NovelToon NovelToon

DON'T LEAVE ME PLEASE

BAB 01

HALO SEMUANYA, KINI AKU MAU REVISI BESAR BESARAN YA, DAN MUNGKIN INI CERITANYA BAKAL 100% BEDA BANGET SAMA YANG DULU.

 

Kakiku bergerak cepat dengan gesit melewati koridor lantai kelas XI. Waktu telah menunjukkan pukul 21:00 tepat dengan suara lonceng yang saat ini berbunyi dengan keras. Suaranya sangat memekakkan telinga karena menggema keseluruh area sekolah. Aku agak heran kenapa malam ini tidak ada satupun satpam yang berjaga.

Jika bukan karena buku kimia ku ketinggalan dikelas mana mau aku masuk kesekolah ini lagi. Guru kimia disekolah ini sangat killer, entah kenapa hanya karena murid izin sedikit saja langsung berpikir yang tidak tidak. Istilahnya overthingkin**g.

langkahku tiba tiba terhenti karena melihat sesosok bayangan disana, aku penasaran tapi juga takut. Akhirnya kupilih untuk mengikuti bayangan itu. Berjalan mengendap endap hingga aku bisa melihat siapa pemilik bayangan itu.

Seseorang yang entah pria atau wanita. Memakai tudung berwarma hitam hingga aku tak dapat melihat bagaimana rupannya, tengah menyeret anggi. kenapa aku mengenalnya ? Karena dia teman sekelasku. Anggi pendiam entah bagaimana bisa dia memiliki musuh.

kaki ku sudah gemetar hebat. "kumohon, seseorang datanglah," bisikku. aku tidak mungkin membantunya. Bukannya membantu, aku malah akan jadi korban berikutnya, dan akhirnya tak ada yang menolong kami.

"tolongghhhh," jerit anggi. Aku melihat semuannya. Aku menyaksikan segalannya. Saat anggi menjerit meminta pertolongan disertai dengan air mata yang terus mengalir pada kedua pipinnya. Hingga tangan yang membekap mulut anggi. Tamparan terakhir yang kulihat sebelum aku meninggalkan anggi sendirian disana.

Ya, aku memilih egois dan melarikan diri sebelum pelakunnya menyadari keberadaanku.

"semoga anggi baik baik aja,"

"anggi pasti baik baik aja,"

Aku terus berusaha meyakinkan diri walaupun sisi lain dari diriku menyangkalnya.

sejengkal lagi aku akan sampai di pintu gerbang, aku masih heran kenapa tetap tidak ada satpam. Aku melangkah sedikit cepat hingga seperti berlari. Aku bersembunyi dibalik tembok dan menatap lantai dua tepat dimana terakhir aku melihat anggi.

Aku masih melihat dia, pelakunya. Dia ada disana entah sejak kapan, semoga dia tidak melihatku saat keluar tadi. Tapi rasanya mustahil dia tidak melihatku. Aku menyesali kecerobohanku. Karena sudah tidak berguna lagi untuk bersembunyi. "dia melihat kesini," bisikku lirih.

aku segera berlari menjauhi sekolah, merasa bodo amat jika dia melihatku. Semuanya sudah terjadi aku hanya bisa menyesali diri. Andai aku tidak takut pada guru killer itu. Andai aku mengerjakan pr lebih awal. Andai aku tidak ceroboh menaruh barang. Andai aku tidak nekat. semuanya tidak akan terjadi. Aku tidak akan melihat adegan seperti ini, tidak merasa ketakukan akan kematian.

"bagaimana jika dia membunuh anggi ?"

Aku segera melajukan mobilku membelah jalanan kota besar ini. Walaupun bukan ibukota namun kota ini sangat padat, hingga aktifitas malamnya.

"tidak mungkin ada orang setega itu,"

Aku menghela nafas pelan. "jangan menyesal kania. Aku telfon polisi ga ya?"

"ga deh, aku takut,"

......................

"sarapan dulu sebelum berangkat!"

"tapi udah jam segini mah," aku melirik jam dinding dengan penuh kekhawatiran.

