NovelToon NovelToon

Can You Marry Me? (A.K.A, T.O.T)

Syahna Waladhipa.

Syahna Waladipha (Nana), 24 tahun.

Pagi ini, matahari bersinar cukup terik. Cahayanya sangat menyilaukan mata. Apalagi cahaya itu menembus kaca jendela dan langsung memantul tepat di wajah kusam milik Syahna. Hingga membuat sungai nil yang mengalir di salah satu ujung bibirnya langsung mengering.

“Na.! Buruan bangun.! Udah siang. Masak anak gadis bangunnya keduluan sama matahari sih.”

“Hhmmhh... Bentar lagi ya Nda. Masih ngantuk.” Rengek gadis itu dengan suara beratnya. Ia malah mengubah posisi tidurnya jadi membelakangi ibunya. Ia masih ingin menikmati hari liburnya dengan bermalas-malasan dirumah. Syahna bekerja sebagai tenaga hororer di kantor walikota setempat.

PLAK.!!!

“Au.!” Pekik Syahna sambi mengusap-usap bokongnya yang terasa sangat pedas karna pukulan dari ibunya barusan.

“Bunda.! Sakit. Ih.!” Teriak Syahna langsung duduk seketika dengan memasang wajah yang cemberut.

“Dibilang udah siang juga. Nanti gimana kalau kamu udah nikah, hah? Malu sama Mertua. Bisa-bisa seminggu jadi menantu kamu udah langsung dipecat.” Seloroh Bu Ayu.

“Ya kalau dipecat tinggal pulang lagi kesini. Segampang itu kok.” Lawan Syahna sambil tetap memasang wajah cemberut. Kemudian kembali membaringkan tubuhnya dan menarik selimut sampai menutupi seluruh tubuhnya.

“Astaga. Ini anak. Bangun.!” Teriak Bu Ayu sambil menarik selimut yang ternyata di pegangi oleh Syahna dengan sangat kuat. Tapi tenaganya masih kalah kuat oleh hentakan dari ibunya. Sehingga selimut itupun tersingkap dari tubuhnya.

“Bunda.! Ini tu hari minggu. Biarkan anakmu ini menikmati hari liburnya, Ibu.” Kata Syahna sambil memasang wajah memohon.

“Cepetan turun.! Ada tamu itu lagi nungguin kamu.” Jelas Bu Ayu sambil berjalan keluar dari kamar putri satu-satunya itu.

“Siapa Nda?” Tanya Syahna penasaran. Membuat rasa kantuknya menguap seketika.

“Kalau mau tau, makanya buruan turun.” jawab Bu Ayu sambil menutup kembali pintu kamar Syahna.

Ih...! Tinggal kasih tau aja apa susahnya sih?

Dengan rasa malas Syahna menyeret kedua kakinya dengan masih memakai piyama berwarna biru langit favoritnya. Rambutnya juga masih berantakan luar biasa. Tubuh mungilnya terasa berat saat menuruni satu-persatu anak tangga di rumahnya.

Siap sih? Pagi-pagi gini udah nyariin? Kurang kerjaan banget. Gak bisa apa biarin gue tenang di alam mimpi hari ini? Huh.!

Syahna terus menggerutu didalam hati sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Tapi aktifitas menjijikkannya itu langsung berhenti tepat saat dia menatap sosok seorang pria yang sedang duduk di sofa ruang tamu dan sedang berbincang bersama dengan ayahnya.

“Hai Na.” Sapa pria itu.

Syahna membeku. Rasa terkejut bercampur rasa malu langsung menyergap. Sampai membuat jari-jemarinya tersangkut di rambut kusamnya yang seperti baru tersambar petir. Matanya terbelalak dan dibarengi dengan mulut yang ternganga. Itu Syahna belum sadar dengan sungai nil miliknya yang mengering.

Dengan wajah yang memerah menahan rasa malu, Syahna langsung mengambil langkah seribu berlari menaiki tangga. Bahkan dua anak tangga sekaligus ia langkahi demi segera sampai dan masuk kedalam kamarnya. Tempat teraman untuk bersembunyi dari rasa malu.

