...🤍 Selamat Membaca 🤍...
Namaku Davina Kristina Putri atau biasa dipanggil Davina. Umur 20 tahun, anak dari miliader Indonesia.
"Selamat pagi papa...!" Davina mencium pipi papanya.
"Selamat pagi Sayang..!" Balas sang papa.
Galang Putra Sanjaya, dia adalah papa ku. Orang-orang biasa memanggilnya Tuan Galang. Seorang pria mapan, yang kegantengannya tidak pernah memudar sama sekali. Semakin tua semakin karismatik, seperti artis Bollywood Shahrukh Khan.
"Selamat pagi mama cantik." Davina mencium pipi sang mama. "Tapi cantikan aku..!"
"Selamat pagi anak mama yang paling cantik."
Asila Kristina Putri atau biasa dipanggil Nyonya Asila. Dia adalah mamaku dan satu-satunya wanita yang bisa menaklukkan papa, bahkan pernah membuat papa depresi berat.
Wajar sih papa depresi saat ditinggal mama, karena mama adalah wanita yang cantik, sederhana, berhati malaikat, sabar, ramah, pokoknya mama itu paket lengkap seorang wanita.
"Pagi kakak-kakak ku yang menjadi idola semua wanita." Tidak lupa Davina mencium pipi kedua kakaknya yang duduk berjejeran.
"Pagi princess Davina, yang paling bawel sedunia."
"Princess Davina gak bawel ya..!"
"Tapi cerewet...!"
"Mama..." Davina menuju ke kursi samping mamanya. "Kak Dalfa sama kak Dalfi nyebelin..."
Dalfa Kristino Sanjaya dan Dalfi Kristino Sanjaya. Mereka adalah kakakku. Mereka memang menyebalkan tapi sebenarnya mereka sangat baik padaku dan slalu memperlakukan aku seperti putri.
Kak Dalfa adalah CEO Royal Group dan Kak Dalfi adalah CEO GA Group. Umur mereka baru berjalan 23 tahun tapi mereka sudah diberikan tanggung jawab untuk menggantikan papa. Walaupun masih muda, mereka dapat memimpin perusahaan papa dengan sangat baik.
Kak Dalfa dan kak Dalfi memang orang-orang berbeda. Mereka bisa lulus SMA di usia 16 tahun dan menyelesaikan S1,S2 dan S3 di usia 22 tahun.
Kalau aku sendiri tidak sepintar mereka. Aku lulus SMA di usia 17 tahun dan lulus S1 di usia ku yang akan menginjak 20 tahun.
Kita memang dikatakan sebagai anak-anak yang jenius, makanya papa dan mama slalu memberikan kita perhatian lebih. Papa juga memberikan psikolog handal untuk mendampingi tumbuh kembang kita bertiga, agar kita bisa tumbuh seperti anak pada umumnya walaupun kita memiliki IQ di atas rata-rata.
Dikelilingi keluarga yang baik seperti mereka adalah hal yang slalu ku syukuri. Aku memang bukan putri kandung dari mama tapi aku tumbuh karena asi mama Asila. Mama kandungku meninggal saat melahirkan aku. Mama kandungku memilih menyelamatkan nyawaku dan mempertaruhkan nyawanya.
Aku juga bukan putri kandung dari papa Galang, tapi aku mendapatkan kasih sayang lebih banyak daripada anak-anak kandung papa. Kata papa, anak laki-laki adalah kebanggaan dan anak perempuan adalah kesayangan. Makanya papa lebih menyayangi ku dibandingkan kak Dalfa dan kak Dalfi.
Mama dan papa bukan orang tua kandungku, jelas kedua kakak ku juga bukan saudara kandungku. Mereka adalah kakak tiri ku walaupun mereka tidak pernah menganggap ku sebagai adik tiri atau adik pungut atau adik apapun itu. Mereka slalu menganggap ku sebagai adik yang sangat berharga, adik mereka yang cantik jelita tiada tara.
