NovelToon NovelToon

Rindu Dan Harga Diri

Prolog

Visual Cindy

Visual Arsya

Visual Dita

Visual Jeffri

Visual Jendris

Visual Arin

"Cindy!!!! Ayo cepat turun dan sarapan sayang!" teriakan seorang wanita paruh baya terdengar sampai ke kamar Cindy yang berada di lantai 2

Cindy membalikkan tubuhnya setelah baru saja selesai merapikan pakaiannya untuk bersiap ke kampus. Senyumnya mengembang sempurna dengan memperlihatkan deretan barisan giginya yang rapi

"Ia Mi. Cindy turun sekarang" Cindy meraih tasnya lalu menaruh di bahunya sambil berlari kecil keluar dari kamar dan menuruni tangga

"Sayang jangan lari-lari di tangga. Nanti kamu jatuh" seru wanita paruh baya yang tak lain adalah Mami Cindy

Cindy menyengir menghampiri kedua orangtuanya "Pagi Mami ku sayang" ia mengecup sebelah pipi Maminya "Dan pagi Papi ku sayang" ia tak lupa melakukan hal yang sama kepada papinya

"Pagi juga sayang"

"Ayo sayang sarapan. Nanti kamu telat" ujar Papinya

"Sayang. Kamu beneran ngga apa-apa kalau Mami kamu tinggal sendiri disini?" cetus Mami Ranti pada putri semata wayangnya yang baru saja menggigit roti kesukaannya

"Mami. Cindy ngga apa-apa. Kan dari dulu juga Cindy udah biasa Mami tinggal. Dan Cindy baik-baik aja Mi" Cindy menyahuti perkataan Maminya dengan tersenyum

"Kamu mau pindah ke Kanada saja? Biar Papi sama Mami mu ngga harus selalu ninggalin kamu disini" tukas Papi Sonny yang tak lain adalah Papi Cindy

"No Papi. Cindy ngga mau ke pindah ke Kanada. Lebih baik Cindy tinggal sendiri disini daripada Cindy harus pindah ke Kanada" Cindy menolak mentah-mentah tawaran Papinya

"Sayang. Sepupu mu Jane selalu menanyakan mu. Dia selalu bilang apa yang membuat Cindy betah tinggal di Indonesia?" pungkas Mami Ranti yang ikut penasaran

"Mami, Papi. Cindy udah nyaman banget disini. Cindy nyaman sama lingkungannya. Cindy juga udah nyaman sam teman-teman Cindy disini"

"Tapi sayang Mami ..........."

"Udah Mi. Itu keinginan anak kita. Ngga boleh maksain" Papi Sonny mencegah ketika istrinya ingin membalas ucapan putrinya

"Papi, Mami. Kalian tenang aja. Selama kalian ngga ada, Cindy janji bakal selalu jaga diri. Dan Papi sama Mami kan juga tau. Dita selalu nginap disini nemenin Cindy. Ada Bi Imah juga kan yang selalu ada nemenin Cindy disini. Jadi Cindy ngga pernah kesepian"

"Ya sudah. Mami percaya sama kamu. Kamu memang anak Mami yang paling cantik" Mami Ranti memeluk putrinya yang selalu ia anggap masih kecil

"Ya ialah Mi. Kan cuma Cindy anak Mami" Cindy memeluk erat Maminya dengan gemas

"Ayo sarapan dulu. Nanti kita bisa telat ngantar Cindy dan ketinggalan pesawat" seru Papi Sonny yang sudah ingin menyudahi drama anak-ibu itu

Mami Ranti dan Cindy tertawa. Mereka melanjutkan sarapan mereka. Setelah itu, mengantarkan Cindy ke kampusnya sebelum mereka kembali berangkat ke Kanada untuk mengurus bisnis mereka disana

Semua keluarga Cindy tinggal di Kanada. Papinya yang asli Kanada menikah dengan Maminya yang berasal dari Indonesia. Namun Cindy yang dari kecil bolak-balik Kanada-Indonesia menjadi bosan. Hingga akhirnya ia lebih memilih tinggal di Indonesia meski kedua orangtuanya lebih banyak menghabiskan waktu di Kanada. Tidak ada keluarga lain yang menemaninya karna Maminya sama seperti dirinya, anak tunggal

