Srrekkk
“Auhhhhh”
Gadis berambut pirang itu berlari keluar dari antara kerumunan siswa temannya yang lain saat ini sedang tauran, sambil memegang siku tangannya yang sudah berdarah akibat tidak meperhatikan ada pohon yang berduri di tempat ia beraksi. Merasakan sakit? Tentu tidak. Lebih dari ini sudah pernah dirasakannya, luka tusuk ini tidak ada apa-apanya dari luka goresan benda tajam yang dialaminya beberapa waktu yang lalu saat ikut tauran juga. Untuk kali ini, ia sedikit menghindar melihat situasi timnya yang sudah mulai menang akan aksi mereka.
“Neva! Astaga tanganmu berdarah itu!” Seru Bima ngeri sendiri melihat luka itu, yang juga salah satu dari temannya.
“Udah, santai aja. Nih, Lo lihat sendirikan ini hanya kena duri pohon jeruk nipis sialan itu.” Neva mengangkat tangannya ke depan wajah Bima mengisyaratkan ia tidak apa-apa. “Tadi aku bawa obat untuk penghenti darah, betadine, pokoknya P3K Gue bawa semua. Bentar lagi juga sembuh ni luka.”
Lihatlah reaksi santai Neva menghadapi hal semacam ini, seorang gadis SMA ikut tauran bahkan mau luka-luka demi kesenanganya. Ohhh, ini bukan pemandangan langka bagi mereka teman Neva. Tapi tetap saja memikirkan logikanya, aihhh gadis macam apa Neva ini?
Semua anak yang ikut tauran sudah bubar ke tempat masing-masing, setelah pihak dari kepolisian setempat menengahi mereka dan menghukum mereka dengan beres-beres sisa perbuatan mereka tadi. Kenapa tidak ada yang ditahan? Polisi pun cukup tercengang mendengar alasan tauran itu, tidak terima kalah main gama online antar ketua geng dari kedua belah pihak, dan yang lainnya hanya ikut-ikut saja. Tetapi tiga jam sebelumnya mereka dibawa ke kantor polisi untuk memberi pengarahan dan penjelasan seputar kenakalan remaja yang mereka lakukan. Terbaik untuk Pak Polisi!
Neva masih termenung di atas moge miliknya, ini sudah jam tujuh malam. Ahhkkk, untuk menutupi seragam sekolahnya yang sudah kusut, ia memakai jaket yang tadi diberikan Bima padanya sebelum pamit pulang, ‘Nanti kedinginan di jalan’ itu katanya. Um, ini sudah aman, tinggal memberi alasan yang sudah dirangkainya sedemikian rupa. Hei Neva! Jangan lupa gunakan kaca spion motormu untuk memperbaiki penampilanmu yang sudah berantakan itu.
..........
“KAMU PINDAH SEKOLAH. KEPUTUSAN PAPAH TIDAK BOLEH DIGANGGU GUGAT! PAPAH MALU MENDENGAR TERUS LAPORAN DARI SEKOLAHMU, KAMU ITU TIDAK BOSAN-BOSANNYA MENCARI MASALAH!”
“Terserah.” Hanya itu jawabannya.
“KAMU PINDAH KE SEKOLAH SMA DHARMA BAKTI!” pria paru baya yang dipanggil papah ini masih berteriak kepada putrinya yang nakal.
“APAAA!!!” Neva ikut berteriak menyuarakan ketidaksetujuannya. Dipikirannya akan pindah ke sekolah negeri atau asrama di luar kota, ternyata ia akan satu sekolah dengan auntynya yang menjabat sebagai guru BK di sekolah itu.
Melihat air muka putrinya membuat pria ini tahu bahwa perkataannya tidak disukai. Tapi mau bagaimana lagi? Ia berharap semoga auntynya dapat mengawasinya di sana, suasana di sekolah itu pun sangat berbanding dari suasana sekolah putrinya dulu.
“Dan satu lagi,” Apa lagi ini? Perasaan Neva sudah tidak enak mendengar perkataan oapah selanjutnya.
