NovelToon NovelToon

MASAL Menanti Buah Hati

MASAL 01 Surat Cerai

Brak 

Suara pintu rumah Sabila dibuka dengan kencang, membuat Sabila yang sedang memasak di dapur langsung terkejut, kemudian dirinya langsung menuju pintu rumahnya yang dibuka dengan kencang. 

Sudah satu tahun Sabila dan juga Malik menempati rumah yang dihuninya sekarang, setelah keduanya memutuskan untuk tidak tinggal di komplek sederhana bersama kedua orang tua Malik. 

Lebih tepatnya keduanya memilih tinggal di rumahnya yang sekarang, karena Malik tidak ingin istrinya selalu dihina oleh ibunya saat Sabila belum juga mengandung.

"Ibu selamat datang," ujar Sabila saat tahu yang datang adalah ibu mertuanya, dengan segera Sabila langsung bersalaman dengan ibu mertuanya, dan diakhiri dengan mencium punggung tangan dari Rosa. "Ibu kesini dengan siapa?" tanya Sabila tanpa mendapat jawaban dari Rosa ibu mertuanya, dan Rosa langsung duduk di ruang tamu. 

"Malik mana?" tanya Rosa tanpa menghiraukan pertanyaan dari Sabila. 

"Mas Malik belum pulang bu, mungkin sebentar lagi," ucap Sabila dan Sabila langsung pergi menuju dapur untuk mengambil minuman untuk ibu mertuanya. 

"Silahkan bu diminum," ujar Sabila sambil menaruh gelas yang berisi minuman di meja tamu tepat dihadapan Rosa. 

"Ada yang ingin aku bicarakan denganmu," ucap Rosa dengan ketus. 

"Silahkan bu, apa yang ingin ibu bicarakan denganku?" 

"Ini?" ujar Rosa sambil menyodorkan selembar kertas kehadapan Sabila, dan Sabila langsung mengambil selembaran kertas tersebut, dan Sabila langsung membacanya. 

"Surat cerai, surat cerai siapa bu?" tanya Sabila penasaran setelah dirinya membaca selembaran kertas tersebut. 

"Surat cerai kamu dan juga Malik, memang siapa lagi? Kamu tinggal tanda tangani, gampang bukan?" 

"Bu ini tidak benar, apa yang ibu lakukan ini salah, rumah tangga aku dan juga mas Malik baik-baik saja, kenapa ibu tiba-tiba menyuruh kita untuk bercerai?" 

"Kamu bilang baik-baik saja, kapan kamu akan memberi Malik keturunan? Kapan? Kalian sudah menikah hampir dua tahun tapi kalian belum juga diberi keturunan, mau sampai kapan Malik harus berumah tangga dengan perempuan mandul seperti dirimu," 

"Kenapa ibu selalu berkata seperti itu? Banyak diluar sana yang sudah menikah puluhan tahun mereka belum diberi keturunan," bela Sabila tidak tahu lagi apa yang harus dia katakan kepada ibu mertuanya. 

"Aku tidak mau tahu, kalau kamu tidak ingin berpisah dengan Malik, biarkan Malik untuk menikah lagi," ujar Rosa yang langsung beranjak dari duduknya. "Ingat pilihan kamu hanya dua ceraikan Malik, atau ijinkan Malik untuk menikah lagi," ujar Rosa lagi dan dirinya langsung keluar dari rumah Sabila dan juga Malik. 

Sabila langsung menghembuskan nafasnya kasar setelah ibu mertuanya pergi dari rumahnya. 

"Ya Allah kapan ibu mertuaku sadar dengan perbuatannya," ujar Sabila karena Rosa sudah sering kali untuk memisahkan dirinya dengan Malik. 

"Assalamualaikum," ucap seseorang sambil membuka pintu membuat Sabila mengurungkan niatnya untuk kembali ke dapur. 

"Waalaikumussalam, mas Malik," ujar Sabila sambil menjawab salam dan langsung menghampiri Malik untuk bersalaman diakhiri dengan mencium punggung tangan Malik, membuat Malik langsung mencium singkat kening Sabila. 

