Disebuah kamar yang kecil, terlihat seorang gadis cantik yang sedang meringkuk di dalam selimutnya padahal waktu sudah menunjukan pukul setengah tujuh pagi.
saat sedang asik bermimpi dengan indah tiba-tiba saja terdengar suara yang langsung membuat gadis itu terjaga dari tidur nyenyak nya.
bruuukkk
seorang wanita masuk ke dalam kamar gadis itu dan langsung memarahinya habis-habisan. "hei! bangun kamu! kenapa kamu tidak menyiapkan makanan hahh!!" teriak seorang wanita paruh baya yang masih terlihat cantik.
" ma-maaf Buk.." lirih gadis itu dengan kepala yang tertunduk.
" maaf maaf! kamu pikir dengan kata maaf bisa membuat kami kenyang, ia!?" bentak wanita itu lagi. " cepat siapkan sarapan!" lanjutnya masih dengan nada membentak.
gadis itu diam menunduk Ia tau ia salah karena seharusnya dia yang menyiapkan sarapan walau sudah ada puluhan pelayan dirumah mewah itu dan juga dia harus sekolah.
" cepat buatkan sarapan!! putraku pasti sudah lapar." bentak wanita itu lagi saat melihat gadis itu masih saja diam menunduk.
" i-iya Buk.." ucap gadis itu takut.
bruukkkk..
pintu kembali dibanting, andaikan saja pintu bisa berbicara pasti dia akan mengeluh kesakitan.
gadis manis itu menatap sendu pada wanita yang baru saja keluar dari kamarnya. " lalu siapa aku.." lirihnya dengan air mata yang sudah membasahi pipi mulusnya.
saat tersadar bahwa dia sedang menangis, dengan cepat dihapusnya air mata itu dan pergi kedapur untuk membuatkan sarapan pada Tuan dan Nyonya serta Tuan muda.
sesampainya di dapur..
"pagi bik Rum.." sapa gadis cantik itu pada seorang pelayan.
" ehh non Divin, non nggak sekolah?" Tanya pelayan itu pada gadis yang disebut Divin itu.
" Divina bangun kesiangan bik, "
Bik Rum tersenyum pada Divina." terus non Divin ngapain kesini?"
" Divin mau buat sarapa bik"
"tapi, tadi kan bibik sudah buat" ucap wanita itu.
Divina menghela nafasnya dengan kasar. " mau gimana lagi bik, tadi udah di suruh sama Nyonya besar " jawab gadis itu sambil tersenyum miris dengan mata yang berkaca-kaca.
" non nggak apa-apa? sini biar bibik bantu" ucap bibik saat melihat Divina yang hampir menangis.
" Divin nggak apa-apa bik, Divin mau buat sarapan dulu yah..nanti Divin dimarahin, lebih baik bibik duduk dulu sebentar kan dari subuh bibik sudah capek kerja sana sini"
" bibik nggak capek non, kan banyak pelayan yang bantu bibik..jadi biar bibik bantu non Divina saja" tawar bibik rum namun ditolak oleh Divin.
"bik..Divin bisa sendiri kok, lagian Divin kan hobi memasak" ujar gadis itu sambil tersenyum.
Bibik pun memaklumi dan mengijinkan Divina membuat sarapan sendiri. setelah selesai membuat sarapan, Divina membawa sarapan ke meja makan yang besar dan luas dengan tiga orang yang sudah duduk menunggu di setiap sisinya.
Divina meletakkan semua hidangan diatas meja. " lama" ujar seorang pria tampan yang sedang duduk dengan angkuh di sisi bagian kanan meja.
" maaf " ucapnya pelan tak berani menatap lelaki itu.
" kalau sudah selesai minggir kamu! bau mu sangat menyengat" lanjut pria itu lagi.
tanpa berkata-kata lagi, Divina pergi dari tempat itu. Ia sadar diri bahwa dirinya bukanlah siapa-siapa dia sana. Ia hanya seorang anak yang tak di harapkan keberadaannya.