Itulah sekilas perkenalan tentang keluarga ku. Untuk kalian yang penasaran tentang mama yang meninggalkan papa hingga membuat papa depresi dan tentang aku yang seorang anak yatim piatu tapi mendapatkan kehidupan bak putri raja. Kalian baca aja ya di cerita Istri Simpanan Sang CEO.
Disana kalian akan tahu kisah hidup mama dan papa. Kalian juga akan tahu asal usul ku. Tapi karena disana adalah kisah kehidupan mama dan papa jadi aku munculnya di episode-episode terakhir. Berbeda dengan disini. Kalau di sini aku akan slalu muncul, karena aku tokoh utamanya.
"Makasih ya ma, pa, kak Dalfa, kak Dalfi atas kejutannya semalam."
"Iya sayang..!" Jawab mama. "Apa kau beneran gak ingin minta hadiah dari kami..?"
Hari ini tepat aku berusia 20 tahun dan seperti ultahku yang sebelum-sebelumnya, mereka slalu membuat kejutan sederhana tapi sangat bermakna. Walaupun keluarga ku adalah keluarga sultan, tapi keluargaku lebih suka merayakan segala sesuatunya dengan sederhana.
"Aku mau minta hadiah spesial, tapi hadiahnya harus kalian berikan nanti malam. Pada saat makan malam."
"Lalu kau minta apa cantik..?"
"Aku gak mau bilang sekarang kak Dalfi. Aku mau bilangnya nanti saat makan malam."
"Lalu bagaimana papa bisa menyiapkan hadiah untukmu, jika kamu tidak mau bicara saat ini...?"
"Bisa dong... Kan papa ku orang hebat." Davina tersenyum dan mengedipkan sebelah matanya "Ah ya ma. Princess Davina tidak mau ambil tanggung jawab hotel saat ini ma."
"Kenapa sayang..? Kamu kan sudah 20 tahun, itu berarti mama harus menyerahkan tanggung jawab hotel untukmu."
Selama ini mama Asila mengelola hotel peninggalan orang tuaku. Pada awalnya sih orang tuaku hanya punya tiga hotel. Satu di Semarang, satu di Jogjakarta dan satu Lagi di Jakarta. Tapi berkat mama Asila dan papa Galang, hotel keluarga ku menjadi lebih banyak dan tersebar di beberapa penjuru Indonesia bahkan ada 3 hotel yang berada di luar negeri. Hotel-hotel tersebut sekarang berada di bawah naungan Ardi Properti.
"Kalau mama menyerahkan tanggung jawab hotel untukku dan papa sudah menyerahkan tanggung jawab perusahaan kepada kakak-kakak. Lalu mama dan papa mau ngapain..?"
"Jelas papa akan pacaran lagi dengan mama mu. Kita akan berdua terus. Ya kan ma..?" Papa Galang mengedipkan salah satu matanya.
"Ichh Papa genit deh... Ingat Pa, Papa itu sudah TUA" Davina mengeja kata tua.
"Tua tua mempesona kan?" Papa berucap dengan sangat percaya diri.
"Hissss.... Papa mau tau kenapa Davina tidak mau menerima tanggung jawab hotel. Karena Davina tidak mau papa enak-enakan dengan mama. Jadi Mama dan papa tetap yang mengelola hotel ya." Davina menyilang kan kedua tangannya. "Enak aja mau pacaran lagi, Davina saja tidak pernah langgeng pacaran gara-gara papa dan kakak."
"Itu karena pacar kamu cemen, Letoy dan tidak gentel." Ejek Galang
"Yak Betul..!" Setuju sang kakak bersamaan.
"Mana ada seperti itu. Itu semua karena image kalian bertiga." Bantah Davina. "Coba image kalian seperti mama. Baik, cantik, lemah lembut, penyayang dan ramah. Pasti mereka tidak akan pernah takut jika ku ajak kerumah, bukan malah memutuskan aku."
"Berarti mereka bukan jodohmu, my sister."
