...💕Love Obession💕...
"Kenapa berhenti disini ?"tanya Rania merasa bingung, sebab Angga menurunkannya disebuah tempat yang lumayan jauh dari rumahnya.
"Jangan dekatin Gue lagi,"ucap Angga dingin.
"kenapa oppa ?"tanya Rania dengan nafas tercekat. ribuan jarum seakan menusuk hatinya.
"Airin ngak suka kita dekat,"Jawab Angga datar.
"Ngak,"Rania menggeleng Kuat.
Rania memegang lengan Angga, berharap pria itu menarik kembali kata-katanya.
"Pleesee Oppa jangan tinggalin Rania. ngak papa kamu pacaran sama Airin, tapi jangan nyuruh Aku menjauh dari kamu.
Aku takut ga"ucap Rania memelas. Angga memejamkan matanya, rahangnya mengeras ketat. hatinya seakan sakit mendengar Rania memohon padanya. namun yang keluar dari mulutnya.
"Lo kalau kaya gini, kaya ngak punya harga diri!"Angga menatap tajam Rania."Murahan!"lanjutnya, yang membuat gadis itu bungkam. matanya sudah berkaca-kaca.
Bagai terhampas batuan keras didalam dadanya. rasanya sangat menyakitkan mendengar lontaran tajam yang keluar dari bibir Angga. pria yang selama ini dia pikir tidak sama dengan yang lainnya, ternyata memandangnya begitu hina.
Hancur sudah harapan itu menjadi potongan-potongan puzzle. Angga sendiri yang mengatakan kalimat tajam, tidak berbeda dengan orang lain. perlahan genggaman itu melonggar di lengan Angga. gadis itu langsung menjauh, hatinya jangan ditanya sudah sangat hancur.
Ia sadar dan benar-benar sadar, tekadnya untuk bisa menaklukan hati pria batu itu, adalah kebodohan. usahanya selama ini hanya sia-sia.
Sekeras apapun dia berusaha untuk membuat Angga menyukainya kelak,Pria itu tak akan pernah membuka hatinya atau bahkan sudah digembok, yang Rania dapatkan selama ini hanyalah kekecewaan.
"Gue ngak nyangka lo sehina ini ... " lirih Rania, sorotan matanya menunjukkan kekecewaan yang mendalam.
Angga diam tanpa ekpresi. tanganya terkepal kuat. ia menyakinkan dirinya, bahwa apa yang ia lakukan sudah benar.
"Gue bukan wanita murahan !"hardik Rania tajam. membuat Angga sedikit terkejut, namun secepat mungkin Ia memasang wajah datar. Rania menatap Angga dengan Pelupuk mata yang memerah.
Ia berusaha menahan desakan air mata yang ingin keluar. Ia tidak ingin terlihat begitu menyedihkan di depan pria yg sudah menginjak-injak harga dirinya.
"Begitu ? gue udah nolak lo berapa kali, tapi lo masih ngejar-ngejar gue bukan ?" tanya Angga menatap balik Rania.
Rania mengepal erat kedua tanganya. sangat melukai hatinya. Angga Saputra Pria yang ia sukai dari sekolah menengah atas sampai ia dipertemukan kembali di bangku kuliah. tidak disangka cintanya melukainya begitu dalam. Angga adalah batu dan akan terus seperti itu. Rania yang bodoh karena telah mengejar Cinta yang tak pernah membukakan gembok untuknya.
"Ngak bisa jawab kan lo ? Berarti emang bener ya ? Oh atau emang kaya gini cara lo menarik perhatian laki-laki ?" lanjut Angga Memandangi Rania dari atas sampai bawah.
"Udh berapa banyak pria yang menjajahkan tub___"
PLAK!
Perkataan Angga terhenti,Rania lebih dulu menampar dengan keras pipi Angga. Pria itu memegang pipinya yang sedikit memerah.
"Gue nyesel pernah suka sama cowok yang ngak berotak kaya lo!"sentak Rania tajam.
Belum sempat Angga bicara, Rania melanjutkan kata-katanya kembali. pria itu langsung bungkam. Rania berjalan mendekati Angga, tatapan gadis itu tak kalah dinginya dengan Angga.
"Oke,..selamat buat Lo"Rania tertawa hambar."Hahahaha selamat ya, udah berhasil bikin gue ben-ci sama lo !" ucap Rania penuh penekanan.
Angga bungkam tatapanya yang dingin berubah menjadi kebingugan. harusnya Angga senang mendengarnya, dengan begitu Rania akan menjauhinya dan ia pun bisa berpacaran dengan Airin. bukankah itu yang ia inginkan ? tetapi kenapa hatinya terasa sangat sakit.
"Emang ya gue itu selalu buruk dimata lo. salah kalau gue suka sama lo ?! salah kalau gue juga ingin berjuang ?! sama dengan lo ga, lo juga ingin berjuang buat dapetin cinta lo, gue juga sedang berusaha buat lupain lo. tapi semua butuh proses ! "ucap Rania dengan nada mengebu-ebu. hatinya sudah teramat sakit dengan perkataan Angga.
