Emak ku.
" Mak, siapa orang-orang itu?? Aku seperti tak mengenalnya."
" Owh, itu.. orang dari bos bapak mu itu.. "
" Loh, mereka memangnya ingin ngapain disini?? apa bapak berbuat sesuatu??"
" Ahk, ngga ko.. justru sekarang bapak mu sangat bahagia.."
" loh, memang ada apa si Mak?? Aku masih tak mengerti."
" Emm.. Mak, aku dapat pekerjaan loh.."
" Hah! "
" Loh, kenapa Mak.. ko sangat terkejut gitu?? aku dapat pekerjaan Mak.. jadi aku bisa memenuhi kebutuhan kita dan sekolah adek. Mak ko ga senang gitu.. ada apa si Mak??"
" Bu.. bukan gitu, emak hanya sedikit terkejut saja.. tapi, lebih baik. kau tolak saja ya pekerjaan itu."
" Loh, memangnya kenapa Mak?? ini kan baik buat kita semua.. kenapa aku harus menolak pekerjaan ini, dan gajinya pun juga lumayan Mak.. bisa memenuhi kebutuhan kita.. Padahal aku sangat senang karena aku bisa mendapatkan pekerjaan ini Mak.."
" Sudah kau ikuti perkataan Emak mu ini.. jika tidak kau akan mendapat akibatnya nanti ."
Saat itu aku tak tau apapun yang sudah terjadi dan yang akan terjadi nantinya pada ku. Aku hanya disuruh diam dan diam oleh emak ku.
Tanpa aku berfikir lagi, apa yang akan terjadi padaku dikemudian hari. Emak ku pun hanya terus mengatakan hal itu, sampai Bapak ku kebelakang menghampiri kami dan berkata pada Emak ku.
" Berhasil Mak.. berhasil, Anak kita akan dipinang oleh anaknya itu.. dan kita pun sudah tak perlu susah-susah lagi. Kita hanya akan mengurusi Vian saja nanti.."
Hallo.. Aku kembali dengan novel yang lebih baru lagi.. semoga kalian bisa suka dengan novel ini..😆😘
Dan jangan lupa.. Like serta favoritkan novel ini.. Emm.. satu lagi.. tolong vote dan dukung novel ini dengan coment yang membangun author agar bisa semangat dalam menulis serta bisa memberikan tulisan yang memuaskan kalian.
Salam hangat dari ku...🙏👋🥰
Meilianti.
" Apa? kenapa Bapak ingin aku segera menikah. Hah, alur macam apa lagi ini.. aku tak ingin langsung menikah seperti ini?? apalagi aku belum mengenal siapa pria yang ingin meminang ku.." Gumam Juli dalam hati.
Seketika aku pun hanya bisa diam dan terus berfikir. Kenapa semuanya ingin aku segera pergi dari rumah ini?..
" Jul, nanti malam kau harus siap-siap, ingat jangan sampai mengecewakan kami.. em, kau harus pakai baju yang sudah Bapak persiapkan dikamar mu... ya.."
" Pak.. Kenapa bapak harus melakukan hal seperti ini?? aku ga mau menikah pak.. Dan lagi pula aku sudah dapat pekerjaan!.."
" Sudah! Diam.. kau turuti saja perkataan bapak mu ini, karena bapak yang tau bagaimana keadaan kita bisa berubah."
" Tapi Pak... Pak, Juli ga mau pak menikah. dan aku takkan pernah memakai pakaian itu!.." Ia langsung pergi ke kamarnya.
" Juli.. Kau, Huh! anak itu kenapa dia keras kepala sekali.. dia kan sudah lulus ga baik kan lama-lama ga nikah.. Dan lagi pula ini kesempatan bagus untuk kita. ya kan Bu?"
" Iya, Pak.. tapi, diomongin baik-baik dulu sama anaknya.. ya sudah ibu yang akan bilang padanya."
" Ya sudah, ibu saja yang bujuk.. tapi kalau dia tetep ga mau biar bapak yang bujuk dia. Dan ibu ga usah mengasihani dia atau membelanya.."
...
Juli yang sedari tadi berada didalam kamarnya dan tak ingin keluar. Ia hanya bisa terus bergumam dan berfikir apa yang harus ia lakukan.