"Bukanya gak jodoh kak Dalfa tersayangggg. Mereka itu takut pada tiga iblis penghuni rumah. Iblis dengan wajah tampan yang tidak kenal maaf. Itu juga kenapa kalian tidak laku-laku sampai sekarang, padahal punya sebutan laki-laki sempurna."
"Kita bukan tidak laku dek...!"
"Apa kalau bukan tidak laku..? Hah..? Mau bilang, kalau kalian belum menemukan wanita yang pas gitu atau belum bisa menemukan perempuan yang seperti mama...?" Davina menyilang kan tangannya.
"Dengerin ya kak Dalfa dan kak Dalfi. Perempuan seperti mama itu limited edition. Satu adalah mama Asila yang sudah jadi milik papa dan satu lagi princess Davina, adik kalian." Davina bersombong ria.
"Mama itu lemah lembut, tapi kalau kamu lembut, dunia kiamat." Ejek Dalfa.
"Mama pinter masak, kamu masak air aja tidak bisa." Ejek Dalfi
"Papa...!" Rengek Davina. "Kakak jahat." Galang hanya tersenyum menanggapi rengekan anaknya.
"Kalian ini ya, sudah pada dewasa tapi kelakuan masih anak SMP. Sudah lanjut makan."
"Ay ay mama Asila yang cantik sedunia." Jawab Dalfa, Dalfi, dan Davina bersama.
"Dasar kalian tidak pernah berubah."
Seperti ini lah kehidupan ku. Walaupun kita keluarga sultan, kita tetap keluarga yang hangat. Saat kita berkumpul maka kita akan slalu bercanda, dimana pun itu.
🤍
🤍
🤍
🤍
🤍
...Hai Hai Hai...
Berjumpa lagi dengan aku... 😁😁
Jadi ini novel kedua aku ya. Novel pertama aku berjudul Istri Simpanan Sang CEO. Semoga kalian bisa slalu menikmati setiap karya yang aku buat dan jangan lupa tinggalkan jejak kalian.😘😘
Tinggalkan Like, rate, vote dan komen ya.🤍🤍
...💛 Selamat Membaca 💛...
Semua orang telah berkumpul di salah satu ruang VVIP di salah satu cafe ternama di Jakarta. Ada Papa Galang, Mama Asila, Kak Dalfa, Kak Dalfi, Grand Pa (Papa Galang), Grand Ma (Mama Galang), Mbah Wedok (Ibu Asila), Eyang Putri (Nenek kandung Davina) dan pastinya pemeran utama malam ini sang princess Davina.
Lagu happy birthday telah dinyanyikan bersama, berganti lagu tiup lilin.
"Sebelum meniup lilin, jangan lupa minta permohonan dulu ya sayang." Davina mengangguki ucapan sang mama.
"Tuhan.. Semoga di tahun ini aku bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi dan semoga tahun ini aku diperbolehkan untuk kuliah di............." Setelah mengucapkan permohonannya Davina meniup lilin yang berbentuk angka dua dan nol.
Semua orang bertepuk tangan ketika lilin berhasil padam dan secara bergantian mereka mengucapkan ucapan selamat ulang serta doa terbaik untuk Davina.
Setelah acara tiup lilin selesai, kini saatnya mereka menyantap hidangan makan malam. Mereka makan dengan diselingi candaan-candaan. Bagi mereka berkumpul seperti ini adalah waktu yang berharga. Karena perbedaan kesibukan dan perbedaan tempat tinggal membuat mereka jarang berkumpul dengan formasi lengkap.
Setelah mama dan papa Davina kembali bersatu, orang tua Galang memilih tinggal di Bali. Grand Pa Sanjaya menyerahkan semua urusan perusahaan yang ada di Jakarta kepada Galang. Sedangkan Eyang putri dan Mbah Wedok memilih tetap tinggal di Semarang.
"Tes tes tes." Si princess Davina memecah keramaian dan meminta semua orang untuk memperhatikan dirinya. "Princess Davina yang cantik jelita ingin memberikan pengumuman, jadi minta perhatiannya."