"Tumben sekali jam segini sudah pulang mas?" tanya Sabila sambil melapas jas yang Malik kenakan. 

"Kamu lupa ini hari apa?" 

"Hari sabtu mas," 

"Itu tahu, dan seperti biasa ini adalah waktu yang panjang untuk menghabiskan akhir pekan kita seperti biasa, akhir pekan ini apa yang harus kita lakukan?" tanya Malik sambil memeluk pinggang Sabila. 

"Terserah mas Malik saja," 

"Ok kalau terserah padaku, kita akan menghabiskan akhir pekan kita hanya di dalam kamar seperti biasa ok," ujar Malik sambil mencium pucuk kepala Sabila. Dan keduanya berjalan menuju kamar, tapi langkah Malik langsung terhenti saat melihat ada selembar kertas diatas meja tamu, membuat Sabila langsung mengambilnya, tidak ingin Malik tahu apa yang sudah terjadi. 

"Sabila, berikan kepadaku apa kertas itu," 

"Ini hanya rekening koran mas, tidak penting," ujar Sabila membuat Malik langsung merebut kertas tersebut yang disembunyikan di belakang punggung Sabila. 

"Surat cerai apa maksudnya? Apa kamu?" 

*

*

*

Bersambung...........

MASAL 02 Minta Izin

"Jangan katakan apa yang akan kamu katakan mas," ucap Sabila sambil menaruh jari telunjuknya di bibir Malik, dan Sabila langsung mengambil kertas yang masih berada di tangan Malik lalu merobeknya. 

"Jujur padaku apa ibu yang memberikan ini kepadamu?" tanya Malik tapi tidak mendapat jawaban dari Sabila yang langsung menuju kamarnya setelah membuang sobekan kertas tersebut ke tempat sampah. "Sabila, jawab pertanyaanku?" tanya Malik sambil mengikuti Sabila dari belakangnya. 

"Tidak perlu jawaban, sudah jangan dibahas lagi," ujar Sabila sambil tersenyum ke arah Malik saat keduanya sudah masuk kedalam kamar, membuat Malik langsung memeluk tubuh Sabila.

"Maafkan ibu yang selalu membuat kamu selalu bersedih," 

"Aku tidak pernah bersedih selama ada kamu di sisiku," ucap Sabila ketika dirinya sudah melepas pelukan Malik dan beralih membelai wajah Malik. 

"Apa ibu tidak berkata apa-apa lagi? Selain memberi surat yang tadi?" tanya Malik tapi tidak mendapat jawaban dari Sabila membuat, Malik langsung menggendong tubuh sambil dan merebahkannya di atas tempat tidur. 

"Kamu berbohong kepadaku Sabila, aku melihat dari dalam matamu ada yang kamu sembunyikan dariku," ucap Malik sambil mengungkung tubuh Sabila di bawahnya.

"Sudah lupakan saja, mungkin ibu tadi khilaf mengatakan kepadaku," ujar Sabila membuat Malik langsung mel*mat bibir Sabila. 

"Katakan atau aku akan mencari tahu sendiri," ucap Malik ketika sudah melepas tautan bibirnya. 

"Aku akan mengatakannya, tapi kamu tidak boleh marah kepada ibu," ucap Sabila membuat Malik langsung menganggukan kepalanya. "Ibu menyuruhku untuk aku memilih bercerai denganmu atau mengijinkan kamu untuk menikah lagi," jelas Sabila membuat Malik langsung berdiri dan dengan segera Sabila langsung memeluk tubuh Malik dari belakang. "Tadi kamu bilang tidak ingin marah, kenapa kamu berdiri?" 

"Ini sudah keterlaluan Sabila," ujar Malik yang langsung keluar dari kamarnya. 

"Mas aku mohon jangan," ujar Sabila sambil mengejar Malik dan Sabila langsung memeluk tubuh Malik lagi dari belakang. 

