Aku terduduk diujung ranjang dengan baju tidurku, aku menatap kamar hotel ini seksama ada rasa khawatir,takut dan gelisah yang aku rasakan.
Ini malam pernikahanku, bisa dikatakan ini malam pertamaku dengan suamiku. Jika pada pasangan umumnya aku akan merasakan gugup bukan takut atau gelisah hanya saja pernikahan ini tidak didasar dengan cinta.
Halsey Diana, itu namaku. Sebenarnya cukup dini untukku menikah karena aku baru menginjak usia 17 tahun dan masih duduk di bangku SMA di semester akhir. Bukan, bukan karena aku hamil duluan seperti kebanyakan dari pernikahan dini.
Aku menikah dengan seorang pria lebih tua 15 tahun dariku, aku ingat kembali aku menikah bukan karena hamil duluan atau aku menjadi simpanan om-om. Aku menikah karena orang tua ku menjodohkanku dengan pria itu.
James Irwan dia suamiku umurnya 32 tahun, dia pria tampan tetapi memiliki raut wajah dingin dan datar mungkin karena itu ia sampai seusia tua itu belum menikah karena setiap wanita melihatnya akan takut dulauan. Tapi pria ini cukup baik menurutku ia juga mapan.
Orang tua ku cukup materialitis saat sedang krisis-krisisnya usaha ayah mas irwan datang kerumah dan membicarakan ia akan menyuntikan dana ke perusahaan ayah namun, dengan syarat aku menjadi istrinya tentu saja orang tuaku tidak keberatan sama sekali. Mereka membujukku agar menerima perjodohan ini dan seperti yang mereka inginkan aku telah menikah dengan pria itu.
"Ekmmm" suara batuk itu menyadarkanku dari lamunan ku, mas irwan tengah membuka dasinya dan jasnya aku hanya berani menatapnya dari sini tampa niat membantunya atau apapun. Jujur saja aku takut.
"Kamu sudah mandi ?" Ucapnnya membuat ku merinding seketika mendengar pertanyaan itu. "Su--sudah mas" sebisa mungkin aku menetralkan rasa gugupku dan tersenyum kikuk saat pria dewasa itu menatapku.
"Jika begitu saya akan mandi, kamu tidur saja" aku bernafas lega saat mas irwan masuk kedalam kamar mandi. Aku membaringkan tubuhku di ranjang dan menarik selimut hingga menutupi sebagian tubuhku.
Awalnya aku mencoba untuk tertidur namun, tetap saja tidak bisa rasa gelisah itu membuat ku tak nyaaman sesekali aku menatap pintu kamar mandi dan kembali mencoba tertidur tetapi nihil aku tidak bisa tidur sampai..
Clekkkk....
Pintu kamar mandi terbuka dan aku pura-pura tertidur, aku takut mas irwan berbuat macam-macam padaku makanya aku gelisah banget.
Aku merasakan ranjangku bergoncang dari sisi kanan ku aku pastikan mas irwan juga telah bergabung bersamaku terbaring di atas ranjang.
Aku semakin erat menutup mataku sebisa mungkin aku membuat nafasku lebih teratur seperti sedang tidur normal. Tiba-tiba aku merasakan tangan besar memeluk perut langsungku, aku tersentak kaget dan buru-buru kembali tenang.
"Saya tau kamu belum tidur" bisiknya di telingaku, oh tuhan aku ingin menangis saja aku takut. Dari sini aku dapat merasakan hembusan nafasnya yang menubruk kulit leherku, aku semakin di buat takut dengan hal ini.
Pikiranku sudah kemana-mana kata temanku jika melakukan hal itu untuk pertama kali akan terasa sakit dan nyeri yang luar biasa parahnya lagi aku pernah membaca juga cerita seperti itu. Apa lagi jika pria yang lebih dewasa melakukannya poin plus nya ia juga kesepian karena tak ada belaian maka saat ia melakukannya akan sangat kuat. Aku membayangkan ucapanku sendiri membuatku merinding sendiri.
Seseorang tolong bawa aku dari sini, aku benar-benar takut.
"Saya terbiasa tidur memeluk sesuatu, tapi karena disini tidak ada benda yang bisa saya peluk selain kamu" dia kembali mengeluarkan suaranya namun ini lebih gila suaranya yang deep dan serak basah membuatku ingin menjarit saja. Entah aku harus merasa lega atau merasa semakin cemas mendengar suaranya yang seksi itu.
