NovelToon NovelToon

Dunia Kerja Penuh Warna

Ch. 1 Kelulusan

...Ray Story...

Perkenalkan namaku Ray. Mahasiswa biasa berasal dari Banten yang kuliah di kota pelajar Jogjakarta. Sama seperti mahasiswa kebanyakan, hari ini merupakan hari yang kami tunggu-tunggu. Selama 4 tahun lamanya kami berjuang untuk sampai ke titik ini. Hari itu adalah hari wisuda.

KKN, Kerja Praktek, SKS, dan Skripsi telah saya lalui itu semua untuk sampai ke titik ini. Setelah menyelesaikan semua persyaratan Dokumen, aku mengumumkan berita gembira ini ke orangtuaku tercinta. Karena jarak kampung halaman dengan kampus cukup jauh, aku menggunakan telepon untuk menghuni mereka.

"Turut...turut." Hp ku berhasil terhubung dengan handphone ibu, tinggal menunggunya mengangkat telepon dariku.

"Halo nak, ada apa? Tumben nelpon tanggal segini?" Aku sudah terbiasa menelepon saat akhir pekan dan juga awal bulan. Tanggal ini memang tanggal yang jarang aku menguhubungi mereka. Untung mereka menjawab teleponku.

"Aku mau ngasih tahu Bu, bahwa tanggal wisudaku sudah ditetapkan." Mendengar ucapanku itu, suara girang dari balik telepon sangat jelas kudengar. Ibuku langsung mengabari orang yang ada di rumah berita gembira ini.

"Selamat ya nak, nanti insyaallah semua keluarga akan pergi mendampingi saat wisuda"

"Iya Bu, aku menanti kedatangan bapak, ibu, juga semua adik-adik"

Keluargaku terdiri dari ayah, ibu, dan anak 4 saudara. Aku anak pertama sehingga menjadi Abang dari tiga adik-adikku. Ayah dan ibu bekerja sebagai karyawan swasta sedangkan semua adikku masih sekolah.

Adiku yang pertama masih kuliah, adik yang kedua masih SMP dan adik yang ketiga menduduki sekolah dasar.

Kami ngobrol beberapa menit untuk memberitahukan kabar satu sama lain. Maklum karena kami jarang bertemu, jadinya kabar keluarga hanya aku ketahui dari telepon. Pertemuan langsung hanya bisa kami lakukan saat lebaran atau liburan semester kuliah.

Sebelum hari wisuda, masih ada beberapa hal yang harus aku bereskan. Mulai dari daftar wisuda, peminjaman toga, hingga gladi bersih acara wisuda. Agar hari H nanti tidak ada yang melakukan kesalahan sehingga harus ada latihan terlebih dahulu.

Wisuda biasanya dilakukan serentak semua prodi dan jurusan dalam satu kali waktu selama gedung acara muat. Kalau sudah tidak cukup, wisudawan berikutnya akan mendapatkan jadwal wisuda pada periode yang lain. Untuk prodiku sendiri, teknik informatika, kali ini meluluskan 10 orang yang kebetulan kebanyakan berasal dari angkatan yang sama denganku. Jadinya aku akan ada teman ngobrol nantinya.

"Hei Ray, dengar-dengar kamu bentar lagi wisuda, selamat ya!!" Pesan dari salah temanku yang melihat daftar wisudawan untuk periode kali ini. Kami memiliki hobi yang sama dan juga satu angkatan sehingga kami sering chatting mengenai cerita dari film yang kami sukai.

"Iya., Tahu dari mana? Terima kasih ya." Jawabku singkat melalui aplikasi pesan Lime.

Setelah itu kami sempat chat selama beberapa menit sebelum aku melanjutkan aktifitas.

*Beberapa hari kemudian*

Telah tibalah hari Wisuda. Kemarin aku sudah sempat bertemu sebentar dengan orangtuaku. Karena mereka sampai satu hari sebelum wisuda. Namun aku tidak tidur bersama mereka karena tempat tinggal neneku cukup jauh dari kampus. Sehingga aku bermalam di kostku yang sudah kutempati selama 4 tahun agar tidak terlambat.