"Mami. Hati-hati di jalan" Cindy memeluk erat tubuh Maminya setelah mengantarkan dirinya sampai di depan pagar

"Ia sayang. Kamu jaga diri baik-baik yah? Mami belum bisa pastikan kapan Mami akan kembali lagi" Mami Ranti memeluk dan mencium puncak kepala putrinya dengan mata yang berkaca-kaca karna harus kembali meninggalkan putrinya seorang diri

"Ia Mami. Papi" Cindy beralih memeluk Papinya

Papi Sonny tersenyum penuh haru memeluk dan melihat putrinya yang sudah beranjak dewasa "Jaga dirimu baik-baik nak. Papi nanti akan datang jenguk kamu"

Cindy mengangguk "Kalau gitu. Cindy masuk dulu yah Mi? Pi? Cindy takut telat"

"Ia sayang. Sampai jumpa"

Cindy melambaikan tangannya dan cepat berbalik arah jika tidak ingin butiran kristal yang sejak tadi ia bendung terlihat oleh orangtuanya dan mengusapnya dengan cepat. Ia selalu merasa sedih jika ditinggal oleh orangtuanya. Namun ia tidak pernah memperlihatkannya kepada siapapun. Ia hanya berbagi rasa sakit dengan dirinya sendiri. Dan akan selalu berusaha untuk terlihat baik-baik saja di depan semua orang. Itu sebabnya dia dijuluki sebagai 'Gadis Periang'

"Hey Girl. Morning" seseorang baru saja merangkul pundak Cindy saat hendak memasuki gedung Fakultasnya

"Dita" Cindy yang terkejut dengan geram memukul pelan tangan yang ia panggil Dita di pundaknya "Ngagetin aja" ia mengusap dadanya

Dita hanya terkekeh "Masih pagi udah ngelamun aja sih. Ngelamunin apaan hayo?" ledeknya

"Siapa yang ngelamun coba?" Cindy berusaha terlihat tampak biasa saja

"Kalau lo ngga ngelamun, lo bakal nyahut pass gue manggil lo tadi" cetus Dita yang mencebikkan bibirnya

Cindy terkekeh "Maaf. Ayo cepetan masuk" ia balik merangkul Dita dan mengajaknya berlari kecil sambil tertawa

"Aaaawwwww" suara keluhan Cindy terdengar saat dirinya terjatuh setelah menabrak seseorang

"Lo punya mata ngga?" seru seseorang tersebut yang meraih ranselnya yang terjatuh di lantai

"Ma ..... Maaf Kak" Cindy meminta maaf karna tau ia salah dan karna tau yang ia tabrak adalah seniornya

"Cindy ayo bangun" Dita membantu Cindy bangun "Maaf Kak Arsya. Cindy ngga sengaja"

"Pake mata lo kalau jalan" seru Arsya yang menunjuk Cindy dengan garang dan berlalu dari sana

"Kasar banget sih. Namanya juga ngga sengaja" ketus Cindy yang menepuk-nepuk pakaiannya

"Sumpah yah Cin, Kak Arsya ganteng banget" ternyata Dita masih memperhatikan seniornya yang bernama Arsya sampai menghilang di balik tembok

Cindy terlihat risih pada Dita "Udah ngga usah ngehayal. Ayo" ia menyeret paksa Dita karna tau gadis itu sangat menyukai Arsya

Cindy duduk di salah satu kursi ketika baru saja sampai di dalam kelas. Ia menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya

"Cindy ...... Ini benar-benar Gila tau ngga. Gue baru pertama kali ngeliat wajahnya Kak Arsya dari dekat. Bening banget sumpah. Ada gitu yah cowok seganteng Kak Arsya? Tampangnya kek bukan manusia biasa" seru Dita dengan heboh saat ikut duduk di samping Cindy

Cindy hanya berpangku tangan mendengar ocehan Dita di pagi hari yang lagi-lagi tentang Arsya. Telinga Cindy hampir setiap hari mendengar nama Arsya dari mulut Dita

"Atau jangan-jangan malah Kak Arsya itu Malaikat yang diturunkan di muka bumi. Makanya gantengnya kelewatan banget" Dita kembali menerka-nerka seperti sebelumnya

"Udah ngocehnya?" tukas Cindy yang menopang dagunya dengan tangan. Entah sudah berapa kali ia mendengar celotehan seperti itu dari Dita

"Cindy. Emang lo ngga liat apa kalau Kak Arsya tuh ganteng banget?"