"Hmmm" balasku singkat karena tidak mungkinkan aku terdiam terus. Setelahnya tak ada lagi percakapan.
Entah karena rasa kantuk dan lelah telah menghampiri atau karena pelukan milik mas irwan membuatku mulai menutup mataku dan tertidur.
TBC
[Minggu, 24 Oktober 2021]
Safira Aulia Hamidah
Saya tidak berniat sebenarnya untuk membuat ini atau mempublikan karena beberapa hari ini saya merasa tidak puas dengan diri saya sendir namun, dengan perasaan bosan menghampiri jadi saya mencoba mempublikan tulisan gabut saya ini. Semoga menyenangkan selamat membaca dan terima kasih.
Sore harinya aku ikut dengan mas irwan kerumah yang akan kami tempati. Sampainya disana aku menyukai interiornya yang bisa dikatakan sangat elegan dan juga simple itu seperti kepribadianku.
"Bagaimana apa kamu menyukainya ?" Tanya mas irwan yang berada dibelakangku membawa koper ku, aku membalik tubuhku tersenyum canggung dan mengangguk sebagai jawaban.
"Syukur jika begitu, ayo saya tunjukan kekamar yang akan kita tempati" mendengar ucapan dia itu membuatku kembali menegang, sebelum aku memikirkan yang tidak-tidak aku segera mengekori mas irwan menuju ruang yang dia bilang sebagai kamar ku dan dirinya.
Saat pintu di buka aku terkegum dengan ruangan ini yang menurutku cukup unik karena atapnya kaca dihiasi lampu dan ada pintu terbuat dari kaca juga yang menghubungkan ke kolan berenang yang di luar. Setidaknya itu deskripsi yang bisa aku gambarkan karena aku juga bingung untuk mendeskripsikan bagaimana lagi.
"Kamu boleh menaruh baju-baju kamu di lemari ini" aku yang mendengar kembali suara mas irwan segera berbalik menatap pria itu yabg berdiri di depan lemari yang terbuat dari kayu itu ia mengambil sebuah kaos dan membuka kemejanya di hadapanku tentu saja aku kaget bukan main, saat mataku tampa sopannya menatao badan atletis milik suamiku itu.
Sampai hitungan detik kelima aku memekik kaget dan mas irwan menatapku dengan datar. "Kenapa ?" Tanyanya dengan santainya sedangkan aku menutup wajahku dan panik sekali. "Mas---mas kenapa buka baju disini" ucapku heboh.
Aku mendengar suara tarikan nafas. Cukup lama aku menutup wajahku menggunakan tangan sampai tak mendengar suara apapun, aku sedikit membuka sela-sela jari tengah dan telunjukku untuk mengintip.
Mas irwan masih berdiri di tempatnya menatapku, dia sudah mengenakan kaos coklat dan celana pendek berwarna hijau army. Aku menurunkan tanganku ketika mas irwan mengankat satu halisnya, aku cukup canggung dan memilih menggaruk tengkuk ku yang tak gatal.
"Kenapa menjerit ? Hm" tanya nya lagi dengan suara yang lebih tegas. "Anu---anu mas aku nggak biasa liat cowo buka baju didepan aku" kenapa jadi tiba-tiba gagap sih aku meruntuki diriku yang bersikap begiti bodoh. Jadi aku memilih untuk menunduk berharap menghilangkan rasa malu yang tengah aku rasakan.
Tak ada jawaban dari dia hanya aku mendengar kekehan dan saat aku mengangkat kepalaku sudah tidaka da mas irwan lagi di hadapanku. Aku sedikit kaget karena jika mas irwan telah meninggalkan kamar ini lalu tadi kekehan siapa ?. Horor banget sih dibanding membuat otakku berpikir yang tidak-tidak aku memilih membuka koperku dan mulai menyusun rapih pakaianku di samping pakaian mas irwan.
Setelah selesai aku mengambil bajuku dan masuk kekamar mandi untuk membersihkan diri.
****
Saat sudah selesai aku berjalan turun kebawah, tepatnya kamarku dan mas irwan di lantai atas. Aku melihat mas irwan sedang di ruang tengah sedang menonton berita, aku tak ada niatan untuk mendekatinya jadi aku melewatinya berjalan menuju dapur.
