Disarankan membaca novel MENGEJAR SUAMI IMPIAN terlebih dahulu sebelum membaca kisah ini, biar paham alur kisahnya. 🙏
Pengenalan tokoh
Azzahra Faranisa Abdullah
Wanita berusia 24 tahun, seorang guru taman kanak-kanak, yang sejak memasuki usia 16 tahun mencintai seorang pria yang tidak lain adalah anak dari atasan abinya bekerja. Sejak mulai menyukai lawan jenis, dia sudah menyukai pria bernama Prayoga Atmajaya. Pria yang juga menjadi kakak kelasnya saat di bangku SMA. Apalagi sejak orang tua Prayoga menginginkan dirinya menjadi calon menantunya, Azzahra mulai mengunci hatinya untuk pria mana pun yang mendekatinya.
Namun kekecewaan dirasakan oleh Azzahra saat mengetahui pria pujaan hatinya tiba-tiba telah menikah secara diam-diam. Hati Azzahra terasa hancur saat dia merasa penantiannya bertahun-tahun ternyata sia-sia.
Disaat dia merasakan luka di hatinya, tiba-tiba dia mengalami kejadian konyol yang mempertemukannya dirinya dengan seorang pria charming bernama Gavin Richard, calon duda yang pernah menikah dengan wanita yang usianya 18 tahun di atas pria itu
Gavin Richard
Seorang anak pengusaha pemilik beberapa hotel di negara ini, berusia 28 tahun. Dan meskipun sejak kecil Gavin ikut dengan mommy-nya, tapi Tante dan Omnya lah yang merawat dia. Karena Mommy Manda sibuk dengan karirnya sebagai seorang model.
Saat dia menjelang dewasa, Mommy Manda sering sakit-sakitan hingga membuat Mommy Manda mesti keluar masuk ke rumah sakit. Karena kesibukan Gavin mengurus bisnis garmen bersama teman-temannya yang baru dia rintis, membuatnya tidak mempunyai banyak waktu untuk menemani Mommy Manda. Dan disaat itulah muncul sosok Agatha. Wanita dewasa yang berusia lebih muda 3 tahun dari usia Mommy Manda. Agatha yang bersuamikan pria kaya raya juga sedang menemani suaminya yang sakit keras. Karena kamar rawat inap mereka bersebelahan, Agatha sering berkunjung dan menemani Mommy Manda. Di sanalah akhirnya Gavin dipertemukan dengan Agatha.
Saat akhirnya suami dari Agatha meninggal, Mommy Manda meminta Gavin menikah dengan Agatha sebagai balas budi karena kebaikan Agatha menemani Mommy Manda selama dia dirawat. Keputusan itu tentu saja ditolak mentah-mentah oleh Gavin. Karena saat itu usia Gavin masih 25 tahun. Dia tidak ingin menikah dengan wanita yang tidak dia cintai. Tapi karena penolakan Gavin membuat kondisi Mommy Manda langsung drop akhirnya dengan terpaksa dia menikahi janda kaya raya itu. Tapi dengan satu syarat yang diajukan Gavin kepada Agatha. Jika suatu saat dia menemukan wanita yang membuatnya jatuh cinta, maka dia boleh mengajukan perceraian. Hal itu pun disetujui oleh Agatha.
________________'_________________
Seorang gadis berseragam putih biru berlari tergopoh-gopoh mendekati pintu gerbang yang hampir saja terkunci.
" Pak, tunggu ...!" pekik gadis itu kepada pak satpam yang hendak menutup pintu gerbang sekolah.
" Aduh cepat, Neng! Sudah dimulai itu acaranya.." Pak Satpam memerintahkan gadis itu supaya bergerak lebih cepat.
Dengan nafas tersengal akhirnya gadis berhijab itu berhasil melewati gerbang sekolah.
" Alhamdulillah ..." ucap gadis itu sembari memegang dadanya. " Nuhun, Pak." (Terima kasih, Pak) ujarnya kemudian.
" Hei, kamu ...!! Sapa nama kamu?!" bentak salah seorang kakak kelas wanita yang kini berada di hadapannya dengan berkacak pinggang.
Gadis itu tersentak saat mendengar suara dari kakak kelasnya yang terdengar kencang itu.