Rania memegang pelan bahu Angga. pria itu menatap cepat bahunya yang dipegang Rania.
"makasih buat waktunya selama ini, mulai sekarang gue bakal jauhin Lo"
Angga bungkam, hatinya seakan tidak terima, namun raganya menghalaginya untuk berkata"jangan pergi"Pertama kalinya bagi Angga melihat tatapan Rania yang datar. sekasar apapun Angga padanya, gadis itu selalu diam dan menunjukan ekpresi senyumnya. tapi, kali ini tidak. gadis itu teramat dalam lukanya, ada sorotan kebencian dimatanya untuk Angga. dan kenapa hati Angga terasa sakit menerimanya ?
"selamat tinggal ... "lirih Rania. berbalik kebelakang dan berjalan gontai meninggalkan Angga. linangan air mata itu berhasil lolos membasahi pipinya. Rania menangis dalam diam dan menyadari segala kebodohanya selama ini, dan sekarang semua orang telah pergi meninggalkanya.
"Ran ... " Lirih Angga tertahan.
Visual Tokoh Utama ~
Rania Clarita Ayunda
Angga Saputra
Guys,Kalau kalian sudah singgah di cerita Aku tolong berikan komentar kalian agar Aku bisa perbaiki tulisan atau cerita ini agar lebih menarik untuk dibaca. Aku author pemula dan butuh banyak masukan dari kalian 🙏
semoga kalian yang memberikan ilmu mendapatkan pahala Amiiiin
Bel sekolah berbunyi nyaring, menandakan akhir pelajaran. Rania, seorang siswi kelas XI SMA Pelita Bangsa, melangkah keluar kelas dengan langkah anggun dan penuh percaya diri. Rambut panjangnya yang terurai indah membingkai wajahnya yang cantik dengan tatapan mata yang tajam dan penuh pesona.
"kak, Aku tunggu diparkiran ya ?"
Rania mengirim pesan singkat kepada seseorang yang begitu spesial dihatinya. kepalanya celingak-celinguk menunggu pujaan hatinya tiba di parkiran sudah hampir 15 menit Rania menunggu, namun pria itu belum menampakkan diri.
"Hey Rania"goda mahasiswa kampus yang terpesona oleh visual Rania. wajah Rania bisa dibilang keinginan semua Wanita, karena ia memiliki wajah oval dengan hidung mancung yang kecil. Rania dikenal sebagai salah satu siswi paling populer di sekolah. Kecantikannya yang menawan membuat banyak pria yang tergila-gila padanya. Rania seperti seorang idol korea itulah yang pas untuk mengambarkan sosok rania. namun dibalik kecantikan yang nyaris sempurna sifat yang ia miliki tak secantik wajahnya. dirinya terkenal angkuh dan semena-semena, Rania egois dan mungkin menjadi satu-satunya peran antagonis diceritanya sendiri. Banyak siswa laki-laki yang mengaguminya, namun banyak pula siswi wanita yang iri atau benci kepadanya karena pernah menjadi bahan bully-annya. Mungkin karena Rania bisa mendapatkan Apapun yang ia inginkan, menjadi anak pemilik sekolah membuatnya bebas melakukan apapun di sekolah, Rania selalu mengandalkan apapun dengan uang. baginya uang adalah segalanya dan dia memiliki banyak uang maka ia bisa melakukan apapun yang ia inginkan dan tak ingin apapun yang ia inginkan dibantah oleh siapapun. berani membantah berati siap untuk ditindas olehnya.
Namun, ada satu siswa yang menarik perhatian Rania Namanya Angga Ranendra , seorang siswa kelas XII yang terkenal dengan kecerdasan dan prestasinya sebagai kapten Tim basket. Rania terpesona oleh Angga sejak pertama kali melihatnya. Dia tergila-gila dengan ketampanan dan auranya yang tenang dan misterius. Angga yang selalu bersikap dingin padanya. jika para lelaki terpesona karena hanya kedipan matanya. maka Angga sebaliknya, lelaki itu justru ogah menatapnya dan karena itulah hal yang membuat Rania merasa tertantang. Bagaimana caranya meluluhkan pertahanan Angga yang sangat dingin.
Rania bertekad untuk mendapatkan cinta Angga meskipun dia tahu bahwa Angga tidak tertarik padanya. Dia telah ditolak beberapa kali oleh Angga, namun dia tidak pernah menyerah.
Dalam mindset Rania, tidak ada yang tidak bisa dia dapatkan. Dia selalu yakin bahwa dia bisa mendapatkan apa yang dia inginkan, termasuk cinta dari orang yang dia suka.
Rania memeriksa ponselnya. ia menghembus nafas pelan."Huft hanya dibaca." puluhan pesan yang selalu Rania kirim, hanya dibaca oleh Angga. pria itu tak pernah membalasnya.
"ish, gak punya keyboard kali ya. mangkanya gak pernah balas!" kesal Rania bermonolog sendiri menatap sebal ponselnya.
"Minggir!"