"Huuuuuuuu...."
"Huuuuuuuu....."
Teriak kedua kakaknya yang diberikan tatapan tajam oleh sang pemberi pengumuman. "Diam kalian."
"Perhatiannya semua.... Di hari ulang tahun princess Davina yang ke 20 ini, Davina ingin mendapatkan hadiah yang spesial dari semua orang. Makanya di hari ulang tahun kali ini, princess Davina tidak meminta semua orang membawa hadiah." Davina tersenyum sangat manis.
"Lalu hadiah apa yang kau inginkan sayang...? Jika kau yang minta Grand Pa akan slalu berikan. Apa sih yang tidak Grand Pa berikan untuk cucu grand pa yang paling cantik...!"
"Uchhh sweet. I love you Grand Pa, aku padamu." Jawab Davina sambil membuat lambang love dengan kedua tangannya.
"Kali ini Davina ingin mama, papa, kakak, grand pa, grand ma, eyang putri dan mbah wedok memberikan aku ijin untuk kuliah S2 dan S3 di.... di......" Davina memberikan jeda pada ucapannya.
"Dimana, Sayang..?" Semua orang dibuat penasaran oleh Davina.
"Di Korea" Lanjut Davina
"Tidak." Semua orang berteriak bersama.
Davina memang berucap lirih, tapi semua orang bisa mendengar apa yang di katakan Davina.
"Tidak ada kuliah-kuliah di luar negeri" Tegas Galang.
"Papa...." Rengek Davina. "Davina pengen kuliah di Sana."
"Tidak ya tidak."
"Mama.." Davina mulai merayu sang mama.
"Tidak Sayang, mama juga tidak setuju. Mama tidak bisa jauh darimu. Nanti kamu disana sama siapa coba....?" Tolak Asila dengan nada halus.
"Aku bisa sendiri ma. Aku bisa jaga diri sendiri."
"Tidak nak. Mama juga tidak setuju."
"Mama dan papa tidak setuju, sekarang harus merayu orang lain agar bisa pergi." Batin Davina sama melihat ke sisi lain.
"Apa lihat-lihat..? Aku juga tidak setuju." Sinis Dalfi.
"Jangan melihatku seperti itu, karena kakak juga tidak setuju." Jawab Dalfa.
Davina sebenarnya juga sudah tahu, pasti sulit sekali mendapatkan ijin. Karena dia memang diperlakukan sebagai putri di keluarga ini. Semua harus memperhatikannya, menyayanginya dan mengutamakan keselamatannya.
"Grand...."
"Grand Pa juga tidak setuju." Sela Grand Pa sebelum menyelesaikan ucapannya.
"Grand Ma juga."
"Eyang putri juga."
"Mbah Wedok juga tidak."
Belum dia meminta bantuan, semua orang sudah menolaknya. Davina memanyunkan bibirnya dan mendekap kedua tangannya.
"Kau minta yang lain saja ya sayang. Kau akan mendapatkan apapun yang kau inginkan." Ucap papa Galang.
"Tapi pa...!" Davina mulai merengek.
"Papa benar Sayang. Bagaimana bisa kita membiarkan putri berharga kami pergi jauh dari kami." Ucap mama Asila.
"Aku ingin kuliah di sana ma...!"
"Mama dan Papa benar dek. Kita tidak bisa membiarkan kamu jauh dari kami. Nanti kalo terjadi sesuatu disana bagaimana...?" Ucap Dalfa.
"Tapi kakak kan dulu juga kuliah di luar negeri."
"Bukan masalah kuliah dimana dek. Kau tahu kan kita sangat sayang kamu dan kita sangat over protective jika itu menyangkut kamu. Bahkan kau lecet sedikit saja semua orang menjadi bingung tidak karuan." Ucap Dalfi.
"Iya, aku tahu. Aku tahu semua orang sayang dan sangat mencintai ku. Tapi aku sangat ingin belajar disana."