Pagi hari setelah subuh aku sudah sampai ke gedung acara dimulai. Kemungkinan kesiangan cukup minim karena wisuda kali ini dilaksanakan saat bulan ramadhan. Sehingga kalau kalian bangun untuk sahur, seharusnya tidak akan telat hadir ke acara.

Aku langsung menuju tempat teman-teman ku berada. Sambil menyapa kami juga membicarakan kabar satu sama lain juga kabar teman yang akan datang nanti. Karena biasanya semua teman satu jurusan akan datang untuk memberikan selamat kepada kami. Untungnya tidak ada yang gibah dalam obrolan kali ini.

Rasa sedikit iri muncul karena teman-temanku sudah pada hebat-hebat. Aku mendengar kabar teman-teman ku yang sudah lulus duluan mendapatkan pekerjaan ke perusahaan-perusahaan besar. Aku sendiri belum Bernah kerja sambilan di luar kampus sehingga penasaran akan seperti apa dunia kerja nanti.

Tidak terasa waktu Wisuda dimulai. Aku menemukan orangtuaku duduk dekat pintu kami masuk sehingga aku bertemu mereka saat kami berbaris masuk ke dalam aula gedung. Acara berjalan dengan lancar namun aku agak mengantuk karena perut kosong karena puasa serta sambutan yang banyak. Siang hari akhirnya acara selesai. Sebelum aku pulang bersama orang tua, aku pamit untuk foto-foto bareng teman-teman terlebih dahulu.

"Selamat ya bro lulus, akhirnya kamu lulus juga." Kata salah satu temanku, Putu. Kami berteman sudah sejak awal kuliah sampai sekarang. Kami sering bantu-bantu dalam urusan kuliah dan juga pribadi.

"Selamat ya mas, ini ada bingkisan dari kami." Juniorku juga memberikan semangat kepadaku. Awalnya ia adalah murid ku saat pelajaran agama. Namun karena kami memiliki hobi yang sama, kami masih akrab sampai sekarang. Teguh satu tahun lebih muda dariku sehingga mungkin ia akan lulus tahun depan.

"Makasih ya, semoga kalian cepat lulus juga, Teguh."

Setelah bercakap dengan teman-teman yang lain. Aku pamit duluan karena kasihan kalau orangtuaku menunggu terlalu lama. Dari acara Wisuda kami langsung pulang ke rumah Nenek di kota karena badan sudah lelah dan kami menunggu buka puasa bersama di sana.

Sayangnya aku tidak sempat booking studio foto karena terlambat. Seluruh tempat sudah terbooking dan aku tidak mengabadikan momen kelulusan melalui Service studio. Hanya foto dari kampus dan HP seadanya.

"Kenapa kamu tidak booking tempat nak?" Protes ibuku karena kami tidak mengabadikan moment ini ke dalam bentuk foto.

"Aku ngak sempat Bu, lagipula aku capek karena hari ini masih puasa." Jawabku atas pertanyaan dari ibu. Meskipun agak sedih karena tidak ada sesi foto, namun ibuku memaklumi hal itu.

"Bagaimana nak? Apa kamu mau cari kerja di Jogja dulu? Atau pulang kembali ke Banten?"

"Aku berencana untuk cari kerja di sini dulu Bu, baru mungkin nanti kalau tidak dapat aku akan kembali ke Banten."

Ibuku agak menentang cari kerja di Jogja. Karena UMR untuk wilayah ini kecil sehingga ibu saya khawatir akan kesulitan untuk menabung nantinya. Tujuanku masih ingin tinggal di sini karena masih banyak teman di sini dan ada beberapa rekan yang mengajak bisnis bareng. Semoga saja aku bisa mendapatkan kerja di sini.

"Memangnya kamu sudah melamar kerja di mana nak?"

Ibuku bertanya mengenai rencana ku ke depannya. Karena nanti sudah tidak ada pemasukan dari orangtua sehingga aku harus segera mencari pekerjaan untuk mendapatkan uang. Aku membicarakan mengenai semua rencana yang akan aku lakukan dalam satu bulan ke depan.

"Ya sudah nak, kalau maunya begitu. Ibu hanya bisa mendoakan yang terbaik untukmu ya."

"Terima kasih Bu."

Dengan dukungan ibuku aku menjadi semangat untuk mulai kehidupan ku yang baru esok hari.