Tapi ternyata tidak. Rasa malu itu tetap mengikutinya masuk kedalam kamarnya. Bahkan setelah ia menutup pintu kamarnya dengan keras, wajahnya malah semakin memerah.

“Sial.! Kenapa Erdo ada disini sih?” Teriaknya didalam kamar dengan suara yang hampir tidak terdengar.

Ia segera berlari menghampiri si cermin ajaib yang tingginya hampir sama dengan dirinya itu di dekat pintu balkon kamarnya yang hampir seluruhnya berdinding kaca.

“Astaga. Nana.! Penampilan macam apa ini? Lo pasti udah gila.!” Pekiknya dengan suara rendah. Hanya ekspresi wajahnya saja yang mengekrat-mengkerut sedemikian rupa. Ia berusaha merapikan rambutnya yang seperti habis tersambar petir.

“Gila.! Gila.! Gila.! Apa ini?” Tanya Syahna terkejut mendapati sungai nilnya yang mengering dengan warna putih khasnya.

“Iihh... Menjijikkan.!” Dengusnya. Seketika merasa jijik dengan dirinya sendiri. Membuat Syahna frustasi melihat penampilannya saat ini. Dan yang lebih membuat ia frustasi adalah Erdo, kekasihnya itu melihat keadaan paling buruk dari dirinya yang selama ini berusaha dia sembunyikan.

Astaga.!

Memang, sepandai-pandainya dia menyimpan durian, harumnya pasti akan tercium juga oleh orang lain. Syahna sudah berusaha keras menyembunyikan sikap cerobohnya dan hanya menampakkan sikap anggunnya dihadapan Erdo. Tapi apa? Kali ini benar-benar membuatnya malu setengah mati.

“Dia gak akan mutusin gue gara-gara ini kan?” Ucapnya lagi sambil berusaha mengeruk sungai nil yang sudah mengkristal itu dengan kuku jari telunjuknya.

Asli, memalukan, sekaligus menjijikkan.

Diseberang balkon kamarnya, seorang pria menatap heran dengan ekspresi jijik kepada Syahna. Pria itu bahkan mematung dengan memegang gelas kopi yang tidak jadi dia minum dan membiarkannya terhenti tepat di bawah dagunya.

“Apa luo liat-liat?!!” Dengus Syahna kepada tetangganya itu sambil melotot. Dinding balkon kamarnya memang hampir seluruhnya terbuat dari kaca transparan, sehingga tetangganya itu bisa melihat tingkahnya dengan jelas. Karna rumah mereka memiliki tipe yang hampir sama. Apalagi kamarnya dan kamar tetangganya itu juga saling berhadapan.

“Iiyyuhhhh.... Jorok banget sih lo.! Buruan cuci muka kek. Bukan malah dikeruk-keruk gitu.! Kan malah masuk mulut!” Teriak tetangganya itu. Menahan rasa jijik. Rasanya seperti mau muntah saja.

“Eh.! Gak ada urusannya ya sama Lo.! Masuk ke mulut juga ini kan mulut gue.! Bukan mulut lo!”

“Ya tapi kan gue liat.!”

“Yaudah jangan di liat. Siapa juga yang nyuruh lo liatin gue.!” Teriak Syahna sambil mencibirkan mulutnya kemudian berlalu menghilang dibalik tirai.

“Iiihh,, dasar jorok.!” Teriak tetangganya itu.

Syahna kembali membanting pintu kamar mandi dengan keras. Dia menggerutu sepanjang dia mandi. Bahkan ia menyalurkan kekesalannya kepada peralatan mandinya. Dengan meremas kasa yang sudah dipenuhi busa itu dengan gemas.

Belum hilang rasa malunya karna Erdo memergoki penampakan terburuknya, ditambah lagi dengan ejekan Natta, tetangganya itu selalu membuat suasana hatinya memburuk.

“Iiihh..!! Dasar nata de coco.! Nyebelin banget sih.!” Geramnya sambil meremas busa mandinya. “Ah.! Erdo.!” Pekiknya.