"Dita. Semua orang akan bilang kalau Kak Arsya itu emang ganteng. Dan gue ngakuin itu. Tapi ngga semua orang akan selebay lo sampai mandang Kak Arsya Malaikat lah, apalah. Please deh. Stop ngehalu Dit" Cindy mengibas-ngibaskan tangannya ke wajah yang jengah dengan tingkah Dita

Dita sendiri terkekeh "Ngga tau kenapa gue sampai terobsesi banget pengen milikin Kak Arsya. Ya udah deh. Lo doain gue aja biar Kak Arsya itu jadi jodoh gue"

Cindy memutar malas kedua bola matanya "Aamiin"

"Eh tapi jangan deh. Ngga usah" sergah Dita padahal Cindy sudah mengaamiinkannya

"Kenapa? Lo berubah pikiran?" kening Cindy berkerut

"Bukan gitu. Tapi kata orang-orang. Kalau kita ngedoain orang lain, itu bakal balik ke diri kita juga"

"Terus?"

"Jadi lo ngga usah ngedoain gue. Ntar Kak Arsya malah jodohnya sama lo lagi" Dita tertawa begitu keras setelah mengucapkannya

Cindy menghela napas dengan malas "Gue ngga suka cowok yang sikapnya kasar kayak dia"

...VISUAL SELANJUTNYA AKAN NONGOL DISINI KALAU PEMERAN LAINNYA MUNCUL DI BAB SELANJUTNYA YAH....

Pertandingan basket

"Cindy. Sikap orang tuh bisa berubah kapan aja. Ngga selamanya dong Kak Arsya itu bakal kasar terus. Emang lo beneran ngga ada suka-sukanya gitu sama Kak Arsya?" kini giliran Dita yang menopang dagunya dengan tangan menanti jawaban Cindy

"Dita ku sayang. Emang lo kenal gue dari kapan sih, hah?" sahut Cindy yang menaik turunkan alisnya

"Dari TK" dan Dita menjawabnya dengan polos

"Udah tau masih aja nanya" Cindy menepuk jidatnya

"Tapi Cin. Apa hubungannya coba sama Kak Arsya?"

"Dita. Dengerin yah. Gue dibesarkan dengan kasih sayang dan penuh kehangatan. Bukan dengan sikap kasar dan kegarangan"

"Emang lo pikir mukanya Kak Arsya itu garang apa? Kelilipan deh mata lo Cin. Jelas-jelas mukanya Kak Arsya tuh cute banget kek bayi baru lahir"

"Siapa yang bilang mukanya dia itu garang? Gue kan ngga ada bilang gitu. Meskipun tampangnya tenang dan ngga keliatan garang, tapi sikapnya benar-benar kasar banget. Ngga peduli mau itu cowok atau cewek sekalipun. Dan gue ngga suka sama cowok yang sikapnya kasar"

"Bisa aja sekarang lo bilang ngga suka. Ntar juga naksir. Cowok seganteng Kak Arsya siapa yang berani nolak coba?" Dita kembali dengan kehaluannya

Cindy menghela napas yang jengah dengan sahabat kecilnya itu. Cindy dan Dita sudah berteman sejak mereka masih duduk di bangku TK. Dan sampai sekarang mereka tidak pernah berpisah

"Pagi gadis-gadis kelinci" seorang pria datang memberi sebungkus coklat di hadapan Cindy dan Dita

"Jeffri" sapa Cindy yang memperlihatkan barisan gigi runcingnya

"Masih pagi udah nyogok aja lo Jeff" Dita meraih coklat itu dan memasukkannya ke dalam tas

Jeffri tertawa "Nanti nonton pertandingan basket gue yah"

"Lawan tim mana?" cetus Cindy yang sudah memakan coklatnya meski itu masih pagi

"Tim LTW" sahut Jeffri yang baru saja duduk di samping Cindy

"LTW?" kedua mata Dita langsung berbinar "Maksud lo live to win?"

