NovelToon NovelToon

BERBAGI CAHAYA

Awal kisah

Dengan kedua tangan kurusnya, wanita berusia dua puluh enam tahun itu mendekap erat tubuh mungil sang putra, seraya menangis tersedu sedu dilantai kamar yang terbuat dari batu marmer terbaik. Diremasnya berulang kali kain selimut yang membungkus hangat tubuh putra tercintanya. Tak ada lagi yang bisa ia keluarkan dari bibir manis itu, kecuali suara isakan tangis.

"Maafkan aku Vonny." ucap pria yang berdiri dihadapannya kini. Pria yang terpaut usia dua tahun dengannya. Pria yang telah mengisi hatinya selama enam tahun lamanya, dan telah membuatnya melahirkan seorang putra yang sangat tampan.

"Kenapa kamu tega melakukan ini.?" tanya Vonny ditengah isakan tangisnya "apa yang ada didalam hati dan fikiranmu Jef.?" mata yang terus melelehkan cairan bening itu terarah tajam kepada Jefry. "Tidakkah kamu berfikir tentang aku dan putramu.? sebelum kamu membawa wanita itu kerumah ini. Apa salahku padamu.?" ucap Vonny terbata, dan nyaris tak terdengar karena terendam oleh isak tangisnya.

Jefry Taddeo, pengusaha kaya raya dan pewaris utama kerajaan bisnis keluarga Taddeo, tanpa ada angin dan hujan tiba tiba saja pulang kerumah besar dengan membawa seorang wanita yang tengah mengandung, dan bagai manusia tak berhati dengan mudahnya Jefry mengatakan jika wanita itu adalah istri mudanya yang bernama Tina, dan mulai hari ini juga akan tinggal bersama dirumah besar Taddeo.

Hati istri mana yang tak akan terluka mendapati kenyataan yang sangat menyakitkan ini, kebahagiaan akan hadirnya putra mereka kedunia empat bulan yang lalu, kini hilang lenyap berganti luka dan murka akan kabar yang dibawa sang pria kaya tersebut.

"Kamu tidak melakukan kesalahan apa pun, aku yang salah. Aku tidak bisa mengendalikan diriku, dan tergoda akan pesona Tina. Maafkan aku Von, aku sungguh sungguh menyesali semua ini, tapi aku tetap harus mengambil jalan ini." jelas Jefry.

"Lalu kamu mau aku menerima wanita itu dirumah ini.? tinggal bersama dan berbagi suami, dan berbagi atap. Apa kamu gila.?" sahut Vonny dengan suara yang mulai meninggi.

"Tina wanita baik, aku yakin dia bisa menjadi temanmu. Di...

"Belikan rumah lain untuk wanita itu, jangan dirumah ini dia tinggal." potong Vonny tegas, yang mana membuat Jefry menelan kata katanya kembali.

"Tina hanya ingin tinggal disini Von, dia sedang mengandung, dan dia membutuhkan perhatian lebih." jawab Jefry.

"Kamu bisa membayar banyak pelayan untuk mengurusnya, atau kamu mau tinggal bersama wanita itu.?" balas Vonny.

"Aku tidak mau berdebat lagi Von, jadi aku minta berhenti membantahku. Tina akan tinggal disini mulai hari ini, dan aku minta kamu bisa menjadi teman baginya dan membantu dia dalam melewati masa kehamilannya ini." sergah Jefry.

"Aku mau bercerai." ucap Vonny menghentikan langkah Jefry yang sudah ingin berlalu pergi, dan memaksa pria itu memutar tubuhnya kembali menghadap kearah Vonny.

"Aku tidak akan pernah menceraikanmu." tegas Jefry dengan mata yang membola sempurna dan rahang mengeras. Cintanya yang begitu besar kepada Vonny, sudah pasti membuatnya tak akan pernah bisa melepaskan wanita yang sudah menjadi istrinya sejak dua tahun lalu.

Tapi nyatanya cinta itu tak juga mampu menjadikan Jefry sosok suami yang setia. Diam diam Jefry menjalin kasih dengan Tina, seorang wanita yang bekerja disebuah club malam ternama dikota ini. Pesona Tina memang luar biasa menggoda, bak bidadari yang turun dari langit, Tina dengan mudahnya memikat Jefry dengan kecantikan dan kemolekan tubuhnya.