“KAMU DIANTAR-JEMPUT OLEH SUPIR PRIBADIMU. KALAU KAMU MENOLAK INI, MOGE KAMU AKAN PAPAH JUAL!”
Tiiiidddakkkkkkkkkk!!!!!
Diantar-jemput, supir! Itu berarti ia diawasi, pulang sekolah tidak diizinkan berkeliaran lagi, lebih parahnya lagi, semua kegiatannya di luar sekolah akan dipantau sama bapak supir itu?? Ahkkk, mari frustasi bersama-sama.
“Selamat ya, sebentar lagi adikku ini sekolah baru.” Ucap Bian selaku abang tertuanta sambil cengengesan. Kalau karena bukan abang, mungkin Neva sudah memberi tinju ke wajah laki-laki ini.
“Sudah dek, semoga kamu dapat pengalaman lebih baik di sekolah itu. Papah hanya ingin melakukan yang terbaik untuk kamu.” Neva meredakan emosiya dengan abangnya yang satu ini. Andika merangkul adik perempuannya ini dengan sayang.
“Aminnkann!” itu suara bang Bian.
“Gio. Berikan semangat untuk kakakmu, dong.” Bian menyentil kening adik bungsunya itu agar sadar dari ke asikannya.
“Malas ah.” Gio tetap tidak mau berpaling dari ponselnya .
“ANAK-ANAK CEPATT BERGERAK DARI RUANG TAMU ITU, ATAU KALUAN TIDAK AKAN MAKAN MALAMM!!!”
Itulah nasib Pak Putra, sosok ayah sekaligus ibu untuk keempat anaknya.
👇👇👇
Lanjut besok yang. .
Srrrinnggggh!!!
Neva sudah rapih dengan seragam sekolahnya. Rok berbiku gaya anak sd warna abu-abu rokok 3 centi di atas lutut, kemeja panjang tangan putih bersih berlambang sekolah di saku kiri baju. Dasi berbentuk huruh X warna abu-abu kotak putih, kaus kaki panjang serta sepatu putih mengkilap.
Jangan lupa ikat rambut panjangmu Neva, tak sia-sia aunty Priska memaksamu mengganti warna rambutmu. Sejujurnya ini terlihat cantik, hanya kau saja yang belum melihatnya.
"Senin telah tiba!"
"Senin telah tiba!"
"Hore,,, horee!"
Bian dengan riang bersenandung lagu Tasya Kamila dengan mengganti sedikit lirik lagunya memakai kata 'Senin', cengengesan menggoda adiknya yang baru turun dari tangga.
Dengan serampangan Neva melempar semdok garpu miliknya ke arah abangnya itu, dengan sigap Bian menangkis serangan adiknya.
"CANTIK BETT WOIIYY!!" Bian semakin menjadi-jadi.
"Setuju, aku setuju." timpal Andika.
Bian melirik ke samping meminta pendapat dari Gio si bungsu, namun seperti biasa, "Hemm."
"Keturunan siapa sih ini anak. Ngomong panjang lebar, jawabannya hanya 'heemmm'.
"RASAKAN! Nggak semua orang minat membalas ocehan tak berfaedahmu itu bang."
Sambil menunggu si Tuan Raja bergabung untuk sarapan pagi, mereka sedikit mengobrol. Oh, tepatnya lagi menggoda Neva.
Pak Putra sudah rapih dengan jas hitamnya, menghampiri anak-anaknya lalu memulai sarapan pagi.
"BIAN. MULAI HARI INI KAU YANG BERTUGAS ANTAR JEMPUT NEVA KE SEKOLAH!" Pak Putra berucap tegas.
"APPAAA!!!" teriak Neva dan Bian bersamaan.
"Iya. Supir pribadi yang papah maksud semalam adalah abangmu." jawab Pak Putra santai.
Ohh, hancur sudah. Mereka berdua tidak aman bila sudah bergabung.
..........
"Abang ngapain ikut turun?" tanya Neva melihat lelaki itu mengikutinya ke arah gerbang sekolah.
"Mau nemenin Lo ke dalam. Kan ini hari pertama Lo sekolah di sini."