"kaniaa makan dulu!" mama melotot kearahku. Mau tak mau aku harus kesana dulu.

Aku mendengkus kesal. "iya iya, nanti kalau kanoa telat salah mama,"

"makannya yang cepet, bangun pagi pagi banget, subuh udah mandi ehh tetep aja hampir telat. dandan mulu ngaca aja terus dikamar. Alasan belum skincarean lah, belum make cushion lah, belum make liptint, lipbalm, sunscreen, sunblok, belum lagi rambutnya belum dicatok, tiap hari juga ributin masalh itu sampe ga kelar kelar, telat kan? Belum sarapan pagi lagi,"

"nanti belum lagi ada aja barang yang ketinggalan. Heran deh mama sama papa tuh ga ada yang teledor kaya kamu. Duit aja nomor satu, barang hilang kesekian ribu,"

"udahlah ma, ngomelnya ntar aja aku mau makan,"

"papa mana? Kok cuman kita?" sambungku.

"papa udah berangkat, nunggu kamu kelamaan, sampe ayam betelor baru kamu turun," mama mengangkat satu kakinya diatas kaki yang lain sambil menonton televisi.

"lebay deh ma, apaan sih nyatannya ayam belum bertelor aku udah turun," sahutku.

Mama membalikkan badan kearahku. "kata siapa! Ayam udah bertelur kok, kalau ga percaya, cek aja kebelakang," aku membelalakkan kedua mataku hingga mulutku iku terbuka sedikit dan hanya menganggu angguk.

"yaudah, kania berangkat ya ma," cicitku.

"belajar yang bener, jadi anak yang pinter jangan malu malu in mama,"

"iyaa," mama lalu menoyor kepalaku.

sontak aku melotot. "apaansih ma, aneh deh,"

"dibilangin mamanya tuh dengerin ga sih,"

"denger udah kania berangkat, sayang mama," aku mencium pipi mama.

......................

"kaniaa bestiee gw ya ampun muka lo kusut amat," ucap dania.

"heh dengerin, masa tadi dikelas ada cowo rese banget," aku dania dan nila memang ga sekelas dikelas XII. Aku XII mipa 1 sedangkan dania dan nila XII mipa 2.

"siapa?" tanya nila.

"rey dia anak baru. Baru sebulan sih, tapi tingkahnya itu loh bikin pusing." keluhku.

"owh yg bikin lo uring uringan sebulanan ini kan ??" dania tertawa keras.

"gimana ga kesel coba dia—"

"dia kenapa?" sela rey. Aku melotot lalu menatapnya tajam.

"reyyy ngapain sih?" geramku.

"ga ngapa ngapain. Jalan yuk," tiba tiba aja anak satu itu udah duduk didepan ku.

Udah berkali kali rey memintaku untuk berpergian dengannya namun kutolak. Terakhir adalah permintaannya untuk mengajakku makan malam. Bisa habis dibabat si papa kalau sampai mama papa tau. Dicoret dari kk juga pastinya.

"ga mau," tolakku segera.

"loh kenapa, tenang aja aku yang bayar. kamu mau belanja apa aja juga aku mau kok bayarin. Apa sih yang nggak buat kamu,?"

Dikira aku matre apa ya. Sialan ni cowo.

"kamu tau sendiri aku dilarang pacaran. Udah deh," jawabku kesal. Aku memang dilarang menjalin asmara saat masih sekolah. Katanya nanti kalau udah kuliah aja, kalau udah besar. Anak kecil jangan pacar pacaran dosa. Kalau udah nemu yang pas langsung bawa kerumah.

"yaudah kita bisa temenan aja kok. Kan hts bisa ttm juga bolehhh," ujarnya jenaka.

Aku makin kesal saat kedua sahabatku justru tertawa menyaksikan. Inginku buang saja mereka kelaut.

"gw yang ga mauuu, pliss deh,"

Bukannya apa, rey ganteng kok, kaya apa lagi. Tapi dia masih anak baru disini. Baru juga masuk sekolah satu bulan udah gencar ngedeketin aku. Siapa yang ga curiga coba. Siapa tau dia diajakin vano and the geng taruhan. Kayak yang terjadi setahun yang lalu. Ah udahlah ga usah bahas masa lalu.