Syahna baru menyadari kalau dia sudah lumayan lama berada didalam kamarnya. Sambil mengingat tentang janji kencannya hari ini bersama Erdo. Kenapa dia bisa melupakan janji sepenting ini sih? Kalau saja dia tidak lupa kalau hari ini ia akan pergi bersama Erdo, tentu saja ia akan cepat bangun pagi sebelum matahari mendahuluinya.

Gadis dengan kulit seputih kapas itu langsung mengenakan pakaian terbaiknya. Dres selutut dengan motif bunga yang cerah. Menampakkan kaki mungilnya yang sebenarnya tidak sependek itu.

Sekali lagi dia mematut dirinya didepan cermin. Memastikan tidak ada hal yang memalukan yang masih menempel di tubuhnya.

“Sempurna.” Ucapnya sambil menyematkan sebuah jepit rambut berwarna biru langit dengan ornamen mutiara yang berderet yang juga berwarna biru langit.

Syahna tersenyum kepada bayangan dirinya sendiri. Menoleh kekanan dan kekiri berusaha melihat kalau-kalau masih ada rambutnya yang tegak berdiri. Kemudian dia mengusap rambutnya dengan tangannya.

Penampilan yang sangat sempurna untuk kencan mereka hari ini.

Sekilas, Syahna masih sempat menangkap sosok Natta yang sedang membaca koran di balkon kamarnya. Pria itu juga sedang menatapnya. Tapi dibalas dengan cibiran oleh Syahna yang kemudian berlalu keluar dari kamarnya.

Apa Dia Orang Yang Tepat?

Syahna berjalan seanggun mungkin saat menuruni tangga. Soalnya tadi dia sudah kalah malu. Erdo yang melihat kekasihnya itu sudah rapi dan cantik, langsung menebarkan senyum pesonanya dengan mata yang berbinar.

“Udah siap?” Tanya Erdo yang dijawab dengan anggukan kepala dari Syahna.

“Euleuh,, euleuh., yang mau kencan. Cantik amat.” Sindir Lian, kakak laki-laki Syahna.

“Abang, apa-apaan sih..” Jawab Syahna dibarengi dengan wajahnya yang merona. Biar bagamanapun Syahna adalah seoang wanita. Yang tetap saja kalau dipuji ‘cantik’ pasti langsung salah tingkah. “Abang mau kemana? Sudah rapi begitu.?”

“Emangnya cuma lo doang yang punya jadwal kencan? Abang juga punya keles.” Seringai Lian sambil mengambil helm di rak dekat pintu.

“Yeee,, bisanya kalau kencan bawa mobil, kok ini bawa motor?” Syahna balik bertanya.

“Bocah kecil dilarang kepo.” Seloroh Lian sambil berlalu keluar rumah. Dan tidak lama kemudian terdengar suara motor di starter.

Sementara Syahna memanyunkan bibirnya sambil melotot kearah Lian. Dia sebal karna terus saja dipanggil bocah kecil oleh kakaknya itu.

“Udah, jangan cemberut. Ayuk kita juga pergi sekarang.” Ajak Erdo dengan senyuman mempesona khasnya. “kalau gitu kami berangkat dulu ya om,,” pamit Erdo kemudian menyalami dan mencium punggung tangan pak Adhipati.

“Hati-hati dijalan ya.. Jangan terlalu malam pulangnya.” Pesan pak adhi.

“Iya yah, kami berangkat dulu ya yah.” Jawab Syahna. “Nda.! Kami pergi dulu..” Imbuhnya setengah berteriak. Karna Bu Ayu sedang berada di dapur.

“Dasar bocah gak ada sopan-sopannya. Pamitan bukannya datengin ke dapur, malah teriak-teriak.!” Bu Ayu merepet sambil berjalan ke ruang tamu. “anak-anakmu itu lo yah, kok satupun gak ada yang beres. Yang satu pergi malah gak pamitan.” Bu Ayu melampiaskan kekesalannya kepada suaminya.

“Anakku ya anakmu juga to nda,, nda,,” jawab pak Adhi santai sambil menyeruput kopi terakhirnya dari atas meja.