"Apa tidak bisa kau kuliah disini saja ndok. Di Jakarta kan juga banyak kampus bagus." Sekarang Mbah Wedok ikut angkat bicara.
"Tapi aku ingin kuliah disana mbah. Aku ingin belajar di Korea." Davina mulai mengeluarkan senjatanya.
"Kalian kan sudah berjanji padaku akan mengabulkan semua permintaanku. Tapi mengapa kalian tidak menepatinya...?" Air mata Davina mulai menggenang.
"Jangan menangis sayang, kau tahu kan air matamu sangat berharga bagi kami. Semua orang tidak mengijinkan kamu karena kita sayang kepadamu dan kita tidak ingin terjadi apa-apa padamu. Jadi mengertilah Sayang." Mama Asila mendekat dan mengelus rambut panjang Davina.
"Enggak. Kalian tidak sayang aku." Davina berdiri dari kursinya dan lari keluar begitu saja.
...💛💛💛💛💛...
Semenjak semalam Davina mengunci dirinya dikamar. Hal itu membuat semua orang khawatir.
Secara bergantian, mereka mencoba membujuk Davina. Tapi sayangnya bujuk rayu mereka tidak diindahkan oleh Davina.
Davina masih mengunci dirinya di kamar. Davina masih tidak mau membuka pintu ataupun menjawab ucapan orang-orang yang membujuknya.
"Davina ini papa nak. Kau keluarlah, kita berbicara terlebih dahulu. Kalau kau seperti ini bagaimana kita bisa mengijinkan kamu...?" Masih tidak ada respon dari Davina.
"Papa akan mengijinkan kamu, apabila kamu mau keluar sekarang. Ayo bersama-sama kita bicarakan semua terlebih dahulu.
Mendengar ucapan sang papa, si pembuat masalah akhirnya membuka pintu kamarnya. "Papa beneran mengijinkan aku...?"
"Kita kebawah dulu ya, mama sangat khawatir padamu." Davina mengangguki permintaan sang papa.
Davina sebenarnya sudah merencanakan ini, karena dia benar-benar ingin kuliah di Korea. Davina juga tahu, kelemahan semua keluarganya adalah dirinya. Semua orang pasti akan khawatir berlebihan jika menyangkut dirinya. Jadi dia merencanakan ini agar dia bisa mendapatkan ijin untuk kuliah di Korea.
Sebenarnya Davina juga tidak bisa jauh dari keluarganya, tapi tekadnya untuk belajar sangat besar. Toh dia juga bisa bolak balik Korea Indonesia.
"Sayang...!" Mama Asila langsung berdiri dari duduknya dan memeluk Davina.
Papa Galang mengajak istri dan anaknya untuk duduk terlebih dahulu, agar bisa berbicara dengan kepala dingin.
Davina yang baru saja duduk melihat wajah kelegaan dari keluarganya. Davina tahu pasti sedari tadi mereka sangat khawatir kepadanya.
Davina bersyukur memiliki keluarga yang tidak pernah membuatnya kecewa, keluarga yang tidak pernah membuatnya bersedih bahkan menangis dan keluarga yang sangat menyayanginya.
💛
💛
💛
💛
💛
...Terimakasih Dukungan Dari Readers Semua...
......Jangan lupa tinggalkan jejak......
...Like, Rate dan Komen...
...💚 Selamat Membaca 💚...
Setelah melewati berbagai drama. Akhirnya Davina mendapatkan restu dari keluarganya. Jelas restu yang didapat dengan berbagai syarat dan ketentuan yang telah dibuat keluarganya.
Davina bisa kuliah disana, tapi keluarganya mengirimnya kesana dengan pengawasan ketat. Bukan untuk membatasi ruang lingkup pergerakan Davina tapi untuk melindungi dan menjaga Davina.
Davina menyetujui itu karena itu adalah satu-satunya cara agar dia bisa kuliah di Korea. Bagaimanapun semua orang tidak akan bisa tenang jika Davina pergi sendiri. Apalagi Davina perginya ke negara orang. Toh para bodyguard itu tidak akan menghalangi Davina melakukan apapun.