*terima kasih sudah membaca novel ini. Ini novel pertamaku sehingga kritik saran sangat membantu. jangan lupa untuk like dan komentar novel ini ya. Terima kasih

CH 2 Konflik

Satu hari telah berlalu semenjak aku lulus kuliah. Secara dokumen status sudah menjadi alumni mahasiswa, dengan kata lain penggangguran. Karena saat ini aku belum memiliki pekerjaan tetap, apalagi penghasilan. Pekerjaan harus segera aku dapatkan karena orang tua ingin aku secepat mungkin hidup secara mandiri.

“Yakin kamu ngak mau ikut pulang dulu ke kampung?”

“tidak bu, aku mau nyari kerja dulu di sini”

“kalau begitu kamu hati-hati ya nak di sini, jangan bandel sama nenek.”

“mas semangat ya cari kerjanya, nanti adek minta jatah hehehe.”

“ok. Dengan senang hati.”

Ibu dan adiku menyemangatiku untuk mencari kerjaan di sini. Adik-adik juga semangat untuk aku kerja karena nanti mereka bisa minta jajan. Memang agak mata duitan adik keduaku yang satu ini.

“Hati-hati ya An, di jalan kalau supirnya capek langsung istirahat dulu.” Salam nenekku kepada ibu. Ibuku bernama Ana dan saat ini sudah berumur 50 tahunan. Namun alhamdulilah badanya masih sehat dan sampai saat ini masih aktif bekerja.

“Iya bu, titip Ray ya, kalau bandel di jewer aja kupingnya!” Canda ibuku kepada nenek.

“Semangat ya nak. Kalau butuh apa-apa nanti minta ke ibu saja. Pasti akan ibu kasih nanti.”

“tuh kan, yang bayar mamah lagi. Papahnya kapan?”

“hahaha”

Kami semua tertawa mendengar hal itu. Setelah selesai mengemasi barang. Keluargaku selain adikku yang kuliah di Jogja semuanya pulang ke kampung halaman. Mereka pergi menggunakan mobil pribadi dengan seorang supir. Karena bapak saya sudah kurang awas dalam menyetir sehingga membutuhkan supir untuk perjalanan jauh. Saya dan adik-adik masih belum ada yang bisa melakukan hal tersebut.

Sopir mereka bernama Ubung, ia masih memiliki hubungan saudara dengan kami. Selain sebagai supir, ia juga bekerja mengurusi bengkel yang bapakku miliki. Kinerja cukup mengkhawatirkan karena omku yang satu ini sering sakit perut sehingga mengganggu aktifitasnya sehari-hari. Semoga saja perjalanan kali ini kondisi badannya sehat.

“assalamualaikum, kami berangkat dulu ya”

“Hati-hati di jalan”

Keluarga Jogja melambaikan tangan sampai mobil sudah tidak terlihat lagi. Setelah melihat orangtua pergi aku melanjutkan kegiatanku mencari lowongan pekerjaan. Namun ternyata sebelum aku memulai, ada “tugas” yang datang kepadaku.

“lagi sibuk ngak Ray?” Tanya tanteku Siti yang merupakan istri dari kakak ibuku. Ia sampai saat ini masih menyandang status Janda karena omku sudah meninggal satu tahun yang lalu. Dari dulu memang saya kurang menyukai tanteku yang satu ini. Terutama masalah sikapnya yang sering nyuruh-nyuruh yang kadang tidak masuk akal.

‘apalagi ulahnya kali ini’ batin ku dalam hati.

“ada apa, tante?” Dengan senyum palsu aku menjawab panggilan si tante.

“Tolong bikinin undangan syukuran kayak gini Ray. Bisa kan? Kamu kan dari jurusan komputer” Kembali komentar ini muncul lagi. Lulusan komputer bukan berarti bisa segala hal mengenai komputer. Mungkin saja ada orang yang multitalent sehingga bisa melalukan desain dan programming. Namun umumnya orang hanya fokus terdahap satu bidang dan kurang lancar dalam melakukan hal yang lain.

Kali ini sepertinya Tanteku minta tolong hal desain. Saya kurang jago dalam hal ini, namun karena merasa tidak enak. Aku mencoba untuk menerima tugas ini.