"Lalu kamu mau aku tetap dirumah ini bersama perempuan itu.? aku tidak akan pernah mau dan tidak akan pernah bisa. Aku mau kita bercerai." tegas Vonny kembali seraya bangkit dari posisi terduduknya, dan berdiri tegap melawan Jefry.

"Aku tidak mau." tegas Jefry "selamanya kamu adalah milikku."

"Dasar Egois." murka Vonny "kamu fikir aku apa.? dengan mudahnya kamu ambil, kamu sakiti dan sekarang ingin kamu kuasai."

"Aku bilang tidak mau, dan tidak akan pernah mau. Kalau kamu mau kita bercerai, maka diseumur hidupmu tidak akan pernah bisa melihat Avram." ancam Jefry tajam.

"Aku sangat membencimu Jef, aku membencimu." umpat Vonny histeris sebagai balasan akan kesakitan yang suaminya berikan.

Masa empat tahun menjalin kasih, dan dua tahun menikah sampai saatnya kini mereka memiliki putra yang sangat mereka banggakan. Tapi ternyata itu semua tak mampu menjadi alasan bagi Vonny untuk tetap bahagia dan memiliki suaminya secara utuh.

Vonny harus rela hidup satu atap bersama madunya, dan harus rela menahan sakit setiap kali ia mengetahui suaminya melewati malam dengan Tina. Tak jarang pula Vonny harus berpura pura buta, saat Tina dan Jefry menunjukan kemesraan dihadapannya.

Wanita yang memiliki darah bangsawan dan memiliki hati seperti berlian, harus rela mengalah dengan seorang wanita pekerja malam yang terpaut usia empat tahun lebih muda dengannya. Wanita yang tidak memiliki tingkat pendidikan yang sebanding dengannya, apa lagi harta. Hanya bermodal wajah dan pesona, Tina mampu menggeser posisi Vonny dan bersanding disamping Jefry sang suami.

Dan demi putra tercinta, Vonny harus rela menjalani hidup dirumah besar Taddeo, bukan hanya dengan bermandikan harta saja, tapi juga bermandikan airmata serta kesakitan. Dan akhirnya prahara itu pun mulai datang, dimana saat Tina melahirkan bayinya dan Jefry yang ternyata juga berjenis kelamin laki laki. Hanya terpaut satu tahun dengan Avram Taddeo, putra sah yang diakui oleh negara dan juga keluarga besar Taddeo.

💥Hay sahabat..! ketemu lagi sama karya baruku BERBAGI CAHAYA. Ingat ya sahabat, untuk selalu meninggalkan jejak setelah membaca. VOTE, RATE, LIKE dan KIRIMKAN HADIAHNYA ya...!💥

Memulai kisah

Sehari hidup dalam memendam kesakitan dan luka, nyawa ingin rasanya terlepas dari raga secepatnya, bagaimana jika harus merasakan itu bertahun tahun lamanya. Hanya insan yang memiliki hati berbalut kesabaran dan kasih sayang yang luar biasa hebat serta iman kuat kepada Tuhan, yang mampu menjalani itu.

Vonny, bertahan demi kasih sayang kepada sang putra. Vonny mampu bersabar dalam menerima kehadiran Tina dan juga putra tirinya. Wanita berhati bak malaikat yang mampu membagi kasih sayang kepada putra kandung dan juga putra tirinya. Walau hal serupa tidak bisa dilakukan oleh Tina yang notabene lebih ingin berkuasa didalam rumah besar itu.

"Cucu kebanggaan kakek, kemarilah putra mahkota." seru Tuan besar Taddeo yang ditujukan bagi Avram, saat bocah berusia sepuluh tahun itu kembali dari sekolahnya.

"Selamat siang kakek." sapa Avram seraya membungkukan badannya sebagai tanda hormat kepada sang kakek, dan kemudian duduk disamping lelaki berusia lima puluh lima tahun itu.

"Bagaimana dengan sekolahmu.?" tanya kakek sembari merangkul pundak Avram.

"Semua berjalan baik kakek." jawab Avram dingin.