" S-saya Azzahra, Kak." Dengan wajah tertunduk gadis bernama Azzahra itu menjawab.
" Kenapa telat? Baru beberapa hari jadi penghuni sekolah ini sudah berani-beraninya melanggar aturan. Berdiri di sana!!" hardik kakak kelas tadi.
" M-maaf, Kak. Saya terlambat."
" Tanpa kamu beritahu pun saya sudah tahu kamu telat! Sekarang kamu berdiri di depan sana. Biar jadi peringatan bagi siswa baru yang lain, supaya disiplin tidak melanggar aturan!" tegas kakak kelas itu.
" B-baik, Kak." Dengan kepala tetap tertunduk Azzahra melangkahkan kaki ke depan kumpulan siswa yang sedang berbaris di lapangan. Sudah bisa dipastikan sekarang kehadirannya di depan lapangan itu sukses membuat ratusan pasang mata mengarahkan pandangan ke arahnya.
Satu jam berlalu ...
Semua siswa baru sudah bubar dari lapangan dan mengikuti kegiatan selanjutnya. Sedangkan Azzahra masih berdiri di lapangan tanpa boleh berpindah tempat.
Satu jam berdiri ditambah lagi perut yang belum terisi, karena tertidur setelah sholat Shubuh hingga membuatnya bangun kesiangan. Membuat kepalanya tiba-tiba terasa berat dan berputar-putar. Keringat dingin pun kini sudah mulai mengembun di tubuhnya. Rasanya kedua kaki Azzahra sudah tidak bisa lagi menopang beban berat tubuhnya. Sehingga membuat tubuhnya limbung. Pandangannya pun mulai memudar. Dan seketika itu pula tubuhnya lunglai dan merosot ke bawah. Tapi sebelum kesadarannya hilang, Azzahra masih sempat merasakan ada tangan yang meraih tubuhnya supaya tidak jatuh ke tanah. Dan sebuah suara terdengar berkata.
" Kamu kenapa? Kamu sakit?"
***
Azzahra mengerjapkan matanya. Kepalanya masih terasa pusing. Pandangannya mengedar ke seluruh ruangan yang dia tahu itu tempat apa.
" Kamu sudah sadar, Ra?" Terdengar suara Afifah, teman satu SMP yang sekarang memilih SMA yang sama.
" A-aku kenapa, Fah?" tanya Azzahra mencoba bangkit dari posisi tidurnya.
" Kamu pingsan tadi, Ra." Afifah menjelaskan.
" Astaghfirullahal adzim, pingsan? Meni ngerakeun (sungguh memalukan)." sahut Azzahra mendengar penjelasan sahabatnya itu.
" Tapi kamu beruntung tahu, Ra. Kamu tahu, nggak? Tadi yang angkat kamu ke UKS ini Kak Yoga." Dengan sangat excited Afifah menceritakan bagaimana saat Yoga menangkap tubuh Azzahra yang ambruk. Lalu bergegas mengangkat tubuh Azzahra dan membawanya ke ruang UKS.
Cerita Afifa tentang seorang kakak kelas pria yang menggendongnya membuat Azzahra terkesiap sambil membekap mulutnya sendiri.
" Serius kamu, Fah?" Azzahra masih belum percaya.
" Serius atuh, Ra." Afifah meyakinkan.
" Aku malu banget, Fah. Kalau sampai ketemu Kakak itu." Azzahra langsung menutup seluruh wajah dengan telapak tangannya.
" Kamu sudah siuman?" Tiba-tiba terdengar suara pria memasuki ruang UKS tersebut.
" Kak Yoga?" Afifah yang sedari tadi duduk di tepi ranjang kini bangkit saat mendapati sosok kakak kelas yang menolong Azzahra tadi.
Azzahra yang mendengar Afifah memanggil siswa laki-laki berwajah tampan yang kini berjalan mendekat ke arahnya dengan sebutan 'Kak Yoga' membuat matanya terbelalak. Apalagi saat dia melihat kakak kelasnya itu tersenyum ke arahnya memperlihatkan lesung pipinya, membuat jantungnya tiba-tiba berdetak sangat kencang.
" Gimana kondisi kamu? Apa masih pusing?" pertanyaan Yoga pada Azzahra hanya dibalas dengan pandangan mata indah Azzahra ke arah Yoga. Azzahra seolah membeku karena merasa terpesona kepada kakak kelasnya itu.