"kenapaa ? Aku kan udah nawarin hts aja?" rey mengangkat sebelah alisnya. Tau ga sihhh itu yang bikin aku makin deg deg serr. Munafik kalau aku ga tergoda sama dia. Tapi aku masih curiga, karena dia deket sama vano and the geng.

"ga mau intinya, ngerti ga sih. Cari aja yang lain," ketusku. Rey justru terbahak mendengar ucapanku.

"nanti aku nyari yang lain kamu cemburu. Iya kan,?" godannya. Aku membuang muka ke kanan.

"pokoknya pulang sekolah aku tunggu diparkiran!" tegasnya.

Aku mengeryit. "ga bisa, aku bawa mobil,"

"tinggal aja, nanti aku anter sampe rumah," aku melotot kesal saat dia seenak jidat pergi setelah mengatakan itu.

kok jadi dia yang ngatur ya

"anjirr dia keknya bener bener cinta sama lo deh," dania tertawa pelan.

"kenapa ga lo terima aja sih?"

"terima apa ? Hts ? ogahh gw tuh masih curiga ma dia,"

"curiga apa sih ? Kejadian setahun yang lalu ga akan terjadi jadi lo harus lupain itu,"

......................

"ayo sayang," saat aku memasukkan beberapa buku ketas, rey tiba tiba menghampiriku.

Aku hendak menimpali ucapannya. Namun itu akan semakin memperumit dan aku ingin segera pulang. Malas berdebat lagi. Energi ku habis.

Aku memutar bola mataku. "ayo," putusku.

"yaampun nia nia. Anak baru juga lo gebet ?" tanya karina seakan tidak percaya.

Dia bertanya seolah olah aku menggebet banyak pria saja. Tapi karena aku malas berdebat maka kubiarkan saja.

"rey mending lo jangan deket deket dia deh," mata si nenek lampir itu menatapku sinis.

"ayo kita pulang. Cepetan !" ucapku dengan nada kasar.

"tuh kan dia mah kasar bentak bentak kamu. mending kamu sama aku aja rey," ucap nenek lampir itu dengan nada manja.

Sialan memang.

Kami pulang bersama untuk pertama kalinya, hari ini 20 juli 2020. Aku dan reynaldy nagara. Dibawah guyuran hujan yang mengguyur kota ini. Didalam sebuah mobil keluaran terbaru tahun ini. Di antara suasana hening yang terjadi kali ini. Aku malas sebenarnya untuk mengakui, jika aku agak tertarik padanya.

Inginku jatuh cinta pada lelaki yang cuek dan sedikit acuh namun aku tak bisa mengendalikan hatiku ingin berlabuh kemana.

BAB 02

Kami pulang bersama untuk pertama kalinya, hari ini 20 juli 2020. Aku dan reynaldy nagara. Dibawah guyuran hujan yang mengguyur kota ini. Didalam sebuah mobil keluaran terbaru tahun ini. Di antara suasana hening yang terjadi kali ini. Aku malas sebenarnya untuk mengakui, jika aku agak tertarik padanya.

Inginku jatuh cinta pada lelaki yang cuek dan sedikit acuh namun aku tak bisa mengendalikan hatiku ingin berlabuh kemana.

......................

"ekhem, yang kemarin abis dianterin cowo bahagia banget kayaknya," sindir mama.

"apasih ma, aku biasa aja," cuekku.

papa mengeryit sejenak. "kania pacaran?" tanya papa. Aku menggeleng panik. Bahkan mataku terbuka lebar.

"engga, itu temen," sangkalku. Bisa runyam kalau papa sampai ngira rey itu pacarku. Dicoret dari kk bisa bisa aku.

"beneran? kania ga pacaran kan ??" papa menghela nafas pelan lalu melepaskan kacamatanya. Menatap ku dengan tajam.