Tumbuh dalam keluarga kaya, dan juga sering melihat sang ibu menangis dalam diam, serta mengetahui fakta akan kelakuan sang ayah membuat Avram menjadi pribadi yang sangat dingin sejak dini.

Apa lagi sang kakek dan juga sang ayah yang selalu saja menuntut dan memberikan beban dipundak rapuh Avram untuk menjadi pewaris tahta kerajaaan bisnis dan harta Taddeo, semakin membuat Avram jauh dari kata bermain dan bergaul. Tak ada waktu baginya untuk menikmati masa kanak kanaknya.

"Lakukan tugasmu dengan baik, karena kamu pewaris satu satunya yang Taddeo miliki. Jangan kecewakan kami nak." pesan kakek.

"Aku akan melakukan semua dengan baik kek." balas Avram.

"Selamat siang kakek, kakak.!" sapa Tyroon Taddeo yang tak lain putra dari Jefry dan Tina. Avram hanya menganggukkan kepala sebagai jawaban sapaan Tyroon.

"Ya, selamat siang." jawab tuan besar Taddeo datar.

"Putraku kamu sudah kembali.?" seru Tina dari arah tangga.

Dengan berjalan memainkan irama tubuhnya, Tina menghampiri sang putra dan memeluk tubuh bocah berusia sembilan tahun itu.

"Bagaimana dengan sekolahmu hari ini.?" tanya Tina kemudian.

"Baik ibu, aku mendapat nilai yang bagus." adu Tryoon girang.

"Anak hebat, jangan pernah kecewakan ayah juga ibu serta kakek ya.? keturunan Taddeo haruslah pintar dan selalu menjadi yang terdepan." kata Tina menasehati.

"Tapi perlu juga diingat, sepintar dan sehebat apa pun dirimu tetaplah hanya Avram pewaris tahta selanjutnya. Jadi tuntutlah ilmu dan perkaya kepintaranmu, untuk bekal hidupmu dimasa depan, agar kamu juga bisa berdiri dengan namamu sendiri Tryoon Kallies." kata tuan besar.

Kallies adalah nama keluarga Tina. Tuan besar Taddeo memang sejak awal tidak memiliki keinginan, dan tidak mengizinkan Jefrry memberikan nama Taddeo bagi Tryoon, bahkan dalam akta lahir Tryoon nama Taddeo pun tidak boleh dicantumkan.

Bukan karena tidak menyayangi Tryoon, tapi tuan besar Taddeo lebih memilih menjaga perasaan menantu kebanggaannya Vonny Abraham. Tuan besar memiliki caranya sendiri, untuk menyampaikan kasih sayangnya kepada kedua cucu kebanggaannya. Walau terkadang terkesan pilih kasih.

"Ayah.!" seru Tina tak terima.

"Cepatlah kalian berganti pakaian, dan setelahnya kita makan siang bersama." potong tuan besar yang enggan mendengar kelanjutan perkataan Tina.

Avram bangkit dari duduknya, dan segera menuju kekamar, begitu juga dengan Tryoon yang mengikuti langkah kaki kakak tirinya. Tak ada saling menyapa, apa lagi berbincang barang satu dua patah kata.

Walau Vonny selalu berlaku adil kepada Avram dan Tryoon, walau Vonny selalu mengajarkan Avram untuk bersikap baik kepada Tryoon, tapi entah mengapa Avram tetaplah menjadi pribadi yang dingin dan angkuh.

"Kakak.!" panggil Tryoon menghentikan gerakan tangan Avram yang akan membuka pintu kamar.

"Iya." jawab Avram singkat.

"Apakah kakak akan terus membenciku.?" tanya sendu Tryoon.

"Aku tidak pernah membencimu, tapi aku tidak mau semakin menyakitimu dengan sikapku." kata Avram.

"Maksud kakak.?" tanya Tryoon bingung.

"Suatu hari nanti kamu pasti akan mengerti." kata pamungkas Avram sebelum ia benar benar membuka pintu kamarnya, dan menghilang dari pandangan Tryoon.

Sama sama pintar, sama sama memiliki ketampanan yang cukup sempurna, sama sama lahir dari garis keturunan Taddeo, tapi memiliki kisah, ibu dan juga sifat serta diperlakukan dengan berbeda. Avram dan Tryoon, dua bocah tampan yang kelak akan memiliki kisah rumit penuh drama, cinta dan juga kisah tragis penuh airmata.