"Terserah. Aku duluan." Neva berjalan lebih dulu.
Beberapa menit berlalu Bian berdiri, akhirnya yang di tunggu datang juga.
"Aunty, Titip Neva, yah."
"Pasti, Bian." Priska tersenum hangat.
Akhirnya Bian meninggalkan sekolah, Priska masuk ke dalam memulai tugas baru. Tugas mengawasi Neva.
..........
XI IPS 2
"Itu temen SMP Gue, anaknya nakal banget. Suka cari masalah sama guru. Astaga! Kok bisa sih dia pindak ke sekolah ini?"
Tentu saja bisikan antar sebangku itu terdengar oleh Neva, kursi gadis itu di depanya. Chatryn, musuh bebuyutannya semasa SMP.
Tak kala mata mereka saling bertemu, pandangan sinis Neva mampu membuat nyali Chatryn menciut. Neva harus tegas menghadapi gadis si biang gosip ini, ada dendam lama yang tidak terlupakan.
"Maaf,"
"Eh," Neva tertegun mendengar suara serak lembut itu, oh ini teman satu bangkunya.
Gadis di samping Neva masuk terlambat, tapi tidak ada amarah dari sang guru. Kenapa? Ahh, mass bodoh, nanti juga tau sendiri. Neva membuang muka tak membalas senyuman gadis itu.
"Apakah kau sudah sembuh Yulan? Makanya kamu masuk sekolah hari ini?" tanya guru wanita itu datang menghampiri yang dipanggil Yulan.
"Sudah kok, Bu." senyuman Yulan merekah. Mungkin benar Yulan sudah sembuh. Guru tadi kembali ke mejanya.
Ohhh, gadis ini sakit! Iya sih, kulitnya juga terlihat pucat.
"Yulan." uluran tangan itu tak kunjung dibalas. Tapi gadis ini masih tersenyum memandang wajah teman barunya yang terlihat ling-lung. Sepertinya dia melamun.
"Neva." Belum satu menit, tangan mereka terlepas. Tentu, Neva yang melepasnya lebih dulu.
Sepanjang pelajaran, keduanya terlihat canggung. Yulan terlihat serius mendengarkan guru yang menjelaskan di depan. Sementara Neva...
PPLLAKK. Tangan itu memukul papan tulis.
"NEVA ANAK BARU, BISA KAU KERJAKAN SOAL YANG DI PAPAN TULIS INI!"
seketika semua mata menoleh ke arah Neva, gadis itu gelagapan.
"TOLONG FOKUS, NEVA. SAYA TAU DARI TADI KAU GRASAK-GRUSUK MENGGANGU KETENANGAN BELAJAR!"
astaga!! Guru ini suaranya mengerikan sekali.
"Ck. Ahk, gerah sekali seragam ini." gumam Neva lirih, inilah alasan dia gelisah.
👇👇👇
Neva menyeka wajah kusamnya dengan air mengalir, melihat penampilannya dari cermin wastafel di depannya.
Ini sangat menyulitkan. Dibukanya kancing dasi lalu meletakkan di atas keramik wastafel, mengeluarkan kemeja yang mengapit pinggangnya, menurunkan kaos kakinya yang panjang sampai batas sepatu, sayangnya lengan kemeja sialan ini tidak bisa digulung ke atas lengannya. Lihat, penampilanmu berantakan. Untung ini sudah jam pulang sekolah, tinggal menunggu abangnya yang dalam perjalanan untuk menjemputnya.
"Lo jadi main ke beskem kita nggak?"
"Sorry, Bim. Gue belum mikirin waktu yang tepat untuk main ke sana. Abang Gue Bian, ditusadin bokap buat antar jemput Gue ke sekolah. Gue diawasin sekarang, Bim."
"Oh, i'ts ok. Tapi kabar Lo jangan nggak ada ya. Sempatin main ke beskem. Nggak ada Lo nggak rame. He he he."
Ah. Seru pasti tu. Mereka udah pada ngumpul di baschamp.
Neva memasukjan kembali barangnya ke dalam tas bersiap keluar dari toilet.