"Emang selain tim LTW itu ada tim lain yang namanya sama?" Cindy memijat-mijat pelipisnya

Dita terkekeh "Berarti bakal ada Kak Arsya dong?"

"Ya ialah. Dia kan kapten LTW" tukas Jeffri yang sebenarnya hampir ingin menyerah karna harus melawan tim basket terkuat di kampus mereka yang diketuai oleh Arsya. Pria dengan penggemar nomor 1 terbanyak sekampus

"Ayo Cin kita ikut. Jam berapa pertandingannya dimulai Jeff?" Dita begitu antusias jika sudah menyangkut nama 'Arsya'

Jeffri menaikkan sebelah tangannya dan melihat jam "Jam 3 sore"

"Kelas udah berakhir kan? Ayo Cin ikut nonton yuk?" Dita menggoyang-goyangkan lengan Cindy

"Lo beneran mau nonton pertandingannya atau cuma mau nonton Kak Arsya?" Cindy melirik dengan malas

Dita terkekeh karna ketahuan "Nontonin Kak Arsya main dong. Itu kan ngga ada yang salah"

"Terserah Dita aja. Tapi lo tetap ikut kan Cin?" ujar Jeffri yang berharap Cindy bisa ikut menonton pertandingannya

"Bilang aja lo butuh disemangatin sama Cindy" celetuk Dita yang sejak tadi tidak berhenti mengoceh

"Bisa ngga gue yang jawab? Dari tadi ngoceh mulu" protes Cindy yang kesal pada Dita

Dita langsung tertawa "Ia ia tuan putri kelinci"

"Jadi gimana Cin?" Jeffri menanyakannya kembali

"Nanti deh gue liat jadwal dulu yah" Cindy menjawab dengan seadanya

"Lo mau pergi?" kening Dita berkerut

"Ngga sih. Siapa tau jadwal gue ketiduran gimana" tawa Cindy langsung menggema dengan ucapannya sendiri

"Gila lo" ketus Dita yang sudah hampir tertipu

***

"Cindy. Cepetan ngga usah lama. Ntar kita telat" Dita menarik paksa tubuh Cindy yang masih merapikan rambutnya di depan cermin kamar

"Pelan-pelan aja kali. Kita ngga akan telat. Lapangan basketnya ngga akan pindah kemana-mana" Cindy menggerutu kesal karna terburu-buru padahal baru setengah 3

"Gue ngga mau duduk di belakang. Gue pengen duduk paling depan. Gue pengen liat lagi gimana aura kegantengan seorang Kak Arsya yang makin bertambah kalau lagi main basket" Dita mengatupkan kedua tangannya sambil membayangkan wajah menawan Arsya

"Lama-lama bisa gila gue ketularan pikiran kotor lo itu. Cepat masuk" Cindy membuka pintu mobil dan menyeret Dita masuk

Dita tertawa terpingkal-pingkal jika sudah mendapati wajah kesal temannya "Ayo buruan" ia menyuruh Cindy untuk cepat menyalakan mesin mobilnya

"Diam dulu Dita" Cindy benar-benar merasa geram pada sahabatnya "Gue kayaknya pernah naro lakban deh disini" ia membuka laci mobil

"Lakban buat apaan?" Dita ikut mencari sesuatu yang dicari oleh Cindy

"Buat nutupin mulut lo biar ngga banyak ngoceh"

"Sialan lo" Dita menghempaskan tangan Cindy yang kini sudah tertawa "Cepetan Cin ngga usah lama" perintahnya

Mobil Cindy kini sudah mulai membelah jalan raya menuju kampusnya kembali. Namun kali ini bukan untuk ikut kelas, namun untuk menyaksikan pertandingan basket antara tim LTW (Live to win) dan tim STW (strong to win)