Tak akan ada yang mampu untuk menebaknya, bahkan Avram dan Tryoon saja yang akan mejalani semua itu juga tidak akan pernah tau. Untuk saat ini, dua bocah itu hanya bisa menjalani hari harinya dengan beban hati dan luka yang berbeda beda. Avram dengan beban dan luka hati nya sendiri, begitu juga adanya dengan Tryoon.

⚘ Yok kawan kirim dukungannya yak ⚘

Taman lavender

Setiap kali kita memiliki beban, pasti kita akan mencari tempat ternyaman yang mampu menenangkan Fikiran. Tak jarang juga kita akan mencari teman untuk mendengarkan keluh kesah kita, dan meminjamkan bahunya untuk bersandar.

Itulah yang acap kali Vonny Abraham lakukan, disebuah taman bunga lavender yang sengaja ia buat dilahan rumah besar Taddeo tepat disamping kamar tidurnya. Terdapat bangku panjang besi berwarna putih yang selalu menjadi tempat bagi Vonny menikmati pagi atau senja hari, seraya menghirup aroma bunga lavender yang bermekaran.

Disana Vonny selalu menangis dalam diamnya, berkeluh kesah kepada udara dan alam, serta kepada Tuhan dengan suara lirih didalam dasar hatinya. Walau airmata itu berusaha sekuat hati ia tahan, tapi pada akhirnya sesekali jari lentik wanita itu terpaksa harus menghapus jejak cairan bening yang sempat terjun bebas membasahi pipinya.

"Ibu.!" seru Avram mengagetkan Vonny, dan dengan segera menghapus jejak airmatanya.

Avram duduk disamping Vonny, dan menatap wajah sang ibunda penuh selidik. Avram mengarahkan pandangannya kedepan, dan mengeraskan rahangnya.

"Ada sesuatu yang ingin kamu sampaikan kepada ibu.?" tanya Vonny seraya mengusap lembut kepala Avram.

"Tidak ada.!" jawab datar Avram.

Vonny tersenyum manis "ceritakan kepada ibu, ada sesuatu yang terjadi.? atau ada seorang gadis yang membuat putra ibu ini jatuh hati..?" canda Vonny.

Avram diam tak bergeming menanggapi kelakar sang ibu, bahkan seutas senyum tipis pun tak ada ia munculkan. Entah apa yang ada dihati Avram, sampai ia bisa hidup bagai manusia tanpa nyawa dan rasa sejak usia dini.

"Aku akan berbagi cerita, jika ibu juga mau berbagi cerita denganku, dan tidak memendam semuanya sendirian." kata Avram kemudian.

Vonny tertegun, dan untuk sesaat lidahnya kelu dengan mata yang menatap wajah dingin Avram sendu.

"Avram.!" panggil lemah Vonny "tidak semua masalah orang dewasa bisa diceritakan dan diketahui oleh anak anak. Para orang dewasa memiliki cara sendiri dalam mengatasi masalah mereka." kata lembut Vonny.

"Apa ibu menikmati semua ini.?" tanya Avram kembali.

"Tentu saja, dan ibu sangat bahagia. Ibu bisa selalu berada disisimu dan merawatmu. Tentu ibu sangat menikmati semuanya, karena bagi ibu hanya kamu lah segalanya." Vonny memeluk tubuh Avram erat.

Dadanya tiba tiba saja terasa sesak, pedih rasanya hati itu kini. Bertahan bersama sang suami, memendam segala jenis racun yang setiap hari diberikan kebatinnya, demi berada disisi sang putra, menjaga dan merawat sang putra setiap saat. Tapi Vonny harus terus terluka dengan melihat sang putra yang tumbuh dengan sikap tak sewajarnya.

Ibu mana yang tak akan terluka akan tekanan yang dihadapi sang putra tercinta. Sekuat apa pun Vonny berusaha untuk membuat Avram bersikap layaknya anak anak seusianya, semua terbuang percuma. Avram tetaplah menjadi pribadi yang tidak bisa ditebak, dan semakin dingin saja.