" Kenapa?? kenapa hidup ku harus diatur seperti ini.. aku ingin bebas, aku ingin menjalani hidup ku dengan normal.."
" Dadi dulu aku tak pernah merasa bebas, aku selalu mengikuti perkataan mereka, walau ada saatnya aku tak menyukai hal itu, namun aku lakukan.. Mengapa sekarang mereka membuat ku seperti kembali ke kurungan lagi??"
" Aku tak ingin.. aku tak ingin.. Tapi, jika aku tak mengikuti perkataan bapak.. mereka bilang keluarga kita yang akan merugi, maksudnya apa?? Apa bapak akan dikeluarkan dari pekerjaannya??"
" Ataukah, bapak dan ibu akan mendapatkan kesulitan nantinya?? Apa yang harus ku lakukan?? aku menyayangi mereka dan tak ingin kalau mereka mendapatkan kesusahan nantinya. Aku hanya ingin seperti orang-orang yang bisa membahagiakan orang tua dengan hasil keringatnya sendiri.."
" Apakah aku harus menerima tawaran ini.. dan menuruti permintaan bapak??"
Baru saja ia berfikir seperti itu, Ibu pun datang menemuinya. Dia mengetuk pintu Juli.
Tok.. tok..
" Jul.. Nak.. bolehkah Mak masuk?? Maaf.. tadi ibu sempat membentak mu karena hal tadi.. Bolehkah ibu membicarakan ini pada mu.."
Juli pun membukakan pintunya..
" Nak.. Maaf, mungkin Mak hanya bisa mengatakan ini.. Mak tau kau tak mau karena kau baru saja lulus sekolah kan.. Dan apalagi kau sudah mendapatkan pekerjaan ya kan.."
" Iya.. "
" Sebenarnya.. Bapak bersikap seperti itu, Karena dia mendapatkan tawaran dari bosnya.. "
" Maksudnya??.."
" Emm, jadi gini.. Kau tau.. waktu tadi kau masuk ke rumah, dan kau melihat tamu Bapak.. Ya, saat itulah dia berkata bahwa dia ingin meminang mu untuk menjadi istri dari anaknya.. Dan bapak mu juga langsung menyetujuinya sebab itu sangat baik bagi mu dan bagi kita semua.."
" Kenapa dia langsung berkata seperti itu?? bukankah orang itu hanya baru pertama kali melihat ku?? Dan apa anaknya juga mau menikahi ku??"
" Sebenarnya apa yang sudah terjadi Mak.. Kenapa bapak dengan mudahnya mengatakan hal itu??" Lanjutnya Juli berbicara.
" Tidak.. bukan seperti apa yang kau pikirkan.. Bapak dan Mamak hanya ingin yang terbaik bagi mu.. Bukankah ini sangat menguntungkan kita.. Dan Bos bapak mu itu pun juga dia akan segera membicarakan pada anaknya setelahnya baru deh dia akan melamar mu.."
" Hah! langsung seperti itu Mak.. aku masih belum siap Mak.. tolong mengertilah.." Mohon-nya Juli.
" Tapi, jika kau menolak.. mereka akan segera mengambil semua ini dari Bapak mu.. Dan kita takkan bisa menyekolahkan adik mu itu.."
" Apa yang terjadi Mak?? ada apa ini?? Kenapa jika aku menolaknya kita yang akan susah?? mereka siapa sebenarnya Mak.."
" Mak mohon Jul.. Mak mohon.. tolong bantu bapak dan Mak.. Hanya ini satu-satunya harapan kita untuk bisa memenuhi kehidupan kita.."
" Ta.. tapi Mak.."
" Sudah ya.. kau turuti saja perkataan bapak mu itu.. ini demi kita semua nak.."
" ......" Juli yang Hanya terdiam saja saat Emak mengatakan seperti itu.
Rasanya sangat menyesakkan. Dan tak bisa berbuat apa-apa.. Hanya bisa diam, dan menuruti perkataan mereka.
" Ya sudah, Mak keluar dulu.. kau pikirkan lagi.."
Emak pun pergi meninggalkan Juli didalam kamarnya.
***
...Perkenalan tokoh....