Setelah sampai di parkiran. Dita terburu-buru keluar dari mobil untuk melihat ke arah lapangan yang sudah diisi oleh beberapa penonton. Dan kebanyakan dari mereka adalah perempuan yang membawa atribut gambar ketua tim LTW, dan bisa dipastikan itu adalah penggemar Arsya

Namun tak sedikit pula yang membawa atribut untuk menyemangati tim STW yang diketuai oleh Kemal. Teman baik Jeffri yang menjadi tim penyerang

"Ayo cepetan. Apa juga gue bilang. Udah pasti banyak yang datang. Mana penggemar Kak Arsya banyak banget lagi" sepanjang perjalanan menuju lapangan, Dita tidak berhenti mengoceh

"Udahlah Dit. Tenggorokan lo ngga kering apa daritadi ngoceh mulu?" tegur Cindy yang tampak biasa saja meski mereka harus duduk di barisan paling belakang sekaligus

"Tuh liat. Sekarang kita ngga tau mau duduk dimana" Dita tiba-tiba menjadi kesal karna semua kursi penonton bagian depan sudah terisi semua

"Duduk di belakang juga ngga apa-apa kali. Sama aja kok" sahut Cindy yang mengedarkan pandangannya

"Apanya yang sama aja? Gue jadi ngga bisa liat jelas wajah tampangnya Kak Arsya dari dekat" Dita terus menggerutu

"Cindy? Dita?" seseorang yang tengah berada di pinggir lapangan meneriaki nama mereka

"Jeffri?"

Jeffri langsung menghampiri kedua gadis itu dan langsung mendapat sorakan dari beberapa penggemar Jeffri yang bisa secara langsung melihat wajah idola mereka

"Kalian datang?" senyuman Jeffri menyambut mereka dengan hangat

"Ia. Tapi kita telat gara-gara Cindy lama banget" celoteh Dita yang tidak terima

"Masih aja bahas itu" Cindy memutar malas kedua bola matanya

"Telat?" kening Jeffri berkerut "Pertandingannya belum dimulai"

"Bukan itu Jeff. Tuh liat" Dita mengedarkan pandangannya pada kursi-kursi depan yang sudah terisi penuh

"Oh. Ayo" Jeffri mengerti dan mengajak kedua gadis itu

"kemana?" kini giliran kening Cindy yang berkerut

"Udah ayo ikut" Jeffri mendahului Cindy dan Dita berjalan yang langsung kembali diteriaki oleh para penggemarnya

"Kalian duduk disini" Jeffri sengaja menyiapkan dua kursi kosong paling depan untuk kedua temannya itu

"Jeffri makasih" Dita tidak bisa menahan rasa senangnya dan langsung menarik tangan temannya itu sambil berlompat-lompat dengan senang

Sorakan riuh kembali terdengar tatkala Dita yang memegang tangan Jeffri membuat penggemar pria itu tidak terima dan meneriaki Dita

Cindy yang terkejut dengan sorakan riuh itu langsung menarik paksa tangan Dita "Malu-maluin aja. Liat tuh penggemar Jeffri jadi marah" gerutunya

Dita terkekeh "Bilang aja lo ikut marah" ledeknya

"Ngga usah banyak omong. Duduk sini" Cindy mendudukkan Dita

Tiba-tiba tim LTW lewat di depan Cindy dan Dita. Arsya menatap sinis pada kedua gadis itu yang sudah menciptakan kehebohan. Cindy memilih acuh dan mengalihkan pandangannya. Sedangkan Dita sudah hampir pingsan karna menahan napasnya setelah melihat Arsya dari jarak tidak lebih dari satu meter

"Cindy?" salah satu dari tim LTW mengenal Cindy

Cindy menoleh dengan wajah menggemaskannya "Ia?"