"Untuk makan malam nanti, apa kamu mau ibu buatkan sesuatu..?" tawar Vonny berusaha untuk membujuk sang putra.

"Tidak ibu, terimakasih. Apa pun yang tersaji dimeja aku bisa memakannya." jawab Avram.

"Apa kamu tidak merindukan makanan buatan ibu..?" tanya Vonny dengan menampilkan mimik wajah merajuk.

"Aku sangat merindukannya ibu. karena dengan memakan masakan buatan ibu, aku bisa melihat senyum indah ibu yang sudah lama hilang." kata Avram seraya menggenggam tangan halus sang ibu.

Avram, bocah pintar itu memang secara diam diam dan tanpa diketahui Vonny dan juga Jefry, selalu mengawasi gerak gerik kedua orangtuanya. Bahkan apa yang dilakukan sang ibu tirinya Tina, dan juga sang kakek serta adiknya Tryoon, Avram pun mengetahuinya.

Dan hal yang paling Avram sukai adalah, saat ia sedang mencuri pandang kegiatan Vonny didapur. Karena dari sana, Avram bisa melihat senyum indah Vonny terbit dibibir manisnya. Avram akan sangat memuja moment tersebut, dan tak sedetik pun Avram melewatkannya walau hanya untuk mengedipkan mata saja.

"Selamat sore ibu, kakak.!" sapa Tryoon menghentikan aksi kedua ibu dan anak yang sedang saling memandang.

Tryoon membungkukkan sedikit badannya dihadapan Vonny dan Avram. Vonny mengulurkan tangan kearah Tryoon, dengan menyelipkan senyuman yang sangat meneduhkan hati.

"Kemarilah putraku.!" kata Vonny tulus. Tryoon mendekati Vonny, dan untuk sesaat menikmati dekapan hangat dari wanita berusia tiga puluh enam tahun itu. "Bagaimana kabarmu hari ini.?" tanya Vonny lagi.

"Sangat baik ibu.!" jawab Tryoon tersenyum "ibu dan kakak sendiri bagaimana.?" tanya balik Tryoon kemudian.

"Ibu sangat baik. Kalau kakakmu, lihat saja sendiri bagaimana.?" kata Vonny seraya menunjuk Avram dengan melirikan matanya.

"Ya, kakak terlihat seperti biasanya, tetap tampan." kata Tryoon. Vonny terkekeh, begitu juga Tryoon, tapi tidak dengan Avram. Bocah itu menanggapi hanya dengan menganggukan kepalanya, dan menatap Tryoon dengan tatapan yang tidak bisa ditebak.

Akhirnya kebersamaan disenja hari itu, mereka lalui bersama. Walau Avram tak ada sedikit pun tertawa dan tersenyum dalam candaan dan gurauan yang diciptakan oleh Vonny dan Tryoon, tapi paling tidak Avram bisa memberikan reaksinya dengan sesekali menjawab candaan mereka.

Hingga matahari benar benar tenggelam diufuk barat, dan langit yang semula senja kini berganti gelap, kebersamaan mereka barulah usai. Memasuki rumah besar bersama, dan langsung duduk menempati kursi mereka masing masing diruang makan. Menunggu sang tuan besar turun dari kamarnya dilantai dua, dan juga menunggu Tina yang juga masih berada dikamarnya.

"Selamat malam semuanya." sapa Tina manja, dan kemudian mencium kepala sang putra Tryoon sebelum ia mendudukan bokongnya dikursi.

"Selamat malam.!" jawab Vonny ramah.

"Selamat malam ibu." jawab Tryoon, sementara Avram hanya menganggukan kepalanya saja, dan tanpa mau melihat wajah Tina barang sedikit saja.

Tak lama tuan besar pun hadir disana, dan makan malam pun dimulai. Tanpa ada Jefry, karena pria berusia tiga puluh delapan tahun itu, tengah berada di daratan eropa guna melakukan perjalanan bisnisnya. Tak ada suara yang terucap dari bibir mereka dimeja makan itu, yang terdengar hanya dentingan sendok dan garpu yang saling beradu dengan piring kristal yang mereka gunakan sebagai alas makan.

💕 Jangan lupa tinggalkan jejak ya sahabat 💕

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!