Ayah Juli memiliki nama asli Supardi. Dia bekerja sebagai buruh serabutan. Dia juga sering sekali dipanggil sebagai tukang bantu bangun rumah, tukang kebun di keluarga kaya bersama istrinya. Dan lain sebagainya. Dia memiliki 2 orang anak yaitu Julianti dan Viandi Syah.
Emak Juli memiliki nama asli Pipit Lestari. Dia bekerja sebagai pembantu di rumah keluarga kaya. Dan terkadang juga suaminya ikut membantunya sebagai tukang kebun. Walau seperti ini keadaan mereka sudah sangat cukup untuk bisa memenuhinya, bahkan mereka pun sudah bisa meluluskan anak pertama mereka yaitu Julianti.
Julianti seorang anak yang mandiri dan juga sangat membantu orang tuanya sejak ia sekolah SD dia sudah rajin membantu ibunya di rumah kaya itu. Sampai dia taman SMP dia sudah tak membantu ibunya itu sebab dia harus fokus pada sekolahnya dan mengikuti segala kegiatannya disekolah seperti Les dan lainnya. Les pun dia sangat beruntung sebab hanya dia yang mendapatkan potongan pembayaran les bahkan terkadang dia digratiskan oleh pihak les tersebut. Dia taman sekitar 1 tahun yang lalu dan dia baru saja mendapatkan pekerjaan.
Viandi Syah seorang adik yang masih berusia 7 tahun. Diusia ini dia sudah pandai sekali dalam hal pembelajaran di sekolahnya. Dia pun sangat pandai dan selalu membantu Ibunya dan adik yang pengertian. Dia selalu menyayangi kakaknya itu dan sangat dekat dengan kakaknya itu.
***
Juli pun keluar dari kamarnya saat hari sudah menjelang Maghrib. Ia pun langsung mengambil air wudhu dan sholat. Dalam sholatnya ia meminta yang terbaik pada apa yang ia putuskan nanti. Hanya itu yang bisa ia lakukan saat situasi dia bimbang.
Ia ingin menuruti keinginan Orang tuanya tapi, ia pun juga ingin keinginannya ini bisa terwujud.
Dalam sholatnya ia terus berdoa dan meminta pencerahan agar masalahnya ini bisa menemukan jalan keluar yang baik. Hingga setelahnya ia ketiduran sehabis sholat.
Jam pun sudah menunjukkan setengah 8. Dan Pipit pun pergi ke kamar Juli untuk memberi tau bahwa ia harus sudah siap-siap.
Tok.. tok..
Tak ada yang membukakan pintunya. Akhirnya Pipit membukanya sendiri dan melihat anaknya yang Sadang tertidur lelap.
" Hemm.. dia tertidur, Apa sangat kecapean ya karena terus memikirkan kejadian tadi siang.. Maafkan ibu ya nak.. ibu tak bisa berbuat apa-apa, sebab ibu juga ingin keluarga kita bisa merasakan kelayakan yang sama seperti orang-orang." batinnya Pipit.
" Jul.. Juli.. Nak, ayo bangun.. kau harus siap-siap nak untuk lamaran ini.. Kau setuju kan.."
" Emm.. Emm.. Apa Mak??"
" Ayo siap-siap, Kau harus bangun dan pakai baju itu.. untuk lamaran ini.."
" Emm.. iya Mak.."
" Loh kok aku bilang iya si.." Batinnya.
" Emm.. aku sholat dulu ya Mak.."
" Ya sudah sana.. Mak tunggu ya didepan.. ingat Jul.. ini demi keluarga kita, dan Mak yakin kau pun juga akan bahagia disana nantinya.. Maafkan Mak sekali lagi.. Bapak pun seperti itu.. dah sana.." Sirihnya Pipit.
" Iya, Mak.."
....
Juli pun langsung mengganti pakaiannya setelah ia sholat dan berdoa kembali.
" Apakah aku harus mengikuti kemauan ibu dan bapak?? Hemm.. ya sudahlah, mungkin ini memang yang terbaik.. Bismillah.." Gumam Juli seraya merapihkan kerudungnya.
Setelah selesai, ia pun dipanggil kembali oleh adiknya.
" Mba.. Mba Juli.. dipanggil ibu Mba untuk keluar, tamunya sudah datang."
" Iya, dek.. sebentar ya.. Mba masih siap-siap.."