"papa gak pernah ngelarang kamu mau melakukan apapun itu, hanya satu yang papa ga inginkan dari kamu. Jangan pacaran, kania ingat kan ?" aku mengangguk pelan.

"kania tau sendiri kenapa papa sama mama ngelarang kamu untuk berpacaran. Papa ga mau ada sania yang kedua,"

Tapi aku bukan sania.

"papa bolehkan kamu pacaran nanti kalau kania sudah besar. Sudah kuliah, sudah kerja. Punya pacar yang kania kira pas dan cocok ga perlu lama lama, langsung nikah aja ya," papa membelai rambut coklat sepunggungku yang curly dibagian bawah.

"kania dengar papa kan ?" tanya mama. lagi lagi aku mengangguk.

"sana berangkat sekolah, hati hati dijalan. Ga usah ngebut,"

"ga pernah ngebut," sahutku.

......................

kakiku melangkah pelan menuju kelas. Suasana yang hening seperti ini mengingatkannku pada kejadian 1 tahun yang lalu. Sepi.

kemana semua orang? Apa aku terlalu pagi? Selertinya iya.

Tepukan dibahuku membuat tubuhku menegang. Sontak bulu halus disekujur tubuhku berdiri. Aku bahkan tidak berani menoleh kebelakang, takut jika yang akan kutemui adalah pelaku yang satu tahun lalu aku lihat.

Memang kejadian itu agak membekas diingatanku dan membuatku ketakutan tidak jelas sewaktu waktu, namun yang ini berbeda. Ini jelas, entah siapa yang ada dibelakangku.

Tangannya yang ada dibahuku meremas pelan dan memutar tubuhku kebalakang, menghadap kearahnya. Aku masih memejamkan mataku karena ketakutan.

"pagi kaniaa," mataku sontak terbuka lebar dan menatap kesal kearahnya.

"kok kayak ketakutan gitu sih hayoo kenapa?" godanya.

"siapa yang ga takut coba, koridor sepi gini tiba tiba nepuk bahu kan kaget," aku memutar tubuhku kembali.

Rey mengikutiku hingga kelas. Kan memang kami sekelas. Aku menepuk jidatku pelan.

"kenapa ? Kania pusing?" rey mendekatkan wajahnya padaku. Aku langsung memukul jidatnya agar dia mundur.

"reyy jangan ganggu aku buat hari ini ya," tuh kan kayaknya aku ketularan sintingnya sampai bilang aku kamu kedia.

"kenapa ga boleh ganggu? Eh tadi kamu udah mulai aku kamuan lagi ya ? Udah mulai jatuh cinta sama aku?" rey menaik turunkan alisnya menggodaku.

"hehh kalau mau pacaran jangan ngalangin jalan dong," sewot vano. Aku segera masuk kekelas tanpa menanggapi ucapan rey sebelumnya.

Namun sialnya, dia malah duduk dikursi kosong sebelahku. "mau ngapain lagi sih hah ?"

"loh tadi bukannya ketakutan ya ? Ditemenin malah marah,"

Aku mengeram kesal. "kan bisa duduk ditempat lain yang lebih jauh,"

"aku maunya disini sih, gimana coba?" rey tersenyum miring menatapku. Membuatku ingin mendorongnya hingga terjerembab kebelakang. Namun yang pasti semua itu hanya khayalanku belaka. Bukti nyatanya, rey masih menyunggingkan senyumnya dihadapanku.

"yaudah kalau gt diem," aku melanjutkan kegiatanku membaca novel yang tertunda berhari hari.

Rey memang diam namun dia terus menatapku sambil tersenyum senyum. Hingga 5 menit kemudian aku sudah tidak tahan untuk menegurnya.

"rey !! Ngapain sih lihatin mulu?" aku melotot kearahnya dia malah tertawa senang karema berhasil menggodaku.

Vano yang mungkin terusik dengan suara kami menggebrak meja dengan keras lalu menatap kami tajam. "kalau mau ribut diluar aja deh, jangan ganggu yang lain," peringatnya.