Tentu saja jawaban itu langsung mendapat cibiran dari Bu Ayu. Tapi kemudian wanita paruh baya itu kembali kedapur untuk melanjutkan membuat kue. Tapi tidak lama kemudian, Bu Ayu malah kembali lagi keruang tamu.

“Yah, apa menurut ayah Nana cocok sama Erdo? Bunda kok kurang sreg ya yah,, perasaan bunda, nak Erdo itu, gimana ya cara jelasinnya...” Kata Bu Ayu memutar bola matanya keatas, seperti sedang memikirkan sesuatu dengan keras.

“Nda, kita itu gak bisa mengatur mereka masalah jodoh. Anak-anak jaman sekarang itu beda sama jamannya kita dulu. Lagian yang akan menjalani pernikahan kan mereka, bukan kita. Mereka pasti bisa memilih yang terbaik buat mereka sendiri. Yang jelas, yakin saja sama yang diatas. Kalau Erdo bukan jodoh Nana ya mereka pasti gak akan bersatu biar gimanapun caranya.” Jelas Pak Adhi panjang lebar.

Bu Ayu mengangguk-angguk sambil mencibir. Dia membenarkan perkataan suaminya. Kemudian kembali lagi ke dapur untuk melanjutkan membuat kue nya.

Di halaman, Syahna sedang bersiap-siap, dengan Erdo yang sedang mengenakan helm kepadanya. Wajah Erdo yang berada sangat dekat dengan wajahnya membuat pipi Syahna merona. Gadis itu sudah sepenuhnya takluk kepada pria berwajah manis itu.

“Kenapa muka kamu merah gitu?” Tanya Erdo pura-pura tidak tau. Padahal tentu saja Erdo tau, karna diam-diam, Erdo memang sengaja menggodanya.

Syahna mengeratkan pegangannya di pinggan Erdo sebelum motor sport itu melaju ke jalan raya.

“Selamat bersenang-senang Mbak Nana..” Seloroh Pak Bagus sambil tersenyum misterius. Kemudian membukakan pintu gerbang untuk mereka. Pak bagus adalah satpam keluarga Pak Adhi yang berasal dari Semarang, Jawa Tengah.

“Makasih ya Pak.” Jawab Syahna.

Motor yang mereka kendarai sudah keluar dari halaman rumah, tapi kemudian Erdo menghentikan motornya tiba-tiba saat melihat Lian yang sedang duduk di motornya juga sedang berhenti di rumah tetangga Syahna.

Syahna langsung melihat dan tersenyum mengejek kearah Lian.

“Jiaahh,,, rupanya Bang Lian kencan sama Natta De Coco.” Seloroh Syahna. Saat melihat Natta yang juga sedang mengenakan helm dan berjalan menghampiri Lian di pinggir jalan. “emangnya udah gak ada cewek apa Bang? Masak iya jalan sama sari kelapa.” Syahna merasa berada diatas awan saat bisa mengejek Lian dan Natta secara bersamaan. Karna memang Lian dan Natta sudah bersahabat sejak mereka pindah ke rumah itu. Momen ini jarang sekali dia dapatkan.

“Berisik, lu bocah.!” Dengus Lian.

Sedangkan Natta hanya melirik saja kearah Syahna dan Erdo. Pria dengan hidung mancung dan bola mata berwarna coklat itu memilih untuk diam dan tidak meladeni ejekan Syahna. Hari masih pagi, dan Natta tidak ingin memulai harinya dengan berdebat dengan Syahna.

“Kami duluan Bang.” Ujar Erdo mengangguk sopan kepada Lian dan Natta.

“Yoi. Hati-hati ya.” Jawab Lian.

“Iya Bang.” Jawab Erdo kemudian melajukan motornya keluar komplek perumahan elit itu.

“Beb, mau beli sesuatu dulu gak buat cemilan disana nanti?” Tanya Erdo menawari.

“Boleh. Kalau gitu kita mampir ke minimarket dulu ya,,”

“Siap.” Jawab Erdo yang membuat Syahna terkekeh.