“Coba dulu ya tante. Kalau ngak sulit sih harusnya bisa” Saat aku melihat contoh desain yang ia berikan. Mukaku langsung mengkerut.

‘Ya Ampun, masa iya harus bikin desain bagus kayak surat undangan kayak gini’ Meskipun aku tidak jago dalam desain, setahuku pembuatan desain bagus seperti ini tidaklah sebentar. Mungkin butuh waktu mingguan atau bulanan untuk membuat desain yang bagus. Kecuali beberapa aset desain dasar sudah ada dan desainer hanya perlu melakukan sedikit modifikasi.

“butuhnya untuk kapan tante?.”

“Secepatnya lah, besok bisa jadi kan? Gampang kok”

‘palalo peang, dadakan banget’ Saya kira butuhnya masih lama. Ternyata waktu saya kurang dari 2 hari. Belum saja dari desain, untuk nge print saja pasti butuh waktu karena tidak ada printer di rumah. Artinya saya hanya memiliki sedikit waktu untuk mengerjakan hal ini.

“Dadakan banget tante. Saya coba dulu ya, ngak tahu besok udah jadi atau ngak”

“Masa gini aja ngak bisa sih!!! udah cepet kerjain. Besok sudah harus jadi!” Dengan nada tegas ia menyuruhku untuk membuat undangan tersebut.

‘Udah ngak dibayar, nyuruhnya maksa lagi, Ugh.’ Kesalku dalam hati. Namun karena aku ngak bisa menolak permintaan tersebut, semaleman aku mengerjakan tugas dari tanteku itu.

*keesokan harinya*

“Gimana Ray? Sudah beres kan? Coba lihat” Saat aku sedang bermain laptop tiba-tiba tanteku muncul dan menanyakan hal tempo hari.

“Sudah tante, bagaimana dengan kalau gini” Kataku sambil menunjukkan hasil kerjaku di laptopku.

“Kok jelek sih ya, ngak kayak surat undangan ini bagus”

‘maaf ya, aku bukan tukang desain’ Emosiku memuncak dan aku sangat ingin ngomel mengenai hal tersebut. Namun aku urungkan niatku dan membetulkan apa yang bisa kuperbaiki. Penyelamatku datang, adikku yang baru saja selesai kuliah datang dan menggantikanku membuat tugas tidak jelas ini.

“Sini mas aku bantu”

“tolong ya dek. Mas bingung ngerjainya kayak gimana”

Setelah itu aku meninggalkan adikku sebentar untuk revisi tugas tersebut.

*beberapa menit kemudian*

“Wih bagus tuh hasilnya, ngak kayak bikinan kakakku. Lulusan komputer kok ngak bisa desain” Jawab tanteku setelah puas dengan hasil kerja adikku. Keluarga yang mengetahui hal ini hanya bisa tersenyum masam mengenai tingkah laku tanteku yang satu ini.

“Ayo Ray, ikut print undangan ini” Tanteku kembali memaksaku untuk mengantarnya ngeprint undangan. Karena hari ini sedang tanggal merah, sehingga kebanyakan toko printer tutup. Apalagi aku jarang ngeprint di daerah ini jadinya tidak tahu jalan.

“Gimana sih ini pada tutup toko fotopyan, pada ngak mau duit ya” Protes tanteku saat bonceng denganku.

Setelah hampir setengah perjalanan, akhirnya kami berhasil menemukan tempat untuk ngeprint. Sambil menunggu hasilnya, aku menelepon ibuku untuk melaporkan hal ini.

“Halo nak, ada apa. Kemarin baru ketemu kok sudah nelpon lagi?”

“Iya bu, aku memutuskan untuk kembali ke rumah saja” Aku menceritakan segala kejadian yang terjadi dengan tanteku. Setelah dengan sabar mendengarkan curhatanku, ibuku hanya berkata.

“Baiklah nak kalau mau kamu begitu. Memang dari dulu tantemu sudah seperti itu. Kamu hanya bisa sabar dan pasrah saja.” Mendengar nasihat ibuku aku jadi lega dan kembali bersemangat. Aku akhirnya mencari tiket pulang yang termurah untuk segera kembali ke kampung. Namun ternyata masalah ini belum selesai.