'bagaimana orang lain memperlakukanku dengan baik,kalau kalian saja memperlakukanku seperti ini?''
Divin langsung menuju ke kamarnya yang berada tak jauh dari dapur atau lebih tepatnya kamar pembantu.
Kamar para pembantu sudah disiapkan mes khusus dibelakang, bahkan kamar mereka lebih besar dari kamar Divina.
Divin menatap nanar pada sebuah figura yang ia letakkan dilantai bersandaran dengan tembok karena dikamarnya hanya tersedia sebuah lemari kecil dan sebuah kasur yang sangat kecil.
'aku berharap kalian bisa menyayangiku dengan selayaknya, tapi apakah harapan itu akan tercapai?'' gumam Divina dengan sejuta kesedihannya.
...----------------...
saat ini Divina sedang berjalan dikoridor sekolah dengan memakai ransel abu-abu yang sudah tak layak pakai, pakaiannya juga lusuh tidak seperti siswa-siswi yang lainnya membuat orang-orang jijik dengannya.
Divin sekolah di sebuah SMA favorit yang mahal dan elite. Tapi semua itu ia raih karena prestasinya.
saat ia hendak menuju kelasnya, tanpa sengaja ia berpapasan dengan seseorang yang sangat dikenalinya.
dengan kepala yang tertunduk ia melewati orang itu yang tak lain adalah Ziko.
Saat melewati Ziko, tiba-tiba saja Ziko menyenggolnya hingga ia terjatuh. Semua siswa-siswi yang berada di sana sontak saja menertawakan Divina yang terjatuh sedangkan Ziko hanya dengan ekspresi datarnya saja.
" kasian banget yah dia, pasti lagi caper sama kak Ziko." ujar seorang siswi.
" mana mungkin kak Ziko yang tampan bagaikan dewa bisa tertarik dengan dia" cerca yang lainnya.
Ziko Arkana Mahendra adalah seorang pria tampan yang bersekolah di Hope international high school. Dia adalah kembaran dari Divina gadis yang sekarang ini ia senggol.
Pria tertampan dan juga di segani disekolah ini dengan sikapnya yang ramah dan playboy jika didepan orang lain, tapi jika ia berhadapan dengan Divina maka semuanya akan berbeda. Ia adalah putra pemilik yayasan sekolahan ini sehingga ia bisa berbuat seenaknya.
Merasa tak bisa menahan tangisnya lagi, Divin berlari ke toilet. Dalam toilet ia menangis sepuasnya meluapkan emosinya yang meledak-ledak di kepalanya.
setelah dirasa hatinya tenang, Divina kembali kekelasnya dengan kepala yang terus meenunduk. Dalam perjalanan tak sedikit orang-orang yang mengucilkannya tapi Divina lebih memilih menulikan semua itu. Percuma saja meladeni mereka kalau pada akhirnya ia akan kalah.
Semua siswa-siswi yang berada disekolah ini adalah orang yang tingkat perekonomiannya paling tinggi hanya ia sendiri yang paling beda diantara mereka semua.
kini tibalah Divina dikelasnya dan duduk di kursi paling belakang dan terpisah dari meja yang lainnya.
Semuanya menatap tak suka pada Divina.'selalu saja seperti ini..tidak adakah ruang bagiku' kata hati Divin yang berteriak.
" lihatlah bajunya begitu lusuh, tasnya juga udah sobek..sebegitu miskinkah dia" ujar seorang siswa yang menatap jijik kearah Divina.
Divina hanya diam menunduk meratapi nasibnya. Divin tak mau terlihat lemah dimata orang-orang.
terus kenapa bajunya kuning gitu, bukannya putih" sambung yang lainnya lagi.
Divina memandangi baju dan tasnya. 'benar yang mereka katakan..pakaianku sudah tidak layak pakai. Tapi bagaimana aku bisa membeli pakaian baru lagi sedangkan aku tak punya uang sepeserpun. apa aku harus mencari pekerjaan '
...----------------...
sepulang sekolah Divina terlebih dahulu mencari pekerjaan. Setelah hampir 3 jam mencari pekerjaan akhirnya ia diterima disebuah restoran yang terkenal dikota itu.
