NovelToon NovelToon

Istri Pengganti Majikanku

BAB 1

Di sebuah rumah mewah, terlihat para pelayan mulai menjalankan tugas mereka masing-masing sebelum majikan mereka turun untuk sarapan.

Di dapur, sosok gadis cantik yang hidup sebatang kara tengah menyiapkan sarapan yang sudah biasa ia buat setiap pagi selama 1 tahun belakangan. Gadis itu tampak menata beberapa masakannya yang telah matang di meja makan.

"Sandra." Panggil Bi Nur, yang merupakan teman sekaligus Ibu bagi Sandra.

"Eh kenapa Bu?" sahut Sandra yang masih mengaduk-aduk masakannya.

"Tolong antar jus ini ke kamar den Harun, masakannya biar Ibu yang lanjutkan," ucap Bi Nur.

"Oh iya sini," pinta Sandra mengambil alih nampan berisi jus jeruk yang tidak pernah absen di pagi hari untuk seorang Harun.

Sandra membawa jus yang dibuat Bi Nur ke lantai 2 dimana kamar majikannya berada, sebelum masuk ia mengetuk pintunya terlebih dahulu.

"Selamat pagi den, saya membawakan anda jus," ucap Sandra dari luar kamar.

"Masuklah, pintunya tidak dikunci." Sahut Harun dari dalam kamar.

Pelan pelan Sandra menekan kenop pintu, ia masuk dan melihat putra keluarga tempatnya bekerja sedang memakai jam tangan di depan cermin.

Tak bisa berbohong jika putra tunggal keluarga Adiguna memang sangat tampan. Tubuh tinggi semampai, mata yang indah dan bibir yang menawan.

"Sandra, letakkan saja jus nya di meja ya," ucap Harun ramah, ia memang terkenal ramah dibandingkan adik perempuannya yang lebih menjaga kasta dalam berbicara.

Sandra meletakkan jus yang ia bawa di meja, ia pamit pergi namun Harun tiba tiba memanggilnya.

"Sandra, tunggu sebentar." Cegah Harun yang seketika membuat Sandra berhenti melangkah.

"Ada apa den? anda membutuhkan sesuatu?" tanya Sandra namun Harun menjawabnya dengan gelengan kepala, jangan lupakan senyuman tipis yang tak hilang.

"Saya hanya ingin bertanya, bagaimana penampilan saya?" tanya Harun merentangkan kedua tangannya.

"Sudah den," jawab Sandra bingung, jika ia menjawabnya dengan tampan apa itu tidak kurang ajar bagi dirinya yang hanya seorang pelayan.

"Maksud saya, apa saya sudah tampan?" ralat Harun terkekeh membuat Sandra jadi malu sendiri.

"Sudah den, anda sudah tampan." Jawab Sandra tanpa melihat bagaimana penampilan Harun.

"Baiklah terimakasih, kau boleh pergi." Ucap Harun seraya mengambil jus yang dibawa Sandra dan meminumnya hanya dalam satu tenggakan.

Sebelum pergi ke lantai bawah, Sandra terlebih dahulu pergi ke kamar putri tunggal keluarga Adiguna. Nona Ana, ia tidak galak dan juga jahat hanya saja gadis itu sedikit berbeda dengan kakaknya yang ramah pada siapapun.

"Selamat pagi Nona Ana, anda sudah ditunggu di meja makan oleh tuan dan nyonya besar," ucap Sandra pada gadis yang asik bermain ponselnya.

"Baiklah, kamu boleh pergi." Ucap ana mengusir dengan lembut. Sebenarnya ana sangat baik pada Sandra hanya saja mungkin gadis itu baru bangun dan pikirannya masih melayang.

***

Tampak meja makan mulai terisi, keluarga Adiguna hanya memiliki 2 orang anak. Yang satu lelaki dan satu lagi perempuan. Rumah sebesar ini hanya dihuni oleh 4 orang majikan dan 3 orang pelayan, dan 1 tukang kebun. Sementara sopir dan satpam tidak menginap karena rumah mereka tidak terlalu jauh.

Perbincangan ringan terjadi beriringan dengan suara dentingan sendok dan piring, keluarga Adiguna itu tengah membicarakan soal pernikahan putra sulung mereka yang sudah direncanakan sejak bulan lalu.