Sekolah sudah mulai sepi, hampir semua sudah pada pulang. Tiba-tiba terbersot dalam pikirannya untuk mencari sesuatu.
Berjalan mengelilingi belakamg sekolah, memperhatikan dengan lamat-lamat. Otaknya asik mencari tempat di mana melakukan untuk bolos dari sekolah. Um, 'cabut' kata anak sekarang.
Sampai langkahnya berhenti tepat di bawah pohon jambu air berdempetan dengan dinding pembatas sekolah, syukurnya pohon itu sudah lebih tinggi dari dinding pembatas. Cabang ranting pohon akan menjadi pijakan untuk kakinya melewati dinding. Tempatnya juga cukup sttategis. Ruang Lab MIPA ini jarang terpakai, ruang Computer ini sudah tidak terpakai lagi karena pelajaran Computer diganti dengan pelajaran Prakarya. Itu yang dia tahu selama seminggu sudah bersekolah di sini. Sempurna!
"Ngapain Lo di sini?"
Copot,,, copootty! Untung jantung ini keluar karena terkejut dengan suara laki-laki ini.
Neva menarik nafas lalu berbalik badan melihat siapa yang menghampirinya.
Ini orang apa tiang bendera? Tinggi bet woyy! Mungkin Neva hanya sebatas ketiaknya. Walaupun tertutupi lengan kemeja panjangnya, dari warna kulit pergelangannya saja, kulit sawo matang. Rambutnya klimis, udah pulang sekolah aja masih tetap rapih. Wajahnya juga mulus tanpa jerawat tanpa bruntusan, pake sckin-care apa dia? Gayanya betdiri dengan tangan kiri dimasukkan ke kantong celana, nampak elegan dengan tubuh tegapnya.
"LO, DITANYA JAWAB, BUKAN MALAH LIATIN GUE BEGITU. NGAPAIN LO DI SINI?"
Maaakkk.. Tarik semua pujiannya. Ayo kondisilan situasi, pohon jambu ini tambah angker saja dengan datangnya cowok ini.
"Lihat jambu ini. Eh, ternyata buahnya nggak ada." yuhuuuu Neva berdalihnya lancar ya bund.
Cowok ini melangkah mengikis jarak diantara mereka. Sejengkal!
Tatapan ini! Sama seperti tatapan para mafia, psikopat, pembunuh yang pernah Neva lihat di tv tontonan abangnya Andika.
Jangan gentar Neva, kau kan berani!
Neva mendongak membalas tatapan cowok ini.
"Jangan pernah berpikir bolos dari sekolah lewat pohon ini. Jika kau bersekolah di sini, maka patuhi aturannya. KAU MENGERTI!" ungkap cowok ini penuh penekanan.
Nafas hangat yang terasa dari mulutnya, membuat Neva jengan sendiri.
"Emang Lo siapa? Kepsek? Ketua yayasan? pemilik saham sekolah ini? Kita sesama murid di sini, sok banget gaya Lo." balas Neva sengit. Tidak tahu saja dia, bahwa lekaki yang di depannya sekarang adalah keturunan salah satu dari apa yang sebutnya tadi.
Geram! Baru kali ini ada yang berani melawannya.
"AAUH. LEPASIN TANGAN LO DARI RAMBUT GUE!" pekik Neva berusaha menyingkirkan tangan cowok ini yang sedang meremas kunciran kudanya. Tapi, jika dilihat dari jauh, posisi mereka dapat membuat oramg salah paham.
"Dan satu lagi! Selagi Lo masih berada di lingkungan sekolah ini, jangan membuat penampilanmu urakan seperti ini. CAMKAN ITU!"
bisikan di telinganya membuat Neva bergidik ngeri. Merasa lega setelah cowok itu pergi menjauh dari dekatnya.
Sementara di sisi lain, tepatnya di samping ruang Lap MIPA. Ada sesosok murid perempuan yang 'melihat dan mengintip' adegan mereka dari jauh.
Chatryin punya bahan gosipan baru.
👇👇👇
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!