Ia tidak menyangka bisa diterima kerja di restoran ini. Waktu untuknya bekerja juga setelah pulang sekolah jadi ia tidak perlu khawatir untuk masalah itu tapi apakah Susi dan Tommy akan mengijinkannya.
Dengan berjalan kaki Divin berjalan ke mansion mewah keluarga Mahendra. "kasian sekali hidupku, ada tapi tidak dianggap. Bahkan biaya kehidupanku juga tidak mereka tanggung mereka hanya memberiku makan saja " lirih Divin dengan kaki yang tak berhenti melangkah.
setibanya di mansion Divina berjalan melewati pintu belakang. Tidak aneh lagi jika Divin melewati pintu belakang.
" dari mana saja kamu kenapa baru pulang ?" selidik tommy dari belakang membuat Divina kaget.
Divina menatap tommy dengan raut wajah terkejutnya "maafkan saya tuan karena saya pulang terlambat"
"saya tanya dari mana kamu bukan menyuruh kamu minta maaf" kata Tommy dengan raut datarnya.
" sa-saya mencari pekerjaan tuan" ujar Divina dengan gugup karena ini kali pertamanya dia berbicara dengan tommy secara langsung.
that's all for this episode, if you want to know the story, let's move on to the next episode
😊
hari ini adalah hari minggu hari di mana semua orang diam di rumah, tapi tidak dengan seorang gadis yang pergi ke gereja." Bik Divina pergi ke gereja dulu ya " Ujar Divina pada bik Rum yang sedang menyapu di halaman belakang.
sejenak bik Rum memandangi Divina dari atas ke bawah. " ada apa bik?" tanya Divina yang merasa minder dengan penampilannya dan juga tatapan dari bibik Rum.
" tidak apa-apa kok non, " Bik Rum merasa tidak enak hati karena sudah lancang memandanginya seperti itu.
"kalau begitu Divin pergi dulu yah" Divina mencium punggung tangan bik Rum.
" Hati-hati non" Bik Rum memandangi kepergian Divina dengan mata yang berkaca-kaca.
" bibik harap kamu bisa bahagia nak" lirih bik Rum.
...----------------...
Dalam perjalanan Divin kembali memandangi dirinya. "pakaianku sudah usang" ucapnya pelan tapi ia tak mempermasalahkannya. Asalkan pakaiannya sopan dan masih bisa dipakai.
tanpa sadar ternyata ia sudah tiba disebuah gereja yang tak jauh dari rumahnya. Dengan perasaan minder Divin memilih duduk di sebuah bangku yang berada dipojok belakang yang masih kosong.
saat semua bangku sudah dipenuhi dengan jemaat terpaksa ada beberapa orang yang duduk dibangku yang sama dengan Divin tapi mereka menjaga jarak dan langsung memakai masker.
Pada saat itu juga Divin merasa bahwa dirinya sangat hina. 'sebegitu menjijikkannya kah aku sehingga didalam gereja pun orang-orang masih terus membenciku' kata hati Divin yang bereriak kesakitan.
setelah sekitar dua setengah jam kebaktian berlangsung akhirnya kebaktian selesai dengan keadaan Divin yang tak tahan melihat tatapan orang-orang yang tertuju padanya.
' ada apa lagi ini? kenapa semuanya menatap aku seperti ini?''
Tak ada kata-kata yang dikeluarkan oleh mereka tapi melihat tatapan mereka saja sudah membuat gadis itu terpojokkan.
Dengan kepala yang tertunduk Divin berjalan sambil menunduk keluar tapi ada sesuatu yang aneh menurutnya. 'kenapa nggak berdesakan yah,nggak kayak biasanya' dengan memberanikan diri Divina mengangkat kepalanya dan menatap sekelilingnya.
ternyata semua orang sedang menghindarinya dengan membuatnya berjalan di arah paling depan dan menjaga jarak sekitar satu setengah meter darinya.