Tampa minta izin dulu aku membuka kulkas itu, aku menemukan beberapa bahan yang bisa dimasak. Saat aku ingin mengambilnya apa tidak terlalu lupa diri jika tidak menanyai yang memiliki rumah ingin dimasakan apa ? Jadi sebelum tanganku menggapai bahan-bahan masakan itu aku kembali menutup kulkas dan berjalan menutu ruangan tengah.
"Mas maaf ganggu, mas ingin dimasakan apa untuk makan malam" mas irwan memindahkan atensinya dari layar tv menatap diriku, aku tersenyum kiku juga sih walau aku mencoba pending semua rasa gugupku.
"Kamu bisa masak ?" Oh apakah dia sedang meragukanku, tak apa dia baru pertama kali hidup denganku jadi aku harus sabar. "Aku bisa masak kok mas, jadi masnya mau di masakin apa ?" Mas irwan mengangguk-nggangguk "saya tidak masalah makan apa saja jadi kamu bebas memasak apa saja di dapur" setelah ucapannya itu aku berpamitan kedapur.
Sudah menjadi kebisaan diriku sebelum masak dimulai aku memulainya dengan membersihkan bumbu-bumbu yang akan aku pakai dan mengiris-ngiris sayuran dan bumbu barulah aku masuk kedalam kegiatan utamanya.
Saat aku akan menyalakan kompor suara dencitan dari kursi dan lantai terdengan aku membalik sebentar melihat mas irwan yang teha terduduk di patry dengan segelas air putih di hadapannya.
Sebisa mungkin aku tidak menunjukan rasa gugupku, entahlah mungkin karena asing atau merasa tidak sopan dengannya aku selalu dilanda gugup dan canggung.
Tidak ada suara yang di keluarkan dari mas irwan, mungkin pria itu tidak ingin mengganggu fokusku.
Setelah 25 menit aku bertempur dengan penggorengan dan alat dapur lainnya akhirnya aku menyelesaikannya dengan dua pring menu makan malam hari ini. Aku ingin melihat sebentar ekpresi apa yang akan mas irwan berikan pada menu yang aku buat jadi aku mengangkat wajahku sebentar dan kembali menunduk ketika melihat ekpresi wajah mas irwan masih sama datar.
Apa mas irwan tidak memiliki ekpresi sejak bayi ? Bahkan di hari pernikahan di saat tamu sedang menyalami kami ia masih saja datar aku heran sendiri jadinya.
"Mas mau aku ambilkan ?" setelah mendapatkan persetujuannya aku mengambil piring kosong dan menyendokan nasi putih untuknya, ah sebelum aku mengupas-upas bumbu aku sempat mengecek ricecooker dan benar saja tak ada nasi yah bagaimanapun mas irwan tinggal disini sendiri saat ia belum nikah.
Aku menyajikan masakan ku pada mas irwan aku menunggu pria itu memasukan makanan nya pada mulutnya sebelum aku memasukannya. Wajah pria itu langsung berubah aku jadi khawatir jika masakanku tidak cocok dengan lidahnya.
"Nggak enak yah mas ?" tanyaku saat melihat ekspresinya seperti kaget dan aga aneh, dia menggeleng aku jadi semakin khawatir dan gugup. "Tidak, ini enak saya suka hanya saja saya kaget dengan rasanya" responnya dengan nada datar seperti biasa setelahnya aku menyendokan makanan ku seperti biasanya enak-enak saja bumbunya juga pas itu menurutku yah.
Tak sampai menghabiskan waktu 30 menit kami telah selesai menghabiskan makanan kami, jadi aku mengambil piring-piring kosong itu membawanya ke wetapel untuk menyucinya. Sedangkan mas irwan masih di tempat duduknya.
Setelah aku selesai mas irwan berdiri. "ayo tidur" ucapnnya, tidur ? Rasa takut ku kembali aku takut tidur yang di maksud oleh mas irwan adalah tidur......
TBC
[Minggu, 24 Oktober 2021]
Safira Aulia Hamidah
Selamat membaca
Terima kasih
Pagi-pagi sekali aku bangun setidaknya jam 04:44 pagi aku sudah berpisah dari ranjang nyaman milik suamiku itu. Setelah aku itu aku menyuci muka dan mengosok gigi segera turun kelantai bawah dan mulai dengan beberes seperti sapu dan mengepel.