Setelah selesai dengan riasannya. Juli pun pergi menemui para tamu. Dia sedikit tak nyaman dengan ini semua. Namun ia harus melakukannya demi keluarganya.
Para tamu pun sudah memasuki ruang tengah rumah Juli. Sebagian orang sangat terkejut saat melihat rumah orang yang akan dilamar, namun ketika Pak Bos Bapak berkata,
" Ya, Pak Pardi ini adalah calon besan saya.. dan saya ingin anak saya menikah dengan anaknya.. jadi, kalian ga perlu kaget seperti ini.."
Dan mereka langsung melihat ke arah ku, Awalnya aku sedikit tak nyaman dengan tatapan mereka namun, aku berusaha untuk tetap tenang dan mengikuti hal tersebut.
" Kenapa bapak ini sangat ingin menikahkan anaknya dengan ku?? Bukankah, mereka dari kalangan atas.. padahal baik Bapak dan Ibu ini bahkan semua keluarganya, mereka belum pernah mengenal ku dan aku pun seperti itu.." Batinnya Juli.
Mereka masih terus berbicara tentang akad nikahnya terus maharnya, dan lain sebagainya. Hingga suatu ketika Bapak itu mengatakan sesuatu yang membuat ku terkejut.
" Apakah Nak Juli ingin menanyakan sesuatu seperti dimana anak Bapak saat ini yang akan menikahkan mu?? Atau hal lainnya??"
Mendengar pertanyaan seperti itu, sangat membuat ku kaget sekaligus bingung.
" Emm.. maaf maksud Bapak gimana??" Tanya Juli yang ragu-ragu.
" Hahaha.. Nak Juli ini ternyata sangat lucu ya.. owh, maaf.. maksudnya kau tak ingin menanyakan anak bapak yang akan menikahkan mu, dia tak ikut kemari sebab dia ada sedikit urusan.."
" Ah, hehe.. iya.. Memangnya dia sesibuk itu.."
" Ya, bisa dibilang seperti itu.. Jadi, apakah kau siap untuk dinikahkan oleh anak Bapak itu??" Tanya Bapak itu yang sangat mengejutkan Juli.
" Hah! uhhukk.. uhhukk.. maaf, maaf.. "
" Emm.. ya.." Jawabnya Juli dengan suara kecilnya serta sambil mengangguk.
" Baguslah.. Nanti kau akan bertemu juga dengannya.."
" Ini terasa sangat aneh, firasat ku sangat buruk tentang hal ini.. Ku pikir ia ikut dan berada diantara mereka, ternyata dia tak ikut.. Hemm..," Batinnya Juli.
" Baiklah.. Jadi, Kapan tanggal baiknya untuk segera melangsungkan pernikahan ini, Pak??" Kata Supardi.
" Ah, soal itu sebenernya aku sudah menetapkan satu tanggal yang cocok.."
" Kapan itu Pak??"
" Emm.. tanggal 2 September gimana??"
" Berarti 2 Minggu lagi.. wah, ini sangat mengejutkan saya Pak.. Tapi, apakah Nak Tama akan menyetujui hal ini, Pak??"
" Dia akan menyetujui hal ini.."
" Baiklah.. saya rasa perbincangan ini sudah selesai dan saya pun masih ada urusan lainnya." ucapnya sambil berdiri.
" Ya, Baiklah.. akan saya antar sampai depan Pak.."
" Ya, terima kasih.."
Mereka pun sudah meninggalkan kediaman Juli, dan keadaan didalam rumah pun sungguh penuh dengan kegembiraan, namun berbeda dengan Juli sendiri. Dia terus berfikir tapi dia tak memilki dukungan untuk membatalkan semua itu.
Kalian pasti penasaran siapa mereka yang telah melamar Juli ini. Mereka adalah keluarga kaya dan terhormat, mereka adalah seorang pemilik perusahaan otomotif E-Pord, perusahaan yang sangat terkenal dengan otomotifnya yang sangat luar biasa keren dan modern. Bahkan mereka sedang meluncurkan produk baru mereka yaitu, Mobil listrik dengan desain yang sangat menawan dan elegan.