'apakah aku adalah orang yang paling menjijikkan dimuka bumi ini' dengan hati yang hancur Divin melangkah keluar dan tanpa sadar air matanya terjatuh.
tak peduli lagi jika orang lain melihat air matanya toh ia juga manusia biasa yang tak mampu menahan beban yang lebih berat.
sesampainya di rumah Divina langsung masuk kedalam kamarnya. "ya Tuhan, sampai kapan aku akan terus dihina seperti ini?" air mata Divin kembali jatuh, ia menangis terisak hingga bahunya ikut terguncang.
tok tok tok..
terdengar suara ketukan pintu dari luar kamar Divina. Dengan cepat dihapusnya air mata itu dan membukakan pintu kamarnya.
ceklek
" ada apa yah mbak " tanya Divina ramah kepada seorang pelayan wanita muda yang tengah berdiri di depan pintu kamarnya.
" bantu aku melayani tamu dulu, semua pelayan sedang sibuk " ujar wanita muda itu tak bersahabat.
'aneh..banyak sekali pelayan tapi apa yang membuat mereka sibuk'
walaupun masih tak yakin Divin tetap akan membantu pelayan itu. " tunggu dulu yah mbak aku ganti baju dulu"
"hmm, cepetan jangan lama-lama" ketus wanita itu.
tak membutuhkan waktu lama Divin sudah mengganti pakaiannya dengan seragam pelayan yang sama dengan wanita muda itu.
Tak ada yang tau tentang identitas Divina yang sebenarnya. Yang mengetahuinya hanya bik Rum dan keluarga Mahendra saja karena wanita itu sudah bekerja disana sebelum Divina dan Ziko lahir.
" nih kamu bawa yang ini dan aku bawa yang ini, jangan buat kesalahan nanti Tuan muda marah" jelas pelayan itu.
sebenarnya ada sedikit rasa iba pada pelayan wanita itu saat melihat Divina yang terus tersiksa.
" aku bawanya yang ini yah mbak?" tanya Divina Sambil menunjuk beberapa gelas yang berisikan beberapa minuman yang berbeda warna.
"iya kamu bawah itu keruang tamu"
Dengan telaten Divin mengambil cangkir yang berisi berbagai minuman itu dan menaruhnya diatas nampan dan membawanya ke ruang tamu.
sesampainya diruang tamu Divina sedikit terkejut, ternyata Ziko membawa keempat sahabatnya. Ada yang juga yang membawa pacar nya.
termasuk salah seorang pria tampan yang duduk dengan tenang tanpa ekspresi yang sedang ditemani oleh seorang wanita cantik yang Divina ketahui bernama Bella.
Rey, nama pria itu. Pria yang Divina kagumi dalam diam sejak kelas 1 SMA tapi ternyata ia sudah memiliki kekasih yang jauh lebih segalanya di banding dirinya.
saat Divina berjalan mendekat kearah meja ternyata Bella menyandung kakinya hingga membuatnya terjatuh dan minuman yang dibawahnya tumpah mengenai baju dari seorang Reyhan Alexander.
semua orang terkejut karena minuman itu tumpah pada bajunya Rey, pria dingin dan kaku itu. Divina bangun dari lantai dengan tubuh yang bergetar serta wajahnya yang pucat. " ma maafkan aku, aku tidak sengaja " ujar Divin dengan suara yang bergetar.
Ziko maju dihadapan Divina dengan rahang yang mengeras.
plakkkk plakkk..
Ziko menampar kedua pipi gadis itu hingga kembali jatuh tersungkur di lantai yang basah karena tumpahan minuman itu.
" kamu bisa kerja atau tidak hahhh?!" bentak Ziko dengan marah wajahnya memerah, urat lehernya seakan ingin keluar dan tangannya yang terkepal kuat. Divina sangat takut dengan Ziko saat ini, tidak pernah dia melihat Ziko semarah ini walau ia selalu bersikap dingin padanya.
Divin kembali bangun dengan masih menguatkan dirinya agar air matanya tidak jatuh tapi semuanya sia-sia, air mata sialan itu kini mulai turun membasahi pipinya.