*Beberapa hari kemudian*

Beberapa hari setelah selesai membagikan surat undangan dan acara berjalan lancar. Tiba-tiba tanteku marah-marah dan masuk ke kamar tempatku sedang istirahat.

“Apa-apaan kamu maksudnya mengadu ke yangti!!” Yangti adalah panggilan kami untuk seorang nenek. Saya sempat heran karena tiba-tiba yangti mengetahui hal ini. Padahal aku hanya cerita ke ibuku.

“Memang aku ini janda, terus miskin tidak punya kerjaan dan suami. Memangnya kenapa! Terus aja omongin saya, aku tidak peduli!” Ngak peduli kok marah-marah. Akhirnya aku menjawab sejujurnya apa yang terjadi. Aku juga mengetahui kalau ternyata dari mulut ibuku ia cerita ke tanteku yang lainnya dan akhirnya sampai ke telinga Yangti.

Setelah mendengarkan alasanku ia hanya terdiam dan keluar dari kamar.

“haaah…” Aku hanya bisa menghela nafas setelah kejadian ini. Memang kalau kata orang daripada menunggu orangtua berubah, lebih cepat menunggu ia segera kembali ke penciptanya. Untungnya ke depannya aku tidak akan setiap hari bertemu dengan tanteku yang satu ini.

*Bersambung*

*Terima kasih yang sudah membaca novel ini sampai di ini. Kalau ada kritik dan saran mohon jangan sungkan untuk memberikan komentar. Jangan lupa likenya ya untuk penulis menjadi lebih semangat lagi dalam berkarya. Sampai jumpa pada chapter berikutnya

Ch 3 Tawaran Kerja

Aku menyiapkan barang apa saja yang aku bawa. Karena aku tidak membawa banyak barang. Cukup satu ransel saja menjadi senjataku untuk pulang kampung. Seperti mahasiswa lainnya. Hal yang kubawa adalah laptop, handphone, dan perlatan pendukung lainnya. Pastinya tidak lupa dompet, KTP, SIM, dan dokumen identitas diri lainnya.

Kali ini aku akan menggunakan pesawat untuk pulang kampung. Masakapi yang kupilih adalah waterasia. Maskapai ini merupakan langganan yang sering kupakai karena harganya yang murah dan pelayanan memuaskan. Reputasi keamanan juga cukup baik daripada maskapai macanair. Perjalanan dari rumah nenek ke bandara kutempuh dengan sepeda motor bersama adikku sebagai ojek.

“Dek. Lagi sibuk ngak deK?” Aku menghampiri adikku yang sedang santai bermain HP

“ada apa mas?”

“Anterin ke Bandara dek, mas mau pulang”

“Jam Berapa kak?”

“Nanti Sore”

“Oke, aku bisa kalau jam segitu. Pas lagi ngak ada kelas”

Setelah memberitahukan adikku, aku pergi menemui nenek dan anggota keluarga yang lain mengenai keberangkatanku.

“ada apa Ray? Mau pulang ya?” Tanya Nenekku yang sedang duduk santai menonton tv

“Iya yangti, aku akan pulang nanti sore”

“Bareng siapa ke sana?”

“Bareng Farid eyang”

Farid adalah nama adikku. Ia saat ini juga sekolah di salah satu perguruan tinggi negeri di Jogja. Saat ini ia sudah Semester 6 dan sebentar lagi akan menghadapi skripsi. Sama sepertiku, ia juga memiliki rambut hitam dengan paras tubuh tinggi dan kurus. Aku saja tingginya sudah kalah dari adikku. Menurut ibuku, mungkin gen kakek buyut ia wariskan karena dahulu semasa hidupnya kakek buyut badannya tinggi sekali.

“hati-hati ya di jalan, sudah pamit sama Siti?”

“Belum yang, habis ini baru akan pamitan”

Setelah konflik tempo hari, hubungan kami tidak ada perubahaan. Kami tetap bersapa kalau bertemu dan ngobrol sesekali kalau ada moment yang pas. Namun saya pribadi berusaha secepat mungkin untuk mengakhiri pembicaraan. Setelah itu aku pergi ke dapur untuk menghadapi tanteku.

“Tante, aku nanti sore akan pulang kampung?”

“Sama siapa? Sama Lucas?”