" Ra, Kak Yoga tanya kamu, tuh. Apa kamu sudah membaik?" Afifah sampai menggoyangkan lengan Azzahra agar temannya itu tersadar dari lamunannya.
" Ah, eh ... iya. Tadi pagi belum makan, jadi pingsan.."
" Pfftt ..."
Jawaban spontan Azzahra membuat Yoga dan Afifah menahan tawanya. Azzahra sendiri yang menyadari dia keceplosan bicara langsung menggigit bibirnya.
" Kamu lapar??" Yoga kemudian menyodorkan bungkusan plastik yang menggantung di tangannya. " Ini ada roti sama air mineral, makanlah dulu. Kalau sudah agak mendingan. Nanti kembali ke kelas kamu," sambungnya kemudian.
" Emm, m-makasih, Kak." Azzahra menerima bungkusan yang diberikan Yoga kepadanya.
" Ya sudah, saya tinggal dulu, ya." Yoga pun berpamitan sebelum akhirnya meninggalkan Azzahra dan Afifah berdua.
" Fah, kepala aku sudah nggak pusing. Tapi jantung aku berdetaknya kok kencang banget, ya. Coba kamu pegang, deh." Azzahra menarik tangan Afifah dan mengarahkannya ke dadanya.
" Apa aku mesti ke dokter spesialis jantung, ya Fah? Aku takut nanti punya penyakit serangan jantung," lanjut Azzahra lagi.
Afifah yang mendengarkan ucapan Azzahra langsung tergelak. " Ini bukan karena penyakit jantung atuh, Ra. Tapi penyakit cinta. Jangan-jangan kamu jatuh cinta sama Kak Yoga tadi, ya?" ledek Afifah.
" Astaghfirullah, masih kecil, Fah. Abi bilang belum boleh cinta-cintaan." Azzahra langsung mengelak.
" Hmmm, kamu belum rasain saja. Punya pacar itu enak, Ra. Apalagi kalau satu sekolah. Bikin kita semangat pergi ke sekolah." Afifah memprovokasi.
" Sudah ah, jangan ngomongin cinta-cintaan.
lieur (pusing)." Azzahra lalu menyobek plastik roti dan melahapnya karena dia memang benar-benar lapar.
" Ra. nanti plastik rotinya jangan dibuang," ucap Afifah.
Azzahra berhenti mengunyah lalu memperhatikan bungkus plastik roti yang ada ditangannya. " Kunaon kitu (memang kenapa)?"
" Itu 'kan dari Kak Yoga, sayang kalau dibuang." Afifah terpingkal.
" Gelo maneh mah(gila kamu)" Azzahra melempar bungkus roti itu ke arah Afifah dan akhirnya ikut tertawa hingga ruangan UKS yang sempit itu dipenuhi suara tawa mereka berdua.
Bersambung ..
Visual Azzahra
Visual Gavin
Happy Reading❤️
Azzahra memandang pantulan wajahnya di cermin. Dengan menggenakan gamis warna hijau mint dan hijab warna senada membuat penampilannya sangat cantik sore ini.
" Masya Allah, meni geulis pisan mojang Umi teh nya." ( Masya Allah, cantik sekali anak Umi tuh, ya) Umi Rara memuji anak gadisnya itu.
" Ah, Umi ..." pipi Azzahra langsung merona mendengar pujian dari uminya itu. " Kita mau ke mana iyeu teh (ini tuh), Umi?" tanya Azzahra yang sebenarnya tidak tahu akan diajak ke mana oleh abi dan uminya.
" Mau ke acara syukuran ulang tahun pernikahan bosnya abi kamu, Ra." Umi Rara menjelaskan.
" Syukuran ulang tahun pernikahannya pakai pengajian, Umi?" tanya Azzahra lagi.
" Iya, acara pengajian sama mengundang anak-anak panti asuhan," jawab Umi Rara lagi.
" Masya Allah, bosnya abi pasti orang baik ya, Umi?"
" Kenapa kamu bisa menilai seperti itu?"
" Biasanya kalau orang kaya kalau ada acara ulang tahun begitu pasti pakai acara pesta-pesta meriah. Ini justru acara pengajian sama mengundang anak yatim. Berarti orang baik 'kan, Umi?"