"Jadi bagaimana persiapan nya, Harun?" tanya tuan Adiguna seraya memasukkan potongan sandwich ke dalam mulutnya.

"Aman pah, semua sudah selesai hanya tinggal menunggu hari H," jawab Harun manggut-manggut.

"Kamu sudah bertanya pada Isabel kan? mamah takut dia belum siap mengingat saat ini ia sedang mengejar cita citanya menjadi model di Paris," tanya nyonya Adiguna yang dijawab anggukan cepat oleh Harun.

"Bela bilang, dia mau menikah asal hubungan itu tidak menganggu cita citanya," sindir Ana yang tidak terlalu suka pada kekasih kakaknya.

"Ana!!" seru Harun yang berusaha menutupi penolakan bela namun adiknya justru membongkar nya.

"Harun, bagaimana maksud Ana? jika ucapan Ana benar adanya maka untuk apa kalian menikah jika nantinya kalian akan sibuk urusan masing-masing," ujar Amira, nyonya besar Adiguna.

"Bukan begitu mah, mamah salah paham dengan ucapan Ana tadi," ujar Harun mencoba memberi pengertian.

"Sudahlah kak, memang kenyataannya bela itu belum mau menikah dengan kakak," ucap Ana yang tidak suka melihat kakaknya begitu mengemis cinta pada bela.

"Tidak juga kok," sambung seorang wanita berpakaian terbuka sana sini menghampiri keluarga Adiguna.

"Sayang, kamu disini?" tanya Harun terkejut melihat kekasihnya disana.

"Iya, aku ingin bertemu dengan om dan tante. Oh iya aku tadi sempat mendengar pembicaraan kalian, om dan tante jangan khawatir meski nantinya aku mengejar cita-cita ku, aku tidak akan lupa dengan kewajibanku sebagai istri," jelas Isabel atau yang biasa di sapa bela.

Wanita itu memiliki paras cantik dan bentuk tubuh yang diidamkan para pria, sikapnya yang baik pada semua orang, hanya saja kabarnya ia sedang mengejar cita citanya menjadi seorang model saat ini.

"Tante senang mendengarnya, semoga saja ucapanmu benar." Balas Amira tersenyum.

"Duduklah sayang," ucap Harun menarik kursi untuk kekasihnya.

"Sandra, tolong buatkan sandwich untuk bela ya dan jangan pakai selada ya," ucap Harun pada Sandra yang sedang menata minum di meja.

"Tidak usah Sandra, aku sudah sarapan. Aku datang kesini hanya ingin bertemu om dan tante saja," tolak bela ramah, tak lupa dengan senyuman manisnya.

"Ya sudah kau boleh pergi, terimakasih ya." Ucap Harun dibalas anggukan sopan oleh Sandra.

GIMANA EPS AWAL NYA??

BERSAMBUNG........

BAB 2

Perusahaan Otoparts Corp adalah perusahaan keluarga Adiguna yang bergerak di bidang manufaktur, mulai dari komunikasi, transportasi dan elektronik yang dibuat oleh perusahaan Otoparts Corp. Kualitas hasil dari perusahaan ini sudah tidak perlu di tanyakan, bahkan beberapa negara mengekspor barang elektronik dari perusahaan ini.

Kemajuan dan perkembangan perusahaan semakin berkembang pesat ketika putra sulung keluarga Adiguna yang mengambil alih tanggungjawab sang papah.

Sikapnya yang ramah dan sangat baik membuatnya begitu di cintai oleh para karyawan sebagai atasan, bahkan diantara Harun dan papahnya maka Harun lah yang lebih baik dan ramah.

"Selamat pagi pak Harun," sapa para karyawan yang dijawab senyuman ramah oleh Harun.

"Selamat pagi pak," sapaan terus saja terlontar dari mulut karyawan ketika Harun dan Isabel baru saja datang.

Semua karyawan tentu tahu siapa Isabel, wanita itu selain cantik juga sangat ramah sehingga karyawan menilai keduanya tampak serasi. Kabar pernikahan keduanya juga sudah tersebar ke seluruh kantor dan mereka semua tentu bahagia mendengarnya.