Pria yang sudah 4 tahun dipacarinya itu selalu saja bisa membuat Syahna tersenyum dan tertawa. Selalu menuruti semua keinginan Syahna tanpa terkecuali.

Erdo menepikan motornya di sebuah minimarket, setelah turun dari motor, mereka langsung masuk kedalam untuk membeli camilan.

Syahna membeli dua bungkus keripik kentang, satu bungkus keripik tempe, dua kaleng minuman bersoda, dan dua buah es krim stroberi kesukannya. Setelah membayar di kasir, Syahna menenteng belanjaannya dan menghampiri Erdo yang sudah lebih dulu keluar dan sedang duduk di sebuah kursi yang ada didepan minimarket tersebut.

“Beb, kita berhenti sebentar ya, makan es krim dulu.” Pinta Syahna yang langsung ikut duduk disamping Erdo.

Syahna mengambil dua bungkus es krim dari dalam plastik kemudian memberikan satu bungkus kepada Erdo. Untuk sejenak mereka melepaskan rasa panas dengan menjilati es krim. Hari ini cuacanya memang sangat terik. Bahkan masih jam 10 saja sudah terasa sekali panasnya.

Syahna tersentak saat Erdo menggenggam tangannya dan meraih tangannya kemudian meletakkannya diatas paha pria itu. Sudah 4 tahun pacaran, tapi Syahna masih saja terkejut saat Erdo dengan tiba-tiba menunjukkan kemesraannya seperti itu. Entah kenapa dia merasa risih.

“Kamu tadi ngobrol apa aja sama Ayah beb?” Tanya Syahna mencoba mengalihkan rasa tidak nyamannya karna genggaman tangan Erdo.

“Emmm,,, ngobrolin tentang kapan mau ngelamar kamu.”

“Uhuk. Uhuk. Uhuk.!” Syahna langsung tersedak jilatan terakhir es krimnya. Wajahnya kembali merona. Erdo dengan sigap langsung menepuk-nepuk punggung Syahna kemudian berlari kedalam minimarket dan membeli sebotol air mineral.

Ngelamar? Ngelamar gue? Yang bener? Gue mau dilamar? Erdo mau ngelamar gue? Astaga.!

“Nih, minum dulu,” kata Erdo sambil menyerahkan botol air mineral yang sudah dia buka sebelumnya.

Dengan segera Syahna langsung meneguknya sampai habis setengah botol.

“Kok malah kaget sih? Emangnya kamu gak berharap begitu?” Tanya Erdo memancing.

“Ehm,,, enggak, bukan begitu. Aku,, aku,,” Syahna tidak mampu melanjutkan jawabannya. Suaranya tercekat ditenggorokan.

Entahlah, Syahna belum yakin kalau ia akan berakhir dengan menikahi Erdo. Masih ada sedikit rasa tidak nyaman dihatinya.

Apa memang Erdo adalah orang yang tepat untuk membina rumah tangga bersamanya? Syahna masih mencari jawabannya.

Mungkinkah Dia Takdirku?

Erdogan, 26 tahun.

Pria berwajah blasteran Indo-Turki itu memacu sepeda motor sportnya dengan kecepatan sedang. Jalanan cukup lengang. Karna ini hari minggu, jadi orang-orang yang biasanya berangkat ke kantor, lebih memilih untuk bersantai dan istirahat dirumah.

Hari ini dia berjanji akan menjemput Syahna, gadis mungil yang sudah dipacarinya selama empat tahun. Dia sudah merencanakan sesuatu yang spesial untuk kencan mereka hari ini. Seutas senyum yang mempesona terus terkembang di bibir manisnya.

Hampir setengah jam jarak waktu yang ditempuh dari rumahnya ke rumah kekasihnya. Dan begitu ia sampai di depan sebuah rumah elite berlantai dua, dengan pintu gerbang yang hampir tiga meter tingginya, rumah dengan cat dominan berwarna putih kombinasi biru muda.