Dan kalian tau, Bapak Bos tadi yang menjadi bos dari Bapak ku itu ialah pemimpin perusahaan itu, bahkan katanya ia sudah hampir ingin cuti dan digantikan oleh anaknya itu. Emm, satu lagi istrinya telah meninggal buruknya setelah istrinya meninggal dia hampir frustasi bahkan Perusahaan miliknya hampir turun dan kacau, tapi sayangnya hal itu tak terjadi. Sebab dia kembali bangkit dan justru semakin maju saja perusahaan itu.
Dia bernama Adirata Syam Amartha. Dia memilki 2 orang anak laki-laki. Pertama Alex Armanto Amartha, dia seorang CEO dari Perusahaan Tekstil ternama yang ia bangun sendiri dan Istrinya yang bernama Fitri Firliani seorang Desainer terkenal. Tama Ryan Amartha Anak kedua dan dia Pria muda pertama yang sudah memegang gelar S3 Ekonomi Bisnis London Business School. Sekarang ia sudah menginjak umur 26 tahun.
Sedangkan Orang yang bernama Tama ialah yang akan menikahi Julianti ini, Gadis muda yang masih berumur 19 tahun yang dari kalangan rendah. Entah apa yang membuat Adirata ini memilihnya untuk menjadi calon mantunya.
Begitupun Juli, entah apa yang akan terjadi pada dirinya setelah ini..
....
" Mba.. mba.. Apakah mba akan benar-benar meninggalkan rumah ini??" Tanya Vian.
" Emm, sepertinya begitu dek.. Daripada memikirkan itu.. mau ngga mba ajak pergi ke suatu tempat akhir pekan ini setelah adek les??"
" Mau.. mau, mba.. kemana memangnya mba??"
" Emm, rahasia.. hehe, Sudah yuk.. masuk, dan tidur, besok kan kau harus pergi sekolah.."
" Iya, mba.. ayo.."
Mereka pun masuk lalu mengunci pintu rumah dan tidur dikamar masing-masing.
Pagi pun datang..
Semua sudah sibuk dengan masing-masing pekerjaannya. Tapi, tidak dengan Juli, dia hanya duduk termenung setelah ia menelfon pihak HRD untuk mengundurkan diri dari perusahaan tersebut.
" Dan.. kembali lagi, hidup menjadi seorang pengangguran.. menunggu lagi.. lagi, dan lagi.. Hemm! rasanya membosankan.." Gumam Juli dibelakang rumahnya sambil memandang sawah yang luas.
" Hah! Dorr... "
" Hup.. Aisshh, kau ini dek.. kenapa ngagetin Mba gini.. bukankah kau masih sekolah jam segini kenapa sudah pulang??"
" Hehe.. maaf Mba, itu Vian dipulangkan karena pihak sekolah sedang rapat guru.."
" Owh.. Emm, sini deh dek.. temenin Mba disini.. Ayo duduk disini.." Sambil menepuk samping duduknya.
" Iya, ada apa Mba.. tumben Mba ingin ditemani.."
" Emm, nanti kalau Mba udah pergi dari rumah dan tinggal di rumah suami Mba.. Vian harus nurut terus ya sama Bapak, Ibu.. "
" Iya, Mba.. Tapi, Mba juga jangan lupa.. Mba harus sering datang kesini dan temani Vian main.. kaya biasanya.. ya.."
" Iya, Mba, akan usahakan untuk itu.. dan ingat kalo nanti ada yang ngajak sholat berjamaah, Vian ga boleh petakilan, ya.. Ingat apa yang Mba ajarin oke.. dan banggakan Mba, Bapak dan Ibu.. oke.."
" He'emm.. aku akan berusaha untuk bisa menjadi anak yang bisa membanggakan kalian.. hehe.."
" Mba, ayo Mba main di sawah, kapan lagi bisa main di sawah.. haha.. " Lanjutnya Vian sambil menarik Juli.
" O.. oke.. oke.. haha"
Mereka pun bermain lari-larian sambil saling mengejar dan menumpuk tanah yang ada di sawah yang sudah dipanen itu.
Tawa dan canda pun mereka keluarkan dengan sangat bahagia. Namun ada sepasang mata yang sedang memantau mereka dari jarak jauh.
" Dia pantas untuk jadi pasangan anak ku.. dan menjadi menantuku, serta bisa menyembuhkan anak ku.. bahkan bisa menghancurkan kotak itu.."
***
Don't forget, untuk meninggalkan jejaknya disini...🙂
Happy reading 😉
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!