Rey hanya diam saja dengan ekspresi datarnya dan menatap tajam kearah Divina.
" maafkan aku, aku tidak sengaja.." lirih Divina lagi memohon maaf.
" maaf..lho bilang maaf? bangsattt !!! lho udah bikin malu gue!" Ziko meraih rambut lurus Divin yang terikat dan menjambaknya dengan kuat.
"ahhh..am-pun kak, ak-ku benar-benar tidak sengaja" ujar Divina yang tak kuasa menahan sakit pada kepalanya. Mungkin sebentar lagi rambutnya akan rontok.
Ziko melepaskan jambakannya. semua yang disana hanya diam tak melakukan apapun karena kalau Ziko sedang marah maka ia akan lebih seram dari singa.
Lain halnya dengan Bella yang tersenyum penuh kemenangan. Sejenak padangan Divina beralih pada kedua manusia yang masih duduk dengan tenang itu, ia melihat wajah Bella yang terlihat berbinar.'iblis!' gumamnya dengan wajah memerah.
Air mata kembali mengalir di mata cantiknya. Tanpa berkata-kata lagi Divina langsung pergi dari tempat itu dan pergi ke kamarnya.
saat sedang meratapi nasib buruknya tiba-tiba ia teringat sesuatu. " bagaimana bisa aku lupa, hari ini adalah hari pertama aku kerja" ujar gadis itu sambil buru-buru mengganti pakaiannya.
Divina belum terlambat bekerja, karena ia akan bekerja jam dua belas siang nanti. Divina juga tidak ada alat untuk sekedar melihat jam, terpaksa ia harus pergi saat ini juga. Lagi pula jarak dari mansion ini ke Restoran tempat ia kerja itu sangatlah jauh, berada didekat sekolahnya dan ia harus berjalan kaki untuk sampai ketempat tujuan.
that's all for today guys, hopefully you don't get bored to read my story.
See you All
Tibalah Divina sekarang disebuah restoran mewah yang berada dipusat kota dengan ramai pengunjung. 'bagus sekali restoran ini,'
" kamu Divina yah" seorang wanita muda menghampiri Divina dengan senyum ramahnya.
" iya mbak" jawab Divina membalas senyuman ramah dari wanita muda itu.
Divina sudah tau bahwa wanita itu adalah salah satu pelayan disini. Dilihat dari pakaiannya yang sama seperti pelayan lainnya.
" ayo ke dalam buat ganti pakaian kamu"
Divina menuruti wanita itu dan mengikutinya dari belakang hingga tibalah di toilet. Saat ini Divina sedang menunggu wanita itu yang katanya mau mengambil seragam untuk Divina.
Tak lama kemudian datanglah wanita itu dengan membawa sebuah baju. "maaf yah aku lama, kamu cepatan ganti bajunya" ucap wanita itu dan segera meninggalkan toilet.
Selesai mengganti pakaiannya, Divina segera keluar dari toilet dan berjalan menuju dapur dimana para pelayan lainnya berada. " kamu pelayan baru yah?" ucap seorang wanita muda yang datang menghampiri Divina. " iya mbak, mohon bimbingannya yah" jawab Divina sambil tersenyum.
wanita itu mengangguk sambil tersenyum. " nama kamu siapa? " tanyanya ramah.
" nama aku Divina mbak, nama mbak siapa" ujar Divina sambil menyodorkan tangannya.
" Kinara, panggil saja kinar " jawabnya sambil menerima jabatan tangan Divina.
" Semoga kita bisa berteman baik yah mbak" ucap Divina senang dan wanita itu pun mengangguk antusias tanda setuju.
Setelah selesai acara perkenalan mereka, wanita cantik itu mulai mengajari Divina cara melayani tamu dan sebagainya yang belum di mengerti nya.
...----------------...