Umi Rara mengelus kepala putrinya yang tertutup hijab. " Iya, Ra. Pak Prasetya itu orang baik dan rendah hati. Walaupun kaya raya tapi tidak sombong dan selalu ingat berbagi terhadap orang yang tidak mampu. Kelak kalau kamu sudah dewasa dan menjadi orang sukses, kamu bisa meneladani sifat dan sikap seperti itu ya, Ra." Umi Rara menasehati Azzahra.
" Insya Allah ya, Umi. Doakan Rara jadi orang yang rendah hati, yang selalu bersyukur akan nikmat yang Allah SWT berikan." Azzahra memeluk tubuh uminya.
" Aamiin Ya Rabbal Alamin ..." Umi Rara membalas doa anaknya.
***
Suasana rumah Prasetya Atmajaya sore ini saat ramai dengan anak-anak kecil dari panti asuhan. Bos dari abinya Azzahra itu memang tidak mengundang kolega-kolega bisnisnya. Hanya keluarga dan kerabat dekat serta tetangga sekitar yang diundang. Tak lupa Pak Kyai yang memberikan tausiah diacara pengajian itu.
Azzahra begitu kagum memandangi bangunan rumah dari bos abinya itu. Sangat luas dengan gaya Eropa klasik. Azzahra sungguh masih tidak percaya orang sekaya ini tak malu mengadakan acara yang bisa dibilang kecil untuk orang sebesar Pak Prasetya, pikirnya.
Setelah acara pengajian dan disambung dengan tausiah, kini saatnya untuk semua undangan menikmati hidangan yang sudah disediakan oleh tuan rumah.
" Lu nanti mau lanjut kuliah di Jakarta, Han?" suara seseorang yang tertangkap di telinga Azzahra, saat dia membantu kesibukan di dry kitchen. Azzahra bisa melihat ada dua orang yang sedang berbincang memasuki ruangan dry kitchen. Dan betapa terkejut Azzahra saat melihat salah satu pemuda yang masuk ke ruangan dia berada saat ini adalah Yoga, kakak kelas yang pernah menolongnya beberapa hari lalu.
Prannnggg ...
Secara tidak sengaja Azzahra menjatuhkan piring pisin yang sedang dipegangnya. Hingga ada pecahan kaca yang kini menggores di punggung kakinya membuat dirinya meringis.
* Aawww ..." Azzahra melihat darah mulai keluar dari punggung kakinya.
" Astaghfirullahal adzim, kamu kenapa? Ada yang terluka?" tanya Yoga, pemuda yang membuatnya terkejut hingga menjatuhkan piring tadi.
" Kaki kamu berdarah? Kamu pindah duduk ke sebelah sana. Awas hati-hati terkena pecahan kacanya lagi." Yoga langsung mengambil tindakan saat melihat darah yang mulai keluar dari kaki Azzahra. " Bi Enjum, tolong ambilkan air hangat dan waslap atau handuk kecil. Han, tolong lu bersihkan pecahan ini, biar gada orang yang terkena lagi." Dengan gesit Yoga yang merupakan anak dari tuan rumah itu memberikan perintah.
" Baik, Den." Bi Enjum menyahuti.
" Oke." Yohan sepupu Yoga pun ikut menyahuti.
" Kamu tunggu sebentar di sini. Saya ambilkan kotak P3K dulu." Yoga bergegas mencari dan mengambil kotak P3K.
Setelah keperluan yang dibutuhkan untuk menangani luka Azzahra tersedia, Yoga langsung mengompres kaki Azzahra dengan air hangat. Membersihkan luka sayatan itu, kemudian membalut luka itu dengan perban. Semua yang dilakukan Yoga semua dikerjakan dengan sangat telaten.
Azzahra sendiri dibuat membeku sejak Yoga menyentuh dan meletakan telapak kakinya di atas paha Yoga yang duduk jongkok di depannya. Sementara detak jantungnya berdetak semakin kencang. Azzahra tak berkedip menatap kakak kelasnya itu. Dia seolah dibuat terpesona dengan perhatian yang diberikan Yoga kepadanya. "Sungguh sangat sempurna. Tidak hanya wajah yang tampan tapi juga hati yang sangat baik" Begitu Azzahra memuji sosok Yoga dalam hati.