Suara berat seorang pria di belakangnya membuatnya kaget sekaligus kesal. Siapa yang membangunkan singa dalam tubuhnya? Sudah jelas-jelas dia lagi menunggu sang pujaan hati. Gadis itu berbalik ke belakang dengan perasaan dongkol.
"Santai aja kal--" bibir Rania mendadak kelu saat dirinya bertatapan langsung dengan seseorang yang daritadi ia tunggu-tunggu.
"Apa?"
Sial, ternyata pria itu Angga. What, ANGGA?! Ganteng banget ciptaanmu Tuhan.
Rania terpengagah dengan mulut terbuka lebar. ia tidak bisa menyembunyikan kekagumanya pada Angga. ia berdiri didepan Angga, tinggi Rania sebatas dada pria itu.
Rania menatap tanpa bisa berkedip, postur tinggi dengan tubuh atletis. Angga memiliki wajah yang tegas namun juga ekspresif. alis tebal dan rahang yang tegas. Memiliki bentuk mata yang sayu namum tajam. benar-benar perfect!
"Kenapa Lo senyum-senyum sendiri ?" kata Angga dingin. pria itu membuka kacamata hitamnya dan menyangkutkanya di seragam bajunya. Rania terpesona dengan tatapan Angga padanya walaupun dingin tanpa ekpresi tapi bisa membuat jantungnya berdebar dengan sangat kencang.
"Minggir!"Usir Angga tak bersahabat. Rania hanya diam seolah matanya tak dapat berkedip. Angga menatap greget dan mendorong paksa badan mungil Rania untuk segera menyingkir dari hadapannya.
Rania tersadar begitu Angga Sudah menaiki motor besarnya. gadis itu dengan lancang memegang tangan Angga dan ditepis langsung oleh Angga tanpa sempat Rania memohon.
"Aku Ikut--"
"Ga!"
"Aku gak punya tumpangan ka"
"Ada kaka Lo kan ? pulang sama dia aja, gue sibuk" tolak Angga tak bersahabat.
"Kita kan tetanggaan ka, ya kenapa gak sekalian aja pulangnya, bareng"
"Ogah!"
"Angga!"panggilan seorang wanita diujung Sana, membuat Angga dan Rania melihat bersamaan. wanita itu menuju kearah mereka sembari tersenyum yang dibalas oleh Angga.
Melihat Angga tersenyum Rania mencebik kesal."Giliran sama Airin aja, ramah banget.
Angga tidak menghiraukannya. Airin semakin dekat dan melihat Rania yang berdua dengan Angga."Kalian bareng pulangnya ?"
"Gak!"
"Iya!"
Airin menatap binggung dengan jawaban berbeda dari Angga dan Rania.
"Bareng gue aja."ajak Angga membuat Rania melotot tak terima.
"kok malah Airin sih yang diajak pulang bareng, kan tadi Aku yang nungguin kaka pulang sampai hampir setengah jam!
Angga memilih acuh dan menarik pelan lengan Airin agar segera naik ke motornya. ia dapat melihat kekesalan di Mata Rania. gadis itu menendang kecil keudara dengan wajah yang ditekuk.
"beneran gapapa ?" Tanya Airin ragu melihat keadaan yang cukup canggung.
"Ga papa, dia punya dua kaka, sedangkan Lo punya Gue!"
Perkataan Angga barusan membuat ulu hatinya berdenyut. Rania tertampar kenyataan bahwa Pria itu sama sekali tidak tertarik padanya. apakah Rania menyerah ? jawabanya tidak sama sekali. dirinya masih punya 1001 Cara untuk mendapatkan perhatian Angga.
"Sabar Rania. ingat pepatah mengatakan kalau usaha tak akan mengkhianati hasil."Ucap Rania menyemangati dirinya sendiri. ia memandang lamat kepergian Angga bersama Airin, Rania mungkin untuk saat ini tidak bisa di posisi Airin, tapi ia sangat yakin bahwa sebentar lagi, Angga akan memilihnya dan Melupakan Airin.
"Ini Baru permulaan"
"Jam berapa baru sampai rumah ?!"Suara keras itu berasal dari Kaka laki-laki Rania.
"Rania jalan kaki dari sekolah"ucap Rania dengan nada malas. Hari ini dia sedang tidak bertenaga karena mengalami insiden yang membuatnya harus memilih jalan kaki kerumah.
"Uang jajan yang Kaka kasih ke kamu habis?!"
"Iyalah, pake nanya lagi"ketus rania hendak menaiki tangga menuju kamarnya, yang terletak di lantai dua.
"Kaka gak suruh lo naik Rania !" Kaka Laki-laki Rania yang Ber nama reyn mendekatinya dan menatap tajam ke adik perempuannya.
"Apalagi sih ?"
"Siapa yang ajarin kamu melawan kaya gitu ?"tanya reyn dingin dan dibalas tatapan yang sama. suhu ruangan yang ber ac itu menjadi lebih dingin.
"Maaf ya, Rania capek dan gak ada waktu buat berdebat sama Kakaku yang terhormat!"ucap Rania penuh penekanan.