Hari pertama bekerja cukup melelahkan bagi Divina, tapi ia merasa bahagia setidaknya ia sudah bisa mencari uang sendiri tanpa harus mengemis kesana kemari.
waktu sudah menunjukkan pukul lima sore menandakan waktu pulang bagi Divina. Setelah menempuh banyak waktu akhirnya ia tiba dirumahnya dengan keadaan yang sudah gelap dan sepi.
saat hendak ke kamarnya tiba-tiba ada suara yang mengagetkannya. " dari mana saja kamu?" suara Ziko yang terdengar menginterogasi.
"sa-saya.."belum sempat Divin menyelesaikan kalimatnya Ziko sudah memotongnya duluan.
"apa jangan-jangan kamu jual diri yah?!" Tanya Ziko curiga walaupun ia tau Divina tidak mungkin seperti itu.
Divin menggeleng cepat. "tidak.." ucap Divin serius. " saya hanya bekerja saja untuk memenuhi kebutuhan saya" kini ia berkata dengan lirihan.
Sejenak Ziko menatap wajah Divin yang terlihat berbeda. 'kenapa wajahnya aneh?'' bathinnya mencari dimana letak keanehan itu. 'pipinya'
Ternyata kedua pipi Divina sedikit bengkak dan agak keunguan. 'sekeras itukah tamparan ku?' Ziko memandangi telapak tangannya yang besar itu. lalu kembali beralih pada Divina.
"dimana kamu bekerja?" selidik Ziko dengan nada dingin yang menusuk.
"saya bekerja di restoran dekat sekolah" jelas Divina dengan takut.
Tanpa menjawab Ziko berlalu pergi meninggalkan Divina yang memandangi kepergiannya dengan sedih.
"tidak adakah sedikit harapan untuk lebih dekat denganmu?" lirih Divina.
...----------------...
saat ini hari sudah pagi membuat Divina terpaksa harus bangun untuk melakukan pekerjaannya sebelum ia berangkat ke sekolah.
setelah menyelesaikan tugasnya, Divina segera bersiap untuk pergi ke sekolah.
Dengan berjalan kaki berkilo-kilo meter akhirnya Divina tiba di sekolahnya yang sangat jauh itu untung saja ia tidak telat.
saat memasuki gerbang semua mata tertuju padanya dengan pandangan mencemooh, ada juga yang menatap iba kearahnya. Sudah biasa sih tatapan seperti itu ia dapatkan tapi kali ini rasanya beda, lebih menyeramkan..
"kasian banget ditampar sama kak Ziko" ejek seorang siswi saat melihat Divina.
"iya kasian banget dia, lagian sih pake tumpahin minuman segala ke pakaiannya kak Rey" tambah yang lainnya. Entah itu kasian atau hanya ejekan.
'jadi mereka tau kejadian kemarin?' bathin Divin dengan mimik wajah yang hampir menangis karena diperlakukan sedemikian rupa.
tanpa sadar Divina meraba pipinya yang masih sedikit sakit, tapi sialnya seorang siswi melihat nya. "lihat itu pipinya bengkak, agak lebam juga. Pasti kak Ziko tamparnya kuat banget deh"
'sebegitu parahkah diriku?'
Saat sedang meratapi nasibnya dengan berdiri didepan gerbang tiba-tiba datanglah sebuah mobil sport dan membuanyikan klaksonnya dengan sangat kencang dan berulang-ulag membuat Divina terjingkrak kaget langsung saja ia menepi.
Divin menatap sendu mobil yang baru memasuki halaman sekolah itu, sudah tak asing lagi mobil itu baginya dan pastinya sangat ia kenali karena mobil itu adalah mobil kesayangannya Ziko. Masih dengan wajah sedih dan malunya Divina berjalan sambil menunduk menuju kekelas nya.
Dari kejauhan tampak seorang pria dengan pakaian seragam menatap kepergian Divina yang terus diejek oleh para siswa-siswi sedangkan dirinya dipandangi dengan penuh kekaguman dan sangat dihormati. Apalagi sekolah ini adalah milik keluarganya.
Dia adalah Ziko Mahendra sang pangeran disekolahan ini.
saat sudah tiba dikelas ternyata Ziko juga mengikutinya dari belakang untuk kekelas juga. Kelas mereka sama.