Setelah beres aku kembali kelatai atas dan mulai mengerjakan hal sama baru aku masuk kedalam kamar lagi, aku menyempatkan diri untuk melihat jam yang menunjukan pukul 05:36 aku semakin mengencangkan gerakanku mengambil jas dan kemejas milik mas irwan dan baju seragam putih abu ku membawanya ke ruang laundry untuk mengosoknya.
Aku selesai pukul 06:00 pas sekali, aku kembali kekamar guna menaruh jas dan kemeja mas irwan saat aku masuk pria itu sudah terbangun ia sedang berduduk di tepi ranjang. Dia tersenyum kearahku dan aku membalas senyumannya.
"Mas mandi dulu gih" entah aku menemukan kalimat itu dari mana, setelahnya aku dengan gantuan baju seragam turun kebawah aku mandi di kamar mandi bawah.
Yah aku masih bersekolah, mas irwan mengizinkan ku untuk membereskan study ku dimana lagi coba aku bisa mendapatkan suami seperti itu walau aku belum bisa menerimanya sebagai suami semestinya.
10 menit aku selesaikan mandiku karena waktunya begitu mepet aku belum menyiapkan sarapan. Saat aku keluar dari kamar mandi mas irwan baru saja turun dari lantai atas.
Dia terlebih dahulu duduk di meja makan aku mengekorinya di belakang. "Kamu yang beresin ini semua ?" Tanya nya, aku diam sebentar sebelum menjawab.
"I--iya mas" aku tidak tau harus menjawab apa jadi hanya itu yang keluar dari mulutku, setelahnya tak ada lagi kalimat yang keluar dari mas irwan ia hanya diam saja.
"Mas, sarapannya sama roti aja gak papah ? aku belum sempat masak tadi soalnya waktunya mepet banget" pria itu hanya mengangguk saja sebelum kembali mengerluarkan suaranya "saya tidak masalah sarapan dengan apa saja" aku seperti deva vu saja mendengar ucapannya.
Kami menghabiskan sarapan kami dengan hening tepat saat aku sedang mengenakan sepatu mas irwan diam di hadapan aku.
"Perlu saya antar ?" Tanyanya, aku menggeleng pelan "tidak usah mas, aku udah pesen ojek online di luar udah nunggu. Aku pamit dulu yah bentar lagi upacara bendera di mulai" setelah berpamitan kami keluar dari rumah bebarengan dan betul saja ojek online itu sudah menunggu diriku ini.
...*****...
Saat aku sampai dikelas setelah upacaran temen sebangku ku Vernatta Lavender mulai menyerangiku dengan pertanyan.
"sey, gimana rasanya sakit nggak ?" Pertanyaannya itu loh ambigung. "Apaan sih vee, ayolah aku tuh kesini mau sekolah loh bukan bergosip" balas ku sambil mengeluarkan beberapa buku didalam tas.
"Yah iya aku juga tau cuman nih yah sey, aku penasaran aja gimana toh rasa malam pertama secarakan aku belum nikah dan belum pernah ngelakuin" biar aku kasih tau jika yang mengetahui aku telah menikah itu hanya vernatta yang notabe nya dia sahabatku semenjak duduk di bangku 1 sd. Selebihnya tidak banyak yang mengetahui karena aku meminta pernikahan ini privet hanya teman kantornya mas irwan aja yang tau sama kerabat saja.
"Jangankan kamu, aku juga belun jadi jangan bahas itu guru Akuntasi kesayangan kamu dah masuk tuh" aku mencoba mengalihkan pembicaraan ini dan beruntungnya guru cepat masuk. Vernatta langsung bergidig geli ketika aku berbicara bahwa guru akuntasi itu kesayangannya. Emang unik juga sehabatku ini bisa dibilang menjadi moodbooster sikapnya yang kadang acuh tak acuh menjadi ciri khasnya terlebih ketika guru menerangkan dan tak sesuai dengan yang di ketahui gadis itu ia akan menjelaskannya atau mencibirnya.
Aku sendiri terkadang tak habis pikir bagaimana bisa berteman dengan gadis itu yang kini tengah berdebat dengan guru akuntasi.