"RANIA!!"Bentak Reyn membuat Rania sedikit tersentak. meskipun kakaknya selalu membentaknya tapi tetap saja, ia akan selalu kaget jika mendengar bentakan dari Reyn.
Rania memutar bola matanya jenggah, "Aku harus bagaimana Kak? uang jajan yang kaka kasih sudah habis aku pake, Kaka bayangin lah uang 500rb mana cukup buat Rania--"
PLAK!!!
Satu tamparan berhasil menciptakan suara keras dirumah yang besar itu, sampai-sampai bi inah yang habis belanja sayuran mengurungkan niatnya untuk kedapur dan terdiam mematung melihat Rania ditampar oleh Kaka laki-lakinya sendiri.
"Bukan gak cukup! tapi hidup kamu yang terlalu boros"bentak Reyn membuat Rania bungkam. ia memegangi pipinya yang memerah.
"gue paling gak suka Orang yang suka beralasan."Reyn menatap remeh,"pulang lama karena uang jajan habis! uang yang kaka kasihkan ke kamu harusnya cukup untuk 3 hari!"
Setelah puas memarahi Rania. Reyn memilih pergi keluar dan tak sengaja bertatap muka dengan Bi Inah yang menatapnya takut-takut.
"Jangan kasih dia makan apapun malam ini, biar dia merasakan bagaimana susahnya cari uang!" perintah Reyn yang dianggukin dengan cepat oleh Bi Inah. Bi inah langsung berlari ke arah Rania yang merosot ke lantai dengan tubuh lunglai. Reyn pergi begitu saja tanpa ingin tau bagaimana keadaan adiknya sekarang.
Bi inah menatap iba Rania, bagaimana gadis itu menahan air matanya dengan tubuhnya yang bergetar hebat.
"Ayok Bibi antar keatas non"ajak Bi inah dan ditolak Rania dengan tegas.
"Gak perlu !"
Bi inah tak mampu menahan air matanya. bi inah menangis melihat keadaan Rania yang begitu kacau. tatapan gadis itu kosong, dan tubuhnya bergetar dengan hebat dengan pelupuk mata yang memerah bahkan lebih sakitnya lagi, Rania tidak menangis.
Bahkan air mata jauh lebih menenangkan keadaan. daripada tidak ada satupun air mata, saat rasa sakit itu menyerang hati yang penuh luka.
"Tinggalkan Aku sendiri bi"rania berusaha berdiri dan menatap Miris pada Kaos kakinya yang robek, ada luka gores di lututnya.
"Kaki non kenapa ? bibi obatin dulu ya"ucap Bi inah melihat kearah kaki Rania.
"ga papa, cuman luka biasa. karena ada yang lebih sakit dari ini"ucap Rania datar. ia memilih pergi tanpa menghiraukan panggilan Bi inah.
"Non mau kemana ?!"
......................
Flashback ON
"Dia punya kedua abangnya, dan lo milik gue" Rania kembali mengigat perkataan Angga sambil menirukan kembali apa yang di ucapkan Angga dengan nada kesal.
"Apaan sih, memang harus diperjelas gt. jahat banget mulutnya"Sesal Rania memegang dadanya yang terasa sakit.
"Sakit banget hati gue"ucap Rania berusaha tegar. dirinya pun memutuskan memesan ojek online lewat apk. sekitar 15 menit Rania menunggu ojek pesananya pun datang menjemputnya.
"Sesuai maps yah pak"ucap Rania menaiki mobil online.
"siap neng!"
Larut dalam lamunannya Rania sampai tidak sadar, jika arah yang dituju berlawanan dengan Arah kerumahnya.
dengan cepat Rania memeriksa kembali apk ojek onlinenya.
"Sial"Umpat Rania. dia dalam masalah besar, ojek online yang saat ini bersamanya adalah seorang penjahat. bisa"nya dia kecolongan. ini memang salahnya naik Sembarangan tanpa memeriksa kembali pesanannya.
Rania diam dalam kondisi ketakutan, mobil itu melaju Dengan kecepatan sedang. ia dapat melihat bagaimana supir itu memperhatikannya secara diam-diam. Rania berusaha untuk tetap tenang dan diam-diam membuka pintu mobil, ia harus segera keluar dari mobil tersebut bagaimanapun caranya.
Rania berpura-pura tertidur, agar orang tersebut tidak mencurigainya. setelah ia rasa ini adalah waktu yang tepat untuk melompat karena mobil itu melaju dengan pelan menuju gang. Rania pun membuka mobil tersebut.
"eh mau kemana lo ?!"teriak orang itu ketika rania tiba-tiba melompat.
"Akh!"jerit Rania saat tak sengaja lututnya tergesek aspal saat melompat tadi.
"Sial"umpat pria itu, ketika gagal menyusul Rania karena melihat banyak orang yang mengerumuninya.
"WOY JANGAN LARI LO!"
Mendengar amukan warga, cowok itu menyalakan mesin mobilnya dan memilih kabur daripada terkena amukan warga setempat.
"mbak gapapa ?"