"Sayang, kamu gak apa apa tungguin aku sendiri disini?" tanya Harun yang sudah bersiap untuk pergi meeting di luar.

"Iya gak apa apa, aku juga lagi isi buat pendaftaran kontes model nih." Jawab Isabel memutar laptop Harun yang ia pinjam karena ia tidak membawanya.

"Ya udah, aku pergi dulu ya, Sayang." Pamit Harun mengusap wajah cantik kekasihnya dengan lembut.

Sudah 1 tahun Sandra bekerja sebagai asisten rumah tangga di rumah Adiguna, ia merasa beruntung mendapatkan majikan yang begitu baik padanya bahkan keluarga ini menganggap Sandra seperti keluarga.

"Sandra?" panggil Amira mendekati Sandra yang sedang menyiram tanaman.

"Nyonya besar, ada yang bisa saya bantu?" tanya Sandra mematikan kran air nya.

"Saya mau bicara sebentar, mari ikut." Ajak Amira masuk ke dalam rumah dan dengan segera Sandra menyusul nya.

Sandra masuk ke ruang baca dimana ia melihat tuan dan nyonya Adiguna ada disana, bahkan ada ana juga.

"Jadi begini Sandra, besok adalah ulang tahun Harun dan kami mau merayakannya. Tapi kami butuh bantuan kamu untuk menyiapkan semuanya," ucap Amira menjelaskan.

"Iya Sandra, kamu kan jago menyiapkan pesta. Ingat kan saat pesta ulang tahunku 3 bulan lalu?" tanya ana memuji Sandra yang jadi salah tingkah. Padahal pesta yang ia buat hanya mengikuti instruksi Harun saat itu.

"Saya bersedia membantu nona, tapi saya takut jika kalian tidak suka dengan pesta yang saya buat," cicit Sandra pelan.

"Kami pasti suka, kamu mau ya membantu kami menyiapkan?" tanya Adiguna.

"Iya tuan besar, saya mau." Jawab Sandra menganggukan kepalanya.

"Baiklah, kalo begitu kamu ikut aku ya. Kita pergi membeli perlengkapan pestanya," ucap ana yang dibalas anggukan kecil oleh Sandra.

"Mah, pah aku pergi dulu ya." Ucap ana menyalami tangan kedua orangtuanya.

"Tuan dan nyonya, saya permisi." Pamit Sandra dibalas anggukan oleh keduanya.

Sandra dan ana pergi ke mall, mereka membeli semua perlengkapan untuk persiapan pesta dan juga beberapa keperluan ana yang sudah habis. Ketika melewati toko baju pengantin, Sandra terdiam sebentar. Ia sangat menyukai gaun pengantin, bahkan ia berdoa semoga kelak ia bisa memakai gaun yang cantik di hari pernikahannya.

"Sandra, pilihlah baju yang kamu suka," ucap ana sambil memilah baju yang mana yang ia suka.

"Tidak nona, itu tidak perlu." Tolak Sandra tidak enak jika harus menerima pemberian majikannya apalagi barang disana sangat mahal.

"Tidak perlu malu, kamu ambil saja yang mana yang suka. Aku yang memberikannya karena selama ini kamu selalu membantuku," ucap ana memaksa dan akhirnya mau tidak mau Sandra memilih baju mana yang cocok untuknya.

Setelah mendapatkan semua barang, ana dan Sandra memutuskan untuk pulang. Barang di tangan mereka sangat banyak, ana yang memegang perlengkapan pesta sementara Sandra yang memegang baju baju.

Ketika sedang berjalan, tanpa sengaja Sandra menabrak orang dan semua barang yang ia bawa jatuh ke lantai bahkan ponsel milik orang yang ia tabrak juga terjatuh.

"Ya ampun maaf, maafkan saya." Ucap Sandra kemudian mengambil ponsel berwana silver itu dan memberikannya kepada si pemilik.

"Loh Sandra!" seru orang ditabrak Sandra yang tak lain adalah Harun majikannya.

"Den Harun disini?" tanya Sandra menjauhkan diri dari anak majikannya itu.

"Iya, saya sedang meeting. Kau sedang apa disini?" tanya Harun balik.

"Saya, saya sedang mengantar nona ana membeli baju tuan," jawab Sandra, tidak mungkin ia katakan sedang membeli persiapan pesta kejutan kan.