"tuhh vano marah kalau kamu teriak teriak. Mending kita kekantin aja yuk," aku mendelik sebal kearahnya.

"kenapa? Mau digendong?" tawarnya.

Semua pasang mata yang memang sudah ada dikelas sontak menatap kami mendengar ucapan rey. Lalu menggoda kami habis habisan.

"ciee pj nya mana ni,"

"aduhhh aduhh pagi pagi udah liat pasangan bucin,"

"gendong ga tuhh,"

"iya aku maunya digendong, gt dong na,"

"iyha mas gendong akhuuu, hahaha"

"tak gendong kemana manaa, "

Mereka menertawakan kami. Membuatku membenamkan wajah ke lipatan tangan. Rey bukannya malu justru ikut tertawa bersama mereka.

"besok ikut aku ya, hari minggu kan ? Libur,"

Karena sudah lama aku tidak jalan jalan dan liburan, tentu aku tertarik dengan tawaran rey. "kemana?"

Rey tersenyum puas. "kita kepantai aja, pasti ramai," aku mengangguk setuju. Karena aku memang menyukai pantai.

"pulang aku anter lagi ya,"

Aku menggeleng keras. "engga ya, mama sama papa curiga aku punya pacar gara gara kamu nganterin aku kemarin. Aku ga mau,"

Rey menghela nafas. "kayaknya bakal susah buat dapetin kamu. Ga cuma kamunya yang nolak aku terus. Orang tua kamu juga ya, " aku mengangguk angguk saja biar cepat.

"nanti kalau abis sma kita nikah aja ya, lulus nanti maksudnya, kita langsung nikah, ini kan bulan juli, berarti, agustus, september, oktober, november, desember, januari, februari, maret. 8 bulan lagi lah ya,"

Aku memukul lengannya keras. Tak peduli jika dia terus mengelak. "udah na udah. iya aku cuma bercanda," aku menghentikan pukulan ku setelahnya.

"tapi sebenernya aku serius loh, kita nikah lulus sma ya," ajaknya lagi. Aku melotot dan hendak melayangkan pukulan untuk yang kedua kalimya sebelum sebuah suara menginterupsi gerakanku. Aku segera duduk dengan tegak dan rey kembali kemejanya karena guru kimia telah memasuki kelas.

Kelas yang semula gaduh menjadi hening.

"pagi anak anak semuanya," sapa guru tersebut.

"pagi pak," jawab kami serentak.

"hari ini bapak ga bisa ngajar kalian. Karena sekolah kita sedang kedatangan tamu penting. Jadi bapak akan berikan tugas kepada kalian. Hari ini juga harus selesai. Bapak tunggu diruangan nanti ya," kami menelan sorakan yang hendak keluar saat guru kimia tersebut mengatakan tidak bisa mengajar kami.

"ketua kelas ?"

"saya pak," sahutku.

"nanti bukunya dikumpulkan diruangan bapak. Bapak tunggu ya," aku mengangguk pelan. "baik pak,"

...****************...

"mau dibantu ga?" tanya vano. Aku mengeryit sejak kapan vano mau membantu orang lain. Mau berinteraksi dengan orang lain. Terlebih aku.

"iya, tolong bawakan setengah bukunya ya," tentu saja aku kerepotan membawa buku karena ada 36 buku dan tebal isi 50 bahkan ada yang lebih. Khusus buku kimia memang guru tersebut reques begitu. Bahkan warnanya juga harus senada semua warna biru.

Sepanjang koridor vano tidak mengucapkan apapun. Bahkan setelah menaruh buku pun dia masih tetap membisu. Hingga saat kami hampir berpisah diparkiran vano mengucapkan sesuatu yang tidak aku mengerti.

Vano menghentikan langkahnya dan menatapku datar. "hati hati sama rey. Dia ga seperti yang terlihat," setelah mengucapkan itu, vano pergi seperti tidak mengucapkan apapun.

21 juli 2020 vano memperingatiku untuk berhati hati pada rey. Sebenarnya ini sudah agak terlambat karena aku sudah menjatuhkan hati pada rey.