" Sudah selesai," ujar Yoga setelah menyelesaikan tugasnya memberikan pertolongan pertama kepada Azzahra. " Eh, kamu ini murid yang kemarin pingsan, kan?" Yoga ternyata mengenali Azzahra.
Azzahra terkesiap saat Yoga akhirnya mengenalinya. Dia sudah memastikan wajahnya kini sudah merona karena malu, jika diingatkan peristiwa memalukan saat dirinya pingsan akibat lemas karena belum makan.
" Ah, e ... i-iya, Kak." Azzahra langsung diserang rasa gugup.
" Kamu kok bisa ada di sini?" tanya Yoga heran.
" Eh, i-itu karena ...."
" Rara, kamu kok lama sekali di dapurnya. Ayo cepat ikut bantu-bantu di depan sana!" Umi Rara tiba-tiba memasuki ruang dry kitchen.
" Eh, Den Yoga." Umi Rara menyapa Yoga dengan hormat saat dilihatnya Yoga ada di sana.
" Umi," Yoga menyapa balik Umi Rara. " Panggil saya Yoga saja, jangan ada embel-embelnya, Umi." Tolak halus Yoga. Karena Yoga tahu suami dari Umi Rara ini adalah orang kepercayaan papihnya di perusahaan milik Papih Prasetya.
" Iya, Den eh Yoga." Umi Rara tersipu lalu menatap Rara yang sedang duduk di depan Yoga berdiri. " Rara, kamu kenapa malah duduk, bukannya ikut bantu-bantu?" tanya Umi Rara heran.
" Hmmm, i-iya Umi." Azzahra perlahan bangkit dari duduknya.
" Kaki kamu kenapa, Ra?" tanya Umi Rara heran saat dilihatnya Azzahra agak tertatih, apalagi saat melihat ada perban yang menempel di kaki anaknya itu.
" Tadi dia kena pecahan kaca, Umi." Yoga yang masih belum beranjak dari sana menerangkan.
" Astaghfirullahal adzim, kamu hati-hati atuh, Ra. Terus sekarang gimana? Masih sakit?" tanya Umi Rara khawatir.
" Ng-nggak, Umi. Tadi sudah diobati sama Kak Yoga." Azzahra menoleh ke arah Yoga yang kini tersenyum melihat ke arahnya. Seketika membuat debaran jantung Azzahra tak juga berdetak normal.
" Aduh, makasih, Yoga. Sudah tolong Rara." Umi Rara berterima kasih.
" Ini anak Umi?" tanya Yoga kemudian.
" Iya, ini Azzahra anak bungsu Umi. Adiknya Asraf dan Aydan " Umi Rara memperkenalkan anak perempuan satu-satunya itu. " Ra, kenalin ini teh Yoga, anaknya Pak Prasetya."
" Saya sudah tahu dia tapi belum tahu nama Umi. Azzahra ini siswa baru kelas sepuluh di sekolahan Yoga, Umi." Yoga menjelaskan.
" Ah, iya benar. Umi lupa kalian itu satu sekolah, ya? Berarti kalian sudah saling ketemu di sekolahan?" tanya Umi Rara.
" Sudah, Umi. Saat orientasi siswa kemarin." Yoga kembali tersenyum seraya melirik Azzahra yang kini sedang terkesiap membelalakkan matanya seraya menggelengkan kepala. Seakan memberi kode kepada Yoga agar tidak menceritakan kejadian memalukan yang terjadi padanya, yang akhirnya mempertemukan dia dengan Yoga.
Bersambung ...
Di mana pun Yoga berada, dia selalu menjadi pribadi yang baik dan sangat perduli terhadap orang lain. Beruntungnya dirimu, Ta.❤️
Happy Reading❤️
Azzahra sedang membantu memberikan goodie bag kepada anak panti asuhan yang hadir dalam acara syukuran wedding anniversary Bapak Prasetya Atmajaya dan Ibu Ellena Bactiar.
" Saha iyeu teh? Meni geulis pisan, ( Siapa ini? Sangat cantik sekali)" tiba-tiba seorang wanita berusia empat puluh tahun menyapa Azzahra. Wanita yang terlihat cantik dengan penampilan sangat elegan dan sangat wangi itu berjalan menghampiri Azzahra. Wanita cantik itu adalah Ellena, istri dari Prasetya yang merupakan orang tua dari Yoga.