"Oh baiklah, dimana ana nya?" tanya Harun mencari dimana adiknya, kenapa tidak ada bersama Sandra.

"Mungkin sudah duluan ke mobil tuan, tadi saya habis dari toilet." Jawab Sandra cepat, jika dia melihat ana apalagi barang yang dibawa bisa hancur pesta nya.

"Baiklah, pulanglah. Saya masih ada keperluan disini," tutur Harun dengan lembut.

"Baik den. Permisi," pamit Sandra kemudian pergi meninggalkan mall bersama Harun yang menatapnya sampai menghilang di telan jarak.

LANJUT YA BACANYA, PLEASE KOMEN 🤗

BERSAMBUNG.......

Pesta Kejutan

Semua orang dirumah termasuk para pelayan tidak ada yang berbicara pada Harun, mereka tentu tidak akan berani melakukan itu apabila bukan perintah dari nyonya besar mereka. Termasuk Sandra, biasanya setiap hari ia akan membantu menyiapkan pakaian Harun dan membawakannya jus tapi hari ini tidak.

"Sandra, kenapa kau tidak membawakan ku jus seperti biasa?" tanya Harun pada Sandra yang sedang menata makanan di meja.

Sandra mengigit bibirnya, ia benar-benar takut jika Harun akan marah karena ia tidak menjawab perkataan nya. Tanpa menjawab, Sandra buru buru berlalu dari hadapan Harun.

"Sandra, saya sedang bicara." Cegah Harun, suaranya tidak terdengar marah hanya saja membuat Sandra langsung gemetaran.

"Ada apa ini?" tanya Adiguna duduk di kursi tempat biasa ia duduk.

"Selamat pagi tuan besar," sapa Sandra menunduk sopan.

"Kenapa kamu marah sama Sandra? lihat dia sampai gemetaran begitu," tanya Amira semakin membuat Harun terpojok.

"Aku tidak memarahinya mah, aku hanya bertanya kenapa dia tidak mengantar jus seperti biasa," jawab Harun menjelaskan.

"Kamu sudah besar, seharusnya kamu bisa mengurus dirimu sendiri Harun." Ucap Amira meninggikan suaranya.

"Mamah marah sama aku?" tanya Harun tidak menyangka jika sang mamah marah padanya.

"Sudah susah, cepat duduk dan sarapan," ucap Adiguna menengahi perdebatan sandiwara itu.

"Sandra, tolong panggilkan ana ya," ucap Amira dibalas anggukan oleh Sandra yang segera pergi.

***

Harun hanya memakan sedikit sarapannya karena merasa semua orang berubah padanya, meski kesal tapi ia tetap sopan pada kedua orangtuanya. Ia pamit, mencium tangan keduanya kemudian pergi meninggalkan rumah untuk segera ke kantor.

"Pasti Kakak merasa jika dia di cuekin kita," ucap ana heboh.

"Sandra, tadi kamu di marahi Harun?" tanya Amira pelan.

"Tidak sama sekali nyonya, den Harun hanya bertanya kenapa saya tidak membawakan jus padanya," jawab Sandra tersenyum.

"Sandra, hari ini kita akan bekerja ekstra. Kau tidak apa apa kan?" tanya ana dengan semangat.

"Iya nona tentu saja," jawab Sandra menganggukan kepalanya.

"Kita tidak memberitahu Isabel soal pestanya?" tanya Amira membuat ana menghela nafasnya.

"Tidak perlu mah, lagipula dia pasti sedang sibuk dengan kontes modelnya itu." Jawab Ana sewot.

"Hus kamu ini sembarangan saja," cicit Adiguna melihat putrinya yang sangat jutek.

Di kantor, Harun sibuk dengan berkas dimeja kerjanya. Laptop dan komputer sudah menyala secara bersamaan agar pekerjaan dan pikirannya bisa cepat selesai. Berharap dapat ucapan dari keluarga justru di cuekin.

Harun istirahat sebentar, ponselnya mendapatkan notifikasi dari Isabel dan ia senang karena mengira Isabel akan mengucapkan selamat padanya. Namun nyatanya tidak, Isabel mengirim pesan padanya hanya sekedar mengabari jika dia lolos kontes.