"Kenalin. Gue Jendris" pria itu mengulurkan tangannya kepada Cindy

Cindy butuh waktu beberapa detik untuk membalas uluran tangan Jendris "Cindy"

"Cepat. Ngga usah ladenin cewek kayak mereka" Arsya menarik paksa tangan Jendris hingga terlepas dari tangan Cindy

"Kasar banget sih" gerutu Cindy yang memegang tangannya karna sempat tertarik oleh Jendris

"Cindy nanti gue temuin lo lagi" seru Jendris dari kejauhan

Cindy hanya menatap nanar pada tim LTW yang sudah melewati dirinya satu persatu. Ia berusaha terlihat tenang meski sebenarnya ia ingin menggerutu. Ia duduk di samping Dita yang terus menatapnya

"Apa sih Dit?" tanya Cindy setelah menyadari temannya terus melihatnya

"Barusan Kak Jendris ngajak lo kenalan?" wajah Dita melongo tanpa berkedip

"Biasa aja kali" Cindy mengusap wajah Dita "Kenal aja ngga gue sama dia"

Tersenyum hangat

Pertandingan sudah akan dimulai. Masing-masing ketua tim sudah maju ke depan untuk saling memperebutkan bola pertama. Arsya menatap tajam pada Kemal yang menjadi ketua tim lawannya

Bola pertama berhasil diraih oleh tim STW yang langsung diambil alih oleh Jeffri dan kawan-kawan. Teriakan semangat dari para penonton membuat permainan itu semakin bersemangat di ronde pertama

Tak terkecuali Dita dan Cindy yang ikut bersorak riuh bersama penonton lainnya. Yang membedakan hanya kepada siapa mereka berpihak. Dita si penggemar berat Arsya tentu saja meneriaki nama lelaki itu meski lawannya adalah temannya sendiri, Jeffri. Sedangkan Cindy masih setiap menyemangati tim STW, terlebih itu adalah tim angkatan mereka

"Gila ganteng banget parah" ucapan itu beberapa kali lolos dari mulut Dita setelah terus mengamati permainan Arsya yang ia rasa tidak ada duanya

"Lo yah. Bukannya ngedukung teman sendiri malah ngedukung lawannya" protes Cindy yang membuat Dita memasang wajah masang

Permainan terus berlanjut sampai skor sudah menunjukkan 12 14. Skor 12 diperoleh oleh tim STW, Dan skor 14 diperoleh oleh tim LTW. Hingga babak pertama sementara dimenangkan oleh tim LTW

"Kita harus susun rencana. Mau kita kalah nantinya pun, kita harus tetap berusaha mengimbangi skor tim lawan" seru Kemal sebagai ketua tim saat mereka tengah beristirahat sekaligus berdiskusi

"Yah gue setuju. Kita mungkin cuma punya peluang kecil untuk mengalahkan tim lawan. Tapi seengganya skor kita ngga boleh jauh dari mereka" Jeffri menyahuti karna mengalahkan tim LTW peluangnya sangat kecil

"Semoga kali ini tim STW bisa menang" guman Cindy setelah melihat tim STW tengah berdiskusi

"Cin. Liat deh. Kak Jendris daritadi ngeliatin lo terus tuh" Dita menyenggol bahu Cindy yang tengah fokus memberi dukungan kepada Kemal dan kawan-kawan

Cindy sontak menoleh pada Dita lalu mengikuti arah pandang temannya itu. Benar saja, Jendris, pria yang beberapa menit lalu mengajaknya berkenalan tengah menatap dirinya dan tersenyum hangat

Cindy membalas senyuman pria itu lalu dengan cepat mengalihkan pandangannya "Udah ngga usah lebay"

"Cindy. Lo tuh beruntung banget sih. Hampir semua cowok populer di kampus kita suka sama lo" Dita mengerucutkan bibirnya

"Heh? Ngomong apa lo barusan? Ada-ada aja" protes Cindy yang tidak setuju

"Apanya yang ada-ada aja? Mulai dari Kemal, Jeffri, dan sekarang Kak Jendris. Belum lagi yang kita ngga tau. Apalagi kalau Kak Arsya ada di salah satunya"

"Please stop deh Dit" Cindy jengah pada Dita

"Cindy" Jeffri tib-tiba datang menghampiri kedua gadis itu

Cindy dan Dita langsung menoleh "Jeffri. Ini" Cindy langsung memberikan sebotol minuman pada Jeffri yang tampak kelelahan

Senyuman Jeffri mengembang lalu meraih botol tersebut dan meneguknya "Terima kasih" ia mengacak rambut Cindy lalu berlari ke tengah lapangan