Lucas adalah anak satu-satunya anak dari tante Siti. Ia telah lulus dari perguruan tinggi negeri namun hampir DO karena sudah terlalu lama kuliah. Saat ini ia bekerja di salah satu perusahaan swasta di Jogjakarta.

“Bukan, sama Farid nanti sore pake motor”

“oh..”

Setelah itu tidak ada pembicaraan lagi di antara kita. Aku kembali ke kamar sambil bermain laptop untuk menunggu sore hari tiba.

“Sudah siap semuanya mas?” Tanya adikku saat aku sedang mengemas barang.

“Sepertinya sudah, tidak banyak yang mau aku bawa. Sisanya taruh sini saja dulu.” Aku sengaja meninggalkan beberapa barang karena tidak mau menggunakan fitur bagasi dalam pesawat. Aku juga tidak mau banyak bawa barang saat bepergian.

“Hati-hati ya Ray di jalan. Jangan ketiduran dan hati-hati sama copet”

“Baik yang”

“Salam juga untuk keluarga di kampung ya”

“Oke yang, kami pergi dulu. Assalamualaikum”

“Waalaikumsalam”

Adiku menyetir dan aku duduk di belakang. Kami menggunakan motor Bario berwarna hitam untuk melakukan perjalanan. Karena rumah Eyangku tidak memiliki mobil sehingga kami menggunakan kendaraan roda dua untuk ke bandara.

Perjalanan cukup mulus dan tidak banyak kemacetan yang kami temui. Jogja memang tidak pernah sepi. Hari biasa saja sudah ramai, saat liburan panjang kota ini akan semakin ramai lagi. Karena banyak orang pergi liburan ke sini. Perjalanan menuju bandara tidak terlalu rama, sekitar 30 menit.

“Makasih dek udah nganterin” Kataku sambil menyerahkan helm dan tanganku untuk dia salim.

“Iya mas, hati-hati di jalan ya. Salam buat yang di rumah” Adikku langsung kembali ke tempat nenek setelah menyalami dan melihatku masuk ke dalam bandara.

Aku mencari pintu masuk dan menyerahkan karcisku ke petugas. Karena aku menggunakan handphone untuk membeli tiket, tidak perlu repot-repot membawa tiket untuk boarding. Teknologi memang mantap.

Setelah berhasil masuk ke ruang tunggu, aku menanti pesawat datang sambil bermain gawai milikku. Aku biasanya membaca beberapa novel atau berita sambil menunggu jam keberangkatan pesawat.

“Pesawat Waterasia dengan nomor penerbangan …” Pengumuman keretaku sudah tiba. Aku langsung beranjak dari kursiku dan pergi mengantri untuk memasuki pesawat. Tidak ada insiden berarti dalam perjalanan kali ini. Semua baik-baik saja dan pramugari seperti biasa cantik dan enak dipandang. Aku memejamkan mata setelah membaca sekilas majalah yang ada di depanku.

Penerbangan ini adalah penerbangan pendek sehingga gawai tidak diperbolehkan saat berada dalam pesawat ini. Apalagi saat take-off dan landing. Harus pakai sabuk pengaman dan juga tidak boleh menyalakan alat elektronik.

“Pesawat kali ini sudah sampai ke bandara…” Pesawat telah sampai ke tempat tujuan. Aku membuka mataku dan menunggu pesawat agak sepi sebelum turun dari pesawat.

“tap tap…” Suara kakiku melangakah turun tangga pesawat sambil mengikuti barisan penumpang yang lainnya. Sepertinya dari sini kami harus menaiki bus untuk sampai ke terminal kedatangan. Aku melihat ada berbagai macam orang yang menaiki pesawat ini. Ada yang naik seorang diri, bersama keluarga, ada juga yang sepertinya sedang dalam perjalanan dinas.

Aku melanjutkan langkahku menuju stasiun DAMRI. Dari sini aku tinggal naik bus untuk sampai ke daerah kampungku berada. Sambil menunggu aku membeli makanan untuk kusantap karena perutku sudah mulai lapar.

Terdapat banyak jajanan yang bisa kupilih. Namun aku memilih snack seperti Chitota untuk sedikit mengisi perut. Karena agak sulit kalau makan berat sambil menunggu bus tiba. Tidak lupa untuk membeli menuman bersoda Caco-caco untuk melengkapi snack yang kubeli.