Jam istirahat ke 2 akan usai dan bertepatan dengan suara pesan masuk kedalam ponselku, aku menatap sebentar nama yang kontak itu.
James Irwan (teman mama)
Pulang sekolah saya jemput
Beri alamat sekolah kamu
Aku tak langsung membalasnya aku terdiam sebentar, hari ini ada kelas tambahan yang di adakan sekolah menjelang ujian nasional di mulai.
^^^Helsey Diana^^^
^^^Tidak usah mas, hari ini^^^
^^^Aku ada kelas tambahan jadi^^^
James Irwan
Maka dari itu biar saya
Jemput kamu pulang jam
Berapa ?
Aku menghela nafas sebentar, sepertinya mas irwan bukan tipe orang yang akan mengalah ia jadi dibanding aku harus berdebat dengannya aku mengirim pesan jam dan lokasiku padanya.
...******...
Pukul 18:21 aku bersama teman yang lainnya baru saja keluar dari kelas yang seperti neraka itu.
"Sey, kamu pulang sama siapa ?" Aku bingung harus bales apa sama vernatta jujur atau bohong aku nggak tau. Dia menepuk bahuku sebentar dan dapay aku lihat tatapan jahilnya itu.
"Di jemput sama husband kamu yah ? Duh pengantin baru" ucapnya dengan pelan, aku tahu jika gadis ini walau berisik bisa menjaga rahasia orang lain.
"Hmm, kamu sendiri pulang sama siapa ? Supir atau guru akuntasi ?" Aku menggodanya kembali jika hanya aku mana adil bukan.
"Nggak---nggak amit-amit aku pulang sama dia, mending sama skateboard aja" kami sudah sampai di gerbang utama sekolah dia segera berpamitan dan pulang dengan skateboard nya. Aku yang melihat mobil milik mas irwan yang sudah terparkir dekatku segera menghampir tampa banyak omong aku langsung masuk duduk di sebelah pria itu.
...*****...
Selama dalam perjalanan hening menemani, aku sibuk menatap keluar jendela dan mas irwan yang sibuk menatap kedepan dengan fokusnya.
"Sudah makan ?" Aku memalingkan pandangan ku menatap ke arah mas irwan, aku menggeleng "belum, mas sendiri udah makan ?" Sama seperti yang aku lakukan ia menggeleng "belum" jawabnya singkat.
Aku kembali terdiam dan menatap keluar jendela lagi, tak tau harus balas apa jadi aku hanya diam saja.
"Mampir dulu ke supermarket, bahan dikulkas sudah habis" ucapnya terdengar kaku sekali, gimana dia bisa dekat dengan perempuan jika bahasanya formal dan kaku seperti itu pikirku.
"Iya mas" aku menatap mas irwan entah pikiranku saja atau benar yang aku lihat jika bibirnya bergerak berucapkan "saya ingin memakan masakan kamu lagi" tak ada suara hanya gerakan namun, membuatku tersenyum.
Kami kembali ke rumah tepat pukul 19:22 sudah lumayan larut juga, aku segera membersihkan diri sedangkan mas irwan memainkan ponselnya. Setelah selesai dengan ganti baju aku kembali kedapur dan mulai menata balanjaan yang tadi kami beli di supermarket.
Aku mengambil beberapa potong ayam dan sayuran berniat membuat tumis ayam sawi putih. Tak butuh waktu lama makanan itu telah tersaji dan mas irwan sudah berada di depan meja makan seperti kemari.
Mas irwan memakannya dengan lahap entah mengapa ada perasan senang muncul, apa ini yang di rasakan seseorang ketika ka di hargai ?.
"Biar saya bantu" setelah selesai mas irwan menawarkan diri untuk membantuku menyucikan piring aku sih seneng-seneng aja di bantu. Setelah selesai kami kembali kekamar dan bersiap untuk pergi kealam mimpi masing-masing.
"Terima kasih untuk hari ini yah, sudah mencoba menjadi seorang istri yang baik" bisiknya sebelum aku menutup mataku. Dan kini aku merasa ada banyak kupu-kupu yang berterbangan didalam perutku aku mengulum senyumku dan merasakan tangan pria itu memelukku lagi.
______________________________________________
[Senin, 25 Oktober 2021]
Author: Safira Aulia Hamidah
Wtpd : Safira Auliya Hamidah
Instagram: Safira19989
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!