Harun segera menelpon Isabel mungkin saat mendengar suaranya, Isabel akan ingat hari apa sekarang.

"Halo sayang?"

"Hai, sudah membaca pesanku?"

"Sudah, selamat ya. Aku senang mendengarnya,"

"Terimakasih sayang, lusa aku harus pergi ke Paris. Tapi kamu tenang saja sebelum hari pernikahan kita, aku sudah kembali."

"Kau yakin? acaranya tinggal 2 Minggu lagi?"

"Iya, ya sudah aku tutup ya. Dah sayang,"

Harun menghela nafas, ia melihat ponselnya dimana walpaper nya adalah foto dirinya dan Isabel saat mereka baru menjalin hubungan. Isabel yang sekarang dan yang dulu sangat jauh berbeda, sekedar mengingatkan makan saja Isabel tidak pernah. Bahkan jika bukan Harun duluan yang mengirim pesan maka Isabel tidak akan mengirim nya sampai berhari-hari.

"Sudahlah Harun, calon istrimu itu sangat sibuk," gumam Harun menyemangati dirinya.

Tiba tiba pintu ruangan kantornya di ketuk, ia segera menekan tombol membuka kunci setelah itu mempersilahkan orang untuk masuk.

"Masuklah," ucap Harun.

Dan masuklah beberapa karyawannya, salah satu dari mereka membawa kue dan yang lainnya membawa balon. Harun tersenyum senang karena setidaknya ada yang mengingat hari ulang tahunnya.

"Selamat ulang tahun pak CEO Harun Pradipta Adiguna," ucap para karyawan itu serempak.

"Ya ampun, kalian ingat ulang tahunku?" tanya Harun bahagia.

"Tentu saja pak, kami akan ingat ulang tahun atasan kami yang baik hati ini," jawab salah satu dari mereka.

Dan setelah itu, karyawan di bebaskan dari pekerjaan selama 1 hari lagipula memang pekerjaan. Harun memberi kebebasan 1 hari untuk sekedar merayakan hari lahirnya.

"Terimakasih untuk hari ini pak, semoga bapak dan perusahaan Adiguna semakin sukses," ucap karyawan itu seraya menjabat tangan Harun.

"Terimakasih banyak atas doanya," balas Harun tersenyum ramah.

Harun segera pulang, ia sudah sangat lelah hari ini. Semoga saja sampai di rumah semua orang sudah kembali seperti semula padanya. Benar benar tidak enak jika di diami oleh keluarga.

Mobil Harun memasuki parkiran rumah, baru saja dia menutup pintu mobilnya ia terkejut mendengar suara tembakan dari dalam rumahnya. Dengan secepat mungkin ia berlari masuk.

"Mamah, papah, ana??" panggil Harun di tengah kegelapan rumah itu.

"Kenapa gelap sekali," gumam Harun mencoba mencari dimana letak stop kontak rumahnya.

Dor

Harun sampai melompat karena terkejut, ia tambah terkejut melihat rumahnya sudah seperti sedang ada pesta besar. Dan dari belakang, sang mamah memegang kue kemudian memberikannya pada Harun.

"Selamat ulang tahun putraku," ucap Amira dengan sayang.

"Kalian semua ingat ulangtahun ku?" tanya Harun tidak menyangka.

"Tentu saja, dan kau tahu semua ini yang menyiapkan adalah Sandra," jawab Ana diakhiri dengan menunjuk Sandra.

"Selamat ulangtahun den, maaf tidak menjalankan tugas dengan baik hari ini," ucap Sandra terbata karena takut.

"Tidak apa apa, terimakasih untuk pestanya." Jawab Harun lembut.

"Ayo kak kita potong kuenya," ajak Ana menarik tangan Harun.

"Isabel tidak datang?" tanya Harun seketika membuat Ana memutar bola matanya malas.

"Lupakan dia, dia tidak mungkin ingat ulangtahun mu karena dia sibuk dengan urusannya," jawab Ana kesal.

"Ana!" seru Amira.

"Kenyataan mah," balas Ana membuat Harun menghela nafas karena apa yang Ana katakan itu benar adanya.

LANJUT YA?

BERSAMBUNG..........

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!