" Ibu ..." Azzahra langsung menyalami dan mencium tangan wanita dewasa itu.
" Saha namina geulis? ( siapa namanya, cantik?)" tanya Mama Yoga.
" Azzahra, Bu." sahut Azzahra santun.
" Kamu siapa? Kenapa bisa ada di sini?" tanya Mama Yoga lagi terheran.
" Saya ikut Abi sama Umi saya ke sini, Bu," tutur Azzahra lembut.
" Abi dan Umi? Siapa Abi sama Umi kamu?"
" Abi Abdullah Zulchair dan Umi Hesti, Bu."
" Oh kamu anaknya Abdullah sama Hesti?"
" Iya, Bu." Azzahra menunduk malu.
" Panggil saya Mamih saja, jangan panggil ibu, ya?"
Azzahra langsung mendongakkan kepala menatap wanita cantik itu. Benarkah wanita cantik itu menyuruhnya memanggil mamih. Karena Azzahra tahu, jika wanita itu adalah pemilik rumah ini, istri bos dari abinya. Sudah pasti anggapan dirinya tentang keluarga ini keluarga yang sangat bersahaja kembali terbukti dengan sikap Mama Yoga itu yang terkesan ramah terhadapnya.
" Rara, kenapa? Apa anak saya bikin salah, Ceu?" Umi Rara yang baru datang menghampiri anaknya terlihat khawatir, saat dilihatnya anaknya sedang berbicara dengan istri dari atasan suaminya itu.
" Hes, ini anak kamu?" tanya Mama Yoga.
" Iya, Ceu. Adiknya Asraf sama Aydan." Umi Rara menyahuti.
" Saya nggak pernah tahu kamu punya anak gadis secantik ini, Hes. Kamu nggak pernah cerita ke saya," ujar Mama Yoga.
" Iya, Ceu. Taunya Asraf sama Aydan saja ya, Ceu?"
" Iya. Umur berapa kamu, siapa tadi namanya?" Mama Yoga lupa mengingat nama Azzahra.
" Azzahra, Bu." Azzahra kembali menyahuti.
" Panggil saja Rara, Ceu." Umi Rara menimpali.
" Oh iya, Rara. Berapa umur kamu sekarang? Dan panggilnya Mamih saja seperti kedua kakak kamu." ucap Mama Yoga lagi.
" Rara ini dua bulan lalu genap lima belas tahun, Ceu," jawab Umi Rara.
" Sekolahnya di mana? SMP? SMA?"
" SMA kelas sepuluh, Bu eh Mamih." Rara terlihat malu-malu memangil sebutan 'Mamih'.
" Rara ini satu sekolah sama Yoga, Ceu.* Umi Rara kembali yang menjelaskan.
" Satu sekolah sama Yoga? Wah bagus itu. Nanti Mamih bilang ke Yoga biar dia bisa jagain kamu, ya. Takut banyak anak laki-laki yang iseng pada deketin kamu. Mereka nggak akan berani kalau Yoga yang turun tangan."
" Makasih, Mih." Azzahra tersipu malu.
" Aduh, nuhun, Ceu. (terima kasih, Mbak) Jadi ngarepotkeun (merepotkan)." Umi Rara merasa tak enak hati karena sikap perhatian Mama Yoga yang diberikan kepada anak putrinya.
" Teu nanaon ( Nggak apa-apa), Hes. Saya 'kan ingin sekali punya anak perempuan. Tapi saya dilarang hamil lagi. Makanya tadi waktu melihat anak kamu ini, rasanya saya langsung suka. Cantik, santun dan sholehah." Mama Yoga benar-benar seperti sudah cinta pada pandangan pertama pada Azzahra.
" Ceu Lena terlalu berlebihan memuji Rara." Bukan hanya Azzahra yang merasa tersanjung, tapi Uminya juga. Tapi bagaimana pun juga dia tetap harus bersikap rendah hati dalam menerima setiap sanjungan yang kadang bisa membuat orang lupa diri. " Oh ya, tadi Ceu Lena bilang dilarang hamil lagi, memangnya kenapa, Ceu? Maaf saya jadi lancang ingin tahu."