Seorang pria berumur sekitar 30 tahunan dengan badan tegap berotot, sehingga wajahnya nampak lebih tua dari umurnya yang sebenarnya, membukakan pintu gerbang begitu melihat kedatangan Erdo.

“Pagi mas Erdo,,” sapa Pak Bagus, satpam keluarga Syahna.

Hampir semua anggota keluarga Syahna sudah mengenal dirinya. Termasuk Pak Bagus. Karna Erdo memang sering datang kemari saat ia hendak menjemput Syahna.

“Pagi Pak,,” jawab Erdo sambil melajukan sepeda motornya masuk kehalaman rumah.

“Hei Do,” sapa Lian yang sedang membersihkan sepeda motornya di teras samping.

“Lagi ngapain bang?” Tanya Erdo yang langsung menghampiri Lian.

“Biasa, disiapin buat bertarung entar siang.”Jawab Erdo. “kayaknya si nana belum bangun deh. Coba aja masuk sana kedalam.”

“Yaudah, aku masuk dulu ya bang,,” kata Erdo kemudian masuk kedalam rumah.

Erdo berjalan masuk lewat pintu depan yang terbuka. Sebelum ia masuk, ia menyempatkan diri untuk mengetuk dan memberi salam terlebih dahulu.

“Wa’alaikum salam,,” jawab Pak Adhi, ayah Syahna. “oh,, nak Erdo rupanya, mari masuk. Silahkan duduk.” Jawab Pak Adhi. Pria paruh baya yang hampir seluruh rambutnya sudah ditumbuhi oleh uban itu, selalu bersikap ramah kepada Erdo.

Erdopun kemudian mengambil posisi duduk di seberang Pak Adhi.

“Si nana belum bangun,,” jelas Pak Adhi tanpa ditanya terlebih dahulu. Karna Pak Adhi tau maksud dan tujuan Erdo datang kerumahnya. Apalagi kalau bukan untuk menjemput putri semata wayangnya itu pergi.

“Minum dulu nak Erdo, biar tante bangunkan dulu Nana-nya ya,,” timpal Bu Ayu sambil meletakkan secangkir teh hangat yang masih mengepul ke atas meja tepat dihadapan Erdo.

“Iya tante, makasih.” Jawab Erdo sambil mengangguk sopan. Ekor matanya mengikuti Bu Ayu saat menaiki tangga menuju kekamar Syahna.

Untuk beberapa saat, hanya ada keheningan diantara Erdo dan Pak Adhi. Pemuda itu terlihat salah tingkah dan segan dihadapan pria paruh baya yang kharismanya luar biasa itu. Wajar saja, karna Pak Adhi merupakan seorang pensiunan tentara.

“Gimana kabarnya nak Erdo?” Tanya Pak Adhi membuka pembicaraan. Sepertinya Pak Adhi membaca kecanggungan disekitar mereka.

“Baik om,” jawab Erdo masih dengan suara canggung.

“Sibuk apa belakangan ini?” Tanya Pak Adhi, masih berusaha mencairkan suasana. Dia tidak ingin terlihat kaku dihadapan pria yang mungkin saja nanti menjadi menantunya itu.

“Biasa om, sibuk kerja.” Jawab Erdo, kini dia mulai merasa lebih santai.

“Baguslah, asal ditekuni, pasti tidak berat.” Kata Pak Adhi memberi semangat.

“Iya om...”

Erdo bekerja di salah satu perusahaan multinasional yang bergerak dibidang ekspor dan impor. Pak Adhi tau itu, karna dulu Pak Adhi lah yang merekomendasikan Erdo untuk bekerja disana. Kebetulan perusahaan itu merupakan perusahan milik rekannya.

Saat sedang mengingat kebaikan dari Pak Adhi, mata Erdo dikejutkan dengan sosok gadis mungil yang sedang berjalan menuruni tangga ambil menguap beberapa kali. Mata gadis itu bahkan masih agak terpejam, tangannya juga beberapa kali menggaruk-garuk kepalanya diantara rambut yang berantakan dan air liur yang sudah mengering dengan balutan piyama berwarna biru langit yang dulu dia berikan. Seketika membuatnya tersenyum lebar.