BAB 03

21 juli 2020 vano memperingatiku untuk berhati hati pada rey. Sebenarnya ini sudah agak terlambat karena aku sudah menjatuhkan hati pada rey.

...----------------...

"tujuan lo deketin kania sebenernya apa sih ?" tanya vano tanpa basa basi.

Rey tersenyum miring. "kenapa ? Lo khawatir sama dia,?"

"lo jangan macem macem rey. Gw cuman ga mau ada anggi yang kedua," mendengar ucapan vano rey tertawa pelan seolah meremehkan lawan bicaranya kali ini.

rey menarik kerah seragam vano. "lo yang bikin anggi seperti kaya sekarang. Anggi meninggal gara gara lo,"

Sebenarnya vano cukup terkejut ketika mendengar rey tau tentang kematian anggi. Namun rey berusaha menormalkan ekspresinnya.

Vano mendorong rey dengan keras. "mau sampai kapan lo ga mau ikhlasin kepergian anggi. Mau sampai kapan? Gw berani ngomong gini karena gw yakin karina berpotensi sama kayak kakaknya,"

"sampai kapanpun dua bersaudara itu ga bakal bisa menang dari gw. Gw bisa kok kalau sekedar masukin mereka kepenjara, tapi gw pengen mereka lebih menderita dengan menikmati kesengsaraan mereka sekarang. Keluarga mereka udah hampir bangkrut kan ? Dua bersaudara itu itu ga akan sanggup hidup tanpa uang," jelas rey panjang lebar.

"tapi kania ga ada sangkut pautnya dengan anggi. Mereka hanya sekedar teman sekelas dulu, sama kaya gw dan yang lain. Bedanya, gw tau semua yang terjadi sama anggi dia ga tau apa apa, mending lo jauhin kania sekarang sebelum dia berakhir kaya anggi," vano terus berusaha membujuk rey agar meninggalkan kania. Karena apapun itu vano tau jika rey mendekati kania tidak tulus.

Jangan harap gw lepasin kania. kania juga terlibat. Apapun perbuatannya, kania harus berani bertanggung jawab.

"lo santai aja ngapa sih? Ga usah campurin urusan gw," geram rey.

"jangan sok jadi pahlawan kesiangan sedangkan lo sendiri juga penyembab kematian anggi,"sambung rey.

"untuk semua itu gw minta maaf tapi gw juga ga salah karena gw ga bisa ngendaliin mawar,"

Vano memutar kembali ingatannya.

hujan deras mengguyur kota yang sangat padat ini. Hingga membuat debu debu yang biasannya menghiasi kota ini hilang teredam bersamaan dengan air yang terjatuh.

Vano menggunakan payung untuk melindungi diri dari tetesan air hujan. Kepergian anggi seakan akan membawa kesedihan pada langit. Langit seolah olah ingin semua orang merasakan kesedihan yang sama. Dipemakaman ini semua terasa menyedihkan.

pihak sekolah bukannya berbela sungkawa justru malah berdiskusi agar kasus ini tidak keluar sekolah. Pihak sekolah ingin agar keluarga anggi tidak membeberkan hal ini kepublik dan sebagai imbalannya pihak sekolah berjanji akan menemukan pelaku pembunuhan tersebut.

Dan keluarga anggi setuju.

Pihak sekolah memang berjanji akan menemukan pelakunnya tapi hanya sebatas itu. Saat pelaku sudah ditemukan pihak sekolah tidak bisa melakukan apapun. Mawar.

Mawar jatuh cinta pada vano yang saat tengah menjalin asmara dengan anggi. Mawar mencintai vano sejak smp tapi saat mawar kelas XII justru mendengar vano berpacaran dengan teman sekelasnya.

Dan terlebih kesempatan untuk meraih gelar olimpiade juga direbut anggi. Membuat mawar merasa sangat marah.

Itu alasan mawar mengunci anggi ditoilet sekolah malam itu. Dan yang mengetahui ini hanya kepala sekolah yakni ibu vano, pemilik yayasan dan beberapa donatur. Karena itu vano terkejut jika rey tau tentang kematian anggi.