"Hati kamu terbuat dari apa Sabila, ibu selalu menyakitimu tapi kamu selalu membela ibu?" 

"Tapi aku tidak pernah merasa sakit hati mas, kita doakan saja mudah-mudahan ibu segera berubah," ucap Sabila membuat Malik langsung membalik badannya dan langsung memeluk Sabila dengan erat. 

"Apapun yang terjadi, mau kita diberi keturunan ataupun tidak, aku tidak akan mempermasalahkan itu, karena aku selalu mencintaimu hingga ujung usiaku Sabila, karena hanya kamu wanita yang paling sempurna didalam hidupku," ucap Malik sambil melepas pelukannya dan beralih mel*mat bibir Sabila. 

Dan Malik langsung mengangkat tubuh Sabila menuju kamarnya saat hasrat ditubuh Malik tidak terbendung lagi. 

"Mas?" 

"Ada apa?" tanya Malik saat dirinya sudah merebahkan tubuh Sabila diatas tempat tidur. 

"Aku sedang datang bulan," 

"Oh tidak, kenapa dia tidak minta izin kepadaku terlebih dahulu kalau ingin datang, menyebalkan sekali," ujar Malik tidak jadi melepas pakaiannya. 

"Sabar mas ini ujian," ujar Sabila sambil tersenyum ke arah Malik.

"Oh ya, kurma muda sudah habis ya?" tanya Malik pada Sabila. 

"Sudah mas, tapi tetap saja tidak ada pengaruhnya, aku sudah makan kurma muda lebih dari tiga bulan, tapi apa aku juga belum…"

"Jangan berkata apapun lagi, setelah kita makan malam kita pergi ke supermarket untuk membeli kurma muda, siapa tahu dengan ikhtiar, kita segera dapat momongan, kalau pun belum juga tidak masalah, setidaknya kita sudah mencobanya, ucap Malik memotong perkataan Sabila sambil mencium singkat bibir Sabila. 

*

Sesampainya di supermarket tangan Malik dan juga tangan Sabila saling bertautan, sudah menjadi hal rutin bagi Malik selalu mengantar dan menemani Sabila untuk belanja Apapun ke supermarket yang jaraknya lumayan jauh dari tempat tinggalnya, karena di supermarket yang sekarang keduanya kunjungi yang menyediakan kurma muda, yang sudah Sabila konsumsi beberapa bulan belakangan, untuk berikhtiar agar Sabila cepat mendapat momongan, selain keduanya juga selalu rutin berkonsultasi ke dokter Fitri, dokter kandungan yang begitu fenomenal. 

"Mas kenapa banyak sekali?" tanya Sabila saat Malik memasukkan beberapa pack kurma muda ke troli yang Malik dorong. 

Brakk 

*

*

*

Bersambung...............

MASAL 03 Makanan Favorit

Brak 

Troli yang Malik dorong bertabrakan dengan troli seseorang membuat Malik langsung menatap seseorang yang mendorong troli tersebut. 

"Malik," ucap perempuan yang trolinya bertabrakan dengan troli Malik, dan langsung menghambur memeluk Malik, membuat Sabila yang berada di samping Malik menatap heran kearah perempuan tersebut. 

"Safira?" tanya Malik saat Safira sudah melepas pelukannya. 

"Iya ini aku," ujar Safira sambil tersenyum kearah Malik dan juga Sabila yang berada di samping Malik. 

"Ada apa kamu menginjakkan kakimu ke Indonesia?" tanya Malik karena setahu Malik Safira menetap di Dubai. "Oh maaf aku belum mengenal kan, istriku," ujar Malik yang langsung mengenalkan Sabila kepada Safira. 

"Pantas saja kamu tidak kembali ke Dumai, ternyata kamu sudah memiliki istri secantik ini," ujar Safira sambil tersenyum ke arah Sabila membuat Sabila langsung membalas senyum Safira. 

"Kamu belum menjawab pertanyaanku, kenapa kamu menginjakkan kakimu di Indonesia?" tanya Malik penasaran. 