Rania menggeleng pelan seraya memegangi lututnya yang terluka. Rania baru menyadari jika ada yang kurang dari dirinya.
"Tasku ketinggalan di mobil itu !"
......................
Rania memutuskan pulang dengan berjalan kaki sampai kerumah. dan perjalanan cukup jauh dari rumahnya dan ia tidak memiliki sepeser uang atau smartphone yang bisa ia gunakan untuk menghubungi orang rumah. semua barangnya ada didalam tas tersebut.
"Benar-benar sial!"Rania mengacak rambutnya dengan kesal.
sesampainya ia dirumah tak ia rasakan apapun hari sudah malam dan satpam penjaga rumah membukakan pintu untuknya begitu ia tiba didepan gerbang.
"Malam non Rania"
"Iya malam"Jawab Rania tak bersemangat.
"Kenapa baru pulang non ?"tanya pak wisnu.
"jangan banyak tanya, gue lagi malas menjawab"ucap Rania malas dan ditanggapi kekehan dari pak wisnu.
"Maaf Non"
Sesampainya diambang pintu, ia disambut kemarahan oleh abangnya dan tau kan bagaimana Capeknya Rania hari ini ?
"Gak usah pulang lo, jam berapa baru sampai rumah ?!"
Rania muak mendengar ocehan dari abangnya. tidak ada ketenangan yang ia rasakan, bahkan abangnya tidak memperdulikan alasan kenapa dia pulang larut dengan keadaan yang bisa dibilang tidak baik-baik saja. tidak perlu ia jelaskan kenapa, abangnya pasti tidak akan percaya.
"Rania jalan kaki dari sekolah"ucap Rania dengan nada malas. ia sengaja berbohong, menjelaskanpun rasanya percuma hanya membuang-buang waktu.
"Uang jajan yang abang kasih ke kamu habis?!"
"Iyalah, pake nanya lagi"Rania sedang mood tidak ingin diganggu. dirinya mau mengadu habis kecopetan sepertinya terlalu drama.
"Abang gak suruh lo naik Rania !"
"Apalagi sih ?"
"Siapa yang ajarin kamu melawan kaya gitu ?"
"Maaf ya, Rania capek dan gak ada waktu buat berdebat sama abangku yang terhormat!"
"RANIA!!"
Bentakan yang selalu Rania terima, ia memejamkan matanya. Rania muak dengan alur cerita yang ia punya. dunia terlalu kejam untuknya dan Rania membenci fakta itu.
"Aku harus bagaimana kak ? uang jajan yang kaka kasih sudah habis aku pake, kaka bayangin lah uang 500rb mana cukup buat Rania--"
PLAK!!!
Selain kecopetan Rania juga menyesali uang jajannya yang terbatas hanya karena Rania tak pandai berhemat. Rania Akui dia memang boros menggunakan uang, tapi karena uanglah ia bisa melampiaskan rasa sakitnya.
"Bukan gak cukup! tapi hidup kamu yang terlalu boros"
Rania merasakan perih dipipinya belum seberapa dengan perih dihatinya. ia benar-benar merasa harinya sedang di uji, persetan dengan itu semua, Rania hanya ingin tenang didalam rumahnya sendiri.
Flashback Off
Rania berjalan dengan tatapan kosong, dirinya masih memakai seragam lengkap dengan rambut yang berantakan.
Tiiiiiiiit
Bunyi klakson dari belakang, membuat Rania tersadar dari lamunannya. ia membalikkan setengah badannya, wajahnya yang tadinya murung tiba-tiba menampilkan senyuman dalam sekian detik, mood rania langsung berubah begitu saja.
"MINGGIR !"
Rania tak dapat menyembunyikan rasa gembiranya ketika melihat Angga yang duduk diatas motor, tampak sepertinya cowok itu Baru pulang.
"Kak Angga habis darimana ?"
"Bukan urusan Lo!" ucap Angga menyalakan kembali mesin motornya dan masuk ke perkarangan rumahnya yang sudah dibuka oleh satpam yang berjaga.
Rumah Rania dan Angga dekat dan bersampingan, bahkan Pagar rumah mereka menyatu dalam satu beton.
Angga membuka helm fullfacenya dan turun Dari motor kesayangan. sebelum ia menyimpan kunci motornya di jacket tebalnya tiba-tiba ia dikejutkan dengan seorang wanita yang berdiri didepannya dengan senyuman yang begitu lebar. kunci yang Angga pegang terjatuh dan hal tersebut membuatnya kesal. bisa kalian pastikan cewek itu siapa.
Rania yang melihat kunci motor Angga jatuh, segera membantu pria itu dan bertepatan Angga juga mengambilnya kebawah hingga tangan mereka bersentuhan mengambil kunci yang terjatuh di aspal tersebut. layaknya sinetron dan hal ini membuat Angga segera menarik tanganya yang sempat bersentuhan oleh Rania, keadaan Rania sendiri jangan ditanya. ia sudah seperti kepiting rebus. wanita itu kegirangan bisa memegang tangan Angga walau hanya dalam hitungan detik.