Anggi hanya dikunci saat itu namun anggii berusaha naik keatas tembok pembatas antar toiletnya dan toilet lain. Anggi terpeleset saat menginjak closet dan kepalannya terbentur. Jadi semua itu memang tidak disengaja.

Setelah mawar lulus sekolah tidak ada kabar apapun tentangnya, kecuali sahabat mawar yang katanya hamil diluar nikah. Sania. Yang dicurigai juga terlibat malam itu tapi mawar selalu menyangkal dan mengatakan dirinya sendirian saat melakukan aksinnya.

Intinya, mawar mencintai vano, tapi karena vano menjalin hubungan asmara dengan anggi membuat mawar marah dan nekat mengunci anggi ditoilet.

Dan sania hanyalah kecurigaan beberapa pihak. Entah sania terlibat atau tidak, tidak ada yang mengetahui. Sedangkan sang pemilik nama juga menghilang bak ditelan bumi.

Tersadar dari ingatan masa lalunnya. Vano menatap cangkir kopi yang belum disentuhnya. tiba tiba vano teringat jika kania adalah adik dari sania. Apa rey mendekati kania karena itu?

Rey ingin balas dendam juga pada kania?

...----------------...

22 juli 2020 rey mengajakku jalan jalan. rey datang kerumah untuk menjemput. Dan saat ini tengah berada dihadapan mama. Karena papa harus kerumah kakek.

"kamu temennya kania?" mama bertanya pada rey. Saat ini aku berada ditangga. Wajah rey terlihat tegang sekali. Haha.

"iya tante saya temennya, sya mau mengajak kania pergi sebentar," izin rey. Aku ingin sekali tertawa melihat carannya berbicara.

"tidak bisa. tante ga izinnkan apalagi perginya berdua dengan laki laki lagi," mama menolak.

Aku ingin sekali tertawa melihat penolakan mama. Tapi juga merasa sedih karena aku merasa terkekang.

"tante sama papanya kania itu melarang anak anak kami untuk berpacaran," ucap mama.

Aku jadi penasaran kemana sania ? Dari dulu memang kami dilarang keras untuk pacaran. Tapi papa sama mama ga terlalu membatasi pertemananku. tapi sejak sania hamil yang entah dengan siapa. Tiba tiba sania menghilang setelah mama dan papa saling berteriak dan membentak hari itu. Dan lingkup pertemananku juga dipersempit.

"tante tidak mau mendengar apapun. Berteman itu wajar, tapi jangan sampai lergi berdua seperiti ini. Tante harap kamu mengerti ya," tegas mama. Kulihat rey hanya mengangguk.

"baik tante, kalau gitu saya pamit pulang ya," mama mengantar rey hingga kedepan pintu lalu kembali masuk.

"ngapain kamu diatas sana heh," sinis mama.

Aku tertawa pelan. "kenapa sih ma ? Marah marah mulu, nanti aku pergi sama rey loh," godaku. Melihat wajah mama yang semakin galak bukannya membuatku takut malah justru membuatku ingin semakin menggodannya.

"awas aja kalau berani, tak laporin papa pokokknya," ancam mama.

"mama ngaduan ih ga seruu," aku pura pura cemberut didepan mama.

"owh iya, tadi wajahnya si rey rey itu kok kaya ga asing ya. Mama kaya pernah lihat dimana gitu,"

Wajah mama yang tampak berpikir keras mau tak mau aku ikut mengerutkan kening. "salah kali ma, udahlah ga usah diinget inget, bikin pusing dan sakit kepala," ucapku menirukan gaya iklan ditv itu. Membuat mama melempariku dengan bantal sofa.

"yaampun si mama sensian banget,"

...****************...

saat ini aku sedang berada dikamar. "kemana sania?"

"kenapa mama dan papa ga mau ngasih tau aku?"

"aku yakin mama pasti tau sesuatu,"

Monologku sebelum memutuskan menutup gorden dan bersiap siap tidur. Tentu tak lupa dengan serangkaian skincare yang sudah kugunakan tadi.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!