“Damri damri ayo naik serang, merak,…” busku sudah tiba. Aku langsung buru-buru naik karena takut ketinggalan bus. Bus ini tidak memiliki nomor kursi sehingga penumpang bebas duduk selama kursi kosong. Jumlah penumpang kali ini cukup sepi, mungkin karena saat ini belum musim liburan.

Aku mencari tempat duduk dekat jendela untuk bisa melihat pemandangan. Meskipun pemandanganya selalu sama, namun cukup menghibur melihat mobil-mobil lewat sambil mendengarkan musik kesukaan. Akhir-akhir aku sering mendengarkan lagu dari jepang. Apalagi yang dijadikan sebagai soundtrack anime.

Perjalanan selama dua jam lamanya kutempuh. Aku berusaha untuk tidak terlalu lelap dan menjaga barang bawaan dengan memeluk satu-satunya tas yang aku bawa. Setelah sampai ke pangkalan DAMRI aku melanjutkan perjalanan dengan menaiki angkot. Setelah itu tinggal melanjutkan jalan kaki dari tempat turun angkot.

“Assalamualaikum, aku pulang”

“Waalaikumsalam, gimana nak perjalananya?” Tanya ibuku dengan wajah tersenyum.

“Aman ibu, tidak ada masalah. Semuanya lancar” Jawabku sambil melepaskan sepatu dan menaruh barang-barangku ke kamar.

“Gimana, sudah dapat pekerjaan belum”

“belum bu, kan aku baru sampai. Memangya ada apa bu nanya soal kerjaan?”

Ibuku menyuruhku duduk di sampingnya dan ia mengatakan kalau tanteku di kampung menawari aku posisi pekerjaan sebagai guru pengganti. Menurut ibuku, kalau materinya seputar komputer harusnya saya mampu karena dulu juga sempat mengajar. Saat kuliah juga aku pernah menjadi pemandu agama untuk prodi kampus.

“boleh juga itu bu, sambil kerja bisa terus nyari kerja juga yang lebih sesuai” Kataku kepada ibuku.

“Baiklah kalau gitu, nanti malam tante Nia akan datang ke sini untuk secara resmi mengangkatmu sebagai guru.”

“Baik, bu”

Sambil menunggu tanteku datang, aku istrirahat terlebih dahulu. Meskipun perjalanan tidak terlalu lama (sekitar 4 jam), badanku yang anak rumahan ini lumayan merasakan lelah.

“Assalamualaikum”

“waalaikumsalam, ayo masuk tante”

Tanteku datang untuk bertemu denganku dan menjelaskan apa saja yang akan aku lakukan. Aku akan mengajar ke sebuah SMK Swasta dengan mata pelajaran TKJ. Karena aku dari bidang komputer seharusnya bidang ini cocok sekali denganku. Aku langsung menerima tawaran tersebut dan akan mulai masuk nanti hari Senin.

Ia bercerita mengenai kejadian salah satu guru mereka tiba-tiba berhenti. Dari cerita yang saya dengar. Kemungkinan besar hanya terjadi sedikit salah komunikasi sehingga masalah menjadi seperti ini.

“Semoga betah ya, memang jadi guru gajinya tidak besar. Tapi insyaallah nanti ganjaran pahalanya banyak” Jawab tante Nia kepadaku untuk meyakinkanku menerima pekerjaan ini.

“iya tante, sebagai pengganti saja. Kalau nanti sudah ada yang menggantikan. Saya bersedia kapanpun tergantikan” Kataku untuk memperjelas bahwa aku tidak permanent kerja sebagai guru.

“baiklah kalau begitu” Jawab tanteku sambil melanjutkan obrolan ke hal-hal yang lain. Beberapa menit kemudian, tanteku pamit khawatir menganggu karena terlalu lama berkunjung ke sini.

Sambil menunggu hari Senin tiba, aku mempersiapkan apa yang akan aku ajarkan nanti di kelas.

*bersambung*

*Terima kasih sudah membaca chapter ini. Jangan lupa untuk bantuan like dan bagikan novel ini ke teman-teman kalian. Kritik dan saran dari kalian saya tunggu.

*Selamat menjalankan ibadah puasa bagi yang menjalankan*

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!