"Kapan ya bisa lama-lama pegang tangan kamu" Ucap Rania dengan senyum genitnya.
"najis, pulang sana lo"ucap Angga kasar, membuat Rania mencebik.
"Gue sumpahin Lo bucin sama Gue sampai gk bisa kehilangan!" Rania setengah berteriak karena Angga sudah mulai menjauh memasuki pintu rumahnya.
"MIMPI!"
"liat aja nanti!"
Begitu pintu terbuka, Angga disambut pelukan oleh Bu Inggit yang rupanya sudah menunggu kedatangan putra kesayangannya. melihat pemandangan tersebut membuat Rania menunduk sedih. ia tersadar, kehadirannya dirumah tidak pernah dinantikan. satu-satunya yang selalu menunggu kepulangan Rania adalah abangnya yang bernama Rayn. ia mempunyai abang kembar. Berbeda dengan reyn, Rayn begitu menyayangi Rania dan setiap melihat Ibu inggit, Rania akan teringat oleh abangnya reyn, yang kini menempuh pendidikan di jepang.
"Rania sayang, sini !"Bu inggit yang melihat kehadiran Rania lantas memanggil anak tetangganya itu.
Rania hendak menghampiri Bu Inggit namun melihat tatapan tajam dari Angga, membuat Rania mengurungkan niatnya itu.
"ah gak perlu tante, Rania cuman mampir bentar kok"ucap Rania sungkan.
"Ayok sini, bunda lagi masak enak loh malam ini" ucap Bu inggit berusaha merayu. Rania tersentuh oleh perkataan Bu inggit. wanita yang masih cantik itu walau ada kerutan sedikit diwajahnya.
Kebetulan Rania sangat lapar, dapat tawaran makanan siapa yang bisa nolak ? dengan pelan Rania melangkahkan kakinya dengan malu-malu. begitu ia sudah sampai didepan Bu inggit dan Angga yang tiba-tiba mengalihkan pandangan dengan rahang yang begitu tegas. bisa ditebak jika Angga tidak suka dengan kehadiran Rania.
Aku sampai tidak mengenali, apa Kamu Angga yang Aku kenal dulu. sebagai teman masa kecilku ?
......................
Diruang makan
Rania melihat obrolan kecil diantara Angga dan kedua orang tuanya. nampak semuanya saling bercanda dalam satu meja makan. apalagi Pak Saputra yang begitu bangga kepada putra tunggalnya yang berhasil menjadi juara 1 basket di sekolah.
Rania tidak pernah mendapatkan aspresiasi kebanggaan apapun karena tidak ada yang bisa dibanggakan darinya, mungkin itu sebabnya ia selalu dianggap beban oleh kakanya sendiri.
"Hebat ga, ayah bangga sama Kamu."
"siapa dulu dong, bundanya" ucap Bu inggit dengan senyum tengilnya.
"Karena ayahnya dong, kan ayah dulu waktu muda jago main basketnya sampai bunda Kamu dulu, klepek-klepek sama ayah"ucap pak saputra kembali mengigat masa mudahnya. hal itu mengundang protes dari bu Inggit.
"ngarang kamu!"
"Angga memang ganteng, dan itu nurun dari ayah, dan Angga itu pinter dan pastinya nurun dari bunda"Ucap Angga melerai perdebatan kecil kedua orang tuanya.
"bisa aja Kamu"ucap Bu inggit menyengol pelan pundak Angga yang duduk disampingnya.
"Rania bagaimana disekolah?"
pertanyaan pak Saputra membuat Rania yang sedang larut dalam suasana hangat itu, tersentak dan jadi canggung dengan keadaan saat sepasang enam mata melihatnya dalam meja makan.
"Nyebelin tau om, tante. Rania selalu kena omel sama guru galak. huft"Rania memanyunkan bibirnya dan mengundang tawa Bu Inggit dan pak saputra. lain dengan Angga yang menatap rania tak suka.
"abang Kamu gimana ?"
"kalau abang reyn sih gak masalah, justru Rania selalu cerita kalau Rania selalu kena Marah sama guru disekolah. Ya kalau dapat nilai jelek juga Rania gk pernah dimarahin sih kan kapasitas otak Rania limited hehe"Ucap Rania dengan berbohong. dan kebohongan itu ia tutupkan dengan senyuman yang begitu polos sehingga orang-orang yang mendengarkan akan percaya dengan apa yang Rania ceritakan barusan.
faktanya setiap Kali Rania mendapatkan masalah disekolah, abangnya akan tidak tinggal diam. mengurung Rania seharian dikamar, dan bahkan memukul adiknya itu, jika mendapat nilai merah disekolah. Rania dituntut untuk sempurna demi mendapat obsesi dari abangnya yang mengiginkan Rania menjadi wanita karir yang sukses didunia kedokteran.untuk itu, Rania tumbuh menjadi anak yang pembakang karena sudah terbiasa dengan rasa sakit. dan Cara seperti itulah ia bisa bertahan melawan rasa sakit dan ketakutannya.