Cindy terdiam setelah mendapat usapan manis dari Jeffri hingga ia tersentak setelah mendapat senggolan dari Dita "Cindy"

Cindy baru tersadar dan baru mendengar jika ada banyak penonton menyoraki dirinya dan juga Jeffri. Bahkan semua tim lawan pun ikut melihat dirinya

"Dit? Apa semua daritadi ngeliatin gue?" Cindy memilih berbisik pada Dita

"Udah daritadi kali. Tuh sampai Kak Arsya sama Kak Jendris aja ngeliatin lo" Dita menunjuk Arsya dan Jendris dengan ekor matanya

Cindy sontak menoleh. Ia melihat Arsya menatap tidak suka pada dirinya bahkan memandang jijik. Sedangkan Jendris tampak terlihat kecewa. Bahkan pria itu melihat garang pada Jeffri

Pluitan terdengar nyaring pertanda ronde kedua akan segera dimulai. Semua anggota tim kini sudah bersiap-siap dengan semangat yang menggebu

Pertandingan berlangsung dengan pertahanan kedua tim yang sangat padat. Bahkan Jendris sengaja selalu menghadang langkah Jeffri yang menjadi tim penyerang di tim STW. Tiba-tiba Jeffri jatuh tersungkur saat hendak melompat memasukkan bola ke ring

"Jeffri" Cindy dan Dita serentak berteriak

Semua tim STW segera menghampiri Jeffri yang tersungkur. Jeffri dibawa ke pinggir lapangan karena pergelangan kakinya terkilir

Cindy segera berlari menghampiri Jeffri yang disusul oleh Dita "Jeffri? Lo ngga apa-apa kan?" Cindy berjongkok di samping Jeffri

"Ngga. Gue ngga apa-apa" Jeffri berusaha tegar di depan Cindy dan di depan semua orang "Ayo. Gue masih bisa. Waktu sisa sedikit lagi" ia masih ingin melanjutkan permainan itu

"Jeffri. Mendingan lo istirahat dulu aja deh. Kaki lo sampai cidera gitu" Dita menyeru karna khawatir dengan temannya

"Ngga. Gue beneran ngga apa-apa. Ayo" Jeffri memaksa berdiri dan tetap ingin melanjutkan permainannya

Karna Jeffri tetap bersikukuh ingin ikut bermain. Akhirnya ia pun tetap dibolehkan. Namun Cindy dan Dita tetap berdiri di pinggir lapangan bersama pelatih tim STW serta tim cadangan lainnya

Permainan kembali berlanjut. Pertahanan tim LTW benar-benar membuat tim STW kewalahan. Namun itu tidak membuat semangat mereka kendor. Sampai akhir permainan, skor yang di peroleh hanya beda 1 angka. Tim LTW berhasil mencetak 20 skor. Sedangkan tim STW berhasil mencetak 19 skor

Meskipun tim STW kalah. Namun mereka tetap bangga. Setidaknya skor akhir mereka hanya beda 1 poin. Yang artinya posisi tim STW pun meningkat

"Jeff" Cindy membantu Jeffri ketika pria itu dipapah oleh temannya ke pinggir lapangan

***

"Kerja bagus bro" seorang lelaki menepuk bahu Arsya ketika pria itu baru saja mengganti pakaiannya di secret tim LTW

Arsya menoleh dengan wajah penuh kebanggaan "Siapa yang akan bisa ngalahih LTW" ujarnya dengan penuh kebanggaan "Oh ia. Dimana Jendris?"

"Di depan" Arsya langsung menuju ke depan menemui sahabatnya, Jendris

Setelah mendapati Jendris yang duduk sendirian. Arsya langsung duduk di sampingnya "Ngapain lo sendiri disini?"

Jendris menoleh "Ngga apa-apa. Lo ngapain disini?"