Bodyguard yang dikirim papanya bukanlah bodyguard yang akan mengikutinya dari jarak dekat apalagi berjalan dibelakangnya. Bodyguard yang dikirim papanya hanya akan mengawasi Davina dari jauh dan tidak akan ikut campur apapun urusan Davina.
Bodyguard itu bertugas untuk melindungi Davina dari bahaya, jadi mereka akan terlihat hanya ketika dibutuhkan. Jika tidak dibutuhkan mereka akan berada di sekeliling Davina seperti orang biasa, bahkan keberadaan mereka kadang tidak diketahui Davina. Nantinya Davina akan dijaga 2 bodyguard perempuan dan 4 bodyguard laki-laki.
Jika papa Galang melakukan proteksi dengan mengirimkan bodyguard handal, berbeda dengan sang Grand Pa. Sang Grand Pa sudah meminta orangnya untuk mencarikan rumah mewah yang nyaman, aman dan memiliki akses mudah ke semua tempat.
Sang kakak juga tidak mau kalah, mereka juga memberikan pelayanan yang terbaik untuk Davina nantinya. Mereka menyiapkan asisten rumah tangga yang profesional. Merekalah yang akan menyiapkan semua kebutuhan Davina. Kebutuhan Davina dari bangun tidur hingga tidur lagi.
...💚💚💚💚💚...
"Nangisnya udah dong ma..!" Davina mengusap air mata mama Asila. "aku bukan pergi untuk berperang. Aku hanya ingin kuliah disana. Jadi mama jangan nangis lagi ya."
Davina menatap ke arah wanita-wanita lain yang menatapnya dengan raut kesedihan. "Grand Ma, Eyang dan Mbah juga jangan menangis."
"Kita pulang saja ya nak. Gak usah jadi berangkat. Kamu kuliah di Indonesia saja."
"Mama...!" Davina mulai memelas. "Mama jangan seperti ini dong...! Jika mama rindu Davina, mama kan bisa datang kesana. Davina juga janji tiap liburan akan pulang kan."
"Tapi kan Korea jauh nak. Jadi Grand Ma tidak bisa menemui mu jika Grand Ma rindu." Sekarang Grand Ma yang ikut membujuk Davina agar Davina merubah keputusannya.
"Grand Ma jangan seperti orang susah ya. Grand Ma itu punya suami, anak dan cucu yang kaya raya. Jadi bolak balik Korea Indonesia mah kecil buat mereka. Seperti bolak balik dari kamar ke dapur." Davina mencoba untuk mencairkan suasana.
"Kamu itu ya...!" Grand Ma mencubit pipi Davina.
"Hehehe." Davina memeluk sang Grand Ma "Princess Davina pamit dulu ya Grand Ma. Jika nanti Grand Ma rindu Davina, Grand Ma tinggal telepon Davina."
Setelah memeluk Grand Ma, Davina juga memeluk Grand Pa, Eyang Putri, Mbah Wedok, Papa Galang, dan terakhir kembali memeluk mama Asila.
"Nanti kalau sudah sampai jangan lupa kabari mama ya Sayang. Kau juga harus jaga kesehatan saat Di sana." Asila menarik tubuhnya dan menatap sang putri semata wayangnya. "Apa mama ikut ngantar kamu saja ya..? Boleh kan pa...?"
"Mamaaaaa.... Davina mau belajar mandiri. Lagian Davina juga akan diantar kakak Dalfa dan kak Dalfi. Jadi mama jangan khawatir. Okk...!"
Davina kembali memeluk sang mama Asila.
Setelah memeluk Davina, mama Asila bergantian memeluk anak kembarnya. "Kalian hati-hati ya nak... Dalfa Dalfi, kalian harus pastikan tempat adik kalian aman dan nyaman. Jangan lupa, sering-sering kabari mama..!"
"Iya mama cantik. Mama jangan khawatir ya..!"