"Gak papa, semua butuh proses. kan nanti ada Angga yang ajarin Kamu"ucap Pak saputra yang membuat Angga hampir tersedak.
"Pelan-pelan dong Kamu Angga"Ucap Bu Inggit mengusap belakang putranya itu.
Angga segera meminum airnya."Gue ajarin dia ? emang dia gk punya guru les ? "
"Gak ada" jawab Rania cepat.
"nah tuhkan Rania gk punya guru les. jadi mulai besok, Angga yang akan ajarin Rania sampai pintar!"ucap Bu inggit bersemangat. hal itu didukung oleh kedipan Bu Inggit ke Rania. Angga sendiri meringis melihatnya.
"ogah, Gak mau gue. cewek kaya dia mana bisa diajarin. egois!"
"Angga!"
Angga menatap sang Ayah yang menatapnya tegas dan penuh ancaman.
"Baiklah" ucap Angga pasrah. lagian dia bisa apa jika kedua orang tuanya sudah memberi perintah.
Bu inggit tersenyum lebar dan mengusap rambut putranya itu. disisi lain, Rania menampilkan senyum yang begitu lebar, padahal didalam lubuk hatinya, ia begitu sakit hati dengan perkataan Angga.
Angga tak dapat menolak karena ini permintaan kedua orang tuanya. dan ini yang membuatnya semakin membenci Rania. kasih sayang orangtuanya terbagi karena wanita itu. orang tuanya selalu mengganggap Rania spesial seakan Rania adalah anak mereka. ia membenci Rania, karena ia tau bagaimana sikap Rania disekolah, Rania tidak akan segan menyingkirkan orang-orang yang tidak sependapat denganya. gadis egois dan keras kepala. wanita jahat dan haus akan pujian, dia pandai bermuka dua, tanpa orang tua Angga tau, wanita seperti apa Rania jika disekolah.
"Munafik"ucap Angga dalam hati.
melihat seringaian tipis Angga, membuat Rania berdenyut sakit. ia menahan rasa sakitnya sendiri, dan berusaha tertawa lepas saat mendengar lelucon dari pak saputra.
"Berpura-pura bahagia itu, butuh tenaga ya ?"
......................
Rania berjalan dengan penuh percaya diri, di tangannya terdapat sebuah makanan yang telah ia beli dari kantin untuk diberikan kepada sang pujaan hati, Angga. Raut wajahnya penuh harap dan kegembiraan, seakan-akan bersembunyi di balik senyumnya yang manis.
Rania melangkah masuk ke kelas Angga dengan penuh keyakinan, makanan yang dipegangnya menjadi daya tarik tersendiri. Sorakan riuh menyambutnya, seolah-olah dia adalah sosok yang sangat dinantikan. Suasana hiruk-pikuk tidak bisa dihindari saat Rania memasuki ruangan, seakan-akan seluruh perhatian tertuju padanya.
Murid-murid di kelas Angga terpesona dengan kehadiran Rania, yang tak hanya cantik tetapi juga memancarkan aura keanggunan. Riasan wajahnya yang sempurna dan aksesoris branded membuatnya seperti seorang ratu SMA Wira sakti.
Namun, di tengah sorakan dan perhatian semua orang, Angga tetap tampak acuh tak acuh. Pandangannya tidak beranjak dari game yang sedang dimainkan. Rania, yang merasa begitu yakin dengan pesonanya, mencoba mendekati Angga dengan senyuman manisnya.
Namun, walaupun sorakan dan perhatian melingkupi Rania, Angga tetap memilih untuk mengabaikannya. Raut wajahnya tidak berubah, tetap fokus pada game yang ada di hadapannya. Kesibukan Angga menjadi benteng yang kokoh, menolak untuk terpengaruh oleh pesona Rania yang begitu mencolok di kelas.
Ketika Rania tiba di dekat meja Angga, ia mencoba untuk menarik perhatian pria itu dengan senyuman termanisnya. "kamu pasti belum makan, ini Aku bawain makanan. kamu pasti lapar kan ?"ucap Rania dengan membuka makanan yang barusan ia beli dikantin dengan hasil merampas makanan temenya yang sudah beli duluan. Rania tidak suka mengantri maka ia membayar makanan yang diambilnya 2 Kali lipat.
Namun, Angga masih belum mengangkat wajahnya dari hp yang digenggam "Gue gak butuh dan tolong pergi dari sini," ujar Angga dengan nada dingin, tanpa sedikit pun mengalihkan perhatiannya.
Rania merasa hatinya terhempas oleh sikap Angga. Sorakan dan perhatian yang semula membuatnya bahagia kini berubah menjadi situasi yang menekan. Ia berusaha untuk tidak menunjukkan kekecewaannya di hadapan semua orang, tetapi ekspresinya tidak bisa sepenuhnya menyembunyikan rasa sakit.
"Sumpah, lo tega bener ga, queen loh nih. datang kesini cuman bawain Lo makanan"Ucap salah satu siswa cowok yang merupakan teman sekelas Angga.