" Dulu waktu melahirkan Prayoga, saya hampir kehilangan nyawa saya. Karena itu papihnya Yoga melarang saya hamil lagi. Takut terjadi seperti itu lagi." Terdengar nada sedih dalam perkataan yang keluar dari mulut Mama Yoga.
" Aduh, maaf, Ceu. Kalau saya jadinya mengingatkan kejadian itu." Umi Rara merasa menyesal menanyakan hal tadi karena terlihat ada kesedihan dari raut wajah Mama Yoga.
" Nggak apa-apa, Hes. Oh ya, kalau saya minta anak kamu ini buat saya, gimana, Hes?"
Ucapan Mama Yoga membuat Azzahra dan Uminya terkesiap dan salin pandang.
" Maksudnya, Ceu?" Umi Rara nampak bingung dengan permintaan Mama Yoga. Mana mungkin dia mau memberikan anaknya begitu saja.
" Kamu nggak usah bingung seperti itu, Hes. Maksud saya itu, saya minta Rara ini buat jadi calon manantu saya."
Kembali Umi Rara dan Azzahra tercengang mendengar perkataan Mama Yoga. Azzahra sendiri langsung tertunduk malu mendengar Mama Yoga menginginkannya menjadi menantu.
Benarkah? Ini mimpikah? Calon menantu? Artinya dia dan Yoga akan bersama. Membayangkan hal itu rasanya jiwa Azzahra melayang hingga langit ke tujuh.
" Tapi Rara 'kan masih sekolah, Ceu. Masih kecil," sergah Umi Rara membuat Mama Yoga terkekeh.
" Bukan sekarang atuh, Hes. Tapi nanti setelah mereka sama-sama dewasa."
" Ya Allah, Ceu. Saya merasa tersanjung sekali, Ceu Lena ingin menjadikan Rara calon menantu. Tapi kami ini 'kan ... maksud saya, abinya Rara cuma pegawainya Kang Pras, Ceu. Apa pantas Rara mendampingi Yoga?" Umi Rara merasa sadar diri jika mereka itu siapa.
" Abdullah itu sudah ikut bekerja dengan papihnya yoga sudah dua belas tahunan. Sebelumya juga sudah ikut kerja sama Kakeknya Yoga bertahun-tahun. Dia sudah jadi pegawai yang sangat loyal pada keluarga suami saya. Jadi saya rasa tidak ada kata tidak pantas. Saya ingin mencari calon menantu yang seperti anak kamu. Cantik, baik, santun dan Sholehah. Saya berharap malaikat mencatat niat saya ini. Saya juga berharap Allah SWT mengabulkan permintaan saya ini. Saya ingin menjadikan Azzahra untuk menjadi calon istri Yoga kelak. Semoga mereka bisa berjodoh, Hes." Mama Yoga mengungkap harapannya.
" Aamiin, Ceu. Semoga doa kita diijabah Allah SWT." Umi Rara menimpali.
" Aamiin ... Aamiin Ya Rabbal Alamin," sahut Mama Yoga.
Azzahra sendiri yang sedari tadi hanya menjadi pendengar obrolan Uminya dengan mamihnya Yoga tetap menundukkan wajahnya ke bawah. Sedangkan hatinya sudah terbang jauh ke angkasa dan melayang-layang ke udara. Bisa mendampingi seorang pria seperti Yoga, itu adalah hal yang luar biasa. Dia pastikan kalau saat itu tiba, Dia akan yang wanita yang paling bahagia di dunia itu. Mempunyai seorang pendamping yang tampan, baik hati, Sholeh dan sangat perhatian.
Azzahra berharap ini bukanlah suatu mimpi. Walaupun dia tidak pernah pacaran atau menyukai seorang pria sebelumnya. Tapi dia berjanji, mulai saat ini dia tidak akan membuka hati untuk laki-laki lain. Mulai saat ini dia berjanji akan menjaga hatinya hanya untuk Prayoga seorang untuk selamanya. Pria yang menolongnya saat dia pingsan. Pria yang membalut lukanya saat dia tergores tadi. Pria yang secara tidak sengaja sudah memasuki relung hatinya yang paling dalam.
Bersambung ...
Happy Reading❤️
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!