Setelah berpamitan, ketiga anak tersebut memasuki pesawat untuk segera lepas landas menuju negara yang Davina tuju.
...💚💚💚💚💚...
Selama di Korea, Dalfa dan Dalfi kembali mengecek semua hal secara pribadi. Dari keamanan rumah, keamanan area kampus, asisten rumah tangga, bodyguard dan segala hal yang nantinya ada di sekeliling Davina selama Davina berada di Korea.
Setelah satu Minggu Dalfa dan Dalfi berada di Korea, akhirnya mereka yakin bahwa semua telah sesuai dengan keinginan mereka dan pastinya aman untuk adik berharga mereka.
"Semua sudah siap Tuan..!" Lapor salah satu bodyguardnya yang akan mengawasi Davina.
"Kakak hati-hati ya..!" Davina memeluk Dalfa dan Dalfi bergantian.
"Gak usah masang wajah cemberut seperti itu...!" Ucap Dalfa sambil mencubit hidung Davina.
"Hemmm Davina pasti bakalan kangen banget sama kakak" Davina kembali memeluk Dalfa.
"Kakak juga bakalan kangen banget sama kamu cantik...!" Dalfa mengelus punggung Davina.
"Kita semua pasti akan merindukanmu Sayang. Sangat amat merindukanmu." Imbuh Dalfi yang mengelus rambut Davina.
"Kakak yakin kau pasti bisa hidup mandiri di sini dan kami di Indonesia akan slalu menunggu kepulangan mu." Ucap Dalfa untuk memberikan semangat kepada adik perempuannya.
Davina yang berada di pelukan Dalfa, masih enggan melepaskan pelukannya. Saat di Indonesia dia sangat amat semangat. Tapi sekarang dia malah ingin pulang dan memeluk mama Asila. Karena sejak kecil Davina tidak pernah merasakan jauh dari mama Asila dan ini kali pertamanya dia akan jauh dari mama Asila serta semua keluarga.
"Apa kau ingin ikut pulang saja...? Jika kau berat tinggal disini sendiri, kita pulang saja. Kau bisa melanjutkan kuliah di Indonesia. Kakak rasa semua orang tidak akan keberatan." Saran Dalfi.
"Gak kak. Aku akan tetap kuliah di sini. Aku akan bertanggung jawab dengan permintaan ku." Davina melepas pelukannya dari Dalfa.
"Sayang...!" Dalfa mengelus rambut Davina. "Tidak ada yang memaksamu dalam setiap mengambil keputusan. Semua keputusan ada di tanganmu. Kakak akan slalu ada untukmu, kakak akan berada dibelakang mu untuk memberikanmu yang terbaik."
"Bener kata kak Dalfa. Kakak akan slalu berusaha berikan yang terbaik untuk princess kakak, agar princess Davina tidak merasakan penyesalan d?di setiap keputusan yang princess ambil. Jadi princess Davina yang cantik ini harus slalu bahagia. Mengerti...!" Davina mengangguki ucapan sang kakak.
"Sekarang kakak pamit ya. Kau jaga diri baik-baik disini."
Sekali lagi Davina memeluk kakak-kakaknya secara bergantian. Melambaikan tangannya ketika mobil yang ditumpangi kakaknya mulai melaju. Davina menatap mobil hitam yang kini semakin menjauh.
Sekarang saatnya hidup mandiri Davina dimulai. Saatnya Davina belajar untuk hidup jauh dari orang-orang yang mencintainya dan orang-orang yang slalu memperlakukan dirinya seperti tuan putri.
Saatnya Davina mencari hal-hal baru di sini. Saatnya Davina melakukan pencarian jati dirinya sendiri dan mungkin Davina akan mencari orang yang akan mengajari dirinya arti kata cinta sejati atau mungkin arti kata luka. Entahlah biarkan waktu yang menjawab semua apa yang akan terjadi.
💚
💚
💚
💚
💚
...Terimakasih Dukungan Dari Readers Semua...
...Jangan lupa tinggalkan jejak...
...Like, Rate dan Komen...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!