Beberapa teman sekelas yang lain tertawa mendengar komentar tersebut, membuat suasana semakin tidak nyaman bagi Rania. Ia mencoba memendam perasaan kecewa dan malu yang melanda, namun senyuman dipaksakannya terus bersinar di wajahnya.
Angga, meskipun tanpa sepatah kata pun, bisa merasakan betapa sulitnya Rania berusaha menjaga harga dirinya di tengah tekanan tersebut. Di dalam hati, Angga merenung sejenak, mempertanyakan apakah sikapnya yang terlalu dingin telah menyebabkan luka pada hati Rania.
Namun, di balik ekspresi seriusnya, Angga tidak menyatakan penyesalan atau menggugah hatinya. Ia memilih untuk kembali menyibukkan diri dengan game yang ada di ponselnya, tanpa menunjukkan perubahan sikap yang jelas. Rania, di sisi lain, berusaha mengubur rasa sakitnya dengan kepala tegak, meskipun hatinya terasa hancur.
"Udah biasa Kali, gak usah berlebihan. lagian nanti juga Kak Angga bakal makan bekal buatanku, iya kan kak?"Rania berusaha membuat semuanya terlihat baik-baik Saja.
Tidak ada jawaban apapun dari Angga, pria itu justru memilih memasang earphone. dan mengambaikan Rania yang berusaha mengajaknya bicara. situasi makin membuat Rania merasa tertekan, melihat pandangan dari teman-teman sekelas Angga.
"Hey Rania, percaya diri memang perlu. Tapi liat dong kondisinya kaya gimana, cowoknya aja ogah natap Lo, bagaimana Lo yakin kalau si Angga bakal mau nerimanya ?"celetuk salah satu murid yang membuat seisi kelas ikut menertawai Rania.
Rania mencoba menahan diri untuk tidak menangis sebenarnya bukan karena ejekan dari teman-teman sekelas Angga namun, karena perlakuan Angga padanya yang membuatnya semakin tenggelam dalam rasa malu, namun berusaha menjaga kehormatan di hadapan teman-teman sekelas Angga.
"bacot banget deh lo, gak diajak juga"
"dih marah wkwk"
"Nyerah aja deh Lo ran, malu-maluin aja jadi cewek"
Rania mencoba tersenyum meski hatinya terasa hancur. Ia merasa seperti menjadi bahan olokan di kelas. Sementara itu, Angga masih asyik dengan dunianya yang dipenuhi oleh alunan musik dari earphone-nya.
"Berisik"ketus Rania berusaha untuk bersikap cuek.
"Eh, Rania, jangan terlalu dipikirin. Mending Lo cari cowok lain aja yang bisa ngertiin Lo," ucap Maudy, salah satu murid dikelas Angga yang sangat tidak menyukai Rania. Maudy berkata dengan senyum sinis, menambahkan rasa tidak nyaman bagi Rania di dalam kelas.
"Siapa Lo maksa-maksa Gue ?"balas Rania tak terima jika dirinya harus mencari cowok lain, padahal hatinya hanya untuk Angga.
"Well, good luck aja deh. Tapi kalo gini terus, kayaknya Lo harus nyari backup plan, deh," ucap Maudy dengan nada sinis, menyelipkan ejekan yang membuat suasana semakin tidak menyenangkan bagi Rania. Di tengah gelak tawa teman-teman sekelasnya, Rania mencoba untuk tetap bersikap tenang meski hatinya dipenuhi kekecewaan.
Rania berusaha mempertahankan wajahnya yang tetap tegar meski hatinya terluka. Dia melirik ke arah Angga yang masih sibuk dengan earphone-nya, seakan tidak peduli dengan situasi di sekitarnya.
Sementara itu, Bagas yang salah satu teman dekat Angga yang tadinya hanya diam akhirnya membuka suara, "Santai aja, Rania. Mereka cuma iri karena Lo punya ketenaran di sini. Ada banyak cowok yang pasti bersedia jadi temen makan Lo."
"Lo Kira gue cewek apaan ? Gue maunya sama Angga doang !"sinis Rania merasa tersinggung dengan perkataan Bagas.
Rania meletakkan makananya begitu saja dimeja Angga,"Aku balik kekelas ya Angga, jangan lupa dimakan,"Rania mencoba tersenyum meskipun hatinya masih berat, dengan berusaha mengubur rasa sakitnya dan melangkah pergi dari kelas dengan kepala tegak, meskipun hatinya terasa hancur.
"Semangat Ran,"Ucap Bagas merasa iba.
Angga, sebenarnya hanya berpura-pura sibuk, dirinya melepaskan earphone yang terpasang ditelinganya, merenung sejenak. Pada akhirnya, sorot matanya melirik ke arah makanan yang terbungkus yang terletak didepan mejanya. Ia menghela nafas, merasakan beban yang semakin berat di pundaknya. di sisi lain, Rania mencoba untuk menutupi kekecewaannya dengan senyuman palsu, tapi dalam hatinya, ia bertekad untuk meraih hati Angga, walaupun jalan yang harus ditempuh begitu sulit.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!