" Happy Birthday Zikoo!!" Sorak teman sekelasnya dengan binar kebahagiaan.
Divina menegang ditempat. " happy birthday?" lirih Divina. Ziko yang mendengar lirihan Divin langsung menatapnya.
" haapy birthday bro, panjang umur yah sehat selalu dan makin banyak dapet ceweknya" ujar Kevin sahabat Ziko yang terkenal playboy sama seperti Ziko. Kevin menepuk bahu Ziko.
" thank you yah" Ziko membalas semuanya. Semuanya bersalaman bergantian bahkan ada juga cewek yang dengan tidak tau malunya mencium Ziko tapi Ziko juga tidak menolak.
"selamat ulang tahun bro" ujar seseorang dari belakang. Semua menatap kearah belakang dan terlihatlah tiga orang cowok yang sama kerennya dengan Ziko.
Ziko memeluk mereka satu persatu. Rey, Angga, Ken dan Kevin. Mereka adalah sahabat terbaik dari seorang Ziko.
Divina menatap mereka dengan sendu dan mata yang berkaca-kaca tanpa sadar ada seseorang yang melihat nya. "ngapain kamu nangis?" ujar seorang siswi yang bernama Vivi.
semuanya menatap kearah Divina, " ngapain nangis dek, nanti aura miskinnya keluar" ejek Ken.
Wajah Divin memerah menahan tangis. "saya memang miskin, jelek dan kumuh tapi tolong kalian hargai saya sedikit saja.." lirih Divin. Kini air matanya sudah jatuh. Dengan langkah gontai ia menuju kebangkunya yang berada dipojok kanan paling belakang dan terpisah sendiri.
semuanya menatap tak suka kearah Divina sedangkan Ziko dan Rey hanya menatap datar saja tanpa ekspresi.
tanpa sadar kini sudah pukul 12 siang waktu untuk pulang bagi para siswa-siswi. Dengan penuh semangat Divina berjalan kerestoran tempatnya kerja yang berada persis didepan sekolahnya.
setelah selesai mengganti seragam sekolahnya dengan seragam pelayan Divina pergi kedapur untuk mengambil pesanan dan membawanya kepada tamu.
"Div tolong kamu bantu aku antar ini keruang VIP yah" ujar Mbak Indah salah satu pelayan di restoran itu.
"ok mbak" Divina mengambil nampan dan meletkakkan beberapa porsi makanan serta minuman ke atas nampan itu.
tokk tokk tokk
"masuk" suara orang dari dalam membuat Divina dan indah masuk ke dalam.
" mereka " lirih Divina, indah melirik sekilas ke arah nya.
Dengan gugup dan agak takut Divina membawa nampan mengikuti langkah Indah.
" Permisi Tuan, silahkan menikmati makanan nya " Ujar Indah dengan memasang senyum manis. Divina meletakkan makanan dan minuman diatas meja tanpa berkata sepatah katapun dengan kepala yang menunduk.
Angga menatap heran Divina yang terus menunduk, ia belum mengetahui gadis itu siapa. " Pelayanan disini nggak bagus " Ujar Angga asal ceplos.
Indah menatap kearah Divin dengan tajam. " Maaf Tuan, dia pelayan baru disini jadi belum mengerti "
"masa ngelayanin tamu kok kepalanya nunduk Mulu " kesal Angga.
yang lain menatap gadis itu, belum ada yang menyadari kalau itu Divina. Angga yang biasanya acuh kini menjadi sangat sewot. " gitu aja kok loh sewot " Heran Ken.
Dengan pelan Divin mengangkat ke palanya saat Indah menyenggol tangannya.
" dia, kamu" ujar mereka bersamaan, hanya Rey dan Ziko saja yang diam. Agak terkejut, mungkin itu yang dua manusia itu rasakan.
thanks for those who want to stop by at my level, I hope you all still like my work. THANK YOU EVERYTHING, UNTIL MORE IN THE MORE EPISODES😘
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!