Arsya tidak menjawab. Ia mencari sesuatu di mata sahabatnya "Jangan karna seorang wanita. Hidup lo jadi berantakan"

Jendris mendesah "Udahlah. Ayo kita masuk. Semua orang pasti nungguin kita" ia memilih untuk tidak menghiraukan ucapan Arsya

***

"Arsya?" seru Kanya yang tak lain adalah Mama Arsya ketika putranya itu langsung masuk ke dalam rumah tanpa permisi

"Mama?" Arsya yang sudah berada di lantai dasar tangga segera menghampiri Mamanya "Maaf Mah. Arsya ngga liat Mama" ia mencium punggung tangan ibu yang sudah melahirkannya

"Ia nak. Ayo makan malam dulu"

"Arsya mau ke kamar dulu Ma. Mau mandi sekalian ganti baju"

"Ya sudah. Mama tunggu yah disini"

"Ia Ma. Arsya ngga akan lama"

"Tumben cepat pulang. Perayaannya emang udah selesai?" adik perempuan Arsya muncul dari dapur

"Malas gue lama-lama disana" ujar Arsya yang langsung menaiki tangga menuju kamarnya

"Uh dasar" adik perempuan Arsya ingin sekali memukul kakaknya

"Arin. Ayo sini bantuin Mama"

"Ia Mah"

Arsya melempar ke sembarang arah ranselnya lalu menghempaskan tubuhnya di atas kasur dengan terlentang. Menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya dengan kasar

Menarik sebuah handuk dan masuk ke dalam kamar mandi untuk mengguyur seluruh tubuhnya dengan air hangat. Mengingat saat itu sudah menunjukkan pukul 8 malam dan ia baru saja pulang ke rumah

Setelah memakai pakaiannya. Ia bergegas turun dan ikut makan malam bersama keluarganya. Disana sudah ada Mama Kanya, Papa Rasyad, dan adiknya Arin

"Ayo sayang duduk" sapa Mama Kanya

Arsya duduk di samping Arin dan langsung meneguk air minum setengah gelas. Ia hanya mengambil sedikit makanan karna saat ia sudah banyak makan saat di pesta perayaan kemenangan tim mereka tadi

"Kenapa makannya sedikit?" kening Papa Radiasi berkerut

"Tadi Arsya habis makan dari luar Pa. Ada perayaan" sahut Arsya meski malas namun tetap sopan pada Papanya

"Tim Kars menang lagi, Pa" celetuk Arin yang memanggil Kakaknya dengan sebutan Kars karena tidak ingin memanggilnya lebih panjang

"Siapa yang bisa ngalahin tim gue" Arsya berucap dengan sombongnya

"Didikan siapa sih ini sombong banget?" Arin yang jengah memutar malas kedua bola matanya

"Sudah-sudah. Makan dulu. Ngga baik ribut di depan meja makan" Mama Kanya selalu melerai kedua anaknya yang sering sekali beradu mulut

***

Cindy yang tengah berada di atas balkon sendirian tampak merenung menatap rembulan yang memperlihatkan seluruh bentuknya yang bulat. Ia menghela napas berat lalu menunduk dan menaruh kepalanya di atas kedua tangannya yang ia lipat

"Neng?" suara Bi Imah memecah kesunyian hingga membuat Cindy berbalik arah

"Ia Bi? Kenapa?"

"Di bawa ada laki-laki yang nyariin Neng"

Kening Cindy berkerut "Laki-laki? Siapa Bi?"

"Bibi juga ngga tau Neng? Bibi belum pernah liat"

"Bukan Jeffri Bi?" hanya nama itu yang terlintas di pikirannnya. Namun sepertinya bukan, sebab jika itu Jeffri, Bi Imah pasti bisa mengenalinya

"Bukan Neng. Bukan Mas Jeffri"

"Ya udah Bi. Ayo" Cindy menarik napas untuk membuat mood nya terlihat baik lalu bersama Bi Imah turun untuk melihat siapa yang datang dan terkejut setelah melihat siapa orang itu

"Kak Jendris?"

......OH IA ANAK2. SETIAP ADA KARAKTER BARU YANG MUNCUL, EMAK AKAN NGASIH VISUALNYA DI PROLOG YAH. JADI NANTI KALIAN BISA LIAT VISUALNYA DISANA. JANGAN LUPA BERI DUKUNGAN UNTUK KARYA BARU EMAK INI. TALANGHEYOOOOOOOO ❤❤❤❤......

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!