Wajah Syahna lucu sekali. Itu adalah kali pertama Erdo memergoki penampakan Syahna saat baru bangun tidur.

“Hai Na.” Sapa Erdo.

Sapaan Erdo ternyata malah membuat Syahna terkejut dan kemudian berlari kembali menaiki tangga. Membuat Erdo tertegun sambil terkekeh.

“Ya ampun. Dia pasti malu setengah mati.” Seloroh Pak Adhi sambil menoleh kearah tangga. “jadi nak Erdo, apa kamu sudah siap meminang Syahna?”

Glek.!

Sebuah pertanyaan yang tidak pernah diduga oleh Erdo. Dan pertanyaan itu kembali membuatnya salah tingkah.

“O,, e,,” Erdo tidak mampu mengeluarkan kata-katanya. Seketika tenggorokannya terasa kering, dan jantungnya berdegup sangat kencang.

Pertanyaan itu terasa lebih mencekam ketimbang pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan saat dia wawancara kerja dulu.

Dulu, saat wawancara kerja, walaupun dia gemetaran, tapi dia masih bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan itu dengan lancar. Berbeda halnya dengan satu pertanyaan yang baru saja dilontarkan oleh Pak Adhi.

Hanya satu baris kalimat tanya, tapi sudah mampu meruntuhkan semua rasa percaya diri Erdo.

“Saya memang sudah berencana seperti itu om, tapi belum menemukan waktu yang tepat.” Akhirnya, dengan segenap tenaga dan keberanian, ia memaksa suaranya untuk lolos dari mulutnya.

“Berikan yang terbaik buat putri om ya, bagaimanapun caranya.” Pesan mendalam dari orang tua yang sangat menyayangi putrinya. Erdo bisa melihat harapan yang besar dari tatapan pias dari mata Pak Adhi.

“Baik om. Itu sudah pasti.” Jawaban dari Erdo sekaligus menegaskan, bahwa ia akan bertanggung jawab penuh kepada Syahna. Seperti yang diharapkan oleh Pak Adhi.

Untuk menghilangkan kecanggungannya, Erdo kembali menyeruput teh yang sudah mulai dingin. Tepat disaat itu, Syahna muncul dan berjalan dengan anggunnya dengan mengenakan dres selutut bermotif bunga. Terlihat sangat cantik, apalagi sebuah jepit rambut membantu menambah kesan manis dari gadis itu.

Seketika juga Erdo tersenyum senang melihat kedatangan Syahna.

“Udah siap?” Tanya Erdo dengan mengembangkan senyumam mematikan miliknya.

Dan setelah berbasa-basi sedikit dengan Lian, mereka berduapun langsung berjalan keluar dari rumah. Erdo tidak bisa menahan rasa jahilnya saat ia mengancingkan kancing helm milik Syahna. Ia sengaja mendekatkan wajahnya sampai jarak yang sangat dekat dengan wajah kekasihnya itu.

Ia semakin menjadi saat melihat pipi Syahna yang semakin merona karna kejahilannya. Kemudian tersenyum senang dan langsung berbalik sambil menghidupkan mesin motornya.

Dengan segera Syahna juga ikut naik, kemudian memeluk pinggang Erdo seperti biasa.

Erdo menghentikan laju sepeda motornya saat melihat Lian yang juga sedang berhenti di depan rumah tetangga mereka. Ia hanya tersenyum saja mendengar Syahna yang berkali-kali melontarkan ejekan kepada abangnya itu.

Tidak mau melihat ‘perang’ itu berlangsung lama, ia segera pamit kepada Lian dan kemudian kembali melajukan motornya membelah jalanan ibu kota dengan cuaca yang sangat terik.

Erdo sengaja menstabilkan kecepatan motornya dengan kecepatan sedang. Karna ia tidak ingin terlalu cepat sampai di tujuan mereka. Di perjalanan, ia terus memikirkan tentang perkataan Pak Adhi padanya. Dan entah kenapa, ia merasa sedikit terganggu.

Apa Syahna memang ditakdirkan untuk menjadi pendamping hidupnya?

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!