"Ibu yang mengundang Safira ke Indonesia," ujar ibu Rosa yang tiba-tiba muncul dari belakang Safira, membuat Sabila langsung menyodorkan tangannya ke arah ibu mertuanya tapi langsung ditampik oleh Rosa. 

"Ibu?" 

"Iya ibu yang mengundangku ke Indonesia," ujar Safira sambil tersenyum manis. 

"Iya Malik, ibu yang mengundang Safira agar kalian bisa dekat lagi seperti dulu waktu kalian masih menjadi sepasang kekasih," sambung Rosa sambil menggandeng tangan Safira. Membuat Malik langsung menggenggam tangan Sabila. 

Kemudian Malik langsung pergi meninggalkan ibunya dan juga Safira tanpa mengatakan apapun, karena Malik tahu ada maksud lain yang ibunya rencanakan di balik kedatangan Safira. 

"Bu sepertinya istri Malik orang yang baik? Kenapa ibu ingin memisahkannya dengan Malik?" tanya Safira penasaran saat Malik dan juga Sabila sudah pergi jauh meninggalkannya. 

"Baik dari mananya, sampai saat ini dia belum bisa memberikan keturunan untuk Malik, kamu tahu dia tidak akan pernah bisa memberikan keturunan untuk Malik, untuk apa masih mempertahankan istri mandul sepertinya, ibu juga ingin menimang cucu seperti Veronica,"

"Maksud ibu tante Veronica?" 

"Iya siapa lagi, pokoknya kamu secepatnya harus menikah dengan Malik, agar ibu bisa memiliki cucu dari kamu sayang," ujar Rosa sambil membelai wajah Safira. 

"Tapi bagaimana caranya bu, aku perhatikan Malik sangat mencintainya istrinya," 

"Kamu tenang saja, yang terpenting kamu bisa menikah dengan Malik," ucap Rosa sambil tersenyum ke arah Safira. "Itu yang kamu inginkan selama ini bukan? Menjadi pendamping Malik untuk selamanya?" tanya Rosa membuat Safira langsung mengangguk. 

Malik terus menatap istrinya yang sedang sibuk memindahkan semua barang belanjaannya dari troli ke meja kasir, saat kebutuhan yang diperlukan sudah didapat semua. 

Malik langsung memasukan kembali kantong belanja yang sudah penuh dengan barang belanjaan kedalam troli dan mendorong troli tersebut ke tempat parkir dimana dirinya memarkirkan mobilnya.

"Sabila," 

"Iya mas, ada apa?" tanya Sabila sambil tersenyum saat keduanya sudah berada di dalam mobil. 

"Apa kamu tidak ingin tahu siapa yang tadi bersama ibu?" 

"Tidak mas, untuk apa? Aku tidak ada urusan dengannya," ujar Sabila sambil tersenyum kearah Malik yang duduk di bangku pengemudi.

"Itulah yang aku kagumi darimu Sabila, karena kamu tidak pernah ingin tahu dan ikut campur, dengan apa yang bukan menjadi urusanmu," ujar Malik sambil mencondongkan tubuhnya ke arah Sabila lalu mencium singkat bibir Sabila. 

"Sabila, bagaimana kalau malam ini kita menginap dirumah ibu, kamu sudah lama tidak mengunjunginya ibu kamu bukan?" 

"Boleh mas, terima kasih sebelumnya," ujar Sabila membuat Malik langsung melajukan mobilnya meninggalkan tempat parkir supermarket tersebut. 

Di sepanjang perjalanan tangan Malik yang sebelah kiri selalu menggenggam erat tangan Sabila dan sesekali menciumi punggung tangan Sabila. Hingga Malik menghentikan mobilnya tepat di depan warung tenda langganan Sabila yang menjual ketoprak makanan favorit istrinya. 

"Mas kenapa berhenti?" tanya Sabila membuat Malik langsung menunjuk warung tenda tersebut membuat sambil langsung tersenyum dan keduanya langsung keluar dari dalam mobilnya.

Bugh...

*

*